Anda di halaman 1dari 87

VISI & MISI UNIVERSITAS WIRARAJA

VISI
"Terwujudnya Universitas berdaya saing global di bidang ilmu pengetahuan,
moralitas, dan kewirausahaan berkarakter kebangsaan"

MISI
Dalam mewujudkan visi, Universitas Wiraraja perlu dijabarkan dan dirumuskan
ke dalam misi institusi sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan tata kelola universitas yang sehat (good University
governance) berbasis sistem informasi terpadu dalam pelaksanaan otonomi
perguruan tinggi untuk mewujudkan sentralisasi administrasi dan desentralisasi
akademik (SADA);
2. Menyelenggarakan pendidikan tinggi melalui sistem pendidikan dan
pengajaran yang bermutu untuk menghasilkan lulusan yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, memiliki moralitas dan integritas serta berjiwa
kewirausahaan berkarakter kebangsaan;
3. Menyelenggarakan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
serta publikasi ilmiah dengan ciri khas kewirausahaan berkarakter kebangsaan;
4. Menjalankan kerjasama kemitraan dengan institusi pemerintah, perguruan
tinggi dan swasta di dalam maupun di luar negeri dengan prinsip kesetaraan
dan kemanfaatan dalam rangka mendukung pelaksanaan Tridharma Perguruan
Tinggi guna mewujudkan institusi pendidikan yang memiliki reputasi global.

MOTTO
"BE GLOBAL ENTREPRENEUR WITH NATIONALITY CHARACTER"

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
modul ini dengan baik dan tepat waktu untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah
Komunikasi Terapeutik dengan judul “Modul Komunikasi Terapeutik pada
Kelompok atau Tenaga Kesehatan” berdasarkan pengumpulan data dari berbagai
sumber.
Modul ini merupakan tugas yang diberikan dosen mata kuliah Komunikasi
Terapeutik yaitu Cory Nelia Damayanti, S.Kep., Ns., M.Kep untuk mencapai
kompetensi yang diharapkan. Kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih
kepada dosen yang membimbing kami dalam menyelesaikan pembuatan modul
ini. Disusun agar mahasiswa bisa memahami dan mengetahui lebih luas tentang
“Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga Kesehatan” pada modul ini.
Kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan dan
menyusunannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kepada pembaca untuk
memberikan masukan, baik dalam bentuk saran maupun kritik yang bersifat
membangun dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas dan penyempurnaan
modul ini. Akhirnya, kami berharap semoga modul ini dapat bermanfaat guna
perkembangan dunia pendidikan.

Sumenep, 13 Desember 2023

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

VISI & MISI............................................................................................................i


KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
2.1 Pengertian tentang Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau
Tenaga Kesehatan...........................................................................................5
2.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga
Kesehatan.........................................................................................................7
2.3 Aspek-Aspek Terkait dengan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok
atau Tenaga Kesehatan..................................................................................8
2.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik
pada Kelompok atau Tenaga Kesehatan....................................................10
2.5 Cara Melakukan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau
Tenaga Kesehatan.........................................................................................12
2.6 Fungsi dari Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga
Kesehatan.......................................................................................................14
2.7 Tahapan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga
Kesehatan...................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP..............................................................................................19
GLOSARIUM.......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
LAMPIRAN..........................................................................................................22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dari
satu pihak kepada pihak lainnya sehingga pesan yang dimaksud dapat
dipahami. Komunikasi merupakan aspek terpenting yang harus dimiliki oleh
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Perawat
sebagai petugas yang selalu berhubungan dengan pasien harus memiliki
banyak keterampilan, salah satunya adalah keterampilan interpersonal yaitu
keterampilan dalam berkomunikasi dengan pasien. Pada komunikasi
terapeutik sounds interpersonal perawat merupakan bagian penting dalam
berkomunikasi. Komunikasi adalah suatu bentuk penyampaian pesan antara
dua orang atau lebih yang terproses dari komunikator atau pemberi pesan
kepada komunikan atau penerima pesan dengan tujuan tertentu (Suhaila et al.,
2017).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, bertujuan, dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Heri
purwanti, 1994). Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal
dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara perawat dan pasien,
persoalan mendasar dari komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan
antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam
komunikasi pribadi antara perawat dan pesien, perawat yang memberikan
bantuan dan pasien yang menerima bantuan yang diberikan. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang dirancang dan direncanakan untuk tujuan
terapi, dalam rangka membina hubungan antara perawat dengan pasien agar
dapat beradaptasi dengan stress, mengatasi gangguan psikologis, sehingga
dapat melegakan serta membuat pasien merasa nyaman, yang pada akhirnya
mempercepat dalam proses kesembuhan pasien.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014
tentang Keperawatan, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan
2

