Skripsi
Disusun untuk memenuhi sebagai persyaratan pendidikan tahap akademik
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
Disusun oleh :
ROWIYATUN
H2A012002
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
2016
http://repository.unimus.ac.id
HALAMAN PERSETUJUAN
Prof. DR.dr.H. Rifki Muslim, SpB, SpU(K) dr. Hema Dewi Anggraheni
NIK : K.1026.140
ii
http://repository.unimus.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Disusun oleh :
Rowiyatun
H2A012002
Telah dipertahankan di hadapan penguji Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Semarang pada Agustus 2015 dan telah diperbaiki
sesuai dengan saran-saran yang diberikan
Semarang, 25 januari 2016
Tim Penguji
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran
tanggal 25 januari 2016
dr.Riza Setiawan
Ketua Tahap Pendidikan Akademi
iii
http://repository.unimus.ac.id
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Rowiyatun
NIM : H2A12002
Rowiyatun
iv
http://repository.unimus.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, serta Sholawat dan Salam
kepada Nabi besar Muhammad SAW karena atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “HUBUNGAN VOLUME PROSTAT DENGAN PENINGKATAN
TEKANAN DARAH PENDERITA BENIGN PROSTATIC HYPERPLASIA
PADA ULTRASONOGRAFI“ dengan baik.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini tidak akan terlaksana dengan
baik tanpa adanya bantuan, masukan, bimbingan dan dorongan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. dr. Hj Siti Moetmainnah Prihadi, MARS, SpOG(K) selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan
keahlian
2. Ketua Jurusan Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang
3. Prof.DR.dr. H. Rifki Muslim SpB,SpU(K), selaku dosen Pembimbing I
yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga terselesainya Karya Tulis Ilmiah ini
4. dr. Hema Dewi Anggraheni, selaku Pembimbing II yang telah sabar
meluangkan waktu untuk membimbing dan bekal ilmu yang bermanfaat
kepada penulis
5. dr. Bondan Prasetyo Sp.B Msi,Med, selaku Dosen Penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu dan ilmunya kepada penulis
6. Seluruh staf pegawai yang ada di RS Roemani Muhammadiyah Semarang
yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian
7. Seluruh dosen dan staf Karyawan di Fakultas Kedokteran yang telah
memberikan bekal ilmu selama perkuliahan
8. Kepada kedua oarang tua saya yang selalu memberi arahan dan doa selama
penyusunan karya tulis ini.
9. Kepada semua pihak yang telah membantu penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
http://repository.unimus.ac.id
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan Skripsi ini karena keterbatasan pengetahuan dan waktu yang
penulis miliki. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk perbaikan karya penulis selanjutnya. Akhir kata penulis
berharap semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Semoga
Allah SWT senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita semua Amiin.
Penulis
vi
http://repository.unimus.ac.id
Hubungan Volume Prostat dengan Peningkatan Tekanan darah pada
Penderita Benign Prostatic Hyperplasia pada Ultrasonografi
ABSTRAK
Latar Belakang: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran prostat jinak yang
dapat menyebabkan retensi urin, apabila kondisi ini berlangsung lama dapat menimbulkan
kerusakan ginjal yang dapat meningkatkan tekanan darah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tekanan darah dan volume prostat penderita BPH pada
pemeriksaan ultrasonografi sehingga diharapkan dapat membantu dokter dalam pemilihan terapi
bagi para penderita BPH.
Metode Penelitian: penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan desain cross
sectional. Teknik Sampling yang digunakan adalah Simple random sampling dengan besar sampel
berjumlah 85 yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan lokasi penelitian di RS Roemani
Semarang pada tahun 2011-2015
Hasil: Sebagian besar volume prostat pasien BPH adalah klasifikasi II (54,1%)) dan sebagian
besar tekanan darah pasien BPH adalah hipertensi grade I (50,6%). Hasil analisis bivariat
dengan uji korelasi Spearman Rank (Rho) menunjukan ada hubungan antara tekanan darah dan
volume prostat penderita BPH (p=0,021 dan r=0,250). Ada hubungan pada kelompok umur 50-70
tahun (p=0,026 dan r=0,365)dan tidak ada hubungan pada kelompok umur ≥70 tahun (p=0,166
dan r=0,260. Hasil analisis multivariat menunjukan umur (p=0,177) dan volume prostat
(p=0,005) yang paling berhubungan dengan kejadian penigkatan tekanan darah pada pasien
BPH.
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang signifikan antara tekanan darah dan volume prostat
penderita PBH. terdapat hubungan yang signifikan antara volume prostat dan tekanan darah
penderita BPH pada kelompok umur ≥70 tahun dan tidak terdapat hubungan antara volume
prostat dan tekanan darah pada kelompok umur 50-70 tahun.
Kata Kunci: pembesaran prostat jinak, volume prostat, tekanan darah, ultrasonografi
1)
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
2)
Staf pengajar Bagian Bedah Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Semarang
3)
Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang
vii
http://repository.unimus.ac.id
Correlation prostate volume with increased blood pressure of Patients with
Benign prostatic hyperplasia on ultrasonography
ABSTRACT
Background: Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is an anlarging benign prostate causing urine
retention. If this conditions keep continuing it could demage the kidney and increase the blood
pressure. This research aims to determine the correlation between the blood pressure and prostate
volume of patients with BPH on ultrasonography examination which is expected to assist doctors
in choosing therepy for BPH patients.
Methods: This study porformed observational analytic study with cross sectional design. The
subject was selected by using simple random sampling with thE 85 patients who was enrolled
criteria of inclusion dan exclusion at Roemani Muhammadiyah Semarang Hospital in 2011-2015.
Result: The most of prostate volume BPH is classification II (54,1%) and the most of blood
pressure BPH is hypertension stage I (50,6%). Bivariate analysis was perfomed by Spearman
Rank (Rho). Correlation test showed significant correlation between blood pressure and prostate
volume of patient with BPH (p=0,021 and r=0,250). The group aged 50-70 yaers showed
correlation (p=0,026and r=0,365), and the group aged ≥70 yaers showed no correlation
(p=0,166 and r=0,260. Multivariate analysis was perfomed by multiple linier regression. The
result was prostate volume were the strongest predictor of increased blood pressure incidence.
Conclusion: The result showed significant correlation between blood pressure and prostate
volume of patient with BPH.. The group aged ≥70 yaers showed correlation, and the group aged
50-70 yaers showed no correlation.
