Anda di halaman 1dari 49

MODUL PRAKTIK

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 1


Penyusun:
NS. Pitriani, S.Kep, Ns, M.Kep
Ns. Grace Erlyn Damayanti S.Kep, Ns, M.Kep
Ns. Sitohang S.Kep, M.Kep

1
KATA PENGANTAR

+
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, pertolongan
dan karunia-Nya modul praktikum ini dapat diselesaikan dan diterbitkan. Modul praktikum
keperawatan dasar ini menjelaskan tentang proses pembelajaran dari praktikum Keperawatan
Dasar yang ada pada Kurikulum Pendidikan D3 Keperawatan, sebagai pegangan bagi dosen
dan mahasiswa dalam melaksanakan proses pembelajaran di laboratorium sesuai dengan
capaian pembelajaran yang telah ditetapkan, sehingga diharapkan konten pembelajaran yang
dibahas selama proses belajar terstandar untuk semua dosen pada pendidikan DIII
Keperawatan.

Pembelajaran praktikum ini telah disesuaikan dengan kurikulum dari segi kedalaman
dan keluasan materi pembelajaran, serta menggunakan strategipembelajaran menggunakan
pendekatan Student Center Learning (SCL).

Dengan diterbitkannya modul ini diharapkan agar pembelajaran praktikum keperawatan


dasar menjadi terarah, mudah, berorientasi pada pendekatan SCL dan terutama mempunyai
kesamaan dalam keluasan dan kedalaman materi pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran dan menghantar mahasiswa untuk berhasil dengan baik
pada ujian akhir ataupun Uji Kompetensi.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada D3 Keperawatan INSTITUT


KESEHATAN MEDISTRA LUBUK PAKAM dan segenap dosen serta semua pihakyang
telah berkontribusi sampai terbitnya modul praktikum ini. Semoga modul ini dapat bermanfaat
bagi dosen maupun mahasiswa program D3 Keperawatan.

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i


DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii
VISI DAN MISI............................................................................................................................ iii
TOPIK 1 : Praktek standar pelayanan keperawatan medikal bedah ............................................... 1
TOPIK 2 : Nebulisasi/Inhalasi Praktek pemberian oksigenisasi ..................................................... 4
TOPIK 3 : Teknik Postural\Drainase Perawatan WSD.................................................................... 7
TOPIK 4 : Transfusi, pemberian kompres .................................................................................... 10
TOPIK 5 : DIBETES MILITUS ................................................................................................... 12
TOPIK 6 : Perekaman dan Interpretasi EKG ................................................................................ 14
TOPIK 7 : Teknik pengambilan darah arteri daninterpretasi analisa gas darah ........................... 15
TOPIK 8 : Perawatan Colostomy ................................................................................................. 18
TOPIK 9 : Pemasangan infus untuk transfusi darah .................................................................... 20
TOPIK 10 : Hecting Luka ............................................................................................................ 22
TOPIK 11 : Melakukan fisioterapi dada ...................................................................................... 24
TOPIK 12 : Pemeriksaan fisik Abdomen .................................................................................... 28
TOPIK 13 : Mengkaji GCS.......................................................................................................... 32
TOPIK 14 : Pemasangan kateter .................................................................................................. 35

ii
VISI DAN MISI
INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM

VISI

Menjadi institut yang unggul dan profesional dalam bidang kesehatan di tingkat
Nasional dan Asia tahun 2028.

MISI
1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang unggul, berkarakter, dan
kompeten yang adaptif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
globalisasi;

2. Menyelenggarakan penelitian yang inovatif, produktif dan responsif terhadap ilmu


pengetahuan, teknologi, dan kebutuhan masyarakat;

3. Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat berlandaskan nilai


dan tanggung jawab sosial; dan

4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia
usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan.

iii
VISI DAN MISI

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI

VISI

Menghasilkan lulusan yang unggul dalam bidang keperawatan trauma dan manual
terapi yang mampu bersaing secara nasional dan regional Asia pada tahun 2024.

MISI
1. Menyelenggarakan proses belajar mengajar yang kondusif dengan berbagai fasilitas
belajar, metode, dan sistem pembelajaran kelas dan praktik (laboratorium, RS, dan
pelayanan kesehatan lainnya) sehingga menghasilkan karakter yang unggul, kompeten
dan excellent service;
2. Mengoptimalkan dan mengimplementasikan program riset keperawatan dan
fisioterapi di tingkat lokal maupun nasional dengan menggunakan pendekatan riset
kolaboratif dalam bidang ilmu keperawatan dan fisioterapi;
3. Mengimplementasikan program pengabdian kepada masyarakat berbasis riset untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan kesehatan di tingkat nasional bahkan kawasan
regional Asia dengan menekankan upaya pendekatan preventive health science;
4. Menjalin kerjasama yang baik dengan stakeholder mulai dari pemerintah, dunia
usaha, dan masyarakat sebagai pengguna lulusan

iv
Program Studi Keperawtan Diploma Tiga

Visi

Menjadi Program Studi Keperawatan Diploma Tiga yang unggul dalam bidang
keperawatan trauma dan menghasilkan lulusan yang mampu bersaing secara nasional
dan menuju regional Asia tahun 2024.

Misi

1. Meningkatkan kualitas Dosen melalui pendidikan formal berjenjang dan berlanjut


serta

non formal melalui pendidikan dan pelatihan non gelar.

2. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang terselenggaranya proses

pembelajaran.

3. Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum Program Studi Keperawtan


Diploma Tiga dengan keunggulan keperawatan trauma.

4. Melaksanakan penelitian sesuai dengan roadmap penelitian di bidang keperawatan

terutama keperawatan trauma.

5. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan hasil penelitian di


bidang keperawatan terutama keperawatan trauma.

6. Memperluas jaringan kerjasama baik di dalam maupun luar negeri yang mencakup
Tri Dharma Perguruan Tinggi.

7. Melaksanakan penjaminan mutu dalam penyelenggaraan Program Studi.

v
TOPIK 1 : Praktek standar pelayanan keperawatan medikal bedah

Praktikum Standar Pelayanan Keperawatan Medikal Bedah

Perkembangan keperawatan yang dinamis di tatanan pelayanan kesehatan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dalam praktik keperawatan menyoroti kebutuhan


untuk menggambarkan dan menafsirkan praktik perawat medikal-bedah. Perawat
medikal-bedah mengakui bahwa klien adalah fokus dasar dan sentral dalam pelayanan
keperawatan. Tujuan dari keperawatan medikal-bedah adalah untuk mempromosikan,
memulihkan, dan menjaga kesehatan klien. Dokumen ini menjelaskan ruang lingkup praktek
perawat medikal-bedah di tatanan praktik klinik :

