Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

DI RUANGAN OK

Dosen Pembimbing :
Ns. Imelda Rahmayulia Kartika, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:
1. Deni Jabaliah ( 2114901022 )
2. Septi Nur Aisyah ( 2114901038)

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021 / 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
CANCER COLON

Dosen Pembimbing :
Ns. Imelda Rahmayulia Kartika, S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:
Deni Jabaliah( 1714201044 )

UNIVERSITAS FORT DE KOCK BUKITTINGGI


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN AJARAN 2021 / 2022
LAPORA
N
P
E

2
N
D
A
H
U
L
U
A
N
C
A.
C
O
L
O
N

I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Tumor adalah suatu benjolan atau struktur yang menempati
area tertentu pada tubuh, dan merupakan neoplasma yang dapat
bersifat jinak atau ganas (FKUI,2008 : 268).
Sedangkan Kanker adalah suatu penyakit yang di tandai
dengan pembagian sel yang tidak teratur dan kemampuan sel-sel ini
untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan
pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau
dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan
yang tidak teratur ini menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan
mutasi di gen vital yang mengontrol pembagian sel dan fungsi
lainnya (Gale, 2000 : 177).
Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa
abnormal / neoplasma yang muncul dari jaringan epithelial dari

3
kolon. Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang
ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum. Kanker kolon
adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth ,2001: 810 )
Dari beberapa pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa kanker kolon adalah suatu pertumbuhan tumor yang bersifat
ganas dan merusak sel DNA dan jaringan sehat di sekitar kolon
(usus besar).

B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker kolon antara lainnya :
1) Diet
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker
pada usus besar.
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut,
yang mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker.
Makanan yang tinggi lemak trutama lemak hewan dari daging
merah, menyebabkan sekresi asam dan bakteri anaerob,
menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar. Diet dengan
karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang
banyak dapat mengurangi waktu peredaran dlam usus besar.
Beberapa kelommpok menyarankan diet yang mengandung
sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan (e.g
Mormons, seventh Day Adventists).
 Makanan yang harus di hindari :

4
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goreng
panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring).
 Makanan yang harus di konsumsi
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari golongan
kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan cukup terutama
air.
2) Kelainan kolon
Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
Familial poliposis : polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.
Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon.
3) Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.

C. PATOFISIOLOGI
1) Anatomi fisiologi kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari
kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun
(descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga
pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan
bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .

2) Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor
ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan
mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di
sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang
kedua adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Tempat metastase yang lain di antaranya :
Kelenjar Adrenalin, Ginjal, Kulit, Tulang, Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan
sistem sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial
sebelum pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di
hilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.

D. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut:
A: Kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1: kanker telah meinfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2: kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu
sampai empat buah
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari lima
buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas dan tidak dapat di operasi lagi.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi terjadi sehubungan dengan bertambahnya pertumbuhan pada
lokasi tumor atau melalui penyebaran metastase yang termasuk :
· Perforasi usus besar yang di sebabkan peritonitis
· Pembentukn abses
Biasanya tumor menyerang pembuluh darah dan sekitarnya yang
menyebabkan perdarahan. Tumor tumbuh kedalam usus besar secara berangsur-angsur
membantu usus besar dan pada akhirnya tidak bisa sama sekali. Perluasan tumor
melebihi perut dan mungkin menekan pada organ yang berada di sekitarnya (uterus,
urinary bladder, dan ureter) dan penyebab gejala-gejala tersebut tertutupi oleh kanker.