1)
Student of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University
2)
The Lecture of Surgical Urology in Medical Faculty Muhammadiyah Semarang
3)
The Lecture of Medical Faculty Muhammadiyah Semarang University
viii
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR ISI
http://repository.unimus.ac.id
6. Penatalaksanaan .................................................................. 11
D. Ultrasonografi (USG) ...................................................................... 11
1. Definisi ................................................................................ 11
2. Pemakaian Klinis Ultrasonografi ........................................ 12
3. Gambaran BPH pada pemeriksaan USG............................. 12
4. Penggunaan USG untuk Mengukur Volume Prostat .......... 12
E. Tekanan Darah ................................................................................ 13
1. Definisi ................................................................................ 13
2. Etiologi ................................................................................ 14
3. Klasifikasi ........................................................................... 15
4. Patofisiologi ........................................................................ 15
5. Interpretasi Hasil Pemeriksaan ............................................ 17
F. Hubungan BPH dengan peningkatan tekanan darah ....................... 17
G. Kerangka Teori................................................................................ 20
H. Kerangka Konsep ............................................................................ 21
I. Hipotesis Penelitian......................................................................... 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 22
1. Ruang Lingkup Keilmuan ................................................... 22
2. Waktu Penelitian ................................................................. 22
3. Tempat Penelitian................................................................ 22
B. Jenis Penelitian ................................................................................ 22
C. Populasi dan Sampel ....................................................................... 22
1. Populasi ............................................................................... 22
2. Sampel ................................................................................. 22
D. Alur Penelitian ................................................................................ 24
E. Identifikasi Variabel Penelitian ....................................................... 24
1. Variabel bebas .................................................................... 24
2. Variabel terikat ................................................................... 24
F. Definisi Operasional........................................................................ 25
G. Data yang Dikumpulkan ................................................................. 25
x
http://repository.unimus.ac.id
I. Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................ 26
1. Pengolahan Data.................................................................. 26
2. Analisis Data ....................................................................... 27
J. Jadwal Penelitian............................................................................. 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................29
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................46
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 48
LAMPIRAN ......................................................................................................51
xi
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Hal
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian 4
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 15
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah menurut JNC 17
Tabel 3.2 Definisi operasional 25
Tabel 3.3 Jadwal penelitian 28
Tabel 4.1 Tabel karakteristik responden 29
Tabel 4.7 Uji bivariat korelasi spearman’s rho volume prostat 35
Tabel 4.8 dengan tekanan darah
Tabel 4.9 Uji bivariat korelasi spearman’s rho volume prostat 36
Tabel 4.10 dengan tekanan darah
Klasifikasi dan interpretasi koefisien korelasi 36
Uji korelasi spearman’s rho volume prostat terhadap 37
Tabel 4.11 tekanan darah berdasarkan kelompok umur 50-70
tahun
Uji korelasi spearman’s rho volume prostat terhadap 37
tekanan darah berdasarkan kelompok umur ≥70 tahun
Tabel 4.12 Tabel hasil analisis bivariat umur dan volume prostat 38
dengan kejadian peningkatan tekanan darah pada
pasien BPH di RS Roemani Muhammadiyah Semarang
Tabel 4.13 Tabel Uji Regresi Linier Berganda Umur dan Volume 39
Prostat terhadap Tekanan Darah
xii
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR Hal
Gambar 2.3 Skema Kerangka Teori 20
Gambar 2.4 Skema Kerangka Konsep 21
Gambar 3.1 Alur Penelitian 24
Gambar 4.2 Distribusi frekuensi umur subjek penelitian 30
Gambar 4.3 Distribusi frekuensi volume prostat 31
Gambar 4.4 Distribusi frekuensi volume prostat berdasarkan umur 32
Gambar 4.5 Distribusi frekuensi tekanan darah 33
Gambar 4.6 Distribusi frekuensi tekanan darah berdasarkan umur 34
xiii
http://repository.unimus.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN Hal
Lampiran 1 Analisi Data 51
Lampiran 2 Data Penelitian 57
xiv
http://repository.unimus.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada usia lanjut beberapa pria mengalami pembesaran prostat
jinak. Keadaan ini dialami oleh 50% pria yang berusia 60 tahun dan ±80%
pria yang berusia 80 tahun.1 Benign Prostatic Hyperplasia
(BPH)merupakan kelainan yang sering dijumpai di klinik urologi di
indonesia. Di Jakarta benign prostatichyperplasiamerupakan kelainan
kedua tersering setelah batu saluran kemih.2
Prevalensi angka kejadian pembesaran prostat di Indonesia
bervariasi 24-30 % dari kasus urologi yang dirawat di beberapa rumah
sakit.2Sedangkan prevalensi pembesaran prostat menurut umur
berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah
dapat ditemukan pada usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikroskopik ini
terus berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomik. Pada lelaki
usia 50 tahun, angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun
sekitar 80% persen. Sekitar 50% dari angka tersebut di atas akan
menyebabkan gejala dan tanda klinis.3
Pembesaran kelenjar prostat jinak merupakan kelainan yang sering
ditemukan pada kelenjar prostat. Insiden ini bertambah dengan
bertambahnya usia, hal ini dapat terjadi akibat penurunan kadar hormon
testosteron. Hormon testosteron dalam kelenjar prostat akan berubah
menjadi dehidrotestosteron (DHT). DHT inilah yang kemudian akan
secara kronis merangsang kelenjar prostat sehingga
membesar.4pembesaran prostat jinak atau istilah lainnya adalah Benign
Prostatic Hyperplasia (BPH).
Selama ini volume prostat telah digunakan sebagai kriteria untuk
mendiagnosis prostat hiperplasia benigna. Penentuan volume prostat dapat
dilakukan dengan pemeriksaan colok dubur, Ultrasonografi (USG),
15
http://repository.unimus.ac.id
Magnetis Resonence imaging (MRI), and Computed Tomography (CT)5.
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Examination (DRE)
merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Tentu saja perkiraan berat
(volume) prostat dengan DRE tidak akurat. Cara pencitraan Ultrasonografi
(USG) untuk prostat hiperplasia dianggap sebagai pemeriksaan yang baik
oleh karena ketepatannya dalam mendeteksi pembesaran prostat, tidak ada
bahaya radiasi dan juga relatif murah. Pencitraan lain yang dapat juga
dibuat ialah pencitraan dengan CT-Scanning dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI), tetapi oleh karena pemeriksaan ini mahal dan keterangan
yang diperoleh tidak terlalu banyak dibandingkan dengan cara lain maka
cara ini dalam praktek jarang dipakai.2
Adanya pembesaran kelenjar prostat akan menyebabkan terjadinya
peningkatan resistensi pada leher buli dan daerah prostat serta penebalan
otot destrusor, yang mengakibatkan naiknya tekanan intra vesika dan
menyebabkan terjadinya hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2
Kerusakan pada ginjal dapat meningkatkan tekanan darah.
Pada penelitian Kirby tentang Terazosin in benign prostatic
hyperplasia: evects on blood pressure in normotensive and hypertensive
men menyebutkan bahwa BPH dan hipertensi esensial merupakan dua
keadaan yang sering terjadi, patogenesis dari keduanya adalah gangguan
yang sering dikaitkan dengan peningkatan tonus otot polos yang
dipersarafi sistem simpatik.6,7Dan pada penelitian Guo LJ et al, didapatkan
mean volume prostat lebih besar pada kelompok BPH dengan hipertensi
dibandingkan BPH tanpa hipertensi.8
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti berminat
untuk mengetahui hubungan volume prostat dengan tekanan darah
penderita Benigna Prostat Hiperplasia pada pemeriksaan Ultrasonografi.
16
http://repository.unimus.ac.id
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
Apakah terdapat hubungan volume prostat dengan peningkatan tekanan
darah penderita benign prostatic hyperplasiapada ultrasonografi
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan volume prostat dengan peningkatan tekanan
darah panderita benign prostatic hyperplasia pada ultrasonografi
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan usia penderita benign prostatic hyperplasia
b. Mendeskripsikan volume prostat penderita benign prostatic
hyperplasia
c. Mendeskripsikan tekanan darah penderita benign prostatic
hyperplasia
d. Menganalisis hubungan volume prostat dengan tekanan darah
penderita benign prostatic hyperplasia
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan volume
prostat denganpeningkatan tekanan darah penderita benign prostatic
hyperplasiapada ultrasonografi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu dokter dan pasien
dalam pemilihan terapi untuk pasien benign prostatic hyperplasia.
17
http://repository.unimus.ac.id
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 keaslian penelitian
Judul Nama peneliti Hasil
Li PJ, Zhang Dalam kedua kelompok
Effect of hypertension on cell BPH sederhana dan BPH
XH, Guo LJ, Na
proliferation and apoptosis in YQ. Zhonghua Nan dengan hipertensi, nilai PI
benign prostatic hyperplasia Ke Xue. 2005 secara signifikan lebih
Feb;11(2):94-7. tinggi dari AI di epitel dan
stroma (P <0,05), dan PI itu
terkait erat dengan volume
prostat (P <0,05).
Dibandingkan dengan
kelompok BPH sederhana,
PI secara signifikan
meningkat pada epitel dan
stroma pada kelompok BPH
dengan hipertensi (P <0,05),
dimana riwayat penyakit
hipertensi yang positif
terkait dengan PI di epitel
dan stroma (p <0,05) .