tinggi Keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui


oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Perawat merupakan salah satu ujung tombak dalam pemberian pelayanan
kesehatan di Rumah Sakit. Hal ini menjadi sebuah tuntutan peran dan juga
fungsi perawat memberikan sebuah pelayanan asuhan keperawatan yang
berkualitas. Perawat dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan
berkomunikasi yang baik sebagai awal dari terciptanya sebuah hubungan
3

perawat dengan klien karena komunikasi merupakan sebuah proses penting


dalam hubungan antara manusia. Perawat yang memiliki kemampuan dan
keterampilan baik dalam berkomunikasi akan terjalin hubungan dengan
pasien maupun keluarga dengan mudah.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
1996, Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam
bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
4

pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan


kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan menurut World
Health Organization (WHO) menyatakan bahwa tenaga kesehatan mencakup
semua orang yang terlibat dalam penyediaan layanan kesehatan, termasuk
dokter, perawat, bidan, ahli gizi, farmasis, teknisi medis, dan berbagai profesi
kesehatan lainnya. Selain itu, Undang-Undang Kesehatan Republik Indonesia
(UU No. 36 Tahun 2009) menyebutkan bahwa tenaga kesehatan mencakup
5

semua individu yang memiliki keahlian di bidang kesehatan, termasuk dokter,


perawat, bidan, apoteker, ahli gizi, serta profesi kesehatan lainnya yang
diakui oleh peraturan perundang-undangan. Tenaga Kesehatan adalah setiap
orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
6

Komunikasi baik dan benar merupakan poin penting yang harus


dimiliki oleh tenaga kesehatan khususnya perawat. Komunikasi dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan baik kepada pasien
ataupun keluarga. Kemampuan ini menjadi hal harus ditumbuh kembangkan
oleh perawat sehingga menjadi kebiasaan dalam menjalankan tugasnya dalam
memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Hubungan antara
kelompok maupun tenaga kesehatan yang terapeutik merupakan pengalaman
7

belajar bersama sekaligus perbaikan emosi pasien. Komunikasi terapeutik


harus berjalan secara efektif antar sesama tenaga atau kelompok kesehatan,
sehingga saling menghargai satu sama lainnya.
Sedangkan proses komunikasi terapeutik oleh tenaga kesehatan
kepada pasien harus dengan pendekatan yang direncanakan, berfokus pada
pasien, dan tentunya dipimpin oleh seorang tenaga atau kelompok kesehatan
yang profesional dan berpengalaman. Komunikasi terapeutik juga dapat
8

mengembangkan hubungan interpersonal antara pasien dan juga tenaga


kesehatan khususnya perawat, sehingga perawat mempunyai kemampuan
khusus serta harus memperhatikan setiap interaksi dan tingkah laku verbal
dengan pasien maupun non verbal. Karena kelemahan dalam berkomunikasi
merupakan salah satu masalah yang serius bagi semua tenaga kesehatan
maupun dengan pasien. Selain itu, salah satu hal yang mendukung tenaga atau
kelompok kesehatan dalam kesembuhan pasien tidak hanya memberikan
9

informasi tentang kesehatannya tapi mendengarkan keluhan pasien, rasa


empati, memberikan edukasi dan pelayanan yang ramah merupakan hal yang
sangat berpengaruh terhadap kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
yang baik akan memberikan kepuasan tersendiri pada kelompok maupun
tenaga kesehatan, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepuasan pasien
terhadap pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit maupun tempat pelayanan
kesehatan lainnya.
10
11

1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian tentang komunikasi terapeutik pada
kelompok atau tenaga kesehatan
b. Untuk mengetahui tujuan dari komunikasi terapeutik pada kelompok atau
tenaga kesehatan
c. Untuk mengetahui aspek-aspek terkait dengan komunikasi terapeutik pada
kelompok atau tenaga kesehatan
12

d. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat komunikasi


terapeutik pada kelompok atau tenaga kesehatan
e. Untuk mengetahui cara melakukan komunikasi terapeutik pada kelompok
atau tenaga kesehatan
f. Untuk mengetahui fungsi dari komunikasi terapeutik pada kelompok atau
tenaga kesehatan
13

g. Untuk mengetahui tahapan komunikasi terapeutik pada kelompok atau


tenaga kesehatan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tentang Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga


Kesehatan
Komunikasi terapeutik merupakan teknik komunikasi oleh petugas
kesehatan, baik secara verbal maupun nonverbal, untuk menyampaikan
kebutuhan pasien sebagai upaya pemulihan kesehatan mereka (Mahyana et al,
2020). Sebagai salah satu faktor dalam proses perawatan kesehatan,
komunikasi terapeutik dapat memberikan manfaat maupun efek sebaliknya,
yang biasa disebut sebagai proses anti terapeutik. Secara garis besar,
komunikasi terapeutik dapat dibagi menjadi tiga situasi, yaitu pada awal
percakapan, selama percakapan berlangsung, dan di akhir percakapan. Selama
melakukan komunikasi terapeutik, perawat mengumpulkan beragam
informasi yang diperlukan tentang pasien, membangun hubungan baik dan
kondisi yang menguntungkan demi keberhasilan hasil perawatan pasien
(Živanović & Ćirić 2017).
Sebuah studi telah menunjukkan bahwa keterampilan komunikasi
yang efektif berpengaruh positif pada proses pemulihan pasien yang pada
akhirnya berujung pada tingkat kepuasan pasien yang lebih tinggi (Nisa et al.,
2019). Merasa puas dengan layanan yang diberikan oleh rumah sakit adalah
hak mendasar setiap pasien. Oleh karena itu, kepuasan pasien lazim
digunakan sebagai indikator untuk mengukur kinerja atau mutu suatu Rumah
Sakit karena mempengaruhi outcome kesehatan, retensi pasien dan tuntutan
hukum malpraktik (Lotfi et al; Prakash, 2010).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara
sadar, tujuan dan kegiatannya difokuskan untuk penyembuhan klien.
Komunikasi terapeutik adalah suatu proses interaksi antara pemberi layanan
kesehatan dan pasien yang bertujuan untuk menciptakan hubungan saling
pengertian, kepercayaan, dan dukungan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien, memfasilitasi pemahaman kondisi medis,
6

serta membantu pasien dalam mengatasi tantangan fisik, emosional, atau


psikologis yang mungkin dihadapinya. Komunikasi terapeutik mencakup
serangkaian keterampilan dan strategi komunikasi yang digunakan oleh
tenaga kesehatan untuk membentuk hubungan yang baik dengan pasien atau
kelompok pasien, serta untuk membantu pasien mengungkapkan perasaan,
memahami masalah kesehatan mereka, meningkatkan pemahaman, dan
7

berkolaborasi dalam proses pengambilan keputusan terkait perawatan yang


akan dijelani pasien.
Bagi tenaga kesehatan, komunikasi terapeutik dapat melibatkan
penggunaan keterampilan komunikasi yang efektif untuk membangun
hubungan saling percaya dengan pasien atau keluarga. Ini dapat melibatkan
seperti empati, mendengarkan aktif, memberikan dukungan, dan
menyampaikan informasi dengan cara yang dapat dipahami oleh pasien.
8

Komunikasi terapeutik dalam konteks kelompok atau tenaga kesehatan


merujuk pada proses komunikasi yang dilakukan oleh para profesional
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan dan perawatan pasien
atau klien. Komunikasi terapeutik ini melibatkan keterlibatan aktif dan sadar
dari tenaga kesehatan untuk memahami, mendukung, dan membantu individu
atau kelompok dalam mencapai tujuan kesehatan mereka. Komunikasi
9

terapeutik membantu menciptakan lingkungan yang mendukung


penyembuhan dan pemulihan pasien.
Komunikasi terapeutik sangat penting dalam konteks kesehatan
karena dapat meningkatkan kepatuhan pasien terhadap perawatan,
mengurangi kecemasan, meningkatkan kepuasan pasien, dan memfasilitasi
pemahaman bersama antara tenaga kesehatan dan pasien. Komunikasi
terapeutik mengharuskan keterlibatan aktif dari kelompok atau tenaga
10

kesehatan seperti, kemampuan untuk mendengarkan secara efektif,


mengajukan pertanyaan terbuka, memberikan umpan balik yang konstruktif,
dan membantu pasien atau kelompok mengidentifikasi solusi atau strategi
perawatan. Dengan menerapkan komunikasi terapeutik secara tepat, tenaga
kesehatan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung, memotivasi, dan
memberdayakan individu atau kelompok untuk mengambil peran aktif dalam
perawatan kesehatan mereka.
11
12

2.2 Tujuan dari Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga


Kesehatan
a. Pemahaman Bersama
Menciptakan pemahaman bersama antara tenaga kesehatan dan kelompok
pasien untuk mendukung perawatan yang optimal.
b. Peningkatan Hubungan
13

