Anda di halaman 1dari 89

Dear Smart Parents,

File presentasi ini kami bagikan khusus untuk Anda yang mengikuti PESAT online 28 November
2021 kemarin.
Keseluruhan materi dibuat oleh para pembicara dengan segenap waktu, tenaga dan pikiran.
Kami berharap, file ini tidak disebarkan baik itu dalam bentuk softcopy maupun hardcopy tanpa
seizin Yayasan Orangtua Peduli.
Semoga materi ini berguna untuk Anda dan keluarga. Selamat belajar.

Salam Sehat,
Tim PESAT Online
Imunisasi:
Selamatkan
Generasi!
Dr. Arifianto, Sp.A(K)
Apakah vaksin Apa beda
aman? Mengapa imunisasi
ada yang dengan
meninggal? vaksinasi?

Mengapa tidak
Bagaimana
semua anak bisa
kalau tertinggal?
diimunisasi
Bisa dilengkapi?
Covid-19?
TAHUKAH ANDA?
`
• Penyakit cacar bopeng (variola) sudah tidak ada di
seluruh dunia sejak tahun 1980
• Pada tanggal 27 Maret 2014, Indonesia dinyatakan
bebas polio dan mendapatkan sertifikat dari WHO
• 2016: Indonesia bebas tetanus neonatorum
• Semua penyakit yang sudah dieradikasi, masih dapat
kembali!

Vaksin adalah KORBAN dari KEBERHASILANnya


sendiri

Tidak mengetahui = tidak ada?


Apa imunisasi itu?
• Imunisasi = vaksinasi
• Memberikan antigen ke dalam tubuh untuk membentuk antibodi spesifik
• Vaksin: zat yang merangsang kekebalan tubuh
• Imunisasi bekerja MENIRU sistem kekebalan ALAMIAH tubuh
manusia
• Kuman masuk ke dalam tubuh  sistem imun bekerja
• Vaksin masuk ke dalam tubuh  sistem imun bekerja
Apa bedanya?
Vaksin Virus/bakteri alami
Tidak membuat sakit Dapat menyebabkan sakit
Memberikan kekebalan spesifik Kekebalan dibentuk setelah sakit

Apakah ASI dan makanan bergizi tidak cukup?

ASI saja kan sudah cukup?


Makanan bergizi sudah cukup?

Kekebalan spesifik vs non spesifik


Cara kerja vaksin
Penyakit apa saja yang bisa dicegah?
Japanese
Hepatitis B Difteri Tetanus
encephalitis

Hepatitis A Campak Pertusis Rubella

COVID-19

Cacar air Tuberkulosis Meningitis Pneumonia

Kanker
Tifoid Influenza Polio
serviks
Siapa saja yang
harus diimunisasi

• Bayi sejak baru lahir, selanjutnya


mengikuti program imunisasi di
Posyandu/Puskesmas/Klinik/RS
• Anak usia sekolah, mulai TK-SD
• Dewasa
• Hendak bepergian ke suatu wilayah
Jadwal
Imunisasi
Kemenkes
Hepatitis B
Virus yang dapat menyebabkan sakit
kuning, sirosis hati, hingga kanker
Penularan
Vaksin dibuat dengan teknologi
melalui cairan
DNA rekombinan
tubuh

Penyakit
Vaksin diberikan Diberikan segera,
terdiagnosis
secara tunggal dan sebelum bayi
puluhan tahun sejak
DPT kombo berusia 24 jam
terinfeksi
Tuberkulosis (TB)

Penyebabnya adalah bakteri


Mycobacterium tuberculosis
Vaksin BCG dibuat dari bakteri Indonesia
Mycobacterium bovis yang adalah negara
dilemahkan endemis TB

BCG tidak dapat


Diberikan segera
Efektivitas BCG mencegah sakit TB,
setelah lahir, atau
sebesar 0 – 80% tetapi mengurangi
sebelum 1 bulan
risiko TB berat
Difteri