Terazosin in benign prostatic R.S. KIRBY Pasien BPH dengan
hyperplasia: evects on blood British Journal of hipertensi diberikan
pressure in normotensive and Urology,1998, 82: terasozin dapat mengurangi
hypertensive men 373–379 tekanan darah sistolik
maupun tekanan darah
diastolik.
Guo LJ, Zhang 1. kejadian hematuria pada
Association study between
XH, Li PJ, Na YQ. pasien BPH dengan
benign prostatic hyperplasia and Zhonghua Wai Ke hipertensi lebih signifikan
primary hypertension Za Zhi. 2005 Jan daripada pasien BPH tanpa
15;43(2):108-11 hipertensi
2. volume prostat
berkorelasi positif dengan
pasien BPH
denganhipertensi dengan
RSQ = 0,056, P = 0,009
18
http://repository.unimus.ac.id
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
19
http://repository.unimus.ac.id
mempunyai basis yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum
vesicae, dan apex prostat yang terletak di inferior berhadapan dengan
diaphragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian
atas facies posterior prostat untuk bermuara ke urethra pars prostatka pada
pinggir lateral utriculus prostaticus.1,9
Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatetik dan
parasimpatetik dari pleksus prostatikus atau pleksus pelvikus yang
menerima masukan serabut parasimpatetik dari corda spinalis S2-4 dan
simpatetik dari nervus hipogastrikus inferior (T10-L2),1,3 Rangsangan
parasimpatetik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat ke dalam
uretra posterior, Sedangkan rangsangan simpatetik merangsang otot polos
prostat selama ejakulasi.2Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot
polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli-buli. Di tempat itu banyak
terdapat reseptor adrenergik alfa.1
kelenjar prostat mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri
vesicalis inferior dan arteri rectalis media, sedangkan vena-vena
membentuk plexus venosus prostaticus yang terletak di antara capsula
prostatica dan selubung fibrosa, plexus prostaticus menampung darah dari
vena dorsalis penis profunda da sejumlah venae vesicalis serta bermuara
ke vena vesicae interna. Dan pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe ke
nodi iliaci interni.9
20
http://repository.unimus.ac.id
dari prostat, sehingga sperma motil yang dikeluarkan dapat bebas bergerak
bergerak di dalam saluran reproduksi wanita.10
2. Faktor Risiko
Tidak ada bukti yang menyakinkan mengenai korelasi antara
faktor-faktor lain selain usia dalam peningkatan kejadian BPH.
Merokok juga diduga sebagai faktor yang berhubungan dengan
prostatektomi, namun ras, habitus, riwayat vasektomi, kebiasaan
seksual dan penyakit-penyakit lain serta obat-obatan belum ditemukan
mempunyai korelasi dengan peningkatan kejadian BPH.11
3. Etiopatogenesis
Penyebab BPH belum jelas. Beberapa teori telah dikemukakan di
antaranya: Teori dihidrotestosteron, Ketidak seimbangan antara
estrogen-testosteron, Interaksi stroma-epitel, Berkurangnya kematian
sel prostat, dan Teori sel stem.1
Oleh karena proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-
lahan maka efek terjadinya perubahan pada traktus urinarius juga
terjadi secara perlahan-lahan. Perubahan patofisiologik yang
21
http://repository.unimus.ac.id
disebabkan oleh kombinasi retensi urethra daerah prostat, tonus
trigonum dan leher vesika, dan kekuatan kontraksi detrusor. Secara
garis besar detrusor dipersyarafi oleh sistem para simpathis sedang
trigonum dan leher vesika dan prostat oleh saraf simpathis. Pada taraf
awal setelah terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang
bertambah pada leher vesika dan daerah prostat, kemudian detrusor
akan mencoba mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih
kuat.1Sebagai akibatnya serat detrusor akan menjadi lebih tebal dan
penonjolan serat detrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat
sebagai balok-balok yang tampak apabila dilihat dari dalam vesika
dengan sistoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar diantara
serat detrusor sehingga membentuk tonjolan mukosa yang apabila
kecil dinamakan sakula dan apabila besar disebut devertikel.
Fase penebalan detrusor ini disebut fase kompensasi yang apabila
berlanjut detrusor akan menjadi lelah dan akhirnya akan mengalami
dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk kontraksi sehingga akan
mengalami retentio urinae total. Apabila vesika menjadi
dekompensasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir
miksi masih ditemukan sisa urine di dalam vesika, hal ini
menyebabkan rasa tidak tuntas pada akhir miksi masih ditemukan sisa
urine di dalam vesika, jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan
terjadi kemacetan total, sehingga penderita tidak mampu lagi miksi
oleh karena produksi urine akan terus terjadi maka pada suatu saat
vesika tidak mampu lagi menampung urine sehingga tekanan
intravesika akan naik terus dan apabila tekanan vesika akan naik terus
dan apabila tekanan vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan
sfinfter akan terjadi inkontinensia paradoks (overflow incontinence).1
Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluks vesiko
urethral dan menyebabkan dilatasi ureter dan sistem pelvio kalises
ginjal dan akibat tekanan intravesikel yang diteruskan ke ureter dan
22
http://repository.unimus.ac.id
ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Proses
kerusakan ginjal dapat dipercepat apabila disertai adanya infeksi.1,2
5. Penegakan Diagnosis
Diagnosis pembesaran prostat dapat ditegakan dengan melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang pada pasien,
diantaranya :
1. Anamnesis
Dilakukan untuk menilai gejala obstruktif dan gejala iritatif
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat kita lakukan tindakan
diantaranya:12
23
http://repository.unimus.ac.id
a. Palpasi suprapubik, akan kita temukan bahwa vesika
urinaria penuh dan terdapat rasa nyeri.
b. Rectal toucher + bimanual, dapat ditentukan pembesaran
prostat
3. Pemeriksaan penunjang13
a. Pemeriksaan residu urine : sisa urin post miksi
b. Pemeriksaan pancaran urin/flow rate
c. Pemeriksaan laboratorium
Analisa urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting
untuk melihat adanya leukosit, bakteri dan infeksi.
Pemeriksaan elektrolit, kadar ureum dan kreatinin darah
merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal dan status
metabolik.1,2
d. Pemeriksaan pencitraan
Tujuan dilakukan pemeriksaan pencitraan ini adalah
mempekirakan volume BPH, menentukan derajat disfungsi
buli – buli dan volume residu urin, dan mencari kelainan
patoligi lainnya baik yang berhubungan dengan BPH
maupun tidak.2
Cara pencitraan yang lain adalah pemeriksaan
ultrasonografi (USG). Cara pemeriksaan ini untuk prostat
Hiperplasia dianggap sebagi pemeriksaan yang baik oleh
karena ketepatannya dalam medeteksi pembesaran prostat,
tidak ada bahaya radiasi dan juga relatif murah.
Pemeriksaan USG dapat dilakukan secara trans abdominal
atau transrektal ( TRUS = Trans Rektal Ultrasonografi ).
Pencitraan lain yang dapat juga dibuat ialah pencitraan
dengan CT-scanning dan Magnetic Resonace Image (MRI),
tetapi oleh karena cara pemeriksaan ini mahal dan
keterangan yang diperoleh tidak terlalu banyak
24
http://repository.unimus.ac.id
dibandingkan dengan cara lain maka cara ini dalam praktek
jarang digunakan.1,2
Pemeriksaan tambahan lain yang seing dikerjakan ialah
pemeriksaan sistokopi. Sistokopi dapat juga memberi
keterangan mengenai besarnya prostat dengan mengukur
panjangnya uretra pars prostatika dan melihat penonjolan
prostat kedalam uretra.2
6. Penatalaksanaan BPH
Ada beberapa pilihan terapi pasien BPH, di mana terapi spesifik
dapat diberikan untuk pasien kelompok tertentu. Untuk pasien dengan
gejala ringan dapat dengan hanya dilakukan watchful waiting, yaitu
observasi saja tanpa pengobatan. Pasien diberi nasihat agar
mengurangi minum setelah makan malam agar mengurangi nokturia,
menghindari obat-obat parasympatholytic ( misalnya dekongestan),
mengurangi kopi, dan melarang meminum minuman beralkohol agar
tidak terlalu sering buang air kecil. Penderita dianjurkan untuk kontrol
setiap tiga bulan untuk diperiksa gejala, pancaran urin, dan TRUS.