1. Klien
Perawat medikal - bedah berkomitmen untuk membantu klien dalam mencapai
tingkat fungsional yang optimal. Tindakan keperawatan ditujukan untuk mencegah penyakit,
menghentikan penyakit lebih lanjut dan disfungsi, membantu dengan rehabilitasi, dan
/ atau membantu klien dalam menghadapi kematian dengan damai. Perawat medikal - bedah
merawat klien di rumah sakit, rumah, dan masyarakat. Klien adalah penerima tindakan
keperawatan pada area orang dewasa, keluarga, kelompok, atau masyarakat. Ketika klien
adalah orang dewasa, fokusnya adalah pada keadaan kesehatan, masalah, atau
kebutuhan individu sepanjang rentang kehidupan. Ketika klien adalah keluarga atau
kelompok, fokusnya adalah pada efek timbal balik kesehatan individu pada anggota lain
dari area pelayanan kesehatan

2. Praktik Keperawatan Medikal Bedah


Praktik keperawatan medikal bedah adalah area praktek di keperawatan profesional.
Asuhan keperawatan medikal bedah adalah diagnosis dan penatalaksanaan terhadap
respon manusia sebagai individu dan kelompok untuk masalah kesehatan aktual atau potensial.
Tujuan keperawatan medikal bedah adalah untuk membantu individu atau kelompok dalam
mempromosikan, memulihkan, atau menjaga kesehatan yang optimal. Perawat medikal
bedah terampil dalam menilai, mendiagnosa, dan penatalaksanaan perubahan aktual
atau potensial dalam kemampuan fungsional dan gaya hidup.

1
Praktek keperawatan medikal bedah memerlukan pengetahuan khusus dan
keterampilan klinis untuk mengelola masalah kesehatan aktual atau potensial yang
mempengaruhi individu, orang lain yang signifikan, dan masyarakat. Pelayanan
keperawatan medikal-bedah diberikan kepada klien dari masa remaja dan dewasa dalam
rentang kehidupan.

3. Pertimbangan Etik
Perawat medikal-bedah menghadapi berbagai dilema etika. Keperawatan Medikal-
bedah didasarkan pada keyakinan bahwa klien memiliki hak dan tanggung jawab untuk
membuat keputusan tentang masa depan mereka. Kadang-kadang, bagaimanapun, pilihan
klien mungkin tidak mencerminkan nilai-nilai kemandirian dan kesehatan. Dalam beberapa
situasi, perawat medikal-bedah dapat merawat klien dengan kualitas hidup yang dapat
dikompromikan oleh kemajuan teknologi dalam perawatan kesehatan. Konflik dapat timbul
antara dan / atau di antara hak-hak individu, hak-hak keluarga, pengobatan ilmiah
dan teknologi yang tersedia, dan Realitas ekonomi. Konsultasi etika dan hukum
dapat dibenarkan dalam kasus tersebut.

4. Praktik keperawatan profesional keperawatan medikal bedah


Perawat medikal-bedah yang profesional, sebagai pemberi asuhan langsung,
berkolaborasi dengan profesi keperawatan kesehatan lainnya untuk memberikan
perawatan kesehatan yang tepat, efektif, dan efisien. Peran perawat medikal- bedah
tergantung pada persiapan keperawatan, seting praktek, pendidikan formal maupun informal
khusus, dan pengalaman klinis dengan klien dan lain-lain yang signifikan. Semua
perawat medikal-bedah harus profesional, memiliki pengetahuan dan keterampilan
klinis dasar yang memungkinkan mereka untuk :

1. Membangun hubungan yang efektif dengan klien dan lain-lain yang signifikan
untuk memfasilitasi pengembangan rencana perawatan.

2. Menggunakan proses keperawatan untuk mengembangkan dan


mengimplementasikan rencana perawatan: mengumpulkan data penilaian yang tepat
untuk setiap klien, menentukan diagnosa keperawatan yang tepat, mengidentifikasi

2
hasil yang diharapkan klien, menentukan rencana perawatan, menerapkan intervensi,
dan mengevaluasi hasil klien.
3. Mengembangkan strategi penilaian dan manajemen didasarkan pada pertimbangan
dimensi fisik, fungsional, budaya, sosial, ekonomi, perkembangan, dan spiritual, respon
manusia terhadap masalah kesehatan aktual dan potensial.
4. Menunjukkan pengetahuan tentang dampak penyakit aktual atau potensial pada
perkembangan fisik, sosial, emosional, usia klien, spiritual, ekonomi, kejuruan, dan
status klien.

5. Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan klien, keluarga, masyarakat, dan anggota


tim interdisipliner dalam menilai kebutuhan, menetapkan tujuan, merencanakan
intervensi, memberikan perawatan, dan mengevaluasi hasil.

Soal:
1. Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterprestasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan dalam pengambilan
persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien……
2. Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan……
3. Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganusasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan…..
4. Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat
dalam melaksanakan tugasnya dilakukan secara mandiri dengan keputusan sendiri
5. Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi
dari perawat lain

3
TOPIK 2 : Nebulisasi/Inhalasi Praktek pemberian oksigenisasi

SOP
Praktek Nebulizer
Nebulizer adalah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap
yang dihirup. Nebulizer memang umumnya digunakan untuk meredakan gejala asma. Namun
alat ini juga kerap dimanfaatkan untuk menangani penyakit lain, seperti: Penyakit paru
obstruktif kronis, Epiglotitis, Pneumonia. Adapun Standar operasional prosedur adalah
sebagai berikut :
Persiapan Alat:

1. Nebulizer
2. atau sumber oksigen
3. Selang
4. penghubung ke nebulizer
5. Masker sungkup nebulizer (masker yang terdapat tabung kecil untuk
6. menampung obat nebulizer)
7. Spuit 5cc dalam bak spuit
8. Bengkok

Bahan:

1. Sarung tangan jika diperlukan


2. Cairan NaCl 0,9%
3. Obat - obat nebulizer
Prosedur Tindakan :

1. Menjaga privacy
2. Mencuci tangan
3. Pasang sarung tangan bersih
4. Membawa alat - alat ke dekat pasien
5. Mengatur posisi pasien sesuai dengan keadaan pasien

4
6. Sambungkan selang nebulizer pada selangnya
7. Sambungkan selang nebulizer pada masker sungkup
8. Masukkan obat kedalam tabung nebulizer
9. Tambahkan larutan NaCl 0,9% dalam nebulizer sesuai dengan kebutuhan
10. Sambungkan selang nebulizer pada sumber oksigen atau mesin nebulizer
11. Atur aliran pelan-pelan atau hidupkan mesin nebulizer
12. Berikan klien masker sungkup
13. Anjurkan klien menghirup obat dalam nebulizer
14. Observasi keadaan klien selama terapi
15. Beri tahu klien jika tindakan selesai dan evaluasi hasil pemberian nebulizer
16. Rapihkan alat dan pasien
17. Lepaskan sarung tangan
18. Cuci tangan
19. Dokumentasi

Soal:

1. Pada pasien pneumonia akan terjadi pengisian cairan pada alveoli , alveoli mulai terisi
sekret akibat infeksi kuman patogen yang berhasil masuk, setelah 1 minggu
berdatanganlah sel leukosit terutama pmn sampai alveoli menjadi penuh dan padat.
Diagnose keperawatan yang terjadi adalah….