Penyebabnya adalah bakteri Corynebacterium


diphtheriae yang menghasilkan toksin

Vaksin dibuat dari toksoid difteri. Wabah difteri terjadi


Gejala sakit berupa pembengkakan tonsil, di Indonesia, di
sampai miokarditis dan neuritis 2012 dan 2017

Vaksin kombinasi Booster pada usia 5


Imunisasi diberikan
dengan pertusis, – 7 tahun dan 10 –
sejak usia 2 bulan
tetanus, dan Hib 11 tahun (BIAS)
Pertusis
Penyebabnya adalah Bordetella pertussis
yang menyebabkan kematian pada bayi

Vaksin dibuat dengan bakteri Penularan


utuh yang dimatikan atau melalui cairan
sebagian proteinnya tubuh

Imunisasi Vaksin kombinasi Mana yang lebih


diberikan sejak dengan difteri, baik: DPT atau
usia 2 bulan tetanus, dan Hib DPaT?
Tetanus

Penyebabnya adalah bakteri Clostridium


tetani yang menghasilkan toksin

Vaksin dibuat dari toksoid tetanus.


Penularan melalui
Gejala sakit berupa kekakuan otot, luka
kejang, hingga penurunan kesadaran

Vaksin kombinasi Tetanus


Imunisasi diberikan
dengan difteri, neonatorum adalah
sejak usia 2 bulan
pertusis, dan Hib target utama
Campak
Morbilivirus menyebabkan gejala demam,
konjungtivitis, dan ruam, yang berkomplikasi
pneumonia, ensefalitis, hingga kematian

Vaksin dikembangkan sejak tahun 1950- Kasus campak


an, dan saat ini tersedia dalam beberapa masih sangat
strain banyak di Indonesia

Imunisasi diberikan Vaksin kombinasi


Target eliminasi
pada usia 9 bulan, dengan gondongan
campak pada tahun
booster pada 18 dan rubella (MMR)
2023
bulan dan saat BIAS dan MR tersedia
Campak adalah penyakit berbahaya! Bedakan
antara campak dengan roseola dan rubella!
Polio

Disebabkan oleh virus polio yang masuk melalui


saluran cerna dan menginfeksi susunan saraf

Vaksin dibuat dari virus yang dilemahkan Kasus polio terakhir


(OPV—polio tetes) atau virus dimatikan di Indonesia tahun
(IPV—polio suntik), terdiri dari 2 serotipe 2012

IPV diberikan Indonesia


Imunisasi diberikan
minimal 2x sebelum dinyatakan bebas
sejak usia 0 bulan
usia 12 bulan polio tahun 2014
Cacar air (varisela)

Disebabkan oleh virus varicella zoster yang


menular melalui percikan dahak dan kontak kulit

Vaksin dibuat dari virus yang Varisela


ditumbuhkan dalam media kultur mudah
sel menular

Imunisasi Diberikan 2 dosis Usia > 13 tahun:


diberikan sejak dengan interval 6 interval 4 – 6
usia 12 bulan minggu – 3 bulan minggu
Gondongan (mumps)

Penyebabnya adalah mumpsvirus, yang


bergejala pembengkakan kelenjar liur

Vaksin dibuat dari virus yang Komplikasi


ditumbuhkan dalam media berupa orkitis
biakan dan meningitis

Vaksin dalam
Imunisasi diberikan bentuk kombinasi
sejak usia 15 bulan dengan campak
dan rubella (MMR)
Rubella

Penyebabnya adalah virus yang


menyebabkan gejala demam dan ruam

Tidak
Vaksin dibuat dari virus dengan
menyebabkan
teknik kultur sel
autisme

Imunisasi Vaksin dalam bentuk Yang dikhawatirkan


kombinasi dengan
diberikan sejak campak dan gondongan adalah sindrom
usia 9 bulan (MMR) dan MR rubella kongenital
Vaksin Haemophilus influenza tipe b (Hib)

Bakteri Hib menyebabkan meningitis,


pneumonia, dan epiglotitis

Penyuntikan
Vaksin dibuat dari konjugasi
secara
polisakarida bakteri Hib
intramuskular