Bila terjadi kemunduran, segera diambil tindakan.1,2,3,13
Terapi medika mentosa terdiri dari penghambat adrenergik,
fitoterapi, dan hormonal. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah
operasi. Indikasi absolut dilakukan operasi adalah retensi urine berat (
retensi urine yang gagal dengan pemasangan kateter urine sedikitnya
satu kali), infeksi saluran kencing berulang, gross hematuria berulang,
batu kandung kemih, insufisiensi ginjal, dan diverticula kandung
kemih.1,2,3,11
D. Ultrasonografi
1. Definisi
Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostic
(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat-alat tubuh, di
anatomis, gerakan, serta hubungan dengan jaringan sekitarnya.
25
http://repository.unimus.ac.id
Pemeriksaan ini bersifat noninvasif, tidak menimbulkan rasa sakit
pada penderita, dapat dilakukan dengan cepat, nilai diagnostik yang
tinggi. Tidak ada kontraindikasinya sama sekali, tidak akan
memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini USG
mempunyai peranan yang penting untuk menentukan kelainan
berbagai organ tubuh.14
26
http://repository.unimus.ac.id
4. Penggunaan USG untuk Megukur Volume Prostat
Untuk kepentingan klinis dan penelitian, volume prostat
merupakan sebuah paramater penting. Berbagai teknik radiografi sering
digunakan untuk menentukan volume prostat secara akurat. Namun tidak
mudah untuk mendapatkan gambaran prostat yang memuaskan karena
prostat terletak jauh di dalam pelvis dibelakang pubis dan prostat dan
tidak dapat diukur dengan berbagai cara menggunakan USG.15
Pemerksaan USG secara tranrektal (TRUS), digunakan untuk mengetahui
besar dan volume prostat, adanya kemungkinan pembesaran prostat
maligna sebagai petunjuk untuk melakukan biopsi aspirasi prostat,
menentukan jumlah residu urine, dan mencari kelainan lain pada
kandung kemih. Pemeriksaan USG secara transabdominal (TAUS) dapat
mendeteksi adanya hidronefrosis ataupun kerusakan ginjal akibat
obstruksi BPH yang lama.
Pada TAUS visualisasi dari kelenjar prostat mungkin terganggu
oleh tulang pubis atau kapasitas kandung kemih yang kecil. TRUS
memberikan gambaran prostat yang lebih tepat karena jarak transduser ke
prostat minimal.16 Walaupun demikian,secara statistik tidak ada
perbedaan yang bermakna antara ultrasonografi transabdominal dan
transrectal dalam penentuan volume prostat.
Berbagai rumus telah digunakan untuk menetukan volume prostat,
yang paling umum digunakan adalah rumus ellipsoid yatu volume prostat
= panjang A-P x panjang cranio-caudal x panjang transversal x 0,52 (π/6)
dalam mL14, dengan berat jenis kelenjar prostat adalah 1.050.17
27
http://repository.unimus.ac.id
E. Tekanan Darah
1. Definisi
2. Etiologi19
Berdasarkan etiologinya hipertensi dibagi menjadi dua golongan,
yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
peyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat 95% kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya, seperti usia, genetik,
lingkungan, pengaruh sistem otokrin stempat pada sistem renin,
angiotensin dan aldosteron, sistem saraf otonom, keseimbangan
antara modulator vasodilatasi dan vasokontriksi dan faktor-faktor
yang meningkatkan risiko seperti merokok, alkohol, obesitas,
stress, asupan garam, ras dan lain-lain.19
b. Hipertensi sekunder, terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, misalnya 1) Penyakit ginjal :
glomerulonefritis akut, nefritis kronis, penyakit poliarteritis,
diabetes nefropati, 2) Penyakit endokrin : hipotiroid, hiperkalsemia,
akromegali, 3) koarktasio aorta, 4) hipertensi pada kehamilan, 5)
kelainan neurologi, 6) obat-obat dan zat-zat lain.19
c.
28
http://repository.unimus.ac.id
3. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi hipertensi:
Klasifikasi Menurut Joint National Commite 7
Komite eksekutif dari National High Blood Pressure Education
Program merupakan sebuah organisasi yang terdiri dari 46
professionalm sukarelawan, dan agen federal. Mereka mencanangkan
klasifikasi JNC (Joint Committe on Prevention, Detection, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure) pada tabel 1, yang dikaji oleh
33 ahli hipertensi nasional Amerika Serikat.20
Tabel 2.1. Klasifikasi Menurut JNC (Joint National Committe on
Prevention, Detection, Evaluatin, and Treatment of High Blood
Pressure)
4. Patofisiologi
Terjadinya hipertensi dapat disebabkan oleh beberapa faktor sebagai
berikut :
a. Curah jantung dan tahanan perifer Mempertahankan tekanan darah
yang normal bergantung kepada keseimbangan antara curah
jantung dan tahanan vaskular perifer. Sebagian terbesar pasien
dengan hipertensi esensial mempunyai curah jantung yang normal,
29
http://repository.unimus.ac.id
namun tahanan perifernya meningkat. Tahanan perifer ditentukan
bukan oleh arteri yang besar atau kapiler, melainkan oleh arteriola
kecil, yang dindingnya mengandung sel otot polos. Kontraksi sel
otot polos diduga berkaitan dengan peningkatan konsentrasi
kalsium intraseluler.19
b. Kontriksi otot polos berlangsung lama diduga menginduksi
perubahan sruktural dengan penebalan dinding pembuluh darah
arteriola, mungkin dimediasi oleh angiotensin, dan dapat
mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible. Pada
hipertensi yang sangat dini, tahanan perifer tidak meningkat dan
peningkatan tekanan darah disebabkan oleh meningkatnya curah
jantung, yang berkaitan dengan overaktivitas simpatis. Peningkatan
tahanan peifer yang terjadi kemungkinan merupakan kompensasi
untuk mencegah agar peningkatan tekanan tidak disebarluaskan ke
jaringan pembuluh darah kapiler, yang akan dapat mengganggu
homeostasis sel secara substansial.19
c. Sistem renin-angiotensin, Sistem renin-angiotensin mungkin
merupakan sistem endokrin yang paling penting dalam mengontrol
tekanan darah. Renin disekresi dari aparat juxtaglomerular ginjal
sebagai jawaban terhadap kurang perfusi glomerular atau kurang
asupan garam. Ia juga dilepas sebagai jawaban terhadap stimulasi
dan sistem saraf simpatis.19Sekresi renin oleh ginjal dipengaruhi
oleh: 1) Mekanisme intrarenal: (a) reseptor vaskuler, (b) makula
densa; 2) Mekanisme simpatoadrenergik; 3) mekansime humoral.