2. Ada stadium ini Anda perhatikan gejala-gejalanya sebagai berikut : panas badan
cenderung tinggi, letargi, nyeri otot, nafsu makan turun, disertai batuk-batuk yang
cenderungsemakinberatdengandahak,initerjadipadastadium….
3. Keadaan pasien nampak semakin parah sehingga tampak sakit berat, demam (39oC),
menggigil, sesak nafas, pernafasan cuping hidung, nyeri dada, batuk semakin parah,
thoraks yang sakit tampak tetinggal pada pernafasan, fremitus suara meningkat,
perkusi redup, auskultasi : terdengar suara nafas bronchial, terdapat dehidrasi, dapat
meninggal bila tidak mendapat penatalaksanaan yang adekuat. Ini terjadi pada stadium
….

5
4. Pada stadium ini bila pasien dapat mengatasi infeksi akut ini, maka mulai minggu ke 2
isi alveolus akan melunak untuk berubah menjadi dahak dan akan dibatukkan keluar,
pasien mulai merasakan badannya agak enak, panas mulai turun, batuk semakin
longgar, dahak mudah dikeluarkan, sesak berkurang, nyeri dada berkurang,
5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek dari perubahan membran alveoli
kapiler paru pada diagnose keperawatan ini tujuan keperawatan diarahkan untuk….

6
TOPIK 3 : Teknik Postural\Drainase Perawatan WSD
SOP
Praktek Pemasangan Water Sailed Drainase
WSD (Water Seal Drainage) adalah suatu tindakan pemasangan kateter pada rongga
thoraks, rongga pleura ,mediastinum dengan tujuan untuk mengeluarkan udara atau cairan
dari rongga tersebut. WSD merupakan pipa khusus yang dimasukkan ke rongga pleura
dengan perantaraan trokar atau klem penjepit bedah. Pada trauma toraks WSD dapat berarti:
1. Diagnostik : menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil,
sehingga dapat ditentukan perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita
jatuh dalam shok.
2. Terapi : Mengeluarkan darah,cairan atau udara yang terkumpul di rongga pleura.
Mengembalikan tekanan rongga pleura sehingga " mechanic of breathing", dapat
kembali seperti yang seharusnya.
3. Preventive : Mengeluarkan udara atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga
"mechanic of breathing" tetap baik.

Jenis- jenis Water Seal Drainase


1. Single Bottle Water Seal System
Sistem satu botol digunakan pada kasus pneumothoraks sederhana sehingga
hanya membutuhkan gaya gravitasi saja untuk mengeluarkan isi pleura. Water seal
dan penampung drainage digabung pada satu botol dengan menggunakan katup
udara. Katup udara digunakan untuk mencegah penambahan tekanan dalam botol
yang dapat menghambat pengeluaran cairan atau udara dari rongga pleura. Karena
hanya menggunakan satu botol yang perlu diingat adalah penambahan isi cairan
botol dapat mengurangi daya hisap botol sehingga cairan atau udara pada rongga
intrapleura tidak dapat dikeluarkan.
2. Two Bottle System
Terdiri dari botol water-seal ditambah botol penampung cairan. Drainase sama
dengan system satu botol, kecuali ketika cairan pleura terkumpul, underwater seal
system tidak terpengaruh oleh volume drainase. Sistem dua botol menggunakan dua
botol yang masing-masing berfungsi sebagai water seal dan penampung. Botol

7
pertama adalah penampung drainage yang berhubungan langsung dengan klien dan
botol kedua berfungsi sebagai water seal yang dapat mencegan peningkatan tekanan
dalam penampung sehingga drainage dada dapat dikeluarkan secara optimal.
3. Three Bottle Sytem
Sebagai penampung, "water seal" dan pengatur; yang mengatur tekanan
penghisap. Jika drainage yang ingin, dikeluarkan cukup banyak biasanya digunakan
mesin penghisap (suction) Karena dengan mesin penghisap dapat diatur tekanan
yang dibutuhkan untuk mengeluarkan isi pleura. Botol pertama berfungsi sebagai
tempat penampungan keluaran dari paru-paru dan tidak mempengaruhi botol "water
seal". Botol kedua berfungsi sebagai "water seal" yang mencegah udara memasuki
rongga pleura. Botol ketiga merupakan pengatur hisapan.
Adapun Standar prosedur operasional dalam pemasangan water seal drainase adalah
sebagai berikut :
Persiapan Alat :
1. Trolly dressing
2. Botol WSD berisi larutan bethadin yang telah diencerkan dengan NaCl 0,9% dan ujung
selang terendam sepanjang 2 cm.
3. Kasa steril dalam tromol.
4. Pinset
5. Korentang
6. Plester
7. Gunting
8. Alkohol 70%
9. Bethadin 10%
10. Handscoon steril
11. Bengkok

Prosedur Tindakan :
A. Persiapan Pasien dan Lingkungan
1. Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Pasang sampiran di sekeliling tempat tidur.

8
3. Bebaskan pakaian pasien bagian atas.
4. Atur posisi setengah duduk atau sesuai kemampuan pasien.

B. Pelaksanaan Perawatan WSD


1. Cuci tangan lalu gunakan handscoon.
2. Buka set bedah minor steril.
3. Buka balutan dengan menggunakan pinset secara hati-hati, balutan kotor dimasukkan
ke dalam bengkok.
4. Disinfeksi luka dan selang dengan bethadin 10% kemudian dengan alkohol 70%.
5. Tutup luka dengan kassa steril yang sudah dipotong tengahnya kemudian diplester.
6. Klem selang WSD
7. Lepaskan sambungan antara selang WSD dengan selang botol.
8. Bersihkan ujung selang WSD dengan alkohol 70%, kemudian hubungkan dengan
selang penyambung botol WSD yang baru.
9. Buka klem selang WSD.
10. Anjurkan pasien untuk menarik napas dalam dan bimbing pasien cara batuk efektif.
11. Latih dan ajurkan pasien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak pada
persendian bahu daerah pemasangan WSD.
12. Rapikan pakaian pasien dan lingkungannya.
13. Bantu pasien dalam mendapatkan posisi yang nyaman.
14. Bersihkan alat-alat dan botol WSD yang kotor, kemudian sterilisasi kembali.
15. Buka handscoon dan cuci tangan.
16. Dokumentasi
17. Catat waktu perawatan WSD yang dilakukan pada pasien dan prosedur yang telah
dilakukan.

Soal:
1. Penyakit paru obstruksi menahun merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya
obstruksi aliran udara pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh….
2. Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit paru obstruksi menahun

9
adalah….
3. Pada pasien dengan radang akut parenkhim paru dapat mengakibatkan gangguan
permeabilitas kapiler paru (meningkat),hal ini dapat menyebabkan gangguan….
4. Pasien PPOK mengalami gangguan ventilasi, sehingga O2 atmosfir yang masuk
kedalam alveoli berkurang dan menyebabkan penurunan jumlah O2 dalam darah. O2
dalam darah dibawa keseluruh jaringan dipengaruhi oleh….
5. Proses pathofisiologis yang terjadi pada PPOK adalah....

