Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang demi

kesenangan tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai. (M. Hariwijaya,

2009).

Permainan merupakan sebagai suatu media yang meningkatkan perkembangan kognitif

anak-anak. (Piaget, 2010).

Pada usia bayi hingga anak-anak, bermain adalah salah satu kebutuhan yang penting dan

harus dipenuhi. Karena dengan bermain dapat merangsang perkembangan sensori dan

motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan kreativitas,

perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral, dan bermain sebagai terapi. Dengan

bermain, anak juga dapat mengasah keterampilan dan kemampuan berpikir, mulai dari

mengenali bentuk, mengenali warna, mengetahui jumlah, dan masih banyak lagi.

Salah satu permasalahan yang ada di lapangan adalah tidak semua anak dapat melewati

semua proses perkembangan kemampuan emosi dan sosialnya dengan baik. Sedangkan

pada anak usia playgroup turut menentukan tingkat ketercapaian perkembangan pada

fase perkembangan berikutnya. Pada fase perjalanan kehidupan anak usia playgroup ada

yang menghadapi permasalahan tersebut, bahkan kebanyakan anak tidak dapat

mengungkapkan apa yang sedang dialami dan apa yang harus dilakukannya, sehingga

timbul perilaku menyimpang. Bentuk penyimpangan perilaku ini salah satunya adalah

hiperaktif.

Ada beberapa terapi yang di gunakan untuk menangani anak yang mengalami hiperaktif,

salah satunya terapi bermain. Salah satu permainan yang di berikan untuk anak hiperaktif

adalah permainan lego karena merupakan salah satu permainan edukatif yang
membutuhkan kesabaran dan ketekunan anak dalam merangkainya. Dengan terbiasa

bermain lego, lambat laun mental anak akan terbiasa untuk bersifat tenang,

berkonsentrasi, dan sabar dalam menyelesaikan sesuatu.

1.2 Tujuan

a. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan tindakan program bermain peserta terapi bermain dapat mencapai

tugas perkembangan secara optimal sesuai usia tahap perkembangan.

b. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan terapi bermain selama 30 menit peserta terapi bermain diharapkan:

1) Mampu menyatukan pola warna yang sama.

2) Mampu berkonsentrasi.

3) Mampu melatih kemampuan imajinatif dan matematis.

4) Mampu mengendalikan emosi.


BAB II

DESKRIPSI KASUS

2.1 Karakteristik Sasaran

Dalam satuan acara bermain yang kami buat, usia anak yang kami gunakan adalah anak

perempuan berusia 2 tahun dengan berat badan 16kg, tinggi badan 75cm, anak tersebut

hiperaktif sehingga memungkinkan terjadinya resiko cidera.

2.2 Analisa Kasus

Kasus :

Anak K (2 tahun) merupakan anak yang hiperaktif. Saat di rumah maupun di Playgroup,

anak K selalu bermain dan berlari tanpa ada kata lelah. Anak K juga sulit untuk

berkonsentrasi, dan terkadang tidak mau bersosialisasi dengan temannya. Hal ini

menimbulkan resiko cidera pada anak baik guru playgroup maupun orang tua tidak bisa

memantau perilaku anak selama 24 jam.

2.3 Prinsip Bermain Menurut Teori

Menurut Rubin, Fein, & Vandenverg dalam Hughes ada 5 ciri utama bermain yang dapat

mengidentifikasikan kegiatan bermain dan yang bukan bermain :

1. Bermain didorong oleh motivasi dari dalam diri anak. Anak akan melakukannya
apabila hal itu memang betul-betul memuaskan dirinya. Bukan untuk mendapatkan
hadiah atau karena diperintahkan oleh orang lain.
2. Bermain dipilih secara bebas oleh anak. Jika seorang anak dipaksa untuk bermain,
sekalipun mungkin dilakukan dengan cara yang halus, maka aktivitas itu bukan lagi
merupakan kegiatan bermain. Kegiatan bermain yang ditugaskan oleh guru playgroup
kepada murid-muridnya, cenderung akan dilakukan oleh anak sebagai suatu
pekerjaan, bukan sebagai bermain. Kegiatan tersebut dapat disebut bermain jika anak
diberi kebebasan sendiri untuk memilih aktivitasnya.
3. Bermain adalah suatu kegiatan yang menyenangkan. Anak merasa gembira dan
bahagia dalam melakukan aktivitas bermain tersebut, tidak menjadi tegang atau stress.
Biasanya ditandai dengan tertawa dan komunikasi yang hidup.
4. Bermain tidak selalu harus menggambarkan hal yang sebenarnya. Khususnya pada
anak usia prasekolah sering dikaitkan dengan fantasi atau imajinasi mereka. Anak
mampu membangun suatu dunia yang terbuka bagi berbagai kemungkinan yang ada,
sesuai dengan mimpi-mimpi indah serta kreativitas mereka yang kaya.
5. Bermain senantiasa melibatkan peran aktif anak, baik secara fisik, psikologis, maupun
keduanya sekaligus.
BAB III

METODOLOGI BERMAIN

3.1 Judul Permainan

Menyusun keping lego

3.2 Deskripsi Permainan

Terapi bermain dengan lego merupakan sebuah permainan bongkah plastik kecil yang

dimainkan dikalangan anak-anak tidak memandang laki atau perempuan, permainan ini

bisa disusun menjadi model apa saja.