Membangun hubungan yang kuat antara tenaga kesehatan dan kelompok


pasien untuk mendukung kepercayaan dan kolaborasi.
c. Edukasi Efektif
Menyampaikan informasi kesehatan dengan cara yang dapat dipahami dan
diterima oleh kelompok pasien.
d. Mengatasi Konflik
14

Membantu mengelola konflik atau ketidaksepakatan yang mungkin timbul


dalam kelompok pasien atau antara tenaga kesehatan dan pasien.
e. Pemberdayaan Kelompok
Mendorong partisipasi aktif dan pemberdayaan kelompok pasien dalam
pengambilan keputusan terkait perawatan kesehatan.
f. Pendukung Emosional
15

Memberikan dukungan emosional untuk membantu kelompok pasien


mengatasi stres dan tantangan kesehatan.
g. Perubahan Perilaku
Mendorong perubahan perilaku positif dalam kelompok pasien, seperti
adopsi gaya hidup sehat atau kepatuhan terhadap pengobatan.
Tujuan-tujuan ini mendukung terciptanya lingkungan komunikasi
yang mendukung proses penyembuhan dan kesejahteraan kelompok pasien.
16

2.3 Aspek-Aspek Terkait dengan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok


atau Tenaga Kesehatan
Komunikasi terapeutik tidak hanya penting dalam hubungan antara
tenaga kesehatan dan pasien, tetapi juga memiliki relevansi dalam interaksi
antar kelompok atau tenaga kesehatan sendiri. Komunikasi yang efektif antar
kelompok atau tenaga kesehatan memiliki peran krusial dalam menyelaraskan
17

perawatan pasien, meningkatkan kolaborasi, dan memastikan penyampaian


informasi yang tepat. Berikut adalah beberapa aspek komunikasi terapeutik
dalam konteks hubungan antar kelompok atau tenaga kesehatan, yaitu sebagai
berikut:
a. Keterbukaan dan Keterlibatan
Kelompok atau tenaga kesehatan perlu bersikap terbuka terhadap
kolaborasi dan berpartisipasi aktif dalam tim perawatan. Sehingga
18

keterbukaan dapat membantu dalam berbagi informasi dengan cara


transparan, yang dapat mendukung pemahaman bersama dan membuat
keputusan yang lebih baik.
b. Menggunakan Bahasa yang Jelas dan Standar
Penggunaan bahasa yang jelas dan standar dapat membantu dalam
mencegah salah paham diantara anggota tim kesehatan. Sehingga
19

terminologi yang konsisten dan dimengerti bersama dapat mendukung


komunikasi yang efektif.

c. Pendengaran Aktif dan Umpan Balik


Mirip dengan interaksi dengan pasien, pendengaran aktif juga penting
dalam interaksi antar kelompok ataupun tenaga kesehatan. Memberikan
umpan balik yang konstruktif dan terbuka dapat memperkuat kerjasama
20

antar kelompok atau tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan yang


lebih baik pada pasien.
d. Keterampilan Menyelesaikan Konflik
Dalam kelompok atau tenaga kesehatan, suatu konflik mungkin akan
muncul. Komunikasi terapeutik melibatkan keterampilan menyelesaikan
konflik dengan baik, memahami perspektif antar kelompok atau tenaga
kesehatan, dan mencari solusi yang memuaskan semua pihak.
21

e. Kolaborasi dalam Pengambilan Keputusan


Kelompok atau tenaga kesehatan perlu berkolaborasi dalam pengambilan
keputusan terkait tindakan perawatan pasien. Hal ini dapat melibatkan
seperti berbagi informasi, mendiskusikan opsi perawatan, dan mencapai
konsensus tentang rencana tindakan yang akan dijalani pasien.
f. Pemberdayaan Kelompok atau Tenaga Kesehatan
22

Komunikasi terapeutik mencakup pemberdayaan kelompok atau tenaga


kesehatan untuk berkontribusi secara maksimal sesuai dengan keahlian
mereka masing-masing. Setiap kelompok atau tenaga kesehatan harus
merasa dihargai dan diberdayakan untuk memberikan kontribusi yang
berarti dalam pelayanan kesehatan pasien.
g. Kesadaran akan Peran Masing-masing
23