TOPIK 4 : Transfusi, pemberian kompres

10
SOP
Transfusi, Praktek pemberian kompres

Tranfusi darah merupakan tindakan yang dilakukan bagi klien yang memerlukan darah
dengan memasukkan darah melalui vena dengan menggunakan set tranfusi. Tujuan tindakan ini
adalah : Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan).
Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien anemia berat, Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya,
faktor pembekuan untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Persiapan Alat
1. Kateter besar (18G atau 19G)
2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
3. Set infuse darah dengan filter
4. Produk darah yang tepat
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani
Prosedur Tindakan :
1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal atau ruam
dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang

11
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse
darah selesai
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
10. Ukur tanda vital dasar klien
11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali
dengan pengisian filter didalam selang
12. Atur kecepatan sampai 2 ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse, selanjutnya ukur
setiap jam.
14. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse.5.
Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.

Soal:
Kasus :
Seorang anak perempuan 10 tahun , di rawat di ruang Anak dengan keluhan anaknya
sakit kepala, malas makan dan sering sakit. Dari pemeriksaan didapatkan klien tampak pucat,
ekstrimitas dingin, konjungtiva pucat, ujung jari dan kuku tampak pucat. Laboratorium :
darah lengkap : retikulosit ( - ), punksi sumsum tulang proeritroblas ( - ), retikulosit ( - ).
Diagnosa medis anemia.
Soal :
1. Kemungkinan kasus di atas mengalami anemia....
2. Untuk menentukan diagnosa pada kasus di atas perlu dikaji....
3. Kasus di atas mengalami anemia dari hasil laboratorium....
4. Intervensi umum terhadap kasus di atas adalah....
5. Faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi eritropoitin....

TOPIK 5 : DIBETES MILITUS

12
SOP
Range Of Motion

Praktikum ROM (Range Of Motion)


Range of motion (ROM) adalah tindakan atau latihan otot dan persendian yang diberikan
kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, disabilitas atau trauma.
Dimana pasien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara
aktif ataupun pasif.
Tujuan :
a. Mencegah risiko atropi otot pada klien yang mengalami imobilisasi
b. Mencegah terjadinya kontraktur pada sendi
c. Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan otot
d. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot

Indikasi
Klien dengan tirah baring yang lama, klien dengan penurunan tingkat kesadaran, kelemahan
otot, dan fase rehabilitas fisik.
Kontra Indikasi
Klien dengan fraktur, kelainan sendi atau tulang, dank lien fase imobilisasi karena kasus
penyakit (jantung).
Hal-hal Yang Perlu Diperhatian Saat melaksanakan latihan
a. Keterbatasan pergerakan atau ketidakmampuan menggerakkan sendi.
b. Bengkak, nyeri, kemerahan, krepitus, deformitas pada sendi.
c. Saat melakukan ROM pasif, berikan sokongan sendi.
d. Lakukan setiap gerakan dengan perlahan dan berhati-hati.
e. Setiap gerakan dilakukan sesuai kemampuan.
f. Ulangi masing-masing gerakan sebanyak 5 kali
g. Hentikan gerakan latihan jika klien mengungkapkan ketidaknyamanan seperti nyeri atau
terjadi spasme pada daerah otot yang bersangkutan.

13
Persiapan Alat
Alat yang digunakan untuk melakuka ROM yaitu geniometer (alat ukur rentang gerak sendi).
Prosedur Kerja
a. Berikan informasi kepada klien tentang tujuan dan prosedur tindakan yang akan
dilakukan.
b. Kaji kemampuan rentang gerak sendi
Gerakan kaki :
a. Inversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak kaki kearah medial
(ROM 10 derajat).
b. Eversi : lakukan gerakan memutar pada kaki, arahkan telapak kaki kearah lateral
(ROM 10 derajat).
c. Fleksi : arahkan jari-jari kaki ke bawah (ROM 30-60 derajat).
d. Extensi : luruskan kembali jari-jari kaki (ROM 30-60 derajat).
e. Abduksi : regangkan jari-jari kaki hingga jari-jari saling menjauhi (ROM 15 derajat).
f. Adduksi : satukan kembali jari-jari kaki hingga jari-jari saling merapat (ROM 15
derajat).
Soal :

1. Apakah pengertian diabetes mellitus berdasarkan anda


2. Apakah pengertian diabetes militus menurut para ahli
3. Dibawah ini yang tidak menjadi pemicu resiko DM menjadi bertambah tinggi yaitu
4. Dibawah ini yang termasuk tanda tanda-tanda DM kecuali
5. Pada diabetes mellitus gestational akan terjadi keadaan dimana fungsi insulin menjadi tidak
optimal, yang berdampak hiperinsulinemia sehingga terjadi gangguan metabolic pada janin.

TOPIK 6 : Perekaman dan Interpretasi EKG


SOP

14
Perekaman dan Interpretasi EKG
Perlengkapan Pemasangan Elektrokardiogram

1. Mesin Elektrokardiogram ( EKG )

2. Kertas EKG

3. Jelly

4. Tissu

5. Bengkok

6. Kapas alkohol

D. Prosedur Tindakan Pemasangan Elektrokardiogram

1. Baca Orderan / instruksi pemasangan

2. Jelaskan kepada pasien/keluarga tentang tindakan yang akan di lakukan

3. Menyiapkan dan mendekatkan alat ke pasien

4. Melonggarkan atau melepaskan pakaian bagian atas klien.

5. Mengoleskan jelly pada elektorde

Soal:

1. Apa yang dimaksud dengan EKG


2. Apa fungsi dari EKG
3. Apa kepanjangan dari EKG
4. Sebutkan ciri ciri seseorang yang memerlukan EKG
5. Sebutkan indikasi dan kontraindikasi pemakaian EKG

TOPIK 7 : Teknik pengambilan darah arteri dan interpretasi analisa gas darah

SOP

15
Teknik pengambilan darah arteri dan interpretasi analisa gas darah

Pengambilan darah padda arteri (radialis, brakhialis, femoralis) dilakukan sebagai tindakan
bahan pemeriksaaan gas darah, untuk melihat kelainan zat-zat didalam darah pada tubuh
manusia

Tujuan :

a. Untuk menilai status oksigenasi klien


b. Untuk menilai keseimbangan asam basa
c. Untuk menilai efektifitas terapi oksigen atau penggunaan ventilator.
Persiapan Alat

1. Alat monitor EKG lengkap siap pakai & kondisi baik


2. Kapas Alkohol
3. Jelly
4. Tissu II.
5. Heparin Cair
6. Disposible spuit 3 cc
7. Steroform
8. Alcohoi swab.
9. Bak instrumen.
10. Termometer
11. Ice Box
12. Plester.
13. Bengkok.
14. Perlakdanalasnya.
15. Alattulis.
16. APD sesuai kondisi pasien.

Persiapan Pasien

Menjeiaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan (lihat SPO informed consent).