3.3. Tujuan Permainan

Tujuan permainan menyusun lego ini antara lain :

1. Melatih kreativitas anak

2. Mengembangkan kemampuan matematis

3. Melatih motorik halus

4. Melatih koordinasi antara tangan dan mata

5. Melatih kesabaran

6. Membantu melatih memecahkan masalah

3.3 Ketrampilan Yang Diperlukan

Ketrampilan yang diperlukan dalam pelaksanaan permainan ini adalah ketrampilan

kreatifitas, emosi dan motorik halus.

3.4 Jenis Permainan

Jenis permainan yang dipilih adalah bermain konstruktif yaitu dengan cara

menghubungkan keping lego dengan keping lego lainnya hingga menjadi suatu bentuk yang

diinginkan oleh si anak.


3.5 Alat Permainan

Alat permainan yang digunakan adalah lego

3.6 Waktu Pelaksanaan

Terapi bermain akan dilaksanakan pada:

Hari, Tanggal : Rabu, 16 Mei 2018

Waktu : Pukul 09.00- selesai.

Tempat : RS.PANTI WALUYA MALANG

3.7 Hal-Hal Yang Perlu Diwaspadai

1. Anak jengkel karena tidak bisa menyusun keping lego

2. Anak merasa bosan saat menyusun keping lego

3. Anak yang tidak minat terhadap permainan lego

4. Anak takut karena tidak nyaman terhadap orang asing

3.8 Antisipasi Untuk Meminimalkan Hambatan

1. Membina hubungan saling percaya dengan anak

2. Memberikan lingkungan yang nyaman dan aman kepada anak

3. Menarik minat anak untuk bermain kepingan lego

4. Menjelaskan pada orang tua anak bahwa ini hanyalah permainan sehingga tidak perlu

mempermasalahkan bisa atau tidak, yang terpenting manfaat permainan yaitu supaya

anak dapat berkonsentrasi saat menyusun kepingan lego

5. Permainan lego dilaksanakan tidak terlalu lama.


3.10 Pengorganisasian

Keterangan :

: Leader

: Anggota

: Pasien

: Keluarga

: Alat Bermain
BAB IV

PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

NO. Pelaksanaan Waktu

1. Persiapan 15 menit

a. Mempersiapkan ruangan

b. Mempersiapkan alat-alat permainan dan

teknis

c. Mempersiapkan anak

2. Proses :

a. Membuka proses terapi bermain dengan


5 menit
mengucapkan salam, memperkenalan

diri pada anak dan orang tua


5 menit
b. Menjelaskan pada orang tua anak

tentang tujuan dan manfaat bermain,

dan menjelaskan jalannya permainan

menyusun keping lego.

Cara bermain :

- Anak diberikan keping lego, dan

diacak, biarkan anak menyusun


15 menit
keping lego sesuai dengan bentuk

yang diinginkan tanpa bantuan dari

siapa pun.
c. Mengajak anak bermain.

d. Mengevaluasi respon anak

3. Penutup 10 menit

Menyimpulkan , mengucapkan salam pada

anak dan orang tua


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengkajian tanggal 11 Maret 2018, disimpulkan bahwa anak membutuhkan

terapi bermain karena anak ini adalah anak yang hiperaktif. Anak tampak sering

mengganggu teman sebayanya dan berlari kesana kemari.

Kondisi fisik ini menyebabkan anak beresiko cedera karena terlalu aktif. Salah satu

permainan yang di berikan untuk anak hiperaktif adalah permainan lego karena

merupakan salah satu permainan edukatif yang membutuhkan kesabaran dan ketekunan

anak dalam menyusun suatu keping lego menjadi bentuk yang dinginkan anak. Dengan

terbiasa bermain lego, lambat laun anak akan terbiasa untuk bersifat tenang, mempunyai

kreativitas yang tinggi, menyalurkan keaktifannya melalui permainan lego, anak lebih

berkonsentrasi, dan sabar dalam menyelesaikan dalam suatu permainan atau sesuatu

yang lain.

Persiapan yang dilakukan adalah dengan menyusun preplanning terapi bermain dengan

menyiapkan tempat dan keping lego. Terapi ini dilakukan pada hari Kamis, 16 Maret

2018 di Jalan Yulius Usman no.72, Malang

5.2 Saran

Sebaiknya orang tua memberikan perhatian yang lebih terhadap anak dengan

memberikan kasih sayang dan meluangkan waktu untuk anak, karena anak yang kurang

mendapatkan kasih sayang dan perhatian cenderung memiliki cara sendiri untuk

memenuhi kebutuhannya, sehingga anak menjadi hiperaktif dan tidak peduli pada

lingkungan sekitar.
SATUAN ANAK BERMAIN

Disusun Oleh :

Anisia Puspitarini (161396)

Dionisia Pipit S. (161403)

Eva Indri Cahyanti (161406)

Fifi Wulandari. (161380)

Zenith Via Leonardo . (161425)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA

Jl. Julius Usman No. 62 Malang

Tahun Ajaran 2018

Anda mungkin juga menyukai