Setiap kelompok atau tenaga kesehatan memiliki peran unik dalam tim
perawatan. Komunikasi terapeutik melibatkan pemahaman dan pengakuan
terhadap peran masing-masing, memastikan bahwa tanggung jawab dan
tugas ditangani secara efisien.
h. Mengatasi Hambatan Komunikasi
Kelompok atau tenaga kesehatan perlu mengatasi adanya hambatan
komunikasi yang mungkin muncul, seperti perbedaan pendekatan
24

perawatan, ketidakjelasan peran, atau ketidaksepahaman. Hal ini dapat


dicapai melalui diskusi terbuka dan evaluasi periodik antar kelompok atau
tenaga kesehatan.
i. Keterlibatan Diri dalam Peningkatan Kualitas
Komunikasi terapeutik melibatkan keterlibatan dalam usaha bersama
untuk meningkatkan kualitas perawatan. Evaluasi rutin, pelatihan bersama,
dan pertukaran pengalaman dapat meningkatkan praktik dan kolaborasi
25

antar kelompok atau tenaga kesehatan. Dengan membangun komunikasi


terapeutik antar kelompok atau tenaga kesehatan, tim dapat menciptakan
lingkungan kerja yang mendukung, meningkatkan koordinasi perawatan,
dan akhirnya memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien.
26

2.4 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Komunikasi Terapeutik


pada Kelompok atau Tenaga Kesehatan
Komunikasi terapeutik dalam konteks kesehatan adalah suatu bentuk
komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien dengan tujuan untuk
mencapai pemahaman yang lebih baik tentang kondisi kesehatan,
penyembuhan, dan perawatan. Faktor pendukung dan penghambat dalam
komunikasi terapeutik dapat mempengaruhi efektivitas interaksi antara tenaga
27

kesehatan dan pasien. Berikut adalah beberapa faktor pendukung dan


penghambat komunikasi terapeutik antar kelompok atau tenaga kesehatan:
a. Faktor Pendukung
1. Keterbukaan dan Kepercayaan
Adanya kepercayaan dan keterbukaan antar anggota kelompok atau
tenaga kesehatan dapat meningkatkan adanya komunikasi dan
kolaborasi yang baik.
28

2. Keterlibatan Aktif
Terlibat aktif dalam kelompok atau tenaga kesehatan dan berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan dapat meningkatkan efektivitas
komunikasi.

3. Pemahaman Peran
29

Memahami peran masing-masing anggota tim tenaga kesehatan dapat


mencegah kebingungan dan meningkatkan koordinasi antar kelompok
atau tenaga kesehatan.
4. Kemampuan Komunikasi yang Baik
Penguasaan keterampilan komunikasi yang efektif oleh kelompok atau
tenaga kesehatan dapat meningkatkan kolaborasi dan pemahaman antar
anggota tim.
30

5. Respek terhadap Keragaman


Menghormati perbedaan latar belakang, pendidikan, dan pengalaman
antar anggota tim dapat menciptakan lingkungan kerja yang inklusif.
6. Tujuan Bersama
Memiliki tujuan bersama dalam memberikan perawatan pada pasien
yang optimal dapat meningkatkan kerja sama dan komunikasi.
b. Faktor Penghambat
31

1. Kurangnya Keterbukaan
Kurangnya keterbukaan antar kelompok atau tenaga kesehatan dapat
menghambat pertukaran informasi dan ide.
2. Ketidakjelasan Peran
Kurangnya pemahaman mengenai peran masing-masing kelompok atau
tenaga kesehatan dapat menyebabkan ketidakjelasan dan konflik.
3. Ketidakcocokan Nilai dan Kultur Organisasi
32

Perbedaan nilai dan budaya dalam organisasi kesehatan dapat


menciptakan hambatan dalam komunikasi dan kolaborasi.
4. Kurangnya Keterampilan Komunikasi
Ketidakmampuan menggunakan keterampilan komunikasi yang baik
dapat menghambat kolaborasi dan pemahaman bersama.
5. Ketidakcukupan Sumber Daya
33

Ketidakcukupan sumber daya, seperti waktu atau teknologi komunikasi


yang kurang memadai, dapat menghambat pertukaran informasi.

6. Konflik Kepentingan
Adanya konflik kepentingan di antara kelompok atau tenaga kesehatan
dapat menghambat kerjasama dan komunikasi yang efektif.
34

Untuk meningkatkan komunikasi terapeutik antar kelompok atau


tenaga kesehatan, penting untuk membangun budaya kerja yang inklusif,
menyediakan pelatihan komunikasi, dan memfasilitasi pertukaran informasi
yang terbuka dan jujur. Selain itu, mengatasi konflik secara konstruktif dan
membangun kesadaran terhadap faktor-faktor yang dapat menghambat
komunikasi terapeutik dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang
lebih efektif.
35