F. MANIFESTASI KLINIS KANKER KOLON


Gejala sangat di tentukan oleh lokasi kanker, tahap penyakit, dan fungsi segmen usus
tempat kanker berlokasi. Adanya perubahan dalam defekasi, darah pada feses, konstipasi,
perubahan dalam penampilan feses, tenesmus, anemia dan perdarahan rectal merupakan
keluhan yang umum terjadi.
1. Kanker kolon kanan
Isi kolon berupa cairan, cenderung teteap tersamar hingga stadium lanjut.
Sedikit kecenderungan menimbulkan obstruksi, karena lumen usus besar dan feses
masih encer. Anemia akibat perdarahan sering terjadi, dan darah bersifat samar dan
hanya dapat dideteksi dengan tes Guaiak (suatu tes sederhana yang dapat di lakukan
di klinik). Mucus jarang terlihat, karena tercampur dalam feses. Pada orang yang
kurus, tumor kolon kanan mungkin dapat teraba, tetapi jarang pada stadium awal.
Penderita mungkin mengalami perasaan tidak enak pada abdomen, dan kadang-
kadang pada epigatrium.
2. Kanker kolon kiri dan rectum
Cenderung menyebabkan perubahan defekasi sebagai akibat iritasi
dan respon refleks. Diare, nyeri kejang, dan kembung sering terjadi. Karena lesi
kolon kiri cenderung melingkar, sering timbul gangguan obstruksi. Feses bisa kecil
dan berbentuk pita. Baik mucus maupun darah segar sering terihat pada feses. Dapat
terjadi anemia karena kehilangan darah kronik. Pertumbuhan pada sigmoid atau
rectum dapat mengenairadiks saraf, pembuluh limfe atau vena, menimbulkan gejala-
gejala pada tungkai atau perineum. Hemoroid, nyeri pinggang bawah, keinginan
defekasi atau sering berkemih dapat timbul sebagai akibat tekanan pada alat-alat
tersebut. Gejala yang mungkin dapat timbul pada lesi rectal adalah evakuasi feses
yang tidak lengkapsetelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses
berdarah.

G. STADIUM KLINIS
Tabel : stadium pada ca. Kolon yang di temukan dengan system TMN

STADIUM TINGKAT PENYEBARAN


TIS Carsinoma in situ
T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2 Sudah mengenai otot dinding
T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4 Sama dengan T3 dengan fistula
N Limfonodus terkena
M Ada metastasis

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan
ukuran tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi
dengan tes ini. Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan
colonoscopy.
3) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver
scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
4) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
· 5) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C
untuk 48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
· 6) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan
hati.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel
kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan
sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor,
merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan
usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam
sirkulasi darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen.

Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.


Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai
anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau
penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).

Jenis-Jenis Kolostomi.
1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:
a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus
setelah tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan
tindakan operasi anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi
reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :
Colostoy Asendens Colostomy Colostomi
Transversal Desendens
Lokasi Colon Asendens Colon Colon Desendens
Tansversum
Konsistensi Cair atau lunak Lunak Padat
Feses
Iritasi kulit Mudah terjadi, Mungkin terjadi Kadang terjadi
karena kontak karena lembab
dengan enzim terus menerus
Pencernaan
Komplikasi Striktur atau retraksi
Stoma

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :


a. Single Barreled Colostomy
b. Double Barreled Colostomy
c. Loop Colostomy

J. PERAWATAN KLIEN DENGAN KOLOSTOMI:


I. PREOPERATIF
 Hubungi perawat terapist enterostomal (ET) untuk memberikan rekomendasi lokasi
stoma dan pengajaran yang diperlukan. Perawat ET terutama yang di latih untuk
bekerja dengan klien dalam merencanakan penanganan kolostomi. Faktor-faktor seperti
berat badan klien, cara berpakaian klien, dan garis pinggang dipertimbangkan dalam
penempatanstoma untuk memfasilitasi rasa nyaman dalam perawatan jangka panjang
dan mempermudah penanganan.
 Jawab pertanyaan-pertanyaan klien langsung, berikan klarifikasi dari informasi yang
diperlukan. Klien yang memahami perawatan preoperatif dan postoperatif dengan baik
akan berkurang rasa cemas dan mampu bekerjasama dalam penanganan dengan lebih
baik.
 Rujuk ke kelompok ostomi sesuai kebutuhan klien. Berbicara dengan seseorang yang
telah memakai ostomi dapat menolong klien menjadi lebih nyaman dengan kolostomi.
II. POSTOPERATIF
 Kaji lokasi dan tipe kolostomi yang dibentuk. Lokasi stoma adalah indikator
letak lokasi pemotongan usus dan prediktor tipe drainase fekal.
 Kaji tampilan stoma dan kondisi kulit disekitarnya dengan rutin. Pengkajian stoma
dan kondisi kulit penting diawal periode postoperatif, kalau-kalau terkadi komplikasi
untuk segera ditangani.
 Posisi kantong penampung drain diatas stoma. Biasanya drainase dapat berisi lebih
banyak mukus dan cairan serosangrineous dari pada material fekal. Mulainya usus
berfungsi, fekal akan menjadi normal. Konsistensi drainase tergantung pada stoma di
bagian lokasi usus.
 Kolostomi desending atau sigmoid dapat ditangani dengan menggunakan kantong
drainable atau irigasi. Pola eliminasi dari kolostomi sigmoid hampir sama dengan pola
eliminasi normal klien sebelum operasi. Banyak klien akan buang air besar tiap hari dan
tidak terus menerus menggunakan kantong atau sistem drainase. Untuk lebih aman
gunakan kantong transparan.
 Bila perlu, berikan kantong kolostomi irigasi, masukkan air ke dalam kolon
sesuai prosedur irigasi kolostomi. Air akan merangsang pengosongan kolon.
Klien dapat melakukan irigasi kolon tiap hari.
 Bila dianjurkan irigasi kolostomi untuk klien dengan double-barrel atau kolostomi loop,
irigasi stoma di bagian proksimal. Pengkajian digital / dengan jari pada usus langsung
dari stoma dapat menolong membedakanyang mana stoma proksimal. Usus bagian
distal tidak mengandung fekal dan tidak perlu diirigasi. Kadang-kadang dapat diirigasi
hanya untuk membersihkan terutama reanastomosa.
 Pengosongan kantong drainable atau penggantian kantong
kolostomi bila diperlukan atau saat telah penuh 1/3 bagian
kantong. Bila kantong kepenuhan, beratnya dapat merusak
kantong dan perekat dan menyebabkan kebocoran.
 Klien dengan kolostomi asending atau transversal tidak dilakukan
irigasi. Hanya sebagian kolon yang berfungsi, dan drainase fekal
umumnya cair dan terus menerus.
 Berikan perawatan stoma dan kulit klien. Perawatan kulit dan stoma
yang baik penting untuk mempertahankan integritas kulit dan fungsi
untuk pertahanan utama terhadap infeksi.
 Gunakan bahan-bahan dempul, seperti perekat stoma (stomahesive)
atau “karaya paste”, dan “wafer” (bubuk obat) yang dibutuhkan
untuk menjaga keamanan kantong ostomi. Ini kadang-kadang penting
bagi klien dengan kolostomi loop. Tantangan bagi klien dengan
kolostomi loop transverse adalah untuk menjaga keamanan kantong
stoma diatas jembatan plastik.
 Sebuah lubang pada kantong kolostomi akan menyalurkan flatus
keluar. Lubang ini dapat ditutup dengan “Band-Aid’ an dibuka
hanya bila klien mandi untuk kontrol bau. Kantong ostomi dapat
menggembung keluar, merusak integritas kulit, bila gas terkumpul
terlalu banyak
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang
dari 1.000 cc/hari minimal.
b) Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah
serat (kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
c) Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah
sering mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu
defekasi, duduk, dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar
dari anus. Tanyakan pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar.
Kebiasaan mengejan hebat waktu defekasi, konsistensi feces, ada
darah/nanah.
d) Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas
dan kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk
atau berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat
barang-barang berat.
e) Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri pada
anus.
f) Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan
pola tidur karena nyeri atau tidak.
g) Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang
digunakan dan alternatif pemecahan masalah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan kimia misalnya
penggunaan obat-obat farmasi, hipoksia, lingkungan terapeutik yang terbatas
misalnya stimulus sensori yang berlebihan ; stress fisiologis.
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan
cairan tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah
c. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
e. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual /
muntah
f. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan
otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon.
g. Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri, ancaman
terhadap perubahan status kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi dengan
orang yang berarti, krisis stuasi atau krisis maturasi.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dari Rencana Rasional


keperawatan kriteria hasil Tindakan
1. Perubahan proses Tujuan : Orientasikan R : karena pasien telah
piker meningkatkan kembali pasien meningkat kesadarannya,
berhubungan tingkat kesadarn. secara terus- maka dukungan dan
dengan gangguan Criteria hasil: menerus setelah jaminan akan membantu
aktivitas dan pasien mampu keluar dari menghilangkan ansietas.
kerja kognitif mengenali pengaruh anastesi
(misalnya, pikiran keterbatasan diri ; nyatakan bahwa
sadar, orientasi dan mencari operasi telah
realita, sumber bantuan selesai dilakukan
pemecahan sesuai kebutuhan.
masalah, dan Bicara dengan R : tidak dapat di
penilaian yang pasien dengan tentukan kapan pasien
terjadi pada suara yang jelas akan sadar penuh, namun
individu) dan normal tanpa sensori pendengaran
membentak, sadar merupakan kemampuan
penuh akan apa yang pertama kali akan
yang di ucapkan pulih