Renin bertanggung jawab mengkonversi substrat renin
(angiotensinogen) menjadi angotensin II di paru-paru oleh
angiotensin converting enzyme (ACE). Angiotensin II merupakan
vasokontriktor yang kuat dan mengakibatkan peningkatan tekanan
darah.19
d. Sistem saraf otonom stimulasi sistem saraf otonom dapat
menyebabkan konstriksi arteriola dan dilatasi arteriola. Jadi sistem
30
http://repository.unimus.ac.id
saraf otonom mempunyai peranan yang penting dalam
mempertahankan tekanan darah yang normal. Ia juga mempunyai
peranan penting dalam memediasi perubahan yang berlangsung
singkat pada tekanan darah sebagai jawaban terhadap stres dan
kerja fisik.19
e. Peptida atrium natriuretik (atrial natriuretic peptide/ANP) ANP
merupakan hormon yang diproduksi oleh atrium jantung sebagai
jawaban terhadap peningkatan volum darah. Efeknya ialah
meningkatkan ekskresi garam dan air dari ginjal, jadi sebagai
semacam diuretik alamiah. Gangguan pada sistem ini dapat
mengakibatkan retensi cairan dan hipertensi.19
31
http://repository.unimus.ac.id
besar otot detrusor dipersyarafi oleh sistem para simpatis sedang trigonum
dan leher vesika dan prostat oleh saraf simpatis. Pada taraf awal setelah
terjadinya pembesaran prostat akan terjadi resistensi yang bertambah pada
leher vesika dan daerah prostat, kemudian detrusor akan mencoba
mengatasi keadaan ini dengan jalan kontraksi lebih kuat.1
Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesika. Untuk
dapat mengeluarkan urin, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat
guna melawan tahanan tersebut. Kontraksi yang terus menerus ini
menyebabkan perubahan anatomi kandung kemih, dimana perubahan
struktur ini oleh penderita dirasakan sebagai keluhan atau lower urinary
tract symptoms (LUTS). Obstruksi yang disebabkan oleh BPH tidak hanya
disebabkan oleh adanya volume prostat yang merupakan komponen statis
yang menyumbat urethra posterior tetapi juga disebabkan oleh
peningkatan tonus otot polos yang merupakan komponen dinamis.6,21
Peningkatan tonus otot polos prostat ini dipersarafi oleh serabut
simpatis yang berasal dari nervus pudendus, pada BPH terkait rangsangan
dari α1-adrenoceptors.1 Kemudian rangsangan dari α1-adrenoceptors
dapat memicu pengeluaran noreepinefrin. Dimana dengan dilepaskannya
noreepinefrin mengakibatkan peningkatan kekuatan dan kecepatan
kontraksi jantung, dan menyebabkan tekanan darah meningkat.19
Apabila obstruksi berlanjut, detrusor akan menjadi lelah dan
akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk
kontraksi sehingga akan mengalami retentio urinae total. Apabila tekanan
vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter akan terjadi
inkontinensia paradoks (overflow incontinence). Retensi kronik dapat
menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan dilatasi
ureter dan sistem pelvio kalises ginjal dan menyebabkan terjadinya
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2
32
http://repository.unimus.ac.id
nefritis kronik dan pielonefritis. Kerusakan yang terjadi pada ginjal dapat
menurunkan aliran darah ke ginjal, maka baroreseptor ginjal akan
menyebabkan penurunan tekanan darah pada arteriol efferen, yang
mengakibatkan peningkatan pelepasan renin dari aparatus
juxtaglomerularis. Keadaan ini meningkatkan produksi angiotensin I.
Angiotensin I dibuat di perifer ginjal oleh kerja enzim konverting
angiotensin menjadi angiotensin II.21-22
Renin dihasilkan bila terdapat penurunan aliran darah dan
peningkatan tekanan pada parenkim ginjal. Ini memacu selsel
jukstaglomerularis untuk menghasilkan renin yang banyak yang kemudian
mempengaruhi produksi angiotensin. Aktivitas kedua adalah
menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi Na dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus
ginjal. Naiknya konsentrasi Na akan diencerkan kembali dengan cara
meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan
meningkatkan volume dan tekanan darah.21-22
33
http://repository.unimus.ac.id
G. Kerangka Teori
BPH
Peningkatan
rangsangan Retensi
saraf simpatik urin
Reseptor alfa
adrenergic Kerusakan pada
ginjal
34
http://repository.unimus.ac.id
Gambar 2.3.Skema Kerangka Teori
H. Kerangka konsep
Variabel Perancu
Usia,genetik, stress, cemas, aktvitas
fisik berlebihan, merokok, alkohol,
lifestyle.
I. Hipotesis
Ada hubungan volume prostat terhadap peningkatan tekanan darah
penderita benign prostatic hyperplasiapada ultrasonografi.
35
http://repository.unimus.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian studi
observasional analitik secara retrospektif dengan pendekatan rancangan
cross sectional karena menggunakan data dari rekam medik pasien.
2. Sampel
a. Besar Sampel
36
http://repository.unimus.ac.id
Besar sampel dalam penelitian ini dihitung berdasarkan rumus
cross sectional dengan besar populasi yang tidak diketahui sebagai
berikut:
1,96 . 0,3.0,7
=
0,1
0,806736
=
0,01
= 80,6736
= 81
Keterangan :
n = Besar sampel
d = Delta atau efect size, besar penyimpangan 10% : 0,1
P = Proporsi kejadian pembesaran prostat jinak: 30% : 0,3
= Nilai Z pada derajat kepercayaan 5% (1,96)
Q = (1-P), artinya (1-0,3 = 0,7)
Kriteria Eksklusi
37
http://repository.unimus.ac.id
1) Penderita kanker prostat
2) Ada riwayat diabetes
3) Rekam medis tidak lengkap
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random
sampling.
D. Alur Penelitian
Populasi pasien BPH
Eksklusi Inklusi
-Kanker -Pasien
prostat berusia ≥ 50
-DM
-Rekam medis tahun
Tidak Sampel
dimasukan
Usia, volume prostat
dan tekanan darah pada Pencatatan
pasien BPH rekam medik
Kesimpulan
38
http://repository.unimus.ac.id
F. Defenisi Operasional Variabel Penelitian
Tabel 3.2. Definisi Operasional
Variabel Skala
No Definisi Operasional Hasil Ukur
Penelitian
1 Interpretasi volume prostat pada Klasifikasi I : Ordinal
pemeriksaan USG volume volume prostat
Variabel prostat normal 20 mL. Volume sampai 20,00 mL
prostat pada penelitian ini diukur
Bebas: dengan pemeriksaan USG prostat Klasifikasi II :
yang dihitung dengan rumus volume prostat
Volume ellipsoid yaitu volume prostat = >20,00-40,00 mL
panjang A-P x panjang cranio-
prostat caudal x panjang transversal x Klasifikasi III :
0,52 (π/6) dalam mL dengan volume prostat
berat jenis kelenjar prostat adalah >40,00-60,00 mL
1.050.15,23-25
Klasifikasi IV :
volume prostat
>60,00-80,00 mL
Klasifikasi V :
volume prostat
>80,00 mL
39
http://repository.unimus.ac.id
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang diperoleh langsung
dari rekam medis pasien.
40
http://repository.unimus.ac.id
Klasifikasi II : volume prostat >20,00-40,00 mL : 2
Klasifikasi III : volume prostat >40,00-60,00 mL : 3
Klasifikasi IV : volume prostat >60,00-80,00 mL : 4
Klasifikasi V : volume prostat >80,00 mL 5
c. Processing
Kegiatan melakukan proses data dengan cara mengentry data
rekam medis ke paket program komputer agar data dapat di
analisis.
d. Cleaning
Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di
entry apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Data
a. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel yang diteliti dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan metode statistik untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Data yang
diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dengan uji korelasi
spearman rank, uji ini digunakan untuk mengukur tingkat atau
eratnya hubungan dua variabel yang berskala ordinal.
c. Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel
bebas mana yang paling erat dengan variabel terikat sebagai
lanjutan dari analisis bivariat. Uji statistik yang digunakan yaitu
regresi linier berganda.