Vaksin dalam bentuk


Sudah masuk
Imunisasi diberikan kombinasi difteri,
program imunisasi
sejak usia 2 bulan pertusis, tetanus,
nasional
dan hepatitis B
Hepatitis A

Penyebabnya adalah virus hepatitis A


yang masuk melalui saluran cerna
Penyakit ini
Vaksin dibuat dari virus yang
cenderung
dimatikan
berupa wabah

Disuntikkan secara Diulang 6 – 18


Diberikan sejak
intramuskular, 2 bulan setelah
usia 12 bulan
dosis dosis 1
Tifoid

Disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi,


dengan gejala demam minimal 7 hari

Vaksin dibuat dari polisakarida Vaksin tersedia


bakteri dalam 2 jenis

Imunisasi Efektivitas vaksin Vaksin tifoid oral


diberikan sejak hanya sekitar 50 tidak tersedia di
usia 2 tahun – 70% Indonesia
Pneumokokus

Bakteri streptokokus pneumonia berada di selaput


lendir saluran napas, dan dapat menjadi IPD

Vaksin dibuat dari konjugasi IPD: pneumonia,


polisakarida bakteri (PCV) atau meningitis, dan
polisakarida murni (PPV) sepsis

Dosis I pada usia 1 – 2


Apabila dosis pertama tahun: 2x
Vaksin PCV yang ada:
usia 7 – 12 bulan: PCV Usia 2 – 5 tahun: 2x
PCV-10 dan PCV-13
2x + 1 PCV-10 atau 1x PCV-
13
Rotavirus

Virus menyerang permukaan saluran


cerna, menyebabkan muntah dan diare

Anak tetap dapat


Vaksin dibuat dari dua protein yang
mengalami diare,
ada pada virus
tetapi tidak berat

Dosis pertama RV monovalent dosis


Terdapat dua jenis
diberikan paling terakhir < 24 minggu,
vaksin: monovalen
lambat usia 14 pentavalent < 32
dan pentavalen
minggu minggu
Human Papilloma Virus (HPV)

HPV menyerang kulit, kemaluan, dan


serviks. Penularan melalui kontak seksual

Vaksin dibuat dari protein virus Tidak semua


L1 yang menggunakan teknik serotipe virus
DNA rekombinan yang tercakup

Usia 15 – 26 tahun:
Usia 9 – 14 tahun: Diberikan pada
pada bulan 0, 1, 6
2x interval 6 – 15 siswi kelas 5 dan 6
(bivalen) atau 0, 2,
bulan SD
6 (trivalent)
Influenza

Virus ini menyerang saluran napas


atas hingga bronkus

Mulai usia 6 bulan; dosis I < 9 tahun: 2 Komplikasi


dosis interval > 4 minggu; > 9 tahun: 1 berupa
dosis tiap tahun pneumonia berat

Imunisasi Vaksin yang ada


Flu BERBEDA
diberikan sejak adalah vaksin
dengan selesma!
usia 6 bulan mati saja
Japanese Encephalitis

Virus menyerang susunan saraf pusat


(otak) dan menyebabkan ensefalitis

Mulai usia 9 bulan pada DAERAH Booster 1 – 2


ENDEMIS atau yang akan tahun
bepergian ke daerah endemis berikutnya

Endemisitas Data DKI – DIY:


Virus hidup
berdasarkan tidak ditemukan
rekombinan
surveilans! kasus positif!
Dengue

Virus Dengue penyebab Demam


Dengue/Demam Berdarah Dengue
Diberikan 3x dengan interval 6 Booster 1 – 2
bulan, pada anak 9 – 16 tahun, tahun
dengan riwayat sakit/terdiagnosis berikutnya

Bukti riwayat Atau sebelum


Pencegahan 3M
sakit: NS-1 (+) vaksinasi: cek IgG
untuk Dengue!
atau IgG/IgM (+) Anti Dengue (+)
Meningokokus

Bakteri Neisseria meningitidis menyebabkan


meningitis dan sepsis yang berakibat kematian

Vaksin dibuat dari polisakarida Indonesia bukan


bakteri (MPS) atau konjugasi negara endemik
polisakarida (MCV) meningokokus

Imunisasi diberikan Ada 4 serotipe Vaksin ini adalah


sejak usia 2 bulan meningokokus yang syarat wajib
(MCV) atau 2 tahun dapat dibuat keberangkatan
(MPS) vaksinnya calon jama’ah haji
COVID-19
Apakah vaksin bagi anak balita sudah tersedia?
Bagaimana kalau masih lama tersedianya?
Apa isi vaksin?

