Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

Pokok bahasan : Terapi Bermain Pada Anak


Sasaran : Pasien Anak dan Keluarga Kelas III
Tempat : Diruang rawat inap Anak RSUD M.Natsir Solok
Hari/Tanggal : Jumat / 18 Februari 2022
Waktu : 09.30 – 10.00 (30 Menit)
Penyuluh : Mahasiswa Profesi Ners Keperawatan Fort De Kock
Bukittinggi

A. Latar Belakang
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan pengalaman
traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan ketegangan atau stress
hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya perpisahan dengan orang
tua, kehilangan control, dan akibat dari tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri.
Akibatnya akan menimbulkan berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak,
memukul, menyepak,tidak kooperatif atau menolak tindakan keperawatan yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada
anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain merupakan suatu tindakan yang
dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan
aktivitas yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan
cerminan kemampuanfisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan belajar
berkomunikasi,menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru, melakukan apa yang dapat
dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress yangdialami akan
terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit akan dapatdialihkan (distraksi) pada
permainannya dan terjadi proses relaksasi melaluikesenangannya melakukan permainan
Bermain merupakan suatu aktivitas bagi anak yang menyenangkan danmerupakan suatu
metode bagaimana mereka mengenal dunia. Bagi anak bermaintidak sekedar mengisi waktu,
tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnyamakanan, perawatan, cinta kasih dan lain-

1
lain. Anak-anak memerlukan berbagaivariasi permainan untuk kesehatan fisik, mental dan
perkembangan emosinya
Dengan bermain anak dapat menstimulasi pertumbuhan otot-ototnya, kognitifnya dan
juga emosinya karena mereka bermain dengan seluruh emosinya, perasaannya dan
pikirannya. Elemen pokok dalam bermain adalah kesenangan dimana dengan kesenangan ini
mereka mengenal segala sesuatu yang adadisekitarnya sehingga anak yang mendapat
kesempatan cukup untuk bermain jugaakan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk
mengenal sekitarnya sehinggaia akan menjadi orang dewasa yang lebih mudah berteman,
kreatif dan cerdas, bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya kurang
mendapatkesempatan bermain
Terapi bermain merupakan terapi yang diberikan dan digunakan anak untuk menghadapi
ketakutan, kecemasan dan mengenal lingkungan, belajar mengenai perawatan dan prosedur
yang dilakukan serta staf rumah sakit yang 2 ada. Hal ini sejalan dengan Asosiasi Terapi
Bermain (2008) dalam Homeyer (2008), terapi bermain didefinisikan sebagai penggunaan
sistematis model teoritis untuk membangun proses antar pribadi untuk membantu seseorang
mencegah atau mengatasi kesulitan psikososial serta mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal. Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa terapi
bermain merupakan salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling
efektif untuk mengatasi stress anak ketika dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi
menimbulkan krisis dalam kehidupan anak dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-
anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai
alat koping dalam menghadapi stress.
Permainan yang terapeutik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan
aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk kelangsungan tubuhkembang anak dan
memungkinkan untuk dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak,
mengalihkan perasaan nyeri (distraksi), dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Dengan demikian, terapi bermain ini bertujuan untuk mempraktikkan
keterampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif dan merupakan
suatu aktifitas yang memberikan stimulasi dalam kemampuan keterampilan kognitif dan
afektif.

2
B. Tujuan Umum
Agar dapat melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal, mengembangkan
kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.