2.5 Cara Melakukan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga


Kesehatan
Melakukan komunikasi terapeutik antara kelompok atau tenaga kesehatan
melibatkan keterlibatan aktif, pemahaman peran, dan kerjasama untuk
mencapai tujuan perawatan yang optimal. Berikut adalah beberapa cara untuk
36

melakukan komunikasi terapeutik antara kelompok atau tenaga kesehatan,


yaitu:
a. Bentuk Tim Tenaga Kesehatan yang Efektif
Pastikan bahwa tim tenaga kesehatan memiliki struktur dan sistem yang
jelas sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing tenaga
kesehatan yang terdefinisi dengan baik. Selain itu, fasilitasi diskusi antar
37

kelompok atau tenaga kesehatan dapat membantu untuk mengidentifikasi


kekuatan dan kelemahan masing-masing anggota tim kesehatan.
b. Keterlibatan Aktif
Melibatkan seluruh kelompok atau tenaga kesehatan dalam proses
pengambilan keputusan terkait perawatan pasien dan dorong pertukaran
ide serta pengalaman antar kelompok atau tenaga kesehatan.
38

c. Pemahaman Peran Masing-masing


Pastikan setiap kelompok atau tenaga kesehatan memahami peran dan
tanggung jawabnya sendiri dalam memberikan perawatan kepada pasien,
serta komunikasikan harapan dan tugas masing-masing dengan jelas.
d. Keterampilan Komunikasi yang Efektif
39

Tingkatkan keterampilan komunikasi antar kelompok atau tenaga


kesehatan melalui pelatihan dan pengembangan. Dorong penggunaan
bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh semua anggota tim kesehatan.
e. Rapat Rutin dan Pertemuan Tim
Jadwalkan rapat rutin untuk membahas perencanaan perawatan,
pemantauan kemajuan, dan identifikasi masalah atau hambatan. Gunakan
40

pertemuan untuk membangun hubungan interpersonal dan meningkatkan


pemahaman antar kelompok atau tenaga kesehatan.
f. Fasilitasi Keterbukaan
Mendorong keterbukaan antar kelompok atau tenaga kesehatan untuk
berbagi pengalaman, pemikiran, dan masalah. Hindari sanksi atau
hukuman terhadap anggota tim kesehatan yang menyampaikan masalah
atau kekhawatiran.
41

g. Hindari Kesalahan Komunikasi


Pastikan informasi yang disampaikan oleh satu anggota tim kesehatan
dipahami dengan benar oleh anggota yang lain. Gunakan konfirmasi dan
klarifikasi untuk menghindari kesalahpahaman.
h. Pemantauan dan Evaluasi Berkala
42

Lakukan pemantauan dan evaluasi berkala terhadap kinerja kelompok atau


tenaga kesehatan untuk mengidentifikasi area perbaikan, dan berikan
umpan balik konstruktif dan dorong refleksi diri.
i. Fasilitasi Keterlibatan Pasien
Cara melakukan komunikasi terapeutik antar kelompok atau tenaga
kesehatan yang lain yaitu dengan cara melibatkan pasien dalam proses
43

pengambilan keputusan dan perencanaan perawatan. Berkomunikasi


dengan pasien atau keluarga secara terbuka mengenai rencana perawatan.
j. Penyelesaian Konflik yang Konstruktif
Tangani konflik dengan cara yang konstruktif, hindari konfrontasi yang
merugikan hubungan kerja antar kelompok atau tenaga kesehatan.
Gunakan mediasi jika diperlukan untuk menyelesaikan perbedaan
pendapat.
44

Melakukan komunikasi terapeutik antara kelompok atau tenaga


kesehatan memerlukan kolaborasi, saling pengertian, dan kesadaran terhadap
peran masing-masing anggota tim. Penting untuk menciptakan lingkungan
yang mendukung komunikasi terbuka dan mempromosikan kerjasama untuk
memberikan perawatan yang terbaik kepada pasien.
45
46

2.6 Fungsi dari Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga


Kesehatan
Komunikasi terapeutik memiliki peran yang sangat penting dalam
konteks kesehatan, baik dalam hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien
maupun dalam kerangka kelompok. Dalam kelompok atau tim kesehatan,
komunikasi terapeutik memiliki beberapa fungsi yang krusial, yaitu:
47

a. Membangun Hubungan Kerja yang Efektif


Komunikasi terapeutik dapat membantu dalam membentuk hubungan yang
positif antara kelompok atau tenaga kesehatan. Hal ini mencakup seperti
saling percaya, menghormati, dan mendukung satu sama lain, yang
semuanya esensial untuk pencapaian tujuan perawatan pasien.

b. Peningkatan Kolaborasi dan Koordinasi


48

Dalam konteks kelompok atau tenaga kesehatan, komunikasi yang baik


meningkatkan kolaborasi dan koordinasi antar anggota tim. Hal ini
diperlukan untuk memastikan bahwa setiap kelompok atau tenaga
kesehatan memahami peran dan tanggung jawab mereka serta dapat
bekerja bersama-sama secara efektif.
c. Pemberian Informasi yang Jelas
49