41
http://repository.unimus.ac.id
J. Jadwal Penelitian
Desesmber
Oktober
Agustus
Januari
Kegiatan
November
September
Pembuatan
proposal
Penelitian
pendahuluan
Ujian proposal
Sampling dan
mengumpulkan
data
Pengolahan
data
Analisis data
Menulis
laporan
Ujian skripsi
42
http://repository.unimus.ac.id
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Variabel Frekuensi %
Umur
50 – 59 13 15,3
60 – 69 27 31,8
70 – 79 30 35,3
80 – 89 15 17,6
Tekanan Darah
Normal 1 1,2
Pre-hipertensi 20 23,5
Hipertensi grade I 43 50,6
Hipertensi grade II 21 24,7
Volume prostat
Klasifikasi I 7 8,2
Klasifikasi II 46 54,1
Klasifikasi III 17 20
43
http://repository.unimus.ac.id
Klasifikasi IV 8 9,4
Klasifikasi V 7 8,2
Tabel 4.1 tabel karakteristik responden
1. Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran umum
pasien BPH dengan tekanan darah tinggi.
a. Umur
Distribusi umur subjek penelitian :
27, 31.76
30, 35.29 %
%
50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89
44
http://repository.unimus.ac.id
variabel dapat terbaca. Pada semua kategori usia terdapat pasien
BPH. Persentase terbesar terdapat pada subjek yang berada pada
kelompok umur 70-79 tahun yakni sebesar 35,29% (30 orang).
Kemudian setelah itu persentase besar ke kecil adalah subjek yang
berada pada kelompok umur 60-69 tahun sebesar 31,76% (27
orang), kelompok umur 80-89 tahun sebesar 17,65% (15 orang),
dan kelompok umur 50-59 tahun sebesar 15,29% (13 orang).
b. Volume prostat
Distribusi volume prostat subjek penelitian:
7, 8.24% 7, 8.24%
8, 9.41%
17, 20.00
%
46, 54.12
%
45
http://repository.unimus.ac.id
prostat >40-60) sebesar 20,00% (17 orang), kelompok IV (volume
prostat >60-80) sebesar 9,14% (8 orang), dan didapatkan hasil yang
sama pada kelompok I (volume prostat sampai 20) dan kelompok
V (volume prostat >80) yakni sebesar 8,24% (7 orang). Data
lengkap mengenai volume prostat pada sampel penelitian ini dapat
dilihat pada lampiran 1.
18 17
J 16
u
14
m
l 12 11 Klasifikasi I
10
a 9
10 Klasifikasi II
h 8
8 Klasifikasi III
S 6 5 Klasifikasi IV
a 4
4 3 3 Klasifikasi V
m 2 2 2 2 2
p 2 1 1111
e 0
0
l
50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89
46
http://repository.unimus.ac.id
Diagram 4.4 memperlihatkan bahwa pada kelompok umur
50-59 tahun, 1 orang (7,69%) memiliki volume prostat sampai 20
ml, 8 orang (61,53%) memiliki volume prostat >20,00-40,00 ml, 2
orang (15,38%) memiliki volume prostat >40,00-60,00 ml. Dan 2
orang (15,38%) memiliki volume prostat >80,00 ml. Untuk
kelompok umur 60-69 tahun, 2 orang (7,40%) memiliki volume
prostat sampai 20 ml, 10 orang (37,03%) memiliki volume prostat
>20,00-40,00 ml, 9 orang (33,33%) memiliki volume prostat
>40,00-60,00 ml, 4 orang (14,81%) memiliki volume prostat
>60,00-80,00 ml, dan 2 orang ( 7,40%) memiliki volume prostat >
80,00 ml. Untuk kelompok umur 60-79 tahun, 3 orang (10%)
memiliki volume prostat sampai 20 ml, 17 orang ( 56,67%)
memiliki volume prostat >20,00-40,00 ml, 5 orang (16,67%)
memiliki volume prostat > 40,00-60,00 ml, 3 orang (10%)
memiliki volume prostat >60,00-80,00 ml, dan 2 orang (6,67%)
memiliki volume prostat >80,00 ml. Sedangkan untuk kelompok
umur 80-89 tahun, 1 orang (6,67%) memiliki volume prostat
sampai 20 ml, 11 orang (73,33%) memiliki volume prostat >20,00-
40,00 ml, 1 orang (6,67%) memiliki volume prostat >40,00-60,00
ml, 1 orang (6,67%) memiliki volume prostat >60,00-80,00 ml, dan
1 orang (6.67%) memiliki volume prostat >80,00 ml. Hal ini
menunjukkan terdapat kecemderungan semakin meningkat usia
maka volume prostat juga semakin meningkat.
d. Tekanan darah
Distribusi frekuensi tekanan darah sampel penilitian:
47
http://repository.unimus.ac.id
1, 1.18%
43, 50.59%
Normal Pre-hipertensi
Hipertensi grade I Hipertensi grade II
48
http://repository.unimus.ac.id
16
14
12
10 Normal
8 Pre-hipertensi
Hipertensi grade 1
6
Hipertensi grade 2
4
2
0
50-59 60-69 70-79 80-89
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume
prostat terhadap peningkatan tekanan darah pada pasein BPH, analisis
dilakukan dengan uji korelasi Spearman rank (Rho), tingkat
49
http://repository.unimus.ac.id
kemaknaan 5%(α =0,05). Berikut ini adalah hasil analisis bivariat
antara variabel bebas dengan variabel terikat.
a. Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Pasien BPH
Variabel p r Keterangan
Umur
0,439 0,085 Tidak signifikan
Tekanan darah
50
http://repository.unimus.ac.id
Variabel P R Keterangan
Volume prostat Signifikan, positif,
0,021 0,250
Tekanan darah lemah
R Interpretasi
0,000-0,200 Sangat rendah (tak berkorelasi)
0,200-0,400 Rendah
0,400-0,600 Sedang
0,600-0,800 Kuat
0,800-1,000 Sangat kuat
51
http://repository.unimus.ac.id
Tabel 4.10 Uji Korelasi Spearman’s rho Volume Prostat terhadap
Tekanan Darah berdasarkan Kelompok Umur 50 – 70 tahun
Variabel P R Keterangan
Volume
prostat
0,260 0,166 Tidak Signifikan
Tekanan
darah
Dari hasil penelitian, setelah diuji dengan uji statistik
spearman Rank (Rho) didapatkan besarnya taraf signifikan p =
0,260 lebih besar dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa
kelompok umur 50-70 tahun tidak ada hubungan antara tekanan
darah dengan volume prostat penderita.
Variabel P R Keterangan
Volume
prostat Signifikan,positif,
0,026 0,365
lemah
Tekanan darah
52
http://repository.unimus.ac.id
Koefisien korelasi 0,365 bertanda positif. Tanda positif
menunjukan semakin meningkat volume prostat maka tekanan
darah juga semakin meningkat.
3. Analisis Multivariat
Dalam penelitian ini diduga ada 2 variabel yang berhubungan
dengan kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH di RS
Roemani Muhammadiyah Semarang pada tahun 2011-2014, yaitu
umur dan volume prostat.
Untuk menganalisis multivariat, variabel yang diduga terdapat
hubungan tersebut terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat terlebih
dahulu dengan variabel terikat.
Tabel 4.12 hasil analisis bivariat umur dan volume prostat dengan
kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien BPH di RS Roemani
Muhammadiyah Semarang
No Variabel P value
1. Umur 0,439
2. Volume prostat 0,021
Tabel 4.13 Tabel Uji Regresi Linier Berganda Umur dan Volume
Prostat terhadap Tekanan Darah
Variabel B T P value
Konstan 2,172 7,202 0,000
Umur 0,110 1,363 0,177
Volume prostat 0,210 2,871 0,005
53
http://repository.unimus.ac.id
Berdasarkan tabel 4.13, terlihat bahwa volume prostat yang
mampu berpengaruh secara signifikan terhadap tekanan darah
pasien BPH dengan p = 0,005 (<0,05). Variabel umur memiliki p=
0,177 (>0,05) artinya variabel tersebut tidak berpengaruh terhadap
tekanan darah pasien BPH.