Vaksin virus Vaksin bakteri


Hanya dapat ditumbuhkan Dapat ditumbuhkan di
di dalam media sel hidup dalam media buatan non-
(manusia/hewan) sel hidup

Polio DPT
Campak
Meningokokus
Cacar air (varisela)
Haemophilus influenza B (HiB)
MMR
Hepatitis A Pneumokokus
Influenza Tifoid
Tidak semua vaksin sama isinya!
Toksin
Virus yang Virus yang Bakteri yang Bakteri yang
(racun) dari
dilemahkan dimatikan dimatikan dilemahkan
bakteri

Campak
(measles),
gondongan Pertusis
Hepatitis A, Difteri,
(mumps), utuh (whole BCG
polio suntik tetanus
rubella, cell)
polio tetes
(oral)
Teknologi pembuatannya pun
berbeda!

Polisakarida Subunit
bakteri (protein) virus
Hib, Hepatitis B,
pneumokokus, rotavirus
tifoid,
meningokokus
Vaksin COVID-19
Menunjukkan makin beragam dan
kompleksnya vaksin, tidak “sekedar”
vaksin virus dan bakteri
Bagaimana proses pembuatan vaksin?
• Alur produksi secara umum: panjang dan berliku; masing-masing punya
karakteristik yang berbeda antara proses awal dan akhir

3. Panen
2. Kultivasi

1. Persiapan seed
4. inaktivasi

7. Filling & Packaging 6. Formulasi 5. Pemurnian

Sumber: Bio Farma


Yakin vaksin
aman?
Tiga tahap uji
klinis vaksin
• Proses sejak uji pra-klinik
(melibatkan hewan coba) sampai uji
klinis (pada manusia), sampai
dinyatakan boleh beredar

• Proses ini berlaku sama di semua


negara, termasuk terhadap Bio Farma,
BUMN produsen vaksin di Indonesia
Keamanan vaksin
terjamin: bahkan
setelah dipasarkan
pun, tetap dipantau
efektivitas dan risiko
efek sampingnya!
Vaksin aman, proses
pembuatannya berlapis,
pemantauan berlanjut, lalu
haruskah semua orang
diimunisasi?
Mengapa cakupan
imunisasi harus tinggi?
Supaya tidak terjadi lagi
wabah. Jadi program
imunisasi massal harus
berhasil dan tinggi
cakupannya
Bila tidak ada anak diimunisasi… (di masa lampau
ketika belum ada vaksin, atau ketika hanya sebagian
kecil anak diimunisasi)  TERJADI WABAH!!!
Apabila sebagian anak sudah diimunisasi… (cakupan
masih rendah, maka wabah tetap dapat terjadi)
Jika sebagian besar anak diimunisasi… (ini yang
diharapkan dengan tingginya cakupan imunisasi 
menghindari wabah, bahkan memusnahkan
penyakit)
Herd immunity: kekebalan kelompok/masyarakat  ketika cakupan
tinggi, yang tidak bisa diimunisasi pun terlindungi!

Berterima kasihlah kepada mereka yang sudah diimunisasi lengkap


Tapi bagaimana
dengan kandungan
vaksin? Benarkah
mengandung babi?
Apa yang ada dalam
sebotol vaksin?
• Kandungan vaksin
• Bahan aktif: virus, bakteri, toksin,
polisakarida  membentuk kekebalan
• Ajuvan: aluminium
• Pelarut: akuabides, garam fisiologis
• Stabilizer: laktosa, sukrosa, gelatin
• Pengawet: timerosal, fenol
• Inactivating agents: formaldehid (formalin)
• Trace components: antibiotik, cairan kultur sel
Catatan: tidak semua vaksin isinya
sama

Aluminium Formaldehida Merkuri Gelatin


Ajuvan: meningkatkan Mematikan virus Mencegah kontaminasi Stabilizer, pada
respon imun vaksin (misalnya vaksin polio bakteri, pada vaksin SEBAGIAN KECIL
dengan jumlah bahan dan hepatitis A) atau multi-dose vaksin, yaitu melindungi
aktif yang lebih sedikit toksin bakteri (toksin Didapatkan secara bahan aktif dari
Ada di udara yang difteri dan tetanus) alamiah di tanah, air, kerusakan selama
dihirup, di air yang Adalah produk dan udara proses pembuatan,
diminum, dan di dalam sampingan sintesis penyaluran, dan
Beda etil dengan metil penyimpanan
makanan sehari-hari DNA dan protein dan merkuri
Kadarnya dalam vaksin dalam darah (10x
lebih kecil daripada di kandungan vaksin)
dalam ASI
• Alasan mereka yang menolak imunisasi:
• Vaksin menggunakan zat yang najis dan
haram
• Vaksin memiliki banyak efek
samping/KIPI, bahkan dapat
menyebabkan kematian/cacat permanen
• Manusia sudah memiliki kekebalan alami
• Imunisasi adalah produk konspirasi
negara Barat untuk menghancurkan umat

Vaksin haram? Islam


• Vaksin adalah bisnis murni
• Ada pengobatan thibbun nabawi
• Di negara Barat banyak yang menolak
imunisasi
• Banyak anak yang sakit setelah
diimunisasi, dan yang tidak diimunisasi
tetap sehat
‫َو ََل ت ُ ْلقُوا ِبأ َ ْيدِي ُك ْم ِإلَى الت َّ ْهلُ َك ِة‬
“..dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu
sendiri ke dalam kebinasaan..” Al-Baqarah: 195
• Konsep dasar pengobatan di dalam Islam
Islam adalah pencegahan penyakit dan
mempertahankan kesehatan
menganjurkan • Tidak boleh memudaratkan diri sendiri dan

pencegahan orang lain


• Menutup pintu kerusakan dan kebinasaan
untuk mencegah mudharat lebih utama dari
mencari maslahat
• Imunisasi menyelamatkan nyawa dan
mencegah cacat permanen

Imunisasi • Imunisasi mengeliminasi penyakit


• Imunisasi sangat cost-effective
Memenuhi • Imunisasi merupakan amal soleh (herd
immunity)
Tuntutan Syariah • Imunisasi adalah salah satu dari upaya
manusia untuk memenuhi semua
Islam maqashid syari’ah agar bisa menjalankan
fungsi untuk beribadah kepada Allah dan
menjadi khalifah di Bumi
Pembagian vaksin berdasarkan label BPOM
dan LPPOM MUI
Vaksin di Indonesia

Berlabel: “pada proses


Tanpa label pembuatannya, Berlabel: berlabel halal
apapun bersinggungan dengan “mengandung babi” MUI
bahan bersumber babi”

Mayoritas vaksin, Sebagian vaksin impor seperti Vaksin varisela dan Vaksin meningokokus
termasuk sebagian yang rotavirus, varisela, dan DPaT MMR produk MSD merek Menveo dan
diproduksi Bio Farma kombo vaksin BCG Bio Farma
Ada babi dalam vaksin?
• “Pada proses pembuatannya, bersinggungan dengan bahan bersumber babi”

Dasar penamaan label: menggunakan tripsin porcine

• Tripsin adalah enzim yang diproduksi di pankreas mamalia


(termasuk manusia) untuk menghidrolisis ikatan peptida (protein)
dalam makanan—BAGIAN dari SISTEM PENCERNAAN
• Proses awal pembuatan vaksin adalah membuat KULTUR (biakan)
SEL. Tripsin berguna untuk melepaskan sel dari wadah kultur

Mengapa menggunakan tripsin babi (porcine)?


• Menghasilkan “panen” yang baik
Apakah vaksin kategori ini haram? Merujuk pada kaidah
Istihlak (‫)استحالك‬
• Hancurnya atau meleburnya suatu zat  bercampurnya benda haram/najis
dengan benda lainnya yang suci dan halal yang lebih banyak, sehingga
menghilangkan sifat najis dan keharamannya, baik rasa, warna, dan baunya
• Contoh: hanya beberapa tetes khamr pada air yang sangat banyak (diatas 2
kullah), maka tidak membuat haram air tersebut.
• “Jatuhnya seekor lalat atau lebah ke dalam panci suatu masakan yang
menyebabkan tercampurnya dengan masakan tersebut maka masakan itu
tidak haram dimakan, walaupun lalat atau lebah itu haram dimakan.
• Maka enzim babi vaksin yang hanya sekedar katalisator yang sudah hilang
melalui proses pencucian, pemurnian, dan penyulingan sudah terkalahkan
sifatnya.
Proses Pembuatan Vaksin (copyright DR. Hasim — LP POM MUI)

Penyiapan media (sel vero) utk. pengembangbiakan virus

Sel vero di lepas dari


Mikrokarier Menggunakan
Tripsin dari babi

Sel Vero

Mikrokarier:
N,N-diethyl
amino ethyl Larutan nutrisi dibuang
(DEAE)
Dicuci dengan larutan
Zat nutrisi: iscove medium PBS Buffer

Dinetralisasi dengan
Larutan dibuang Larutan serum anak sapi
Sel-sel vero + mikrokarier (Calf serum)
Ditaruh di Bioreaktor yang lebih besar
Dengan zat nutrisi dan mikrokarier yang lebih
banyak
Bagan proses produksi IPV
(copyright DR. Hasim—LP POM)

1. Penyiapan media Amplifikasi/kultur Sel Dalam setiap tahapan


(sel vero) (pembiakan sel dengan Utk melepas sel dari
Mikro-karier) Mikro-karier digunakan
Tripsin (tripsinisasi)

3. Panen virus 2. Inokulasi virus Pencucian sel vero


Terhadap tripsin
dilakukan tiap tahap
(Netralisasi/removal)
Tidak menggunakan unsur porsine

4. Ultrafiltrasi Pemurnian 5. Final bulk


(Konsentrat virus) 1. Ion Exchange Inaktivasi
2. Ultrafiltrasi
3. Gel Filtration
4. Ion Exchange
Label:
“mengandung
babi”
(gelatin porcine di
produk akhir)
Istihalah: transformasi, perubahan bentuk
sehingga sudah bukan benda asalnya lagi

Istihalah (‫)استحالة‬
• Perubahan yang terjadi pada suatu zat/benda najis atau haram menjadi
zat/benda yang suci yang telah berubah dari segi rasa, warna dan bau
(berubah wujud dan sifat).
• Perubahan yang terjadi bisa melalui proses reaksi kimia, pemanasan atau
proses memasak bahan tersebut.
• Mazhab Syafi’i: istihalah adalah menghilangkan sifat zat najis kepada sifat
yang lain yang tidak najis.
• Contoh: khamr (alkohol) menjadi cuka, penggunaan gelatin babi dalam
vaksin
• Contoh proses istihalah:
• Bangkai berubah menjadi garam.
• Najis berubah menjadi abu dengan proses
pembakaran.
• Proses menghilangkan sifat mabuk pada arak pada
proses penyulingan sehingga menjadi cuka .
• Kulit bangkai yang najis dan haram disamak, maka
bisa menjadi suci.
• Menghalalkan madu yang dikeluarkan dari perut lebah
sedangkan lebah tersebut tidak boleh dimakan karena
ia termasuk dalam kategori hewan yang tidak halal
dan menjijikkan.
• Kotoran dan air najis yang disiram kepada tanah pada
tanaman yang menghasilkan buah-buahan
• Babi atau darah babi yang terjatuh ke dalam laut lalu
berubah menjadi garam.
Kesimpulan: istihalah
• Keterangan di kemasan vaksin: “Mengandung babi”!
• Hanya ada pada dua vaksin (impor, bukan program pemerintah)
• Ada perbedaan pendapat di antara ulama. Di Timur Tengah mengakui
istihalah berlaku untuk gelatin babi, sedangkan di Indonesia (karena
perbedaan mazhab fikih) maka tidak mengakuinya
• Penelitian pada produk akhir vaksin yang menggunakan gelatin babi
sebagai stabilizer: tidak mengandung DNA babi (karena memang sudah
ber-transformasi)
Vaksin bersinggungan/mengandung babi
Bersinggun
gan
dengan Mengandu
bahan ng babi
Pada produk
bersumber Pada produk
babi akhir tidak
akhir berisi
mengandung
gelatin porcine
tripsin porcine

Kaidah fikih: Kaidah fikih:


istihlak istihalah
DARURAT?
Kaidah dalam fatwa MUI

Dhorurot al-hajat
kondisi keterpaksaan yang kondisi keterdesakan yang
apabila tidak diimunisasi dapat apabila tidak diimunisasi dapat
mengancam nyawa menyebabkan penyakit
Harus memenuhi syarat: tidak berat/kecacatan
ada pengganti lainnya yang
mubah/halal; dan
mencukupkan sekedar untuk
memenuhi kebutuhan saja
• Fatwa MUI tahun 2016 sudah jelas menyebutkan
konsep al-dharurat dan al-hajat
• praktik di lapangan: Pada SEBAGIAN KECIL
vaksin yang bersinggungan atau bahkan
bertuliskan ”mengandung babi” 
menggunakan konsep darurat. Apabila tidak
Kesimpulan untuk diimunisasi dapat menyebabkan kematian,
atau cacat (permanen)
polemik halal- • Boleh menggunakan beberapa vaksin ini,
karena BELUM ADA ALTERNATIF LAIN dan
haram vaksin pentingnya melindungi nyawa anak-anak
dengan vaksin
• Apabila kelak di kemudian hari sudah ada
vaksin ALTERNATIF LAIN yang jelas tidak
mengandung tripsin/gelatin babi, maka
vaksin vaksin yang saat ini dikategorikan
darurat menjadi BATAL sifat kedaruratannya
Indonesia Adalah Prioritas Global Untuk Mencapai
Eliminasi Campak dan Rubella
Indonesia merupakan 1 dari 6 negara prioritas
dengan jumlah anak tidak/belum diimunisasi terbesar
di dunia
Indonesia masuk ke dalam 10 negara dengan
kasus campak terbesar di dunia

Jumlah kasus campak tahun 2010 – 2015 sebesar


23.164

Jumlah kasus rubella tahun 2010 – 2015 sebesar


30.463

Jumlah kasus CRS tahun 2013 sebesar 2.767

Global menargetkan eliminasi Campak dan Rubella


pada tahun 2020

Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai 2020


eliminasi campak dan pengendalian Rubela/CRS
pada tahun 2020
Penyakit Campak
Gejala :
Demam, Bercak kemerahan , Batuk, pilek, Konjungtivitis
(mata merah) dan selanjutnya timbul ruam pada muka dan
leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan serta kaki
Komplikasi berat :
radang paru, radang otak, diare berat,
radang telinga, dehidrasi, SSPE, kematian
Epidemiologi:
Tingkat penularan pada kelompok anak sangat tinggi
KLB Campak dengan adanya kasus yang mengalami
kematian, masih banyak terjadi
KLB Campak juga masih sering terjadi di daerah kumuh di
perkotaan, seperti Jakarta
Pencegahan :
Imunisasi. Cakupan imunisasi harus >95% untuk melindungi
populasi (herd immunity).
Kekebalan setelah imunisasi seumur hidup
Penyakit Rubella dan Congenital Rubella Syndrome (CRS)
Gejala :
Demam dan ruam ringan, 50% kasus tidak
bergejala
Epidemiology:
• Tingkat penularan sangat tinggi , infeksi
selama masa kehamilan dapat
menyebabkan abortus spontan atau cacat
lahir (CRS):
• Retardasi mental
• Penyakit jantung bawaan
• Gangguan pendengaran
• Gangguan penglihatan seperti katarak
Rubella menyebar secara luas di Indonesia (>
90% pada usia <18 tahun)
Pencegahan :
• Hanya dengan Imunisasi
• Kekebalan setelah imunisasi seumur hidup
Kasus Rubella menyebabkan cacat lahir bila terinfeksi selama masa kehamilan, ini tidak
ada obatnya….pencegahan menjadi penting!!!!
Itulah bukti pentingnya imunisasi MR