Tenaga kesehatan perlu menyampaikan informasi dengan jelas kepada


anggota tim kesehatan lainnya. Komunikasi terapeutik dapat membantu
dalam hal menghindari kesalah pahaman dan memastikan bahwa informasi
mengenai kondisi pasien, rencana perawatan, dan tindakan medis lainnya
dipahami dengan benar oleh seluruh kelompok atau tenaga kesehatan.
d. Membantu dalam Penanganan Konflik
50

Konflik tidak dapat dihindari dalam setiap kelompok atau tenaga


kesehatan, komunikasi dapat membantu dalam mengidentifikasi,
mengelola, serta menyelesaikan konflik dengan cara yang konstruktif.
Sehingga hal ini dapat membantu dalam memastikan bahwa konflik tidak
mengganggu kualitas perawatan pasien.
e. Pemberdayaan Pasien melalui Edukasi
51

Kelompok atau tenaga kesehatan harus mampu memberikan edukasi yang


efektif kepada pasien dan keluarganya. Komunikasi terapeutik membantu
dalam menyampaikan informasi dengan cara yang mudah dipahami,
menggali kebutuhan pasien, dan merespons pertanyaan atau kekhawatiran
dengan bijak.
f. Pengelolaan Stres
52

Kesehatan mental dan emosional kelompok atau tenaga kesehatan sangat


penting. Komunikasi terapeutik dapat berfungsi dalam memberikan
dukungan emosional, saling mendengarkan, dan mengelola stres yang
mungkin timbul dalam lingkungan kesehatan yang sering kali penuh
tekanan.

g. Penyampaian Umpan Balik yang Konstruktif


53

Komunikasi terapeutik memungkinkan kelompok atau tenaga kesehatan


untuk memberikan umpan balik satu sama lain secara konstruktif. Hal ini
dapat membantu dalam pengembangan profesionalisme dan peningkatan
kualitas layanan kesehatan.
54
55

2.7 Tahapan-tahapan Komunikasi Terapeutik pada Kelompok atau Tenaga


kesehatan
Komunikasi terapeutik antar kelompok atau tenaga kesehatan
merupakan suatu proses interaksi yang bertujuan untuk mencapai
pemahaman, dukungan, dan perubahan positif dalam konteks kesehatan.
56

Tahapan komunikasi terapeutik antar kelompok atau tenaga kesehatan dapat


melibatkan beberapa langkah sebagai berikut:
a. Pendefinisian Tujuan Komunikasi
Identifikasi tujuan komunikasi yang jelas dan spesifik, baik itu untuk
memberikan informasi, mendukung pasien, atau merencanakan tindakan
bersama.
57

b. Pemilihan Model Komunikasi


Pilih model komunikasi yang sesuai dengan konteks dan kebutuhan
kelompok atau tenaga kesehatan. Misalnya, model komunikasi yang
melibatkan pendekatan terapeutik seperti mendengarkan aktif dan empati.
c. Pembentukan Kepercayaan
58

Bangun kepercayaan antara anggota kelompok atau tenaga kesehatan.


Kepercayaan merupakan dasar untuk membuka diri dan berbagi informasi
antar anggota tim kesehatan dengan lebih efektif.
d. Mengidentifikasi dan Mengatasi Hambatan Komunikasi
59

Kenali hambatan-hambatan komunikasi seperti stereotip, prasangka, atau


perbedaan nilai dan kultur. Upayakan untuk mengatasi hambatan tersebut
agar komunikasi dapat berjalan lancar.
e. Berbagi Informasi dengan Jelas
Sampaikan informasi dengan jelas dan mudah dipahami oleh kelompok
atau tenaga kesehatan yang terlibat. Hindari penggunaan istilah teknis
yang mungkin tidak dipahami oleh semua pihak.
60

f. Pemberian Dukungan Emosional


Tunjukkan empati dan dukungan terhadap perasaan dan pengalaman
anggota kelompok atau tenaga kesehatan. Hal ini dapat meningkatkan rasa
keterlibatan dan kepercayaan.
g. Stimulasi Perubahan Positif
61