Persamaan Regresi :
B. Pembahasan
54
http://repository.unimus.ac.id
pria usia 41-50 tahun, 50% pria usia 51-60 tahun, 65% pria usia 61-70
tahun, 80% pria usia 71-80 tahun dan 90% pria usia 81-90 tahun.3,5
Volume prosat pada sampel tidak semuanya lebih dari 20 ml. Hal
ini dikarenakan benign prostatic hyperplasia tidak hanya melihat ukuran
volume prostat, tetapi juga untuk menggambarkan keadaan
histopatologi.Pada penilitian ini, terdapat kecenderungan semakin
meningkat usia maka volume prostat juga akan semakin meningkat. Hal
ini sesuai dengan yang disebutkan oleh nickelbahwa volume prostat
semakin meningkat seiring bertambahnya umur.25
55
http://repository.unimus.ac.id
2. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah Pasien BPH
56
http://repository.unimus.ac.id
kontraksi sehingga akan mengalami retentio urinae total. Apabila tekanan
vesika menjadi lebih tinggi daripada tekanan sfingter akan terjadi
inkontinensia paradoks (overflow incontinence). Retensi kronik dapat
menyebabkan terjadinya refluks vesiko urethral dan menyebabkan dilatasi
ureter dan sistem pelvio kalises ginjal dan menyebabkan terjadinya
hidroureter, hidronefrosis dan gagal ginjal.1,2
57
http://repository.unimus.ac.id
dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa kelompok umur 50-70 tahun
tidak ada korelasi yang signifikan antara tekanan darah dengan volume
prostat penderita. Tidak adanya korelasi yag signifikan antara tekanan
darah dengan volume prostat pada kelompok umur 50-70 tahun dapat
disebabkan oleh faktor-faktor berikut :
58
http://repository.unimus.ac.id
tahun). Ada kemungkinan pada penderita BPH juga terdapat faktor
lain yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan darah, dimana
faktor lain ini tidak terdeteksi pada saat dilakukan penegakan
diagnosis sehingga tidak tercantum direkam medis.19
d. Adanya perbedaan jumlah sampel yang diambil, perbedaan lokasi
penelitian, metode penelitian yang digunakan sehingga akan
berpengaruh terhadap hasil penelitian.
e. Pasien yang tekanan darahnya normal kemungkinan telah menjalani
terapi antihipertensi sehingga tekanan darah kembali normal dan pada
pasien yang telah dilakukan prostatectomi.
59
http://repository.unimus.ac.id
BAB V
KESIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
60
http://repository.unimus.ac.id
1. Tidak ada hubungan usia dengan peningkatan tekanan darah pada
pasien BPH.
2. Volume prostat berhubungan dengan tekanan darah dengan r= 0,250
dan p= 0,021, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara volume prostat dengan tekanan darah dengan sifat
hubungan yang positif lemah.
3. Tidak ada hubungan volume prostat dengan tekanan darah berdasarkan
kelompok umur 50-70 tahun.
4. Volume prostat berhubungan dengan tekanan darah brdasarkan
kelompok umur ≥70 tahun dengan r= 0,365 dan p= 0,026, hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara volume
prostat dengan tekanan darah berdasarkan kelompok umur ≥70 tahun
dengan sifat hubungan yang positif lemah.
5. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap peningkatan
tekanan darah adalah volume prostat dengan p=0,005
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai korelasi antara
tekanan darah dengan volume prostat penderita benign prostatic
hyperplasia yang secara teori memiliki hubungan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dan terbukti memiliki hubungan. Penelitian
sebaiknya dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan
berasal dari berbagai jenis fasilitas kesehatan sehingga data yang
diperoleh dapat digeneralisasikan ke populasi yag lebih besar.
Kemudian bisa menggunakan design yang lebih baik secara kohort
prospektif.
2. Kepada tenaga kesehatan khususnya dokter yang memehami faktor
resiko yang berhubungan dengan kejadian peningkatan tekanan darah
pada pasien BPH sehingga dapat mengedukasi, mengobati serta
mencegah terjadinya kejadian peningkatan tekanan darah pada pasien
BPH.
61
http://repository.unimus.ac.id
3. Kepada dokter umum diharapkan dapat mendiagnosa pasien dengan
BPH dengan baik dan benar
4. Kepada dokter spesialis hipertensi dengan BPH bukan karena sebab
yang lain, tidak perlu takut dengan cara TAUS maupun TRUS.
DAFTAR PUSTAKA
62
http://repository.unimus.ac.id
2. Staff pengajar FKUI. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Jakarta:FKUI.1995.
hal:161-170
8. Guo, L. J., Zhang, X. H., Li, P. J., & Na, Y. Q. Association study between
benign prostatic hyperplasia and primary hypertension. Zhonghua wai ke
za zhi [Chinese journal of surgery], 2005. 43(2), 108-111.
63
http://repository.unimus.ac.id
13. Hardjowijoto, S., et al. Pedoman Penatalaksanaan BPH di Indonesia.
Surabaya: IAUI .2003.
14. Sjahriar, Rasad. Azwar, Boer. Radiologi Diagnostik edisi kedua, Jakarta :
FKUI. 2009. hal: 453-455
17. Esequiel Rodriguez Jr., et al. Prostate volume estimation using the
ellipsoid formula consistently underestimates actual gland size.
Department of Urology, University of California-Irvine, Irvine Medical
Center, Orange, California. 2007; 179:2 : 501-03
19. Sudoyo, Aru W. dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi
V.Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
2009. hal: 2379
21. Achen MG, Stracker SA. The vascular endothelial growth factor family;
proteins which guide the development of the vasculature. Int J Exp
Pathol.1998; 79 : 255-65
22. Upik, Setyaningsih. Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Rasio Lingkar
Pinggang Panggul dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi Rawat Jalan
64
http://repository.unimus.ac.id
di RS TUGUREJO Semarang.Universitas Muhammadiyah Semarang.
2013
23. Boyle P, Gould AL, Roehrborn CG., Prostate volume predicts outcome of
treatment of benign prostatic hyperplasia with finasteride: meta-analysis of
randomized clinical trials.1996; 48:3 : 398-405
26. Lim K.B., Ho H., Foo K.T., Wong M.Y.C., Fook-Chong S.2006.
Comparison of intervesical praostatic protrusion, prostate volume and
serum prostatic spesific antigen in the evaluation of bladder outlet
obstruction. International Journal of Urology. 13(12):1509-13.
27. Musa A., Sabilal A., Adi S., Widodo J.P. 2009. Hubungan antara derajat
intravesical prostatic protrusion dengan Q max, volume prostat, dan
international prostate syptom score pada pasien BPH dengan LUTS tanpa
komplikasi. JURI.16(2):43-7.
28. Muruganandham K., Dubey D., Kapoor R. 2007. Acute urinary retenstion
in benign prostatic hyperplasia: Risk factors and current management.
Indian J urol. 23:347-53
29. Shi-Jun Zhang, Hai-Ning Qian, Yan Zhao, Kai Sun, Hui-Qing Wang, et al.
Relationship between age and prostate size. Asian J Androl. 2013 Jan;
15(1): 116–120.
