Oleh
PENDAMPING
No RM : 089188
- Diagnostik
- Manajemen
3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini
sebelumnya
4. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita keluhan yang sama
5. Riwayat Pekerjaan : Pedagang
6. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : pasien tinggal bersama 8 orang keluarga (istri, 2
orang anak, ibu mertua, adik ipar, keponakan, dan anak angkat) di kawasan padat
penduduk, pasien bersama istri membuka warung dan berjualan di depan rumah, di
belakang rumah pasien terdapat semak yang tidak terurus.
7. Lain-lain : -
Daftar Pustaka :
• Chen Khie, Pohan Herdiman, Sinto Robert. Diagnosis dan Terapi Cairan pada Demam
Berdarah Dengue. Medicinus 2009 ; 22 : 3-8.
• Chris Tanto, Kapita Selekta Kedokteran. Edisi ke 4. Jakarta : Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
• World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis DHF
2. Tata laksana pasien DHF
2. Objektif :
a. Vital sign
KU : sakit sedang
Kesadaran : CMC/ GCS: E4M6V5
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 94 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x /menit
Suhu : 38,4 0C
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 162 cm
sianosis(-), pucat(-), ikterik(-)
b. Pemeriksaan sistemik
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis, ptekie + di volar
lengan kanan dan kiri
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam,
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter 2 mm,
refleks cahaya +/+ Normal
Telinga : Kelainan bawaan (-), sekret (-), serumen (+), nyeri tekan (-), bengkak
daerah mastoid (-)
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut: Mukosa mulut dan bibir basah
Tenggorok : Tonsil T1 – T1 tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis
Leher : Kaku kuduk (-)
JVP 5-2 cmH2O
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
Paru : Inspeksi : normochest
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Pengobatan :
Penanganan pasien di ruang rawatan
IVFD RL 6 jam/kolf makrodrip, IVFD Fima HES 12 jam/kolf makrodrip.
Inj ranitidin 1 amp/ 12 jam
Inj ondansetron 1 amp/ 8jam
Sukralfat Syrup 3x1 C I
Paracetamol tablet 500 mg 3-4 x 1
Psidii 3 x 1 tab
Banyak minum
Rencana Pemeriksaan Selanjutnya :
Pemeriksaan Hb, Ht, Trombosit pada hari ke II rawatan
Kontrol Vital Sign per 8 jam
Awasi tanda – tanda perdarahan spontan lainnya
Pendidikan :
Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakit demam berdarah dan
cara mencegahnya. Apabila ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala demam
dengan adanya tanda kebocoran cairan segera bawa ke rumah sakit. Pencegahan pada
penyakit ini sangat penting karena faktor resiko penyakit ini adalah faktor lingkungan
dimana setiap orang harus menjaga kebersihan lingkungan dengan cara 3M (menguras
bak, menutup tempat penampungan air, menimbun barang-barang bekas yang dapat
menjadi sumber jentik nyamuk) yang merupakan faktor kunci meningkatnya kasus ini.
Konsultasi :
Perlu dilakukan konsultasi kepada spesialis penyakit dalam apabila tanda-tanda
kebocoran plasma tidak dapat diatasi ataupun terdapat tanda-tanda syok yang dapat
mengancam jiwa.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
DHF adalah infeksi demam akut yang disebabkan oleh 4 serotype virus, termasuk
genus Flavirus disebut virus dengue. Merupakan virus yang paling banyak menginfeksi
manusia dengan penyebaran diseluruh dunia pada daerah tropis dan hangat, dimana iklim
sesuai dengan vector yang utama yaitu aedes aegypti. Demam dengue ditandai dengan
demam yang tidak spesifik. Di Indonesia didapatkan bahwa virus terbanyak adalah serotype 3
lalu disusul dengan 2, dimana serotype 3 memberikan gejala klinis dan komplikasi paling
berat. Merupakan penyakit demam akut yang ditandai dengan demam yang tinggi, uji
tourniquet positif, manifestasi perdarahan lain berupa petekie, ekimosis, purpura, perdarahan
mukosa, hematemesis atau melena, hepatomegali, trombositopenia, hemokonsentrasi dan
perembesan plasma. Bila kriteria diatas disertai manifestasi kegagalan sirkulasi berupa nadi
lemah dan cepat, tekanan nadi menurun (< 20mmHg), hipotensi (sesuai umur), kulit dingin
dan lembab, dan pasien tampak gelisah maka disebut sebagai DSS.