C. Tujuan Khusus
1. Untuk melatih keterampilan kognitif dan afektif, anak bebas mengekpresikan
perasaannya, orang tua dapat mengetahui situasi hati anak, memahami kemampuan diri,
kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain, merupakan alat komunikasi terutama
bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal.
2. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat
3. Membantu anak untuk relaksasi dan distraksi perasaan takut, cemas, sedih, tegang, dan
nyeri dan Menggali kreatifitas anak dengan menyusun ring donat
4. Membantu anak untuk mengekspresikan perasaannya selama dirawat di rumah sakit
D. Sasaran
Pasien dan keluarga pasien kelas III diruangan rawat inap Anak RSUD M.Natsir Solok

E. Pengorganisasian
1. Moderator : Yanastasya
2. Penyaji : Wita Krismayenti
3. Observasi : Deni Jabaliah
4. fasilitator : Intan Rosya Thoseni

F. Tugas dari Masing - masing Peran


a. Moderator : Mengarahkan jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir
b. Penyaji : Menyampaikan materi penyuluhan dan menjawab pertanyaan
c. Fasilitator : Membantu mengarahkan peserta untuk bergerak secara aktif dalam diskusi
d. Observer : Mengamati dan mencatat proses jalannya penyuluhan , mengevaluasi jalannya
penyuluhan

G. Metode
1. Demonstrasi dan Praktik

3
H. Setting Tempat

Keterangan :

Penyaji Pembimbing Observer

Moderator Peserta Fasilitator

4
I. Kegiatan Pembelajaran

NO WAKTU KEGIATAN SUBJEK TERAPI


1 5 menit Persiapan (Pra interaksi) Ruangan, alat-alat, anak
a. Menyiapkan ruangan dan keluarga sudah siap
b. Menyiapkan alat-alat
c.Menyiapkan anak dan
keluarga
2 5 menit Pembukaan (Orientasi) Anak dan keluarga
a. Mengucapkan salam menjawab salam, anak
b. Memperkenalkan diri saling berkenalan, anak
c. Anak yang akan bermain dan keluarga
saling berkenalan memperhatikan terapis
d. Menjelaskan kepada anak
dan keluarga maksud dan
tujuan terapi bermain
3 20 menit Kegiatan (Kerja) Anak dan keluarga
a. Menjelaskan kepada anak memperhatikan
dan keluarga tujuan, manfaat penjelasan terapis, anak
bermain selama perawatan, melakukan kegiatan yang
dan cara permainan yang akan diberikan oleh terapis,
dilakukan anak dan keluarga
b.Mengajak anak untuk memberikan respon yang
mengikuti kegiatan bermain baik
yaitu menyusun ring donat
c. Mengajak anak untuk
bermain

5
4. 5 menit Penutup (Terminasi) Anak dan keluarga
a. Memberikan reward pada tampak senang,
anak atas kemamuan menjawab salam
mengikuti kegiatan bermain
sampai selesai,
serta memberikan reward pada
anak turut aktif dalam kegiatan
b. Mengucapkan terimakasih
c. Mengucapkan salam

J. Evaluasi
1. Struktur :
a. Moderator memimpin jalan acara dari awal sampai akhir dengan lancar
b. Penyaji dalam menyampaikan materi bisa membuat pasien paham dan mengerti ten-
tang manfaat terapi bermain pada anak
c. Fasilitator sangat membantu dan memfasilitasi kebutuhan yang dibutuhkan selama
melakukan terapi bermain
d. Persiapan alat dan media dapat dipakai dengan baik.
e. Kontrak waktu dengan audien sesuai kesepakatan.
f. Selama berjalannya acara terapi diharapkan pasien aktif dalam bertanya
g. Setelah acara terapi selesai pasien dapat memahami maksud dari penyakit bronkiolitis

2. Proses :
a. Terapi berjalan lancar.
b.  Pasien mengikuti terapi dari awal hingga selesai.
e.  Peserta kooperatif dan mampu bekerjasama dengan perawat.
f.  Media dan alat bantu selama terapi dapat digunakan dengan baik.
g.  Lingkungan selama penyuluhan sangat mendukung.