16
Pelaksanaan

1. Cuci tangan.
2. Persiapkan alat dan jaga privasi.
3. Atur posisi klien.
4. Pakai handscoon.
5. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
6. Pastikan kondisi pasien tenang , kooperatif dan dapat dipasang elektroda
7. Tentukan daerah yang akan di injeksi, raba kembali arteri radialis, dan palpasi pulsasi yang
paling keras dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah
8. Desinfeksi daerah yang akan dilakukan suntikan dengan alcohol swab tunggu sampai
kering.
9. Bilas spuit ukuran 3 cc dengan sedikit heparin 1000 ui/ml dan kemudian kosongkan spuit,
biarkan heparin berada dalam jarum dan spuit
10. Lokalisasi arteri yang sudah dibersihkan difiksasi olebjangan kiri dengan cara kulit
diregangkan dengan kedua jari, telunjuk dan jari tengah sehingga arteri yang akan ditusuk
berada diantara dua jari tersebut.
11. Spuit yang sudah diheparinisasi pegang seperti memegang pensil dengan tangan kanan,
jarum ditusukkan kedalam arteri yang sudah difiksasi tadi.
12. Pada arteri radialis posisi jarum 45°
13. Pada arteri brakhialis posisi jarum 60°
14. Pada arteri femoralis posisi jarum 90° Sehingga arteri ditusuk, tekanan arteri akan
mendorong penghisap spuit sehingga darah dengan mudah akan mengisi spuit, tetapi
kadang kadang darah tidak langsung keluar. Kalau terpaksa dapat menghisapnya secara
perlahan-lahan untuk mencegah hemolisis. Bila tidak berhasil jarum jangan langsung
dicabut, tarik perlahan lahan sampai ada dibawah kulit, kemudian tusukan boleh
diulangi lagi ke arah denyutan.
15. Sesudah darah diperoleh sebanyak 2 cc jarum kita cabut dan usahakan posisi pemompa
spuit tetap untuk mencegah terhisapna udara kedalam spuit dan segera gelembung udara
dikeluarkan dari spuit.

17
16. Ujung jarum segera ditutup dengan steroform/gabus, jari kiri menekan area tusukkan
dengan alcohol swab kemudia fiksasi.

Saol:

Kasus 1 :
Seorang laki-laki 52 tahun di rawat di ruang interne dengan keluhan merasa sangat lemas,
tidak bertenaga, sesak nafas dan sering kencing pada malam hari. Hasil pemeriksaan : sesak
(+), auskultasi paru adanya ronchi kanan-kiri, pernafasan 26x/menit. sianosis, oedema
extrimitas. Tensi 120/80 mmHg, Hr : 88 x/menit.
1. Berdasarkan gejala yang ada, maka diagnosa kasus diatas adalah....
2. Termasuk gejala obyektif pada kasus diatas adalah....
3. Diagnosa keperawatan aktual dan prioritas utama yang muncul pada kasus daiatas
adalah....
4. Intrevensi perawatan berkaitan diagnosa tersebut pada nomor soal 3,antara lain….
5. Koongestif paru pada pasien gagal jantung disebabkan oleh….

TOPIK 8 : Perawatan Colostomy

SOP

18
Perawatan Colostomy
Perawatan Colostomy merupakan membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma, dan
mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan dengan tujuan : Menjaga
kebersihan pasien, mencegah terjadinya infeksi, mencegah iritasi kulit sekitar stoma,
mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungan

Prinsip Perawatan Kolostomi


1. Bersih
2. Mempertahankan daerah di sekitar stoma dari iritasi dan infeksi.
3. Menjaga privasi, kenyamanan pasien dan lingkungan.

Persiapan Alat :

1. Kantong kolostomi
2. Satu set alat ganti balutan
3. Kapas
4. Kasa steril
5. Larutan sublimat/NaCl
6. Zink salep/Zink oil
7. Betadine sol
8. Plester
9. Sepasang sarung tangan
10. Bengkok/piala ginjal
11. Perlak dan pengalasnya
12. kantong plastik
13. Tempat sampah

Saol:

1. Seorang remaja perempuan 19 tahun di rawat di ruang bedah sebuah rumah sakit dengan
kolostomi. Saat sedang melakukan perawatan kolostomi anda membuka colostomi bag dan
meletakannya di dalam piala ginjal. Apakah tindakan yang selanjutnya anda lakukan setelah
tindakan di atas?

19
2. Seorang laki-laki berusia 50 tahun dilakukan kolostomi 3 hari yang lalu. Seorang perawat
melaksanakan perawatan luka dengan mengirigasi luka kolostomi. Pada saat tindakan
irigasi, klien tiba-tiba mengeluh kram sekali pada daerah tersebut. Apakah tindakan yang
harus segera dilakukan ?
3. Klien dengan kolostomi baru yang dibuat dua hari yang lalu mulai flastus berbau busuk
dari stoma.Apa interpretasi perawat yang benar

4. Seorang perempuan usia 39 tahun dirawat di ruang bedah post operas pembuatan kolostomi
hari k e-4.keluhan utama pasien mengatakan gatal pada area sekitar stoma selama 2 hari.hasil
pemeriksaan fisik stoma tampak kemerahan, lecet. kantong kolostomi pasien mudah
lepas,dan ukuran stoma kurang lebih 45 mm.Berapakah ukuran kantong kolostomi yang tepa
yang harus di siapkan perawat?

5. Seorang laki - laki usia 45 tahun di rawat di RS dengan kanker kolon. Pasien mengeluh
adanya rembesan dari kantong stoma setelah 30 menit dilakukan perawatan kolostomi.
Apakah tindakan perawat yang tepat pada pasien ?

TOPIK 9 : Pemasangan infus untuk transfusi darah

SOP

20
Pemasangan infus untuk transfusi darah

Tujuan :
1. Meningkatkan volume darah sirkulasi (setelah pembedahan, trauma, atau perdarahan).
2. Meningkatkan jumlah sel darah merah dan untuk mempertahankan kadar hemoglobin pada
klien anemia berat.
3. Memberikan komponen selular tertentu sebagai terapi sulih (misalnya, faktor pembekuan
untuk membantu mengontrol perdarahan pada pasien hemofilia).
Persiapan Alat dan Bahan
1. Kateter besar (18G atau 19G)
2. Cairan IV salin normal (Nacl 0.9%)
3. Set infuse darah dengan filter
4. Produk darah yang tepat
5. Sarung tangan sekali pakai
6. Kapas alcohol
7. Plester
8. Manset tekanan darah
9. Stetoskop
10. Thermometer
11. Format persetujuan pemberian transfusi yang ditanda tangani
Prosedur Tindakan Transfusi Darah
1. Jelaskan prosedur kepada klien, kaji pernah atau tidak klien menerima transfusi
sebelumnya dan catat reaksi yang timbul
2. Minta klien untuk melaporkan adanya menggigil, sakit kepala, gatal-gatal atau ruam
dengan segera
3. Pastikan bahwa klien telah menandatangani surat persetujuan
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan
5. Pasang selang IV dengan menggunakan kateter berukuran besar
6. Gunakan selang infuse yan memiliki filter didalam selang
7. Gantungkan botol larutan salin normal 0.9% untuk diberikan setelah pemberian infuse
darah selesai

21
8. Ikuti protokol lembaga dalam mendapatkan produk darah dari bank darah
9. Identifikasi produk darah dan klien dengan benar
10. Ukur tanda vital dasar klien
11. Berikan dahulu larutan salin normal. Mulai berikan transfuse secara perlahan diawali
dengan pengisian filter didalam selang
12. Atur kecepatan sampai 2ml/menit untuk 15 menit pertama dan tetaplah bersama klien.
13. Monitor tanda vital setiap 5 menit selama 15 menit pertama transfuse, selanjutnya ukur
setiap jam.
14. Pertahankan kecepatan infuse yang di programkan dengan menggunakan pompa infuse.
15. Lepas dan buang sarung tangan, cuci tangan.

Saol :
1. Pengertian dari Donor Darah adalah:
2. Proses pemindahan darah dari seseorang yang sehat dan memenuhi persyaratan ke orang
adalah:
3. Donor darah bertujuan untuk
4. Ketentuan donor adarah adalah
5. Sebutkan indikasi dan kontraindikasi

TOPIK 10 : Hecting Luka

SOP

22
Hecting Luka

Tindakan jahit luka adalah suatu tindakan untuk menyambungkan jaringan yang terputus yang
disebabkan oleh karena trauma. sebagai acuan penerapan langkah langkah tindakan jahit luka.
Persiapan Alat :
1. Handscone streril
2. Duk lubag
3. Set alat bedah minor
4. Benang hecting
5. Jarum hecting
6. Kasa steril
7. NaCl 0.9%
8. Antiseptic
9. Korentang steril
10. Pengalas/perlak
11. Obat anestasi
12. Plester
13. Gunting plester
14. Kom sterill
15. Disposible syiringe
16. Larutan H2O2
17. Celemek
18. Masker apbd
19. Trolly

Prosedur Tindakan

1. Hand steril dan kenakan handscone steril


2. Siapkan alat yang di butuhkan
3. Sterilkan luka dengan cairan antiselptic
4. Ganti handscone dengan handscone steril lainnya
5. Anestesi jaringan di sekitar luka

23
6. Dan apabila di butuhkan bersihkan luka dengan NaCl 0,9%
7. Dan apabila luka dalam dan kotor gunakan larutan H2O2 10%
8. Pasangkan duk lubang
9. Gunakan jarum untuk menghecting dari arah dalam keluar
10. Jarum hecting di pegang degan arteri klem dan mulai menghectig luka
11. Apabila luka dalam sampai jaringan otot maka jahit lapis demi lapis
12. Benang hecting yag di gunakan di sesuaikan dengan luka pasien
13. Akhiri meghecting dengan mengikat berbentuk simpul
14. Sisakan benang untuk jahitan luar 0,65 cm dan untuk jahitan dalam 1mm lalu potong
15. Desinfektan pada jahitan
16. Tutup luka degan kasa steril
17. Pasang plester

Tahap akhir sop menjahit luka / hecting

1. Akhiri prsedur dengan komunikasi terapeutik


2. Evaluasi perasaan pasien
3. Evaluasi hasil tindakan
4. Cuci tangan setelah tindakan
5. Dokumentasi hasil tindakan
Soal :

1. pengertian luka adalah........


2. Merupakan jenis dari luka adalah....
3. Klasifikasi luka bakar berdasarkan penyebabnya yaitu
4. ketika kulit bergesekan atau menggores permukaan kasar atau keras, misalnya jalanan
beraspal atau semen disebut dengan luka....
5. Robeknya sebagian atau seluruh kulit dan jaringan di bawahnya. Luka robek ini bisa terjadi
karena tembakan, ledakan, kecelakaan berat, atau perkelahian disebut dengan luka
TOPIK 11 : Melakukan fisioterapi dada

SOP
Melakukan fisioterapi dada

24
Fisioterapi dada adalah tindakan untuk melepaskan sekret dari saluran pernapasan bagian
bawah. Fisioterapi dada terdiri dari : Perkusi atau clapping yaitu tepukan tangan membentuk
mangkuk kepunggung klien, vibrasi yaitu tindakan penggetaran dengan kekuatan tangan untuk
pengeluaran sekret, postural drainage yaitu pengaturan posisi untuk mengalirkan sekret jalan
napas segmen paru dengan pengaruh gravitasi.
Tujuan :
a. Membebaskan jalan napas dari akumulasi sekret
b. Mengurangi sesak napas akibat akumulasi sekret

Persiapan Alat :
c. Bantal atau Tempat penampung sekret berisi desinfektan
d. Tissue
e. Perlak/pengalas
f. Bengkok
g. Air minum hangat
h. Tempat tidur yang dapat diatur pada posisi trendelenburg
i. Pakaian/handuk.

Prosedur Tindakan
a. Tahap pra interaksi :
1) Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2) Cuci tangan
3) Siapkan alat
b. Tahap orientasi :
1) Beri salam, panggil klien dengan namanya
2) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3) Beri kesempatan pada klien untuk bertanya
c. Tahap kerja :
Pra Interaksi
1. Persiapan Pasien

25
2. Informasikan klien mengenai : tujuan pemeriksaan, waktu dan prosedur
3. Pasang sampiran / jaga privacy pasien
4. Atur posisi yang nyaman
Persiapan perawat :
1. Cuci tangan
2. Perhatikan universal precaution
Orientasi
1. Mendekatkan alat – alat di dekat klien
2. Berikan kesempatan pada klien / keluarga untuk bertanya sebelum kegiatan
dimulai
3. Menanyakan keluhan pada klien.
4. Memulai tindakan dengan cara yang baik sesuai dengan prosedur.
5. Berikan privaci klien.
6. Perawat mencuci tangan.
7. Lakukan auskultasi bunyi napas klien
8. Instruksikan klien untuk mengatakan bila mengalami mual, nyeri dada, dispneu.
9. Berikan medikasi yang dapat membantu mengencerkan sekresi.
10. Kendurkan pakaian klien

Perkusi
11. Tutup area yang akan diperkusi dengan menggunkan handuk
12. Anjurkan klien untuk tarik napas dalam dan lambat untuk meningkatkan relaksasi
13. Jari dan ibu jari berhimpitan dan fleksi membentuk mangkuk
14. Secara bergantian, lakukan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan secara cepat
menepuk dada
15. Perkusi pada setiap segmen paru selama 1 -2 menit, jangan pada area yang mudah
cedera
16. Kembalikan pasien keposisi yang nyaman
17. Membereskan alat-alat
18. Mencuci tangan
Vibrasi

26
19. Letakkan tangan, telapak tangan menghadap ke bawah di area yang didrainase, satu
tangan di atas tangan yang lain dengan jari-jari menempel bersama dan ekstensi.
20. Anjurkan klien inspirasi dalam dan ekspirasi secara lambat lewat mulut ( pursed lip
breathing)
21. Selama ekspirasi, tegangkan seluruh otot tangan dan lengan, dan gunakan hamper
semua tumit tangan, getarkan tangan, gerakkan ke arah bawah. Hentikan getaran
saat klien inspirasi
22. Lakukan vibrasi selama 5 kali ekspirasi pada segmen paru yang terserang.
23. Kembalikan pasien keposisi yang nyaman.
24. Membereskan alat-alat
25. Mencuci tangan
Terminasi
26. Menanyakan pada klien apa yang dirasakan setelah dilakukan tindakan.
27. Menyimpulkan hasil prosedur yang telah dilakukan.
28. Melakukan kontak dengan klien untuk tindakan selanjutnya.
29. Berikan reinforcement sesuai dengan kemampuan klien.
30. Merapikan lingkungan.
31. Mengakhiri kegiatan dengan cara memberi salam pamitan

Saol:

1. Seorang anak perempuan berumur 8 tahun dirawat dengan keluhan sesak nafas. Hasil
pengkajian didapatkan data frekuensi nafas 30x/menit, nadi 100x/menit, suhu 37oC. Hasil
auskultasi terdengar suara nafas tambahan crakles, dahak sulit keluar, hasil observasi
terdapat retraksi dada. Pasien telah dilatih batuk efektif namun dahak tidak keluar. Apakah
tindakan keperawatan selanjutnya pada kasus diatas
2. Seorang laki-laki berusia 53 tahun dirawat d iruang bangsal penyakit dalam dengan
riwayat asma bronchial sejak 3 tahun yang lalu. Saat dikaji pasien mengeluh sesak nafas,
batuk dengan dahak kental dan lengket susah dikeluarkan.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat untuk kasus diatas?

27
3. Seorang laki-laki berusia 30 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan keluhan
batuk dan dahak sukar keluar. Hasil pemeriksaan didapatkan bunyi ronkhi pada bronchial
kiri bagian posterior. Tekanan darah: 110/70 mmHg, frekuensi nadi: 100 kali/menit,
frekuensi pernafasan: 28 kali/menit, suhu tubuh: 370C. Perawat akan melaksanakan
fisioterapi dada. Bagaimanakah pengaturan posisi yang tepat pada klien tersebut?

4.seorang laki-laki, usia 50 tahun, sudah 1 hari dirawat di ICCU, pasien menderita kelainan
katup jantung mitral, hasil pemeriksaan fisik saat ini: kesadaran menurun, nafas terdengar
ronki, GCS 8, nadi 82x/mnt, TD 150/100 mmHg, pernafasan 24 x/mnt. Apakah prioritas
tindakan pada kasus diatas?

5. Seorang laki-laki berusia 55 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan Diabetes
Mellitus tipe 2 dengan ulkus pada tumit kanan. Saat ini pasien akan dilakukan penggantian
dan perawatan luka. Sebelum dibuka didapatkan data balutan kondisi basah, kotor dan
bernanah. Setelah balutan dibuka, kondisi luka terdapat banyak eksudat, sedikit granulasi,
kemerahan disekeliling area luka dan sedikit jaringan mati. Apakah tindakan keperawatan
pertama kali yang dilakukan pada kasus di atas ?

TOPIK 12 : Pemeriksaan fisik Abdomen

SOP
Pemeriksaan fisik Abdomen

28
Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi. Pemeriksaan ini
berbeda dengan tahapan pemeriksaan pada organ lain. Auskultasi dilakukan terlebih dahulu
sebelum palpasi dan perkusi, agar hasil pemeriksaan lebih akurat karena belum dilakukan
manipulasi pada abdomen.

Tujuan :

1. Melakukan pemeriksaan abdomen secara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi


2. Melakukan pemeriksaan hepar
3. Melakukan pemeriksaan sphleen
4. Mengidentifikasi abnormalitas pada abdomen

Persiapan Alat

1. Stetoskop
2. Bak instrumen
3. Sarung tangan/handscoen
4. Kassa steril
5. Selimut
6. Tissue
7. Bullpen
8. Bengkok
9. Lembar dokumentasi

Persiapan perawat :

1. Memperkenalkan diri
2. Menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada klien
4. Informed consent

29
Persiapan lingkungan :

1. Ciptakan lingkungan yang nyaman


2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur

Pelaksanaan

1. Perawat mencuci tangan


2. Meletakkan alat di dekat klien
3. Memakai handscoen

a. INSPEKSI
1) Posisikan pasien supine (telentang) dengan nyaman
2) Buka baju pasien,bantu/minta pasien untuk turunkan celana hingga simfisis
3) Tutup dada dan daerah simfisis pasien menunakan selimut
4) Amati permukaan abdomen (rata, abdominal frog, scapoid/cekung) kesimetrisan
abdomen, kulit (warna, lesi, penyebaran pembuluh darah vena), gerakan dinding
abdomen (gelombang peristaltik, pulsasi), umbilikus, pembesaran organ, massa

b. AUSKULTASI
1) Mendengarkan peristaltik usus :
Letakkan diafragma stetoskop pada kuadran kiri bawah dinding abdomen
(sesuaikan dengan gambar) pada abdomen pasien

Dengarkan suara peristaltik usus, hitung selama 1 menit

Normal dewasa : 5 – 35x/menit

Normal anak : 5 – 15 x/menit

2) Mendengarkan pembuluh darah


Letakkan diafragma stetoskop, dengarkan bising yang muncul

Misalnya “bruit” hepatik terdengar pada karsinoma hepar

30
c. PALPASI
1) Lakukan palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke dalam (jika pasien
mengeluhkan nyeri, sebaiknya diperiksa paling akhir)
2) Jika dinding abdomen tegang, minta pasien untuk menekuk lutut. Tekan daerah
muskulus rectus abdominalis, minta pasien nafas dalam (muskulus rectus relaksasi
maka ada spasme volunter, jika kontraksi/kaku maka itu spasme sejati)

PALPASI BIMANUAL

(dilakukan dengan 2 tangan, untuk memeriksa organ dalam) Letakkan tangan kiri di
pinggang kanan atau kiri pasien, dan tangan kanan pada bagian depan dinding abdomen

PEMERIKSAAN BALLOTTEMENT

1) memberikan tekanan yang mendadak pada dinding abdomen dan dengan cepat tangan
ditarik kembali
2) Amati gerakan/pantulan abdomen (cairan asites akan berpindah untuk sementara
sehingga massa yang membesar dalam rongga abdomen dapat terasa saat memantul)
3) Letakkan satu tangan pada satu sisi perut pasien
4) Tangan yang lain mendorong/menekan sisi perut yang berlawanan
5) Rasakan adanya tekanan gelombang cairan pada tangan pertama

PERKUSI

1) Tentukan bagian abdomen yang akan dilakukan perkusi


2) Tempatkan telapak tangan kiri pada bagian yang akan di perkusi. Lakukan perkusi
sesuai urutan gambar di bawah ini.
3) Ketuk punggung jari telunjuk/tengah tangan kiri dengan jari telunjuk/tengah tangan
kanan

31
4) Dengarkan suara yang ditimbulkan (perkusi abdomen normal adalah timpani, hati
berbunyi redup/dullness)
5) Rapikan alat-alat yang telah digunakan
6) Rapikan dan berikan posisi yang nyaman pada Klien
7) Perawat mengucapkan “Hamdallah” kemudian menyampaikan informasi hasil
pemeriksaan kepada Klien/keluarga dan mengkomunikasikan tindakan sudah selesai.
8) Perawat melepaskan handscoen dan mencuci tangan
9) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status Klien dan merapikan baju Klien

Evaluasi :

Perawat mampu menyimpulkan apakah ada pembesaran organ dalam, berapa suara bising usus
klien, dll

Saol:

1. Jenis –jenis trauma pada abdomen dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

2. Manakah yang termasuk trauma penetrasi

3. yang termasuk trauma non-penetrasi adalah

4. Trauma pada dindin abdomen terdiri dari

5. Dibawah ini penyebab trauma non-penetrasi adalah

TOPIK 13 : Mengkaji GCS

SOP
Mengkaji GCS

32
Praktik Mengkaji GCS (Glasglow Coma Scale)

Tujuan
1. Mendapatkan data obyektif
2. Evaluasi perkembangan pasien
Persiapan Alat
1. Buku catatan
2. Pulpen

Tahap Pra Interaksi

1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada


2. Mencuci tangan
3. Tahap Orientasi
4. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien

Tahap Kerja

1. Mengatur posisi pasien: supinasi


2. Menempatkan diri di sebelah kanan pasien, bila mungkin
3. Memeriksa reflex membuka mata dengan benar
4. Memeriksa reflex verbal dengan benar
5. Memeriksa reflex motorik dengan benar
6. Menilai hasil pemeriksaan GCS (Glasgow Coma Scale)
Nilai GCS

Membuka Mata

a. Spontan 4
b. Dengan perintah 3
c. Dengan rangsang nyeri 2

33
d. Tidak berespons 1

Respon Verbal

a. Berorientasi 5
b. Bicara membingungkan 4
c. Kata-kata tidak tepat 3
d. Suara tidak dapat dimengerti 2
e. Tidak berespons 1

Respon Motorik

a. Dengan perintah 6
b. Melokalisasi nyeri 5
c. Menarik area yang nyeri 4
d. Fleksi abnormal 3
e. Ekstensi 2
f. Tidak berespons 1

Tahap Terminasi

a. Melakukan evaluasi tindakan


b. Berpamitan dengan klien
c. Membereskan alat-alat
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

Saol:

1. Penulisan kepanjangan GCS yang benar adalah.....


2. Seorang perempuan usia 23 tahun ditemukan tim ambulance dengan luka bakar diseluruh
tubuh. Hasil pengkajian : Tampak sputum karbonat, rambut hidung gosong, frekuensi nafas

34
32 x/i dan terdengar bunyi stridor serta GCS 10. Apa terapi yang diberikan
3. Seorang pria berusia 39 tahun datang ke IGD dengan keluarganya setelah mengalami
kecelakaan lalu lintas dan mengalami cedera di kepala. Pasien terlihat gelisah. Pada saat
dilakukan pemeriksaan GCS, diperoleh respon motorik pasien adalah fleksi abnormal,
verbal dan mata tidak berespon. Berapakah nilai motorik pemeriksaan GCS pasien
tersebut?
4. Seorang laki-laki berusia 20 tahun dirawat di RS dengan keluhan sakit kepala. Setelah
dirawar selama 1 minggu. Pasien tiba-tiba mengalami sakit kepala, muntah lebih dari 6 x.
Berisi makanan kemudian mengalami penurunan kesadaran. Pasien membuka mata saat di
beri stimulus nyeri, serta gerakan menghindar. Pasien mengaluarkan kata-kata yang tidak
dimengerti. Berapakah nilai GCS pasien tersebut ?
5. Kriteri seseorang yang menggalami penuruan kesadaran adalah?

TOPIK 14 : Pemasangan kateter

SOP
Pemasangan kateter

35
Pemasangan kateter atau kateter urine adalah suatu tindakan keperawatan memasukan
kateter kedalam kandung kemih melalui uretra. Menghilangkan distensi pada kandung kemih,
Mengosongkan kandung kemih secara lengkap, Eksplorasi uretra apakah terdapat seanosis atau
Lesi, Mengetahui residual urine setelah miksi, Memasukan kontras kedalam buli – buli,
Mendapatkan specimen urine steril, memenuhi kebutuhan eliminasi , urine

Persiapan Alat

1. Handshoen steril
2. Handschoen on steril
3. Kateter steril sesuai ukuran dan jenis
4. Urobag
5. Doek lubang steril
6. Jelly
7. Lidokain 1% dicampur jelly ( perbandingan 1 : masukkan dalam spuit ( tanpa jarum )
8. Larutan antiseptic + kassa steril
9. Perlak dan pengalas
10. Pinset anatomis
11. Bengkok
12. Spuit10 cc berisi aquades
13. Urinal bag
14. Plester / hypavik
15. Gunting
16. Sampiran

Prosedur Tindakan
a. Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

36
b. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien

c. Tahap Kerja
1. Memperkenalkan diri
2. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
3. Siapkan alat disamping klien
4. Siapkan ruangan dan pasang sampiran
5. Cuci tangan
6. Atur posisi psien dengan terlentang abduksi
7. Pasang pengalas
8. Pasang selimut, daerah genetalia terbuka
9. Pasan handschoen on steril
10. Letakkan bengkok diantara kedua paha
11. Cukur rmabut pubis
12. Lepas sarung tangan dan ganti dengan sarung tangan steril
13. Pasang doek lubang steril
14. Pegang penis dengan tangan kiri lalu preputium ditarik ke pangkalnya dan
bersihkan dengan kassa dan antiseptic dengan tangan kanan
15. Beri jelly pada ujung kateter ( 12,5 – 17,5 cm).
16. Pemasangan indwelling pada pria : jelly dan lidokain denga perbandingan 1 : 1
masukkan kedalan uretra dengan spuit tanpa jarum
17. Ujung uretra ditekan dengan ujung jari kurang lebih 3-5 menit sambil di masase
18. Masukkan kateter pelan – pelan, batang penis diarahkan tegak lurus deng bidang
horisontal sambil anjurkan untuk menarik napas.
19. Perhatikan ekspresi klien
20. Jika tertahan jangan dipaksa

37
21. Setelah kateter masuk isi balon dengan caran aquades bila untuk indwelling,
fiksasi ujung kateter di paha pasien. Pasang urobag disamping tempat tidur
22. Lihat respon klien dan rapikan alat
23. Cuci tangan
24. Dokumentasikan tindakan

Saol:

1. Jenis Kateter yang digunakan sementara karena mudah rusak dan tidak fleksibel
termasuk jenis kateter ?
2. Tindakan perawatan kateter dan memelihara dengan antiseptik untuk memisahkan
ujung uretra dan selang kateter bagian luar serta mempertahankan kepatenan kateter
merupakan defisini dari ?
3. Ny. R masuk keruangan ICU dalam kondisi kritis. 19 hari kemudian masih belum sadar,
semenjak pemasangan kateter hingga saat ini belum pernah diganti. Saat dilihat oleh
seorang perawat ICU yang sedang bertugas ternyata kateter Ny.R sudah tidak layak
pakai lagi. Apa kemungkinan komplikasi yang muncul yang menyerag Ny. R ?
4. Berapakah ukuran kateter untuk anak-anak ?
5. Seorang perempuan 56 tahun datang ke IGD dengan keluhan tidak bisa buang air kecil,
selama 3 hari, pada saat pengkajian BAK tidak keluar, Terjadi distensi abdomen akibat
dilatasi kandung kemih, pernafasan 24x/menit, TD :120/70 mmHg. Apa masalah
utama pada kasus tersebut ?

38
39
40
41
42
43

Anda mungkin juga menyukai