Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENGERTIAN ETIKA PROFESI

1.1 Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata


‘etika’ yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta
etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu :tempat tinggal yang biasa, padang
rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara
berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Menurut Brooks (2007), etika adalah cabang dari filsafat yang
menyelidiki penilaian normative tentang apakah perilaku ini benar atau apa
yang seharusnya dilakukan. Kebutuhan akan etika muncul dari keinginan
untuk menghindari permasalahan – permasalahan di dunia nyata.

Kata ‘etika’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang baru


(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988 , mempunyai arti :

1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan
kewajiban moral (akhlak);

2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak;

3. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat.

Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar,


salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
1.2 Tiga bagian utama etika.

Etika terbagi menjadi tiga bagian utama :

1. Meta-Etika ( Studi Konsep Etika)

Meta-Etika sebagai suatu jalan menuju suatu konsepsi atas benar atau
tidaknya suatu tindakan atau peristiwa. Meta etika dijadikan sebagai bekal
awal dalam mempertimbangkan suatu masalah, sebelum penetapan hasil
pertimbangan dibuat.

2. Etika Normatif (Studi penentuan Nilai Etika)

Etika yang menetapkan berbagi sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.

3. Etika Terapan (Studi Penggunaan Nilai-Nilai Etika).

Etika Terapan memberi pemahaman tentang spektrum bidang terapan etika,


sekaligus menunjukkan bahwa etika merupakan pengetahuan praktis.
Berbagai bidang terapan diantaranya bidang kesehatan, pengolahan tanah,
hukum dan masih banyak yang lainnya.

1.3 Sejarah Etika

1. Istilah etika pertama kali dipakai oleh orang yunani. Menurut Sokrates (470
– 399 SM), objek utama dari aktifitas manusia adalah kebahagiaan, dan
sarana yang diperlukan untuk mencapainya adalah kebajikan.

2. Plato murid Sokrates (427-347 SM) ia tidak menganggap kebajikan terdiri


dari kebijaksanaan saja tetapi juga keadilan, kesederhanaan dan ketabahan.
Kebajikan merupakan harmoni yang tepat dari kegiatan manusia
3. Aristoteles (384 – 322 SM) lebih memilih untuk mengambil fakta fakta
pengalaman sebagai titik awalnya, menganalisis secara akurat, dan
berusaha untuk melacak penyebab tertinggi dan utama. Dia berangkat dari
titik bahwa semua orang cenderung untuk kebahagiaan sebagai objek
terakhir dari semua usaha mereka.

1.4 Fungsi Etika

Etika berfungsi untuk mengatur tata pergaulan hidup bermasyarakat,


bernegara. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga
pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu sistem yang mengatur
bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut
menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata
krama, protokoler dan lain-lain.Maksud pengaturan pergaulan tidak lain untuk
menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agar mereka senang,
tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin
agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang
berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah
yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Menurut para
ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana
yang buruk.

1.5 Pengertian Nilai

“Nilai" dimaksudkan kondisi atau kualitas suatu benda atau suatu


kegiatan yang membuat eksistensinya, pemilikannya, atau upaya mengejarnya
menjadi sesuatu yang diinginkan oleh individu- individu masyarakat. Nilai
tidak selalu bersifat subjektif, karena ia tetap mengacu pada konteks sosial
yang membentuk individu dan yang pada gilirannya dipengaruhi
olehnya.Aspek nilai inilah yang menjadikan etika sebagai suatu teori
mengenai hubungan antar pribadi dan membedakannya dari nilai-nilai
intelektual atau estetis semata-mata.Nilai etis secara logis dapat diwujudkan
dalam hubungannya antara manusia dengan sesama manusia.

1.6 Penilaian Etika

1. Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu, adalah pada perbuatan baik
atau jahat, susila atau tidak susila.

2. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi sifat baginya atau
telah mendarah daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi
tumbuhnya dalam jiwa, bila telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan
namanya pekerti.