Tiga keadaan utama patofisiologi yang terjadi :
aktivasi sisten komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktik yang menyebabkan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah ekstravasasi plasma darah ke extra
vaskuler kekurangan volume plasma darah hipovolemia bisa menjadi shock
Agregasi trombosit yang menyebabkan trombositopenia
keadaan homeostatic yang tidak normal akibat dari gangguan vaskuler karena
kerusakan endotel pembuluh darah yang menyebabkan aktivasi system pembekuan
darah kelainan koagulasi
2. Manifestasi Klinis
Demam Dengue/ Dengue Fever
Gejala klasik dari demam dengue ialah gejala demam tinggi mendadak, kadang-kadang
bifasik (saddle back fever), nyeri kepala berat, nyeri belakang bola mata, nyeri otot, tulang,
atau sendi, mual, muntah, dan timbulnya ruam. Ruam berbentuk makulopapular yang bisa
timbul pada awal penyakit (1-2 hari ) kemudian menghilang tanpa bekas dan selanjutnya
timbul ruam merah halus pada hari ke-6 atau ke7 terutama di daerah kaki, telapak kaki dan
tangan. Selain itu, dapat juga ditemukan petekia. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan
leukopeni kadang-kadang dijumpai trombositopeni. Masa penyembuhan dapat disertai rasa
lesu yang berkepanjangan, terutama pada dewasa. Pada keadaan wabah telah dilaporkan
adanya demam dengue yang disertai dengan perdarahan seperti : epistaksis, perdarahan gusi,
perdarahan saluran cerna, hematuri, dan menoragi. Demam Dengue (Dengue Fever). yang
disertai dengan perdarahan harus dibedakan dengan Demam Berdarah Dengue (DHF). Pada
penderita Demam Dengue tidak dijumpai kebocoran plasma sedangkan pada penderita DHF
dijumpai kebocoran plasma yang dibuktikan dengan adanya hemokonsentrasi, pleural efusi
dan asites.
Laboratorium
Trombositopeni dan hemokonsentrasi merupakan kelainan yang selalu ditemukan pada DHF.
Penurunan jumlah trombosit < 100.000/pl biasa ditemukan pada hari ke-3 sampai ke-8 sakit,
sering terjadi sebelum atau bersamaan dengan perubahan nilai hematokrit. Hemokonsentrasi
yang disebabkan oleh kebocoran plasma dinilai dari peningkatan nilai hematokrit. Penurunan
nilai trombosit yang disertai atau segera disusul dengan peningkatan -nilai hematokrit sangat
unik untuk DHF, kedua hal tersebut biasanya terjadi pada saat suhu turun atau sebelum syok
terjadi. Perlu diketahui bahwa nilai hematokrit dapat dipengaruhi oleh pemberian cairan atau
oleh perdarahan. Jumlah leukosit bisa menurun (leukopenia) atau leukositosis, limfositosis
relatif dengan limfosit atipik sering ditemukan pada saat sebelum suhu turun atau syok.
Hipoproteinemi akibat kebocoran plasma biasa ditemukan. Adanya fibrinolisis dan
ganggungan koagulasi tampak pada pengurangan fibrinogen, protrombin, faktor VIII, faktor
XII, dan antitrombin III. PTT dan PT memanjang pada sepertiga sampai setengah kasus DHF.
Fungsi trombosit juga terganggu. Asidosis metabolik dan peningkatan BUN ditemukan pada
syok berat. Pada pemeriksaan radiologis bisa ditemukan efusi pleura, terutama sebelah kanan.
Berat-ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat-ringannya penyakit. Pada pasien
yang mengalami syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral.
3. Diagnosis
Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria klinis dan laboratorium (WHO, 2011)
Kriteria klinis
Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, erus-menerus selama 2-7 hari
Manifestasi perdarahan, termasuk uji bendung positif, petekie, purpura, ekimosis,
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, dan/melena
Pembesaran hati
Syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi (≤20 mmHg),
hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab, dan pasien tampak gelisah
Kriteria laboratorium
Trombositopenia (≤100.000/mikroliter)
Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit 20% dari nilai dasar /
menurut standar umur dan jenis kelamin
- Antipiretik atau sponging untuk menjaga suhu tubuh tetap dibawah 40º C, sebaiknya
diberikan parasetamol
- Analgesik atau sedatif ringan mungkin perlu diberikan pada pasien yang mengalami
nyeri yang parah
- Terapi elektrolit dan cairan secara oral dianjurkan untuk pasien yang berkeringat lebih
atau muntah.
Berdasarkan ciri patofisiologis maka jelas perjalanan penyakit DHF lebih berat sehingga
prognosis sangat tergantung pada pengenalan dini adanya kebocoran plasma.
Penatalaksanaan fase demam pada DHF dan DF tidak jauh berbeda. Masa kritis ialah pada
atau setelah hari sakit yang ketiga yang memperlihatkan penurunan tajam hitung trombosit
dan peningkatan tajam hematokrit yang menunjukkan adanya kehilangan cairan. Kunci
keberhasilan pengobatan DHF ialah ketepatan volume replacement atau penggantian volume,
sehingga dapat mencegah syok.
Perembesan atau kebocoran plasma pada DHF terjadi mulai hari demam ketiga hingga
ketujuh dan tidak lebih dari 48 jam sehingga fase kritis DHF ialah dari saat demam turun
hingga 48 jam kemudian. Observasi tanda vital, kadar hematokrit, trombosit dan jumlah urin
6 jam sekali (minimal 12 jam sekali) perlu dilakukan.
Pengalaman dirumah sakit mendapatkan sekitar 60% kasus DHF berhasil diatasi hanya
dengan larutan kristaloid, 20% memerlukan cairan koloid dan 15% memerlukan transfusi
darah. Cairan kristaloid yang direkomendasikan WHO untuk resusitasi awal syok ialah
Ringer laktat, Ringer asetat atau NaCL 0,9%. Ringer memiliki kelebihan karena mengandung
natrium dan sebagai base corrector untuk mengatasi hiponatremia dan asidosis yang selalu
dijumpai pada DHF. Untuk DHF stadium IV perlu ditambahkan base corrector disamping
pemberian cairan Ringer akibat adanya asidosis berat.
Saat pasien berada dalam fase demam, pemberian cairan hanyalah untuk rumatan bukan
cairan pengganti karena kebocoran plasma belum terjadi. Jenis dan jumlah cairan harus
disesuaikan. Pada Dengue fever tidak diperlukan cairan pengganti karena tidak ada
perembesan plasma. Bila pada syok DHF tidak berhasil diatasi selama 30 menit dengan
resusitasi kristaloid maka cairan koloid harus diberikan (ada 3 jenis ;dekstan, gelatin dan
hydroxy ethyl starch)sebanyak 10-30ml/kgBB. Berat molekul cairan koloid lebih besar
sehingga dapat bertahan dalam rongga vaskular lebih lama (3-8 jam) daripada cairan
kristaloid dan memiliki kapasitas mempertahankan tekanan onkotik vaskular lebih baik
Pada syok berat (lebih dari 60 menit) pasca resusitasi kristaloid (20ml/kgBB/30menit) dan
diikuti pemberian cairan koloid tetapi belum ada perbaikan maka diperlukan pemberian
transfusi darah minimal 100 ml dapat segera diberikan. Obat inotropik diberikan apabila telah
dilakukan pemberian cairan yang memadai tetapi syok belum dapat diatasi.