01 02 03
Vaksin MR terbukti Penyakit campak Penyakit rubella dapat
memenuhi kaidah al- memiliki dampak menyebabkan cacat
dharurat dan al-hajat kematian yang tinggi: permanen bagi bayi
darurat yang terlahir dengan
sindrom rubella
kongenital: al-hajat
Vaksin menyebabkan kipi berbahaya?
Bedakan antara koinsidens yang bersifat murni kebetulan, tapi
waktunya berurutan (kejadian berat bukan akibat vaksin), dengan
kausalitas (memang ada hubungan sebab-akibat)

Koinsidens Kausalitas

Investigasi MUTLAK dilakukan! (Komite PP KIPI)


Semua laporan KIPI
berat yang diduga
akibat vaksin,
terbukti semuanya
koinsidens, bukan
kausalitas
Berikan vaksin tepat waktu!!
Penyakit ringan seperti selesma dan diare bukan halangan untuk
memberikan imunisasi

Berikan secara simultan jika memungkinkan!


Sakit ringan seperti batuk-pilek bukan
halangan untuk imunisasi

Apabila terlambat diimunisasi, segera


lengkapi imunisasi!
Beberapa
catatan Pastikan imunisasi lengkap meskipun sudah
penting lewat usia bayi

Tidak perlu rutin memberikan obat penurun


panas setelah imunisasi DPT  mengurangi
kekebalan tubuh pasca imunisasi!
Apabila terlambat, tetap berikan vaksin sesuai interval minimal
Bagaimana apabila
vaksin hepatitis B
terlambat diberikan?
• Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini
mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu dianjurkan
pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama.
• Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-2 minimal 2
bulan dan terbaik setelah 5 bulan.
• Apabila anak belum pernah mendapat imunisasi
hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat
serial imunisasi kapan saja saat berkunjung. Hal
ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar
anti hepatitis B.
Apabila imunisasi DPT terlambat
diberikan, berapa pun interval
keterlambatannya, jangan mengulang
dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi
sesuai jadwal.

Bagaimana jika Bila anak belum pernah diimunisasi dasar


pada usia <12 bulan, lakukan imunisasi
vaksin DPT sesuai imunisasi dasar baik jumlah
maupun intervalnya.
terlambat
diberikan? Bila pemberian DPT ke-4 sebelum ulang
tahun ke-4, pemberian ke-5 paling cepat
diberikan 6 bulan sesudahnya. Bila
pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun,
pemberian ke-5 tidak diperlukan lagi.
Bagaimana jika vaksin
MR/MMR terlambat
diberikan
• Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi MR: bila
saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat
bertemu. Bila anak berusia >1 tahun, berikan MMR.
• Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada
usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi MR
tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila
imunisasi ulangan (booster) belum diberikan setelah berusia 6
tahun, berikan vaksin MR/MMR kapan saja saat bertemu. Pada
prinsipnya, berikan imunisai MR 2 kali atau MMR 2 kali.
Imunisasi adalah program yang sudah
berjalan sejak puluhan tahun lalu

Imunisasi terbukti mengeliminasi cacar


bopeng (variola) dan sebagian polio

Pesan untuk Rendahnya cakupan imunisasi berpotensi


menjadikan wabah (pelajaran: wabah difteri)
masyarakat
Hati-hati terhadap penyebaran informasi
tentang vaksin di masyarakat

Imunisasi yang tertinggal, tetap bisa dikejar.


Harus dilengkapi!

Anda mungkin juga menyukai