3. Suatu budi pekerti, pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari
masih berupa angan-angan, cita-cita, niat hati, sampai ia lahir keluar
berupa perbuatan nyata,

1.7 Pembagian Etika

Etika dibagi menjadi dua, yaitu etika umum dan etika khusus.

1. Etika umum membahas prinsip-prinsip moral dasar, sedangkanEtika


khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar pada masing-masing bidang
kehidupan manusia.

2. Etika khusus ini dibagi menjadi etika individual yang memuat kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membicarakan tentang
kewajiban manusia sebagai anggota umat manusia. Untuk itu dapat
digambarkan skema tentang etika sebagai :

Etika Umum
Etika individual
Etika

Etika khusus Etika Sesama


Etika Keluarga BIOMEDIS
Etika Profesi HUKUM
Etika Sosial PENGETAHUAN
Etika Politik
Etika Masyarakat DLL
Etika Idiologi
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini
terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan
pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut :
1. Etika terhadap Sesama
2. Etika Keluarga
3. Etika Profesi
4. Etika Politik
5. Etika Masyarakat
6. Etika Idiologi.

1.8 Pengertian Profesi

Profesi sendiri berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai


dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam
pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk
memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu.
Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan
berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut dari padanya pelaksanaan
norma-norma social dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan
kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan
keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di
dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian
tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan
dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan
sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang
dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut.

Menurut Brandeis yang dikutip A. Pattern Jr. untuk dapat disebut


sebagai profesi, maka pekerjaan itu sendiri harus mencerminkan adanya
dukungan yang berupa:

1. Ciri-ciri pengetahuan (intellectual character);


2. Diabdikan untuk kepentingan orang lain;

3. Keberhasilan tersebut bukan didasarkan pada keuntungan finansial;

4. Didukung oleh adanya organisasi (association) profesi dan organisasi


profesi tersebut antara lain menentukan berbagai ketentuan yang
merupakan kode etik, serta pula bertanggung jawab dalam memajukan dan
penyebaran profesi yang bersangkutan;

5. Ditentukan adanya standard kualifikasi profesi.

1.9 Peranan Etika Dalam Profesi

Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau
segolongan orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan
kelompok yang paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa.

Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang


menjadi landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat
umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional.
Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang
mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan
menjadi pegangan para anggotanya.

Sebagai contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia


peradilan, demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super
spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.

1.10 Kode Etik Profesi

Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata,


tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya
untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu
organisasi.
Menurut Undang-Undang No. 8 (Pokok-Pokok Kepegawaian), kode etik profesi
adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan
dalam kehidupan sehari-hari.

1.11 Tujuan Kode Etik Profesi :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri.

1.12 Pengertian Etika Profesi

Etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap
hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai pengemban profesi.

Etika profesi adalah cabang filsafat yang mempelajari penerapan


prinsip-prinsip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-
bidang khusus (profesi) kehidupan manusia.

Etika Profesia dalah konsep etika yang ditetapkan atau disepakati pada
tatanan profesi atau lingkup kerja tertentu, contoh : pers dan jurnalistik,
engineering (rekayasa), science, medis/dokter, dan sebagainya.

Etika profesi Berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan


seseorang sehingga sangatlah perlu untuk menjaga profesi dikalangan
masyarakat atau terhadap konsumen (klien atau objek).
Etika profesi adalah sebagai sikap hidup untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan professional dari klien dengan keterlibatan dan keahlian sebagai
pelayanan dalam rangka kewajiban masyarakat sebagai keseluruhan
terhadap para anggota masyarakat yang membutuhkannya dengan disertai
refleksi yang seksama, (Anang Usman, SH., MSi.)

Prinsip dasar di dalam etika profesi :

1. Tanggung jawab

– Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.

– Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.

2. Keadilan.

Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.

3. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya,


kompetensi dan ketekunan.

4. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.

5. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.

1.13 Pengertian Profesional,

Profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan


purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu
keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional adalah seseorang yang hidup
dengan mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau
untuk mengisi waktu luang.
BAB II

ETIKA PROFESI ELEKTROMEDIS

2.1 Capaian Pembelajaran (CP) Teknologi Elektro-medis.

Capaian Pembelajaran program studi Teknologi Elektro-medis


tercantum pada Kurikulum Nasional program studi Teknologi Teknologi
Elektro-medis. Awal dari isi Capaian Pebelajaran ini perlu disosialisasikan
agar mahasiswa mengetahui bahwa didalam Capaian Pembelajaran tertulis
harapan bahwa setiap mahasiswa Teknologi Elektro-medis memiliki sikap
moral yang baik dan tata nilai yang tinggi. Capaian Pembelajaran yang harus
dimiliki oleh seorang lulusan Teknologi Elektro-medis adalah :

1. Keterampilan Khusus

Seorang Elektro-medis harus memiliki keterampilan khusus, khusus


menangani/mengelola peralatan elektromedik, mulai dari pengoperasian,
pemeliharaan, perbaikan, dan pengujian.

2. Pengetahuan

Seorang Elektromedis harus memiliki pengetahuan khusus dalam


melakukan pekerjaan / tugasnya, melalui Pendidikan di program studi
Teknologi Elektro-medis.

3. Keterampilan Umum

Disamping keterampilan khusus, seorang elektro-medis terampil dalam


mengerjakan pekerjaan diluar yang khusus.

4. Sikap dan Tata Nilai .

Seorang Elektro-medis harus :


1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang MahaEsa dan mampu menunjukkan
sikap religious.
2. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dalam menjalankan tugas
berdasarkan agama, moral, dan etika;
3. Berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan kemajuan peradaban berdasarkan
Pancasila;
4. Berperan sebagaiwarga negara yang bangga dan cinta tanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada Negara dan
bangsa;
5. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
6. Bekerjasama dan memiliki kepekaan social serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
7. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cintatanah air,
memiliki nasionalisme serta rasa tanggung jawab pada Negara dan
bangsa;
8. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, agama, dan
kepercayaan, serta pendapat atau temuan orisinal orang lain;
9. Bekerja sama dan memiliki kepekaan social serta kepedulian terhadap
masyarakat dan lingkungan;
10. Taat hukum dan disiplin dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara;
11. Menginternalisasi nilai, norma, dan etika akademik;
12. Menunjukkan sikap bertanggung jawab atas pekerjaan di bidang
keahliannya secara mandiri; dan
13. Menginternalisasi semangat kemandirian, kejuangan, dan
kewirausahaan.

2.2 Standar Profesi Teknisi Elektromedis

Standar Profesi Teknisi Elektromedis tertuang dalam Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/314/2020, tanggal 20
Mei 2020 Tentang Standar Profesi Elektromedis.

Pada saat Keputusan Menteri ini mulai berlaku, maka Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 371/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Elektromedis dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Standar profesi Elektromedis terdiri atas:

A. standar kompetensi; dan

B. kode etik profesi.

Daftar Istilah

1. Elektromedis adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan


Elektromedik, berijazah minimal Diploma III Teknik Elektromedik, telah
mendapatkan pengakuan kompetensi yang dibuktikan dengan Surat Tanda
Registrasi Elektromedis (STR-E) dan Surat Ijin Praktik Elektromedis (SIP-E)
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu alat dan/atau tempat yang


digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

3. Pelayanan Elektromedik adalah kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan


pelayanan elektromedik baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif.

4. Alat Elektromedik adalah alat kesehatan yang memakai catu daya listrik, atau
memiliki prinsip kerja secara mekanik, elektrik, elektronik, pneumatika, dan
kimia, yang berfungsi untuk membantu pelayanan pasien secara langsung
difasilitas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

6. Peralatan Bedah dan Anestesi adalah alat Elektromedik yang digunakan dalam
prosedur bedah dan anestesi di fasilitas pelayanan kesehatan dengan
menggunakan sumber listrik alternating current dan direct current untuk
penggunaannya.

7. Peralatan Diagnostik adalah alat Elektromedik yang digunakan untuk


membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit pada pasien dengan
menggunakan sumber listrik alternating current dan direct current untuk
penggunaannya.

8. Peralatan Laboratorium klinik adalah alat Elektromedik yang digunakan untuk


mendukung pemeriksaan laboratorium dalam menganalisis sampel dari tubuh
manusia dengan menggunakan sumber listrik alternating current dan direct
current untuk penggunaannya.

9. Peralatan Life Support adalah alat elektromedik yang digunakan untuk


menunjang/mendukung kehidupan pasien dengan menggunakan sumber listrik
alternating current dan direct current untuk penggunaannya.

10. Peralatan Radiologi adalah alat elektromedik yang menghasilkan


bayangan/pencitraan suatu obyek dengan memanfaatkan gelombang
elektromagnetik dan dengan menggunakan sumber listrik alternating current dan
direct current untuk penggunaannya.

11. Peralatan Terapi adalah alat Elektromedik yang digunakan dalam prosedur
penyembuhan pasien dengan menggunakan sumber listrik alternating current dan
direct current untuk penggunaannya.

12. Organisasi Profesi Elektromedis yang selanjutnya disebut Organisasi Profesi


adalah wadah untuk berhimpun para Elektromedis.

13. Menteri adalah Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang kesehatan.

A. Standar Kompetensi Elektromedik

Standar Kompetensi Elektromedis terdiri atas 7 (tujuh) area kompetensi yang


diturunkan dari gambaran tugas, peran, dan fungsi dari seorang Elektromedis.
Setiap area kompetensi ditetapkan definisinya, yang disebut kompetensi inti.
Setiap area kompetensi dijabarkan menjadi beberapa komponen kompetensi, yang
dirinci lebih lanjut menjadi kemampuan yang diharapkan di akhir pendidikan.
Secara skematis, susunan Standar Kompetensi Elektromedis, sebagaimana terera
dibawah ini.
A.1 Area Kompetensi :

Kompetensi dibangun dengan pondasi yang terdiri atas profesionalitas yang


luhur, mawas diri dan pengembangan diri, serta komunikasi efektif, dan ditunjang
oleh pilar berupa pengelolaan informasi, landasan ilmiah ilmu elektromedik,
keterampilan elektromedik, dan pengelolaan alat Elektromedik . Oleh karena itu
area kompetensi disusun dengan urutan sebagai berikut:

1. Profesionalitas yang Luhur

2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri

3. Komunikasi Efektif

4. Pengelolaan Informasi

5. Landasan Ilmiah Ilmu Elektromedik

6. Keterampilan Elektromedik

7. Pengelolaan Alat Elektromedik


DAFTAR PUSTAKA

Brooks, Leonard J. 2007. Etika Bisnis & Profesi, Edisi 5. Penerbit Salemba
Empat
http://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/definisi-etika-profesi-menurut-
para-ahli/
http://id.wikipedia.org/wiki/Etika
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ipem4430/etika21.htm
http://adiarsa-na-fkh10.web.unair.ac.id/artikel_detail-35658-%20Catatan
%20Dunia%20Campus%20-Apa%20itu%20Profesi%20.html
http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2014/03/
O’Brien, James. A. (2005). Introduction to Information System. 12th Edition.
McGraw-Hill. Singapore.

Kep.Menkes no.371/menkes/SK/III/2007, Kompetensi Elektromedis madya


PPSDM Kemenkes, Kurikulum inti Teknologi Elektro-medis`

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


HK.01.07/MENKES/314/2020, tanggal 20 Mei 2020 Tentang Standar Profesi
Elektromedis.

Anda mungkin juga menyukai