Gunakan R : berikan keamanan


bantalan pada tepi bagi pasien selama tahap
tempat tidur, darurat, mencegah
lakukan terjadinya cedera pada
pengikatan jika kepala dan ekstermits
diperlukan bila pasien melakukan
perlawanan selama masa
disorientasi

2. Kekurangan Tujuan : Ukur dan catat R : dokumentasi yang


volume cairan keseimbangan pemasukan dan akurat akan membantu
berhubungan cairan tubuh pengeluaran. dalam mengidentifikasi
dengan adekuat Tinjau ulang pengeluaran
pembatasan Criteria hasil : catatan intra cairan/kebutuhan
pemasukan cairan tidak ada tanda- operasi. penggantian dan pilihan
tubuh secara oral tanda dehidrasi yang mempengaruhi
(tanda-tanda vital intervensi
stabil, kualitas
denyut nadi baik, Kaji pengeluaran R : mungkin akan terjadi
turgor kulit urinarius, penurunan ataupun
normal, membrane terutama untuk penghilangan setelah
mukosa lembab tipe prosedur prosedur pada sistem
dan pengeluaran operasi yang di genitourinarius dan
urine yang sesuai) lakukan struktur yang berdekatan
mengindikasikan
malfungsi ataupun
obstruksi sistem
urinarius
Pantau tanda-
R : hipotensi, takikardi,
tanda vital
peningkatan pernapasan
mengindikasikan
kekurangan cairan

Pantau suhu kulit,


R : kulit yang
palpasi denyut
dingin/lembab, denyut
perifer.
yang lemah
mengindikasikan
penurunan sirkulasi
perifer dan di butuhkan
untuk penggantian cairan
tumbuhan.

3. Nyeri Tujuan : pasien Evaluasi rasa sakit R : sediakan informasi


berhubungan mengatakan bahwa secara reguler, mengenai
dengan insisi rasa nyeri telah catat karakteristik, kebutuhan/efektivitas
pembedahan, terkontrol atau lokasi dan intervensi
trauma hilang. intensiltas (0-10)
musculoskeletal Criteria hasil :
pasien tampak Kaji tanda-tanda R : dapat
rileks, dapat vital, perhatikan mengindikasikan rasa
beristirahat / tidur takikardi, sakit akut dan
dan melakukan hipertensi dan keidaknyamanan
pergerakan yang peningkatan
berarti sesuai pernapasan,
toleransi. bahkan jika
pasien
menyangkal
adanya rasa sakit.

Berikan R : pahami penyebab


iinformasikan ketidaknyamanan ,
mengenai sifat sedangkan jaminan
ketidaknyamanan, emosional
sesuai kebutuhan

Observasi efek R : respirasi mungkin


analgetik menurun pada pemberian
narkotik, dan mungkin
menimbulkan efek-efek
sinergestik dengan zat-
zat anastesi.

4. Kerusakan Tujuan : mencapai Kaji kulit dan R : mengetahui sejauh


integritas kulit penyembuhan luka identifikasi pada mana perkembangan
berhubungan pada waktu yang tahap luka mempermudah
dengan sesuai. perkembangan dalam melakukan
perubahan Criteria hasil : luka tindakan yang tepat.
keadaan kulit tidak ada tanda-
yang tidak di tanda infeksi Kaji lokasi, R : mengindentifikasi
inginkan seperti pus ukuran, warna, tingkat keparahan luka
luka bersih bau, serta jumlah akan mempermudah
tidak lembab dan dan tipe cairan intervensi.
tidak kotor luka
tanda-tanda
vital dalam batas Pantau R : suhu tubuh yang
normal atau dapat peningkatan suhu meningkat dapat
di toleransi. tubuh diidentifikasikan sebagai
adanya proses
peradangan
Jika pemulihan R : agar benda asing atau
tidak terjadi jaringan terinfeksi tidak
kolaborasi menyebar luas pada area
tindakan lanjutan, kulit normal lainnya.
misalnya
debridement.