65
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 1. Analisis Data
A. Analisis Univariat
1. Distribusi Frekuensi Umur pasien BPH
Umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 50 - 59 13 15.3 15.3 15.3
60 - 69 27 31.8 31.8 47.1
70 - 79 30 35.3 35.3 82.4
80 - 89 15 17.6 17.6 100.0
Total 85 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Klasifikasi I 7 8.2 8.2 8.2
Klasifikasi II 46 54.1 54.1 62.4
Klasifikasi III 17 20.0 20.0 82.4
Klasifikasi IV 8 9.4 9.4 91.8
Klasifikasi V 7 8.2 8.2 100.0
Total 85 100.0 100.0
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 1 1.2 1.2 1.2
Pre-hipertensi 20 23.5 23.5 24.7
Hipertensi I 43 50.6 50.6 75.3
Hipertensi II 21 24.7 24.7 100.0
Total 85 100.0 100.0
66
http://repository.unimus.ac.id
5. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah berdasarkan Umur
Tekanan Darah
Umur 50 - 59 Count 1 4 7 1 13
60 - 69 Count 0 5 14 8 27
70 - 79 Count 0 8 13 9 30
80 - 89 Count 0 3 9 3 15
Total Count 1 20 43 21 85
67
http://repository.unimus.ac.id
6. Distribusi tekanan darah berdasarkan kelompok umur 50-70 tahun dan
kelompok umur ≥70 tahun
Volume Prostat
Klasifikasi I Klasifikasi II Klasifikasi III Klasifikasi IV Klasifikasi V Total
Umur 50 - 70 Count 4 23 13 4 4 48
Expected Count 4.0 26.0 9.6 4.5 4.0 48.0
% within Volume Prostat 57.1% 50.0% 76.5% 50.0% 57.1% 56.5%
% of Total 4.7% 27.1% 15.3% 4.7% 4.7% 56.5%
>= 70 Count 3 23 4 4 3 37
Expected Count 3.0 20.0 7.4 3.5 3.0 37.0
% within Volume Prostat 42.9% 50.0% 23.5% 50.0% 42.9% 43.5%
% of Total 3.5% 27.1% 4.7% 4.7% 3.5% 43.5%
Total Count 7 46 17 8 7 85
Expected Count 7.0 46.0 17.0 8.0 7.0 85.0
% within Volume Prostat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 8.2% 54.1% 20.0% 9.4% 8.2% 100.0%
B. Analsis Bivariat
1. Hubungan Volume Prostat dengan Tekanan Darah pada Pasien BPH
Crosstab
Volume Prostat
Klasifikasi I Klasifikasi II Klasifikasi III Klasifikasi IV Klasifikasi V Total
Tekanan Normal Count 0 1 0 0 0 1
Darah Expected Count .1 .5 .2 .1 .1 1.0
% within Volume Prostat .0% 2.2% .0% .0% .0% 1.2%
% of Total .0% 1.2% .0% .0% .0% 1.2%
Pre-hipertensi Count 3 12 4 1 0 20
Expected Count 1.6 10.8 4.0 1.9 1.6 20.0
% within Volume Prostat 42.9% 26.1% 23.5% 12.5% .0% 23.5%
% of Total 3.5% 14.1% 4.7% 1.2% .0% 23.5%
Hipertensi I Count 2 25 10 3 3 43
Expected Count 3.5 23.3 8.6 4.0 3.5 43.0
% within Volume Prostat 28.6% 54.3% 58.8% 37.5% 42.9% 50.6%
% of Total 2.4% 29.4% 11.8% 3.5% 3.5% 50.6%
Hipertensi II Count 2 8 3 4 4 21
Expected Count 1.7 11.4 4.2 2.0 1.7 21.0
% within Volume Prostat 28.6% 17.4% 17.6% 50.0% 57.1% 24.7%
% of Total 2.4% 9.4% 3.5% 4.7% 4.7% 24.7%
Total Count 7 46 17 8 7 85
Expected Count 7.0 46.0 17.0 8.0 7.0 85.0
% within Volume Prostat 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 8.2% 54.1% 20.0% 9.4% 8.2% 100.0%
68
http://repository.unimus.ac.id
Correlations
Tekanan Volume
Darah Prostat
Spearman's rho Tekanan Darah Correlation Coefficient 1.000 .250*
Sig. (2-tailed) . .021
N 85 85
Volume Prostat Correlation Coefficient .250* 1.000
Sig. (2-tailed) .021 .
N 85 85
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Correlations
Tekanan Volume
Darah Prostat
Spearman's rho Tekanan Darah Correlation Coefficient 1.000 .166
Sig. (2-tailed) . .260
N 48 48
Volume Prostat Correlation Coefficient .166 1.000
Sig. (2-tailed) .260 .
N 48 48
69
http://repository.unimus.ac.id
3. Analisis hubungan volume prostat dengan tekanan darah berdasarkan
kelompok umur ≥70 tahun
Correlations
Tekanan Volume
Darah Prostat
Spearman's rho Tekanan Darah Correlation Coefficient 1.000 .365*
Sig. (2-tailed) . .026
N 37 37
Volume Prostat Correlation Coefficient .365* 1.000
Sig. (2-tailed) .026 .
N 37 37
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
C. Analisis Multivariat
Model Summary
70
http://repository.unimus.ac.id
ANOVAb
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.615 2 2.308 4.687 .012a
Residual 40.373 82 .492
Total 44.988 84
a. Predictors: (Constant), Volume Prostat, Umur
b. Dependent Variable: Tekanan Darah
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 2.172 .302 7.202 .000
Umur .110 .080 .143 1.363 .177
Volume Prostat .210 .073 .302 2.871 .005
a. Dependent Variable: Tekanan Darah
71
http://repository.unimus.ac.id
Lampiran 2. Data Penelitian
72
http://repository.unimus.ac.id
Tn. Mas Basri 59 Tahun 160 90 40 cc
Tn. Sutriman 62 Tahun 130 90 21 cc
Tn. Sudirman 62 Tahun 180 100 32 cc
Tn. H. M. Machrur 62 Tahun 150 110 75,78 cc
Tn. Girin Tjipto 74 Tahun 180 100 30,44 cc
Tn. Ispraptono 71 Tahun 150 80 124 cc
Tn. Pasiran 76 Tahun 145 90 30 cc
Tn. Suparman 55 Tahun 140 90 45,15 cc
Tn. R Horeo 82 Tahun 180 100 130 cc
Tn. Nurwadi 74 Tahun 180 100 87 cc
Tn. Agus Harwanto 56 Tahun 140 90 127,26 cc
Tn. Sahlan Sastrowija 70 Tahun 140 90 32 cc
Tn. Mardis 69 Tahun 170 100 50,69 cc
Tn. Hary Edy Tjahjono 65 Tahun 150 90 40 cc
Tn. Amin Martadi 71 Tahun 150 100 30,7 cc
Tn. Tasrif Komar 73 Tahun 130 80 24 cc
Tn. Oesman 72 Tahun 160 80 40 cc
Tn. Badri 66 Tahun 160 90 39,7 cc
Tn. Jazuli 58 Tahun 160 80 21 cc
Tn. Teguh Joko waluyo 54 Tahun 140 80 37,11 cc
Tn. Muh Khairun 71 Tahun 120 70 30 cc
Tn. Solechan 69 Tahun 150 80 27 cc
Tn. Muh Kholil 54 Tahun 106 67 37 cc
Tn. Muh Narulloh 65 Tahun 110 70 34 cc
Tn. Suimban 70 Tahun 170 90 20 cc
Tn. Tasripan 70 Tahun 170 100 32 cc
Tn. Sihit 85 Tahun 130 70 30 cc
Tn. Rochmat 77 Tahun 150 100 16,70 cc
Tn. Kartono 55 Tahun 130 90 30 cc
Tn. Rafie Achmad 59 Tahun 170 110 82,76 cc
Tn. Ali Masyhudi 87 Tahun 140 70 30 cc
Tn. Sulikan 60 Tahun 130 90 50 cc
Tn. Wahino 75 Tahun 130 80 29 cc
Tn. Suwandi 72 Tahun 110 70 20 cc
Tn. Bedjo Martono 77 Tahun 140 80 21,3 cc
Tn. Suparjo 86 Tahun 150 90 30 cc
Tn. Sri Utomo 61 Tahun 157 97 55,30 cc
Tn. Sampan 70 Tahun 140 80 55 cc
Tn. Mastur 60 Tahun 150 100 120 cc
73
http://repository.unimus.ac.id
Tn. Suwito 82 Tahun 180 80 30 cc
Tn. Paimin al samadi 57 Tahun 110 80 31,8 cc
Tn. Achmad 73 Tahun 150 100 80 cc
Tn. Sumarna 51 Tahun 130 80 21,05 cc
Tn. Mustakim 55 Tahun 120 80 15 cc
Tn. H. M. Soeharto 61 Tahun 140 90 15,39 cc
Tn. Agus Nanggung Sen 69 Tahun 170 100 50 cc
Tn. Uminta Ryana 61 Tahun 110 70 40,2 cc
Tn. Toekidjo 75 Tahun 140 80 57,3 cc
Tn. Ali Asikin 74 Tahun 170 100 75 cc
74
http://repository.unimus.ac.id