6
3. Hasil :
a. Diharapkan anak dan mampu menjelaskan , mempraktikkan apa yang sudah diajarkan.
b. Menyampaikan perasaan setelah melakukan kegiatan
c. Anak menyatakan rasa senangnya

7
LAMPIRAN

MATERI

TERAPI BERMAIN

A. Pengertian Bermain

Menurut Wong, 2009, bermain merupakan kegiatan anak-anak, yang dilakukan

berdasarkan keinginannya sendiri untuk mengatasi kesulitan, stress dan tantangan yang

ditemui serta berkomunikasi untuk mencapai kepuasan dalam berhubungan dengan orang

lain. Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak. Bermain

dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek emosional, sosial

serta fisiknya serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman, dan pengetahuan

serta keseimbangan mental anak. Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa

bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak untuk mengatasi berbagai macam

perasaan yang tidak menyenangkan dalam dirinya. Bermain merupakan kegiatan

menyenangkan yang dilakukan dengan tujuan bersenang-senang, yang memungkinkan

seorang anak dapat melepaskan rasa frustasi (Santrock, 2007).

Dengan bermain anak akan mendapatkan kegembiraan dan kepuasan. Terapi

bermain merupakan kegiatan untuk mengatasi masalah emosi dan perilaku anak-anak

karena responsif terhadap kebutuhan unik dan beragam dalam perkembangan mereka.

Anak-anak tidak seperti orang dewasa yang dapat berkomunikasi secara alami melalui

kata-kata, mereka lebih alami mengekspresikan diri melalui bermain dan beraktivitas.

dapat disimpulkan bahwa terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari

kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stress anak ketika

8
dirawat di rumah sakit. Karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan anak

dan sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain untuk mengeluarkan

rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stress.

B. Tujuan Terapi

Adapun tujuan bermain di rumah sakit adalah agar dapat melanjutkan fase tumbuh

kembang secara optimal, mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat

beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Permainan juga sangat mendukung pertumbuhan

dan perkembangan anak, yaitu diantaranya:

1. Untuk perkembangan kognitif

2. Untuk perkembangan sosial dan emosional

3. Untuk perkembangan bahasa

4. Untuk perkembangan fisik

5. Untuk perkembangan pengenalan huruf

C. Fungsi Bermain

Fungsi bermain pada anak yaitu:

1. Perkembangan sensoris-motorik: aktivitas sensoris-motorik merupakan

komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain aktif sangat penting untuk

perkembanga fungsi otot.

2. Perkembangan intelektual: anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap

segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna,

bentuk, ukuran, tekstur, dan membedakan objek.

9
3. Perkembangan sosial: perkembangan sosial ditandai dengan kemampuan

berinteraksi dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar

memberi dan menerima.

4. Perkembangan kreativitas: berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan

sesuatu dan mewujudkannya ke dalam bentuk objek dan atau kegiatan yang

dilakukannya.

5. Bermain Sebagai Terapi Pada saat anak dirawat di rumah sakit, anak akan

mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan seperti: marah,

takut, cemas, sedih dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada

dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan

terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan

permainan, anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya

(distraksi).

D. Prinsip Pelaksanaan Terapi Bermain

Agar anak dapat lebih efektif dalam bermain di rumah sakit, perlu diperhatikan

prinsip-prinsip sebagai berikut:

a) Permainan tidak banyak menggunakan energi, waktu bermain lebih singkat untuk

menghindari kelelahan dan alat-alat permainannya lebih sederhana. Waktu 15-20 menit

dapat membuat kedekatan antara orangtua dan anak serta tidak menyebabkan anak

kelelahan akibat bermain.

b) Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang. Permainan harus

memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil perlu rasa nyaman dan yakin

10
terhadap benda-benda yang dikenalnya, seperti boneka yang dipeluk anak untuk

memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat tidur di malam hari, mainan tidak membuat

anak tersedak, tidak mengandung bahan berbahaya, tidak tajam, tidak membuat anak

terjatuh, kuat dan tahan lama serta ukurannya menyesuaikan usia dan kekuatan anak.

c) Perlu keterlibatan orangtua dan keluarga . Anak yang dirawat di rumah sakit seharusnya

tidak dibiarkan sendiri. Keterlibatan orangtua dalam perawatan anak di rumah sakit

diharapkan dapat mengurangi dampak hospitalisasi. Keterlibatan orangtua dan anggota

keluarga tidak hanya mendorong perkembangan kemampuan dan ketrampilan sosial

anak, namun juga akan memberikan dukungan bagi perkembangan emosi positif,

kepribadian yang adekuat serta kepedulian terhadap orang lain. Kondisi ini juga dapat

membangun kesadaran buat anggota keluarga lain untuk dapat menerima kondisi anak

sebagaimana adanya.

E. Kategori Bermain

1) Bermain Aktif

Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah

dalam bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas

origami, puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan

bermain peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata.

2) Bermain Pasif

Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.

Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau

menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga,

tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif.

11
F. Klasifikasi Permainan

1) Berdasarkan isinya

a. Bermain afektif sosial (social affective play)

Permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang menyenangkan

antara anak dan orang lain. Misalnya, bayi akan mendapat kesenangan dan

kepuasan dari hubungan yang menyenangkan dengan orangtua dan orang lain.

Permainan yang biasa dilakukan adalah “cilukba”, berbicara sambil

tersenyum/tertawa atau sekedar memberikan tangan pada bayi untuk

menggenggamnya tetapi dengan diiringi berbicara sambil tersenyum dan tertawa.

b) Bermain untuk senang-senang (sense of pleasure play)

Permainan ini menggunakan alat yang bisa menimbulkan rasa senang pada

anak dan biasanya mengasyikkan. Misalnya dengan menggunakan pasir, anak akan

membuat gunung-gunung atau bendabenda apa saja yang dapat dibentuk dengan

pasir. Bisa juga dengan menggunakan air anak akan melakukan bermacam-macam

permainan seperti memindahkan air ke botol, bak atau tempat lain.

c) Permainan Ketrampilan (skill play)

Permainan ini akan menimbulkan keterampilan anak, khususnya motorik

kasar dan halus. Misalnya, bayi akan terampil akan memegang benda-benda kecil,

memindahkan benda dari satu tempat ke tempat lain dan anak akan terampil naik

sepeda. Jadi keterampilan tersebut diperoleh melalui pengulangan kegiatan

permainan yang dilakukan.

12
G. Penatalaksanaan Terapi Bermain ( Permainan Anak Usia 1-3 Tahun )

Bermain pada anak mencerminkan perkembangan dan kesadaran terhadap

lingkungan, tujuan bermain pada usia adalah mengalihkan perhatian anak, mengalihkan

nyeri dan ketidaknyamanan yang dirasakan. Pemilihan mainan anak harus aman, bersih

dan selalu dalam pemantauan orang tua.

Salah satu jenis permainan yang bisa dilakuakn adalah permainan menyusun ring

donat untuk melatik motorik dan sensorik anak. Dengan menggunakan ring donat anak

dapat melatih meraskan tekstur benda, bentuk benda, maupun warna benda hingga

menyusun blok kayu sesuai tempatnya yang dapat melatih konsentrasi anak dalam

bermain. Selain itu bermain ring donat juga dapat melatih anak untuk berkonstrasi serta

mengenal bentuk atau gambar sesuatu.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adriana, Dian, 2011. Tumbuh Kembang dan Therapy Bermain pada anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Bratton, John, And Jeff Gold. (2012). “Human Resource Management: Theory And Practice”.
Palgrave Macmillan.
Homeyer, L. & Morrison, M. O. (2008). Play Therapy Practice, Issues, and Trends. Diakses
tanggal 09 Juli 2018. dari www.journalofplay.org/...journal of Practiceplay.../1-2-
articleplaytherapy.pdf http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/jks20130802_92-
104.pdf.
Moore, KL. Anne, MR. (2012). Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates
Santrock, J.W. (2007). Psikologi Perkembangan. Edisi 1. Jakarta: Erlangga
Supartini, Y. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Wong, D.L. Eaton, H.B. wilson, W. Winkelstein, M.L. dan Schwartz, P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa: Agus Sutarna, Neti dan Juniarti, H.Y Kuncara; editor
bahasa Indonesia, Egi Komara Yudha et al. Vol 1 Ed. 6. Jakarta: EGC.

14

Anda mungkin juga menyukai