Setelah R : balutan dapat di ganti


debridement, satu atau dua kali sehari
ganti balutan tergantung kondisi
sesuai dengan parah/tidaknya luka, agar
kebutuhan. tidak terjadi infeksi

Kolaborasi R : antibiotik berguna


pemberian untuk mematikan
antibiotik sesuai mikroorganisme patogen
indikasi pada daerah yang
beresiko terjadi infeksi

5. Perubahan nutrisi Tujuan : klien Kaji sejauh mana R : menganalisa


kurang dari mampu ketidakadekuatan penyebab melaksanakan
kebutuhan tubuh mempertahankan nutrisi pasien intervensi.
berhubungan & meningkatkan
dengan mual / intake nutrisi. Timbang berat R : mengawasi
muntah Criteria hasil : badan sesuai kefektifan secara diet
klien akan indikasi
memperlihatkan
perilaku Anjurkan makan R : tidak memberi rasa
mempertahankan sedikit tapi sering bosan dan pemasukan
atau meningkatkan nutrisi dapat di
berat badan tingkatkan
dengan nilai Tawarkan minum R : dapat mengurangi
laboratorium saat makan bila mual dan menghilangkan
normal. toleran gas.
Klien mengrti
dan mengikuti Kolaborasi R : Menstimulasi nafsu
anjuran diet dengan ahli gizi makan dan
Tidak ada mual pemberian mempertahankan intake
/ muntah. makanan yang nutrisi yang adekuat.
bervariasi
6. Konstipasi Tujuan : pola kaji warna dan R : penting untuk
berhubungan eliminasi dalam konsistensi feses, menilai keefektifan
dengan rentang yang di frekuensi, intervensi, dan
penurunan harapkan : feses keluarnya flatus, memudahkan rencana
frekuensi lembut dan bising usus dan selanjutnya.
defekasi yang berbentuk. nyeri tekan
normal pada Criteria hasil abdomen R : keadaan ini dapat
seseorang di klien akan pantau tanda menjadi penyebab
sertai dengan menunjukkan gejala rupture kelemahan otot abdomen
kesulitan pengetahuan akan usus. dan penurunan peristaltik
keluarnya feses program defekasi usus, yang dapat
yang tidak yang di butuhkan menebabkan konstipasi.
lengkap atau melaporkan R : mengetahui dengan
keluarnya feses keluarnya feses Kaji faktor jelas faktor penyebab
yang keras dan dengan penyebab memudahkan pilihan
kering berkurangnya konstipasi intervensi yang tepat
nyeri dan
mengejan
7. Ansietas Tujuan : ansietas Kaji dan R : memudahkan
berhubungan berkurang atau dokumentasikan intervensi
dengan perasaan terkontrol. tingkat
ketidaknyamanan Criteria hasil : kecemasan
yang tidak mudah klien mampu pasien.
atau dread yang merencanakan
di sertai dengan stategi koping Kaji mekanisme R : mempertahankan
respons untuk situasi yang koping yang di mekanisme koping
autonomis membuat stress. gunakan pasien adaftif, meningkatkan
Klien mampu untuk mengatasi kemampuan mengontrol
mempertahankan ansietas di masa ansietas
penampilan peran lalu
Klien melaporkan
tidak ada Lakukan
gangguan persepsi pendekatan dan
sensori berikan motivasi
Klien melaporkan kepada pasien R : pendekatan dan
tidak ada untuk motivasi membantu
manisfestasi mengungkapkan pasien untuk
kecemasan secara pikiran dan mengeksternalisasikan
fisik. perasaan.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (1999). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2.
(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarata.

Carpenito, Lynda Juall. (2000.). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


(terjemahan). Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. (terjemahan).


Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Volume 2,


(terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Junadi, Purnawan. (1982). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
FESES TETAP

KONSTIPASI GAS PECAH


DIIT SERAT,KONSUMSI PENCAHAR, MINUM

KOLOSTOMI KEMBUNG
BAB BERCAMPUR

RESIKO INFEKSI KERUSAKAN INTEGRITAS KULIT RESIKO DEFISIT VOLUME


PATHWAY

FAKTOR
STADIUM I TERAPI

STADIUM II
DIIT TINGGI LEMAK-ALKOHOLIK-
KURANG PENGETUHAN
<AKTIVITAS STADIUM III
CEMAS
STADIUM IV
JINAK NEOPLASMA

KOLONOSKOPI,BEDA RAWAT LUKA,


ASCENDEN H,KHEMOTERAPI PENKES
GANAS KHEMOTERAPI
(DIARE)

DESCENDEN OBSTRUKSI
ALIRAN BALIK KE
(KONSTIPASI) VENA
PENUMPUKAN DISTENSI
VASODILATASI
SIGMOID DAN
RECTUM
KOMPENSASI
(FESES HEMOROID
LENDIR,DARAH,NYERI PERUT
BAWAH PINGGUL) MERANGSANG NYERI
SYARAF
TEKANAN

Anda mungkin juga menyukai