Gunakan komunikasi untuk merangsang perubahan positif, baik itu dalam


pola pikir, sikap, atau tindakan. Dorong kolaborasi dan partisipasi aktif
dari semua pihak terkait.
h. Evaluasi dan Refleksi
Lakukan evaluasi terhadap proses komunikasi yang telah berlangsung.
Refleksikan hasil komunikasi dan identifikasi area yang perlu diperbaiki
untuk pertemuan atau interaksi selanjutnya.
62

i. Pertahankan Komunikasi Terapeutik


Pertahankan komunikasi terapeutik secara berkelanjutan seperti
keterlibatan aktif, dukungan terus-menerus, dan kesediaan untuk
beradaptasi dengan perubahan kebutuhan atau kondisi.
63

j. Feedback dan Komunikasi Lanjutan


Memberikan umpan balik (feedback) secara teratur, berkomunikasi secara
terbuka, dan menjaga saluran komunikasi antar kelompok atau tenaga
kesehatan dapat membentuk komunikasi agar tetap efektif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik pada tenaga kesehatan sangat penting untuk
membangun hubungan yang positif dengan pasien. Hal ini membantu
meningkatkan pemahaman, kepercayaan, dan kerjasama antara tenaga
kesehatan dan pasien, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efektivitas
perawatan. Kesadaran, empati, dan keterbukaan dalam berkomunikasi
menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesembuhan
dan kesejahteraan pasien.

3.2 Saran
Tunjukkan pemahaman dan kepedulian terhadap kondisi dan perasaan
pasien ,memberikan perhatian penuh saat berinteraksi dengan pasien untuk
memahami secara lebih baik, Komunikasikan informasi dengan jelas dan
jujur, serta sampaikan harapan yang realistis, Perhatikan bahasa tubuh dan
ekspresi wajah agar pasien merasa didengar dan dimengerti, Sesuaikan gaya
komunikasi Anda dengan kebutuhan pasien, terutama jika ada perbedaan
budaya atau bahasa, berikan dukungan positif dan dorongan untuk
meningkatkan motivasi pasien dalam proses penyembuhan, Pastikan
pemahaman dengan mengklarifikasi dan gunakan pertanyaan terbuka untuk
merangsang diskusi, Terus tingkatkan keterampilan komunikasi Anda melalui
pelatihan dan refleksi dan Menerapkan aspek-aspek ini dapat membantu
menciptakan lingkungan komunikasi yang mendukung proses penyembuhan
dan kesejahteraan pasien.
GLOSARIUM

Interpersonal: Istilah yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara


individu atau kelompok
Komunikator: Pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan kepada komunikan
dalam sebuah proses komunikasi.
Psikologis: ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia
Stress: Reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional apabila ada
20
perubahan lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri.
Komunikasi: Proses atau tindakan menyampaikan pesan (message) dari pengirim
(sender) ke penerima (receiver), melalui suatu medium(channel)
yang biasa mengalami gangguan (noice).
Interaksi: Satu pertalian sosilal antar individu sedemikian rupa sehingga individu
yang bersangkutan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Emosional: Sesuatu yang menyentuh perasaan. Ini bisa berupa ekspresi, respons,

21
atau wujud apapun tentang emosi. keadaan emosional selalu diiringi
dengan emosi.
Relevansi: Kaitan/hubungan erat terkait pokok masalah yang sedang dihadapi
Koordinasi: Mengimbangi dan menggerakkan tim dengan memberikan lokasi
kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga
agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya
di antara para anggota itu sendiri.

22
Kolaborasi: Adanya pola dan bentuk hubungan yang dilakukan antarindividu
ataupun organisasi yang berkeinginan untuk saling berbagi, saling
berpartisipasi secara penuh, dan saling menyetujui atau bersepakat
untuk melakukan tindakan bersama dengan cara berbagi informasi.
Konflik: Percekcokan, perselisihan, dan pertentangan
Fasilitasi: Suatu proses "mempermudah" sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu
Refleksi: Bergerak mundur untuk merenungkan kembali apa yang sudah terjadi

23
dan dilakukan.

24
DAFTAR PUSTAKA

(Ananda & Irma, 2018; Kurniawati, 2021; Rizki et al., 2022)

Ananda, G. D., & Irma, A. (2018). Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap


Pasien di Rumah Sakit Jiwa Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah,
3(2), 125–133.

Kurniawati, D. (2021). Komunikasi Terapeutik Tenaga Kesehatan (NAKES)


Terhadap Pasien Covid-19 di Medan dan Pekanbaru. Komunikologi: Jurnal

25
Pengembangan Ilmu Komunikasi Dan Sosial, 5(2), 179.
https://doi.org/10.30829/komunikologi.v5i2.10145

Rizki, M. G. D., Lisda, S., & Dristiana, D. K. (2022). Komunikasi terapeutik


tenaga kesehatan dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Dunia
Komunikasi Prodi Lmu Komunikas, 10(4), 40–54.

26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai