Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Penyakit Kanker Kolorektal


1. Definisi Kanker Kolorektal
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai
organ apa saja di tubuh manusia. Bila menyerang di kolon, maka disebut kanker kolon.
Bila mengenai di rektum, maka disebut kanker rektum. Bila mengenai kolon maupun
rektum maka disebut kanker kolorektal (Aru, 2006).
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh
dengan relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan sekitarnya
dan merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh
darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik (Burkitt,
1971).
Kanker kolorektal berasal dari jaringan kolon (bagian terpanjang di usus besar)
atau jaringan rektum (beberapa inci terakhir di usus besar sebelum anus). Sebagian besar
kanker colorectal adalah adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel-sel yang membuat
serta melepaskan lendirdan cairan lainnya). Kanker Kolorektal (colorectal carcinoma)
atau yang disebut dengan kanker usus besar adalah kanker yang terjadi ketika sel-sel
abnormal tumbuh pada lapisan kolon atau rektum. Kanker ini berkembang secara
perlahan selama 10-15 tahun.

2. Etiologi Kanker Kolorektal


Etiologi kanker kolorektal terbagi menjadi dua, yakni faktor risiko dan faktor
predisposisi
a. Faktor risiko
a) Kelainan genetik
b) Riwayat kanker pribadi
c) Riwayat kanker kolorektal pada keluarga
d) Usia
e) Riwayat penyakit usus inflamasi kronis
f) Diet
b. Faktor predisposisi
a) Faktor gaya hidup
b) Merokok
c) Konsumsi makanan yang rendah serat, banyak lemak dan protein

Etiologi lain meliputi :

a. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
b. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
c. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetil
aldehidayang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
d. Obesitas.
e. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum

3. Patofisiologi Kanker Kolorektal


Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke
hari).
Kebanyakan kanker usus besar berawal dari pertumbuhan sel yang tidak ganas
atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentul polip (sel yang tumbuh
sangat cepat). Pada stadium awal, polip dapat diangkat dengan mudah. Tetapi, seringkali
pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala apapun sehingga tidak terdeteksi
dalam waktu yang relatif lama dan pada kondisi tertentu berpotensi menjadi kanker yang
dapat terjadi pada semua bagian dari usus besar (Davey, 2006: 335).
Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak. Polip dapat berupa massa
polypoid, besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan
normal serta meluas ke dalam struktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi pada
bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polypoid yang datar lebih sering terjadi pada sekum
dan kolom ascenden. Secara histologist 95% kanker kolon dan rektum adalah
adenokarsinoma (tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus) yang dapat
menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda-beda. Sel kanker dapat terlepas dari tumor
primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain (paling sering ke hati).
Kanker kolon dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
a. Secara infiltrasi langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam kandung
kemih
b. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesocolon
c. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirkan darah ke sistem
portal
d. Penyebaran secara transperitoneal
e. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain. Pertumbuhan
kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen usus dengan
obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat
menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain
(Gale, 2000 :177)

Stadium pada Kanker Kolorektal

a. Stasium Klinis

TIS Carcinoma insitu


T1 Belum mengenai otot dinding, polipoid/papiler
T2 Sudah mengenai otot dinding
T3 Semua lapis dinding terkena, penyebaran ke sekitar
T4 Sama dengan T3 denga fistula
N Limfonodus terkena
M Ada metastasis
b. Stadium Kanker Kolon
a) Stadium A
Kedalaman invasi kanker belum menembus tunika muskularis, tak ada metastasis
kelenjar limfe
b) Stadium B
Kanker sudah menembus tunika muskularis dalam, dapat menginvasi tunika
serosa, di luar serosa atau jaringan perirectal, tapi taka da metastasis kelenjar
limfe
c) Stadium C
Kanker disertai metastasis ke kelenjar limfe. Menurut lokasi kelenjar limfe yang
terkena di bagi menjadi stadium C1 dan C2. C1: kanker disertai metastasis
kelenjar limfe samping usus dan mesenterium. C2: kanker disertai metastasis
kelenjar limfe di pangkal arteri mesenterium
d) Stadium D
Kanker disertai metastasis organ jauh, atau karena infiltrasi luas lokal atau
metastasis luas kelenjar limfe sehingga paska reseksi tak mungkin kuratif atau
nonresektabel.

Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi penyumbatan lumen


usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta perdarahan. Penetrasi kanker
dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya metastase dapat jaringan lain.
Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseksi
dilakukan, dan jauh lebih jelek bila telah terjadi metastase ke kelenjar limfe.

4. Anatomi Kanker Kolorektal


Usus besar adalah bagian dari sistem pencernaan. Sistem pencernaan dimulai
dari mulut, lalu kerongkongan (esofagus), lambung, usus halus (duodenum, yeyunum,
ileum), usus besar (kolon), rektum dan berakhir di dubur. Usus besar terdiri dari kolon
danrektum. Kolon atau usus besar adalah bagian usus sesudah usus halus, terdiri dari
kolon sebelah kanan (kolon asenden), kolon sebelah tengah atas (kolon transversum) dan
kolon sebelah kiri (kolon desenden). Setelah kolon, barulah rektum yang merupakan
saluran diatas dubur. Bagian kolon yang berhubungan dengan usus halus disebut
caecum, sedangkan bagian kolon yang berhubungan dengan rektum disebut kolon
sigmoid.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Usus besar berbentuk tabung muskular berongga dengan panjang 1,5 meter dan
diameter sekitar 6,5cm yang terbentang dari sekum hingga kanalis ani Usus besar di bagi
menjadi 3 bagian yaitu sekum, kolon, dan rektum. Kolon terdiri dari kolon menanjak
(ascending), kolon melintang(transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid.
Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang sering disebut dengan
"kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering disebut dengan "kolon kiri"
Sekum terdiri dari katup ileosekal dan apendik. Ileosekal mengendalikan aliran
kimus dari ileum ke sekum dan mencegah terjadinya aliran balik bahan fekal dari usus
besar ke usus halus. Kolon ascendant panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen
sebelah kanan membujur ke atas dari ileum di bawah hati melengkung ke kiri,
lengkungan ini di sebut fleksura hepatica. Kolon transversum panjangnya kurang lebih
38 cm, membujur dari kolon ascendant sampai kolon descenden, berada di bawah
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura
lienalis.
Kolon descenden panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak di bawah abdomen
bagian kiri membujur dari atas ke bawah dan fleksura lienalis sampai ke depan ileum
kiri bersambung dengan sigmoid. Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari
kolon descenden terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya
menyerupai huruf S, dan ujung bawahnya berhubungan dengan rektum. Rektum terletak
di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan interstinum mayor dengan anus.
Dalam keadaan normal kolon menerima sekitar 500 ml kimus dari usus halus
setiap hari. Karena sebagian besar pencernaan dan penyerapan telah selesai di usus
halus, isi usus disalurkan ke kolon terdiri dari residu makanan yang tidak dapat dicerna
(misalnya selulosa), komponen empedu yang tidak dapat diserap dan sisa cairan. Kolon
mengekstraksi H2O dan garam dari isi lumennya. Fungsi utama usus besar adalah untuk
menyimpan bahan ini sebelum defekasi. Selulosa dan bahan-bahan lain dalam makanan
yang tidak dapat dicerna membentuk sebagian besar feses dan membantu
mempertahankan pengeluaran tinja secara teratur karena berperan menentukan volume
isi kolon.
Usus besar memiliki berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses
akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah absorbsi air dan elektrolit,
yang sudah hampir selesai dalam kolon dekstra. Kolon sigmoid berfungsi sebagai
reservoir yang menampung masa feses yang sudah terhidrasi hingga berlangsungnya
defekasi. Pada umumnya usus besar bergerak secara lambat. Gerakan usus besar yang
khas adalah pengadukan haustral. Kantong atau haustra meregang dari waktu ke waktu
otot sirkular akan berkontraksi untuk mengososngkannya. Gerakan ini menyebabkan
gerakan usus bolak-balik dan meremas-remas sehingga member cukup waktu untuk
terjadinya absorpsi.

5. Klasifikasi Kanker Kolorektal


a. Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209)
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa
B2 : kanker menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu
sampai empat buah
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5
buah
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran
yang luas dan tidak dapat dioperasi lagi
b. Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T= tumor, N=
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastase)
T = Tumor primer
TO = Tidak ada tumor
T1 = Invasi hingga mukosa atau submukosa
T2 = Invasi ke dinding otot
T3 = Tumor menembus dinding otot
N = Kelenjar limfe
N0 = Tidak ada metastase
N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral
M = Metastasis jauh
MO = Tidak ada metastasis jauh
MI = Ada metastasis jauh
Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok
1. Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe
ini. Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor
besar, permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya
terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
2. Tipe ulseratif 
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam
(kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe
ini.tipe ulseratif paling seringdi jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar.
Karakteristiknya adalah pada massaterdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar
mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata,
nekrosis, derajad keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3. Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau
tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia
abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular,
dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan
ikat. Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti.
Tipe ini sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rektum, derajad
keganasan tinggi, metastasis lebih awal.

6. Tanda dan Gejala Kanker Kolorektal


a. Darah dalam tinja berwarna merah terang/gelap dan biasanya tidak sakit
b. Distensi perut, sakit perut, gangguaan pencernaan, kehilangan nafsu makan
c. Perubahan kebiasaan buang air besar, merasa buang air besar tidak tuntas, maka
frekuensi atau diare dan sembelit bergantian
d. Perubahan bentuk tinja berukuran lebih kecil dari biasanya
e. Penurunan berat badan drastik dan anemia
f. Bisul di anus yang tidak kian sembuh, nyeri dubur
g. Sakit kuning, ascites, busung, dan metastasis ke organ hati
h. Perdarahan pada rektum (bagian ujung usus besar)
i. Perut mengalami nyeri akibat gas atau kram, atau merasa penuh atau kembung
j. Merasa sangat lelah sepanjang waktu

7. Penatalaksanaan Kanker Kolorektal


a. Pembedahan (Operasi)
Salah satu penatalaksanaan surgery pada pasien kanker kolon adalah operasi
kolostomi (pembuatan stoma) (Grace & Borley, 2007). Kolostomi adalah suatu
prosedur pembedahan pengalihan feses dari usus besar dengan menarik bagian usus
melalui sayatan perut lalu menjahitnya di kulit yang sering disebut stoma.
Pembuatan stoma ini dapat bersifat permanen atau sementara tergantung tujuan dari
tindakan dan kondisi kanker yang dialami (White et al, 2012). Letak stoma
tergantung dari letak massa.
Ada tiga tempat pembuatan stoma menurut Daniels & Nicoll (2012), yaitu:
1) Asending colostomy
Jika letak massa pada usus desenden. Konsistensi feses yang keluar bertekstur
lebih lembut karena enzime pencernaan masih keluar pada bagian ini.
Pengeluaran feses tidak dapat diprediksi waktunya.
2) Tranverse colostomy
Jika letak massa pada usus transverse dan sigmoid. Konsistensi feses yang
keluar bertektur lembut sedikit padat karena enzime pencernaan sudah mulai
berkurang pada bagian ini. Pengeluaran feses waktunya tidak terduga.
3) Desending colostomy
Jika letak massa pada usus bagian desenden, rektal dan sigmoid. Konsistensi
feses yang keluar berbentuk lebih padat dan berwarna coklat. Pengeluaran feses
lebih teratur. Drainase dari kolostomi ini lebih baik dibandingkan dengan
kolostomi transverse. Pada bagian ini enzime pencernaan sudah tidak keluar.
b. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker secara farmakologi menggunakan obat yang
bersifat toksik yang dimsukkan melalui pembuluh darah. Obat kemoterapi ini masuk
ke dalam tubuh bersifat sistemik, mengalir melalui pembuluh darah menuju sel
kanker dan organ tubuh yang sehat. Pemberian obat kemoterapi ini berdasarkan
stadium kanker kolon yang diderita serta kondisi klien dalam pemberian obat
kemoterapi (Billiau, 2013).
1) Definisi dan tujuan Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia
untuk melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit. Namun dalam
maknanya yang sekarang lebih banyak digunakan sebagai penggunaan obat
untuk pengobatan kanker (Miller, 2008). Kemoterapi adalah terapi anti kanker
untuk membunuh sel-sel tumor dengan mengganggu fungsi dan reproduksi
seluler. Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan paliatif
sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan medikasi yang
digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat yang digunakan untuk
mengobati kanker menghambat mekanisme proliferasi sel, obat ini bersifat toksik
bagi sel tumor maupun sel normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum
tulang, epitel gastrointestinal, dan folikel rambut (Neal, 2009).
2) Jenis kemoterapi Menurut Ganiswarna (2010) pemberian kemoterapi dapat
diberikan dapat diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi, sehingga
dikenal tiga macam bentuk kemoterapi kanker yaitu :
a) Monoterapi (Kemoterapi Tunggal)
Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu macam sitostatika.
Sekarang banyak ditinggalkan, karena polikemoterapi memberi hasil yang
lebih memuaskan.
b) Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi)
Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-obat yang diberikan
sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila diberikan secara tunggal,
tetapi masing-masing obat bekerja pada fase siklus sel yang berbeda,
sehingga akan lebih banyak sel kanker yang terbunuh. Dasar pemberian dua
atau lebih antikanker adalah untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah
toksisitas. Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau menunda
terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini.
c) Kemoterapi Lokal
Kemoterpi lokal digunakan untuk pengobatan terhadap efusi akibat kanker,
pengobatan langsung intra dan peri tumor serta pengobatan intratekal.
3) Cara pemberian kemoterapi
Menurut (Miller, 2008) obat kemoterapi diberikan dengan cara :
a) Oral Obat kemoterapi
Diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet atau kapsul, harus mengikuti
jadwal yang telah ditentukan
b) Intramuskuler
Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan untuk pindah tempat
penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang sudah pernah mengalami
penusukan membutuhkan waktu tertentu dalam penyembuhannya.
c) Intratekal
Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak atau
disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.
d) Intrakavitas
Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan atau melalui
selang dada ke dal rongga pleura.
e) Intravena
Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara ini paling
banyak digunakan.
4) Siklus Kemoterapi
Dalam pemberian kemoterapi ada yang disebut dengan istilah “siklus
kemoterapi”. Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian
satu kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4 minggu sekali,
namun ada juga yang setiap minggu. Sudah ditentukan untuk masing-masing
jenis kanker berapa siklus harus diberikan dan berapa interval waktu antar
siklusnya. Sebagai contoh, kanker kolon umumnya diberikan 6 siklus kemoterapi
dengan interval antar siklus adalah setiap 3 minggu. Ini artinya penderita kanker
payudara tersebut harus menjalani 6 kali kemoterapi sampai kemoterapinya
selesai diberikan. Misalkan kemoterapi pertama diberikan pada tanggal 1 Okober
2017, maka penderita tersebut harus dilakukan kemoterapi kedua pada tanggal 22
Oktober 2017, demikian pula seterusnya untuk kemoterapi ke 3, 4, 5, 6, penderita
harus datang setiap 3 minggu sekali ke rumah sakit (Heriyadi, 2010).
Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk masingmasing
kanker. Ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dsb. Jumlah pemberian ini tidak boleh
ditawar-tawar, misalkan hanya diberikan satu atau dua kali saja lalu berhenti.
Hukumnya dalam pemberian kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak
sama sekali. Bila diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya,
karena kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau
resisten terhadap pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek sampingnya
juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara ekonomi
memboroskan biaya yang tidak perlu dan hanya membuang-buang waktu saja
(Heriyadi, 2010)
5) Efek samping kemoterapi
Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan saluran cerna, mulut,
lambung dan usus menyebabkan sariawan, mual, muntah, dan diare. Penekanan
sumsum tulang belakang memberi pengaruh tehadap sel darah merah, sel darah
putih, dan trombosit. Pada kulit dan rambut pemberian kemoterapi menyebabkan
hiperpigmentasi kulit, kering dan gatal, rambut rontok. Sedangkan dampak pada
bagian genetalia biasanya berpengaruh terhadap menstruasi dan kesuburan pada
wanita, dan berpengaruh terhadap spermatogenesis dan menurunkan nafsu
seksual pada pria. Akibat dari dampak yang tidak diinginkan atau dampak yang
tidak menguntungkan dari pemberian kemoterapi, maka pasien akan mengalami
gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga akan lebih mudah mengalami stres
atau kecemasan (Gale & Charette, 2009).
6) Radioterapi Radioterapi
Bertujuan membunuh sel kanker dengan menggunakan ionizing irradiation.
Radioterapi mempunyai peran yang tidak begitu besar dalam pengobatan kanker
kolon, karena berpotensi melukai pembuluh darah abdominal. Raditerapi
diberikan sesuai dengan stadium kanker kolon dan kondisi klien. Radioterapi
dapat diberikan dengan terapi tunggal atau dikombinasikan dengnan pemberian
kemoterapi (Billiau, 2013).
8. Komplikasi Cancer Colorektal
a. Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap
b. Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung
c. Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi
d. Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses
e. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).

i. Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status, agama,
perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga terdiri dari
nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan perkerjaan. Pada ca
colon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun, pada wanita sering
ditemukan ca colon dan pada laki-laki lebih sering terjadi kanker rekti.
ii. Riwayat kesehatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya klien mengeluh nyeri dibagian abdomen karena


sudah melakukan tindakan laparatomi juga kolostomi, jadi klien
merasakan tidak nyaman dengan kondisinya yang sekarang, lagi pula
kalau klien ada tindakan kolostomi maka klien akan sangat merasakan
tidak nyaman karena bisa jadi akibat anusnya di tutup maka klien BAB
dan flatus di bagian abdomen. Klien juga tidak bisa bergerak banyak
dan susah untuk tidur, tubuh klien biasanya terasa lemas dan letih, dan
nafsu makan akan menurun.
b. Riwayat kesehatan dahulu

Biasanya pernah menderita polip kolon, radang kronik kolon


dan kolotis ulseratif yang tidak teratasi, ada infeksi dan obstruksi pada
usus besar, dan diet dan konsumsi diet tidak baik, tinggi protein, tinggi
lemak, tinggi serat.
c. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya keluarga klien adanya riwayat kanker, diindetifikasi


kanker yang menyerang tubuh atau ca colon adalah turunan yang
sifatnya dominan.
d. Pemeriksaan fisik

a. Mata : Kunjungtiva anemis.


b. Mulut : Mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah- pecah dan
berbau
c. Leher : Distensi vena jugularis (JVP).
d. Abdomen : Distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunan
bissing usus dan kembung.
e. Kulit : Tugor kulit jelek, kering, (dehidrasi dan malnutrisi).
e. Pengkajian fungsional

1). Aktivitas dan Istirahat

Biasanya kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah,


merasa gelisah dan ansietas, tidak tiduran semalaman
karena akibat reaksi nyeri sudah pembedahan.
2). Pernafasan

Biasanya klien nafas pendek, dispnea (respon terhadap


nyeri yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea
dan frekuensi menurun.
3). Sirkulasi

Biasanya takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi,


proses imflamasi dan nyeri), ada perubahan pada tanda-
tanda vital misalnya tekanan darah meningkat, nadi
takikardi, pernafasan cepat, suhu meningkat.
4). Intergritas ego

Biasanya ansietas ketakutan, emosi kesal, missal :


perasaan tak berdaya /tak ada harapan.
5). Eliminasi

Biasanya fasesnya terlihat cair atau lunak karena


dipasang kolostomi di bagian area abdomen.
6). Makan /cairan

Biasanya mual dan muntah juga sering dirasakan oleh


klien setelah dilakukan operasi, maka dari itu akan
menimbulkan penurunan berat badan pada klien tapi itu
hanya pada awal-awal post operasi tetapi lama
kelamaan sudah terbiasa.
7). Muskulosketal

Biasnya klien mengalami penurunan kekuatan otot


akibat sudah insisi pembedahan itu hanya untuk
sementara saja.
8). Seksualitas

Biasanya tidak bisa melakukan hubungan seksual/


fekuensi menurun.
9). Hubungan sosial

Biasanya ketidak efektifan ber interaksi dan besosialitas


dengan masyarakat karena sakit.
2. Diagnosa keperawatan

a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tirah baring dan imobilisasi


b. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan penyakit dan lingkungan.
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
d. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam (status kesehatan).
e. Gangguan citra tubuh berhehubungan dengan Penyakit, Cedera.
3. Intervensi Keperawatan

No
DIAGNOSIS INTERVENSI
TINDAKAN
KEPERAWATAN UTAMA

D.0056 Intoleransi 1.Manajemen Energi (I. 05178) Manajemen energi


Aktivitas
Observasi
Definisi :
Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan - Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan emosional
energy untuk mengatasi atau mencegah - Monitor pola dan jam tidur
kelelahan dan mengoptimalkan proses - Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
pemulihan.
Terapeutik

2. Terapi Aktivitas (I.05186) - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara, kunjungan)
- Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Definisi : - Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Menggunakan aktivitas fisik, kognitif, sosial, Edukasi


dan spiritual tertentu untuk memulihkan
keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas - Anjurkan tirah baring
individu atau kelompok. - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
- Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan


2.Terapi aktivitas

Observasi

- Identifikasi deficit tingkat aktivitas


- Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivotas tertentu
- Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
- Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam aktivitas
- Identifikasi makna aktivitas rutin (mis. bekerja) dan waktu luang
- Monitor respon emosional, fisik, social, dan spiritual terhadap aktivitas

Terapeutik

- Fasilitasi focus pada kemampuan, bukan deficit yang dialami


- Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi danrentang aktivitas
- Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan social
- Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai usia
- Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika sesuai
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasikan aktivitas yang dipilih
- Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulansi, mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
- Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan waktu, energy, atau gerak
- Fasilitasi akvitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
- Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan, jika sesuai
- Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
- Fasilitasi aktivitas dengan komponen memori implicit dan emosional (mis. kegitan
keagamaan khusu) untuk pasien dimensia, jika sesaui
- Libatkan dalam permaianan kelompok yang tidak kompetitif, terstruktur, dan aktif
- Tingkatkan keterlibatan dalam aktivotasrekreasi dan diversifikasi untuk menurunkan
kecemasan ( mis. vocal group, bola voli, tenis meja, jogging, berenang, tugas
sederhana, permaianan sederhana, tugas rutin, tugas rumah tangga, perawatan diri,
dan teka-teki dan kart)
- Libatkan kelarga dalam aktivitas, jika perlu
- Fasilitasi mengembankan motivasi dan penguatan diri
- Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya sendiri untuk mencapai tujuan
- Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
- Berikan penguatan positfi atas partisipasi dalam aktivitas

Edukasi

- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu


- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
- Anjurkan melakukan aktivitas fisik, social, spiritual, dan kognitif, dalam menjaga
fungsi dan kesehatan
- Anjurka terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika sesuai
- Anjurkan keluarga untuk member penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas

Kolaborasi

- Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam merencanakan dan memonitor program


aktivitas, jika sesuai
- Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika perlu

-
D.0074 Gangguan Rasa 1.Manajemen Nyeri (I.08238) 1.Manajemen nyeri
Nyaman
Definisi : Observasi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan - Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan atau fungsional dengan - Identifikasi respons nyeri non verbal
onset mendadak atau lambat dan berintensitas - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
ringan hingga berat dan konstan - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
2.Pengaturan Posisi (I.01019) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Definisi : - Monitor efek samping penggunaan analgetik
Menempatkan bagian tubuh untuk
meningkatkan kesehatan fisiologis dan/atau Terapeutik
psikologis. - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
3.Terapi Relaksasi (I.09326) terbimbing, kompres air hangat /dingin, terapi bermian.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu ruangan, pencahayaan,
Definisi : kebisingan )
Menggunakan teknik peregangan untuk - Fasilitasi istirahat dan tidur
mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan - Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.
seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan.
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu

2. Pengaturan Posisi

Observasi
- Monitor status oksigenasi sebelum dan sesudah mengubah posisi
- Monitor alat traksi agar selalu tepat

Terapeutik
- Tempatkan pada matras/tempat tidur terapeutik yang tepat
- Tempatkan pada posisi terapeutik
- Tempatkan objek yang sering digunakan dalam jangkauan
- Tempatkan bel atau lampu panggilan dalam jangkauan
- Sediakan matras yang kokoh/padat
- Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak kontraindikasi
- Atur posisi untuk mengurangi sesak (mis. semi flower)
- Atur posisi yang meningkatkan drainage
- Posisikan pada kesejajaran tubuh yang tepat
- Imobilisasi dan topang bagian tubuh yang cedera dengan tepat.
- Tinggikan bagian tubuh yang sakit dengan tepat.
- Tinggikan anggota gerak 20 derajat atau lebih diatas level jantung
- Tinggikan tempat tidur bagian kepala
- Berikan bantal yang tepat pada leher
- Berikan topangan pada area edema (mis. bantal dibawah lengan atau skrotum)
- Posisikan untuk mempermudah ventilasi/perfusi (mis.tengkurap/good lung down)
- Motivasi melakukan ROM aktif atau pasif
- Motivasi terlibat dalam perubahan posisi, sesuai kebutuhan
- Hindari menempatkan pada posisi yang dapat meningkatkan nyeri
- Hindari menempatkan stump amputasi pada bagian fleksi
- Hindari posisi yang menimbulkan ketegangan pada luka
- Minimalkan gesekan dan tarikan saat mengubah posisi
- Ubah posisi selama 2 jam
- Ubah posisi dengan teknik log roll
- Pertahankan posisi dengan integritas traksi
- Jadwalkan seara tertulis untuk perubahan posisi
Edukasi
- Informasikan saat akan melakukan perubahan posisi.
- Ajarkan cara menggunakan postur yang baik dan mekanika tubuh yang baik selama
melakukan perubahan posisi

Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian premedikasi sebelum mengubah posisi, jika perlu

3.Terapi Relaksasi

Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampaun kognitif.
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasikan kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya.
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respons terhadap terapsi relaksasi.
Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tenpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama.
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain,
jika sesuai

Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. musik, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot progresif.
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. napas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
D.0077 Nyeri Akut 1.Manajemen Nyeri (I.08238) 1. Manajemen Nyeri

Definisi : Observasi
Mengidentifikasi dan mengelola pengalaman - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
sensorik atau emosional yang berkaitan dengan - Identifikasi skala nyeri
kerusakan jaringan atau fungsional dengan - Identifikasi respons nyeri non verbal
onset mendadak atau lambat dan berintensitas - Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
ringan hingga berat dan konstan - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
- Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri
2. Pemberian Analgesik (I.08243) - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
- Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Definisi : - Monitor efek samping penggunaan analgetik
Menyiapkan dan memberikan agen
Terapeutik
farmakologis untuk mengurangi atau - Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
menghilangkan rasa sakit. akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres air hangat /dingin, terapi bermian.
- Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri ( mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan )
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri.

Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.

Kolaborasi
- Kolaborasikan pemberian analgetik, jika perlu

2.Pemberian Analgesik

Observasi
- Identifikasi karakterisik nyeri (mis. pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi )
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik
- (mis. narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparah nyeri.
- Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik.
- Monitor efektifitas analgesik.

Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk memcapai analgesia optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus oploid untuk mempertahankan kadar
dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien.
- Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan

Edukasi
- Jelaskan efek terapi dan efek samping obat

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik , sesuai indikasi

D.0080 Ansietas 1.Reduksi Ansietas (I.09314) 1. Reduksi Ansietas

Definisi : Observasi
Meminimalkan kondisi individu dan - identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu, stresor)
pengalaman subyektif terhadap objek yang - identifikasi kemampuan mengambil keputusan
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya - monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
yang memungkinkan individu melakukan terapeutik
tindakan untuk menghadapi ancaman - ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
- temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
2. Terapi Relaksasi (I.09326) - pahami situasi yang membuat ansietas
- dengarkan dengan penuh perhatian
Definisi : - gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Menggunakan teknik peregangan utnuk - tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
mengurangi tanda dan gejala ketidaknyamanan - motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
seperti nyeri, ketegangan otot, atau kecemasan. - diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang

edukasi
- jelaskna prosedur termasuk sensasi yang mungkin dialami
- informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
- anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
- anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
- anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
- latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
- latih teknik relaksasi
kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

2. terapi relaksasi

Observasi
- Identifikasi penurunan tingkat energy, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
- Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
- Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik sebelumnya
- Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu sebelum dan sesudah
latihan
- Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Terpeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
- Berikan informasi tertulis tentnag persiapan dan prosedur ternik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
- Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjang dengan analgetik atau tindakan medis lain,
jika sesuai
Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia (mis. Music, meditasi,
napas dalam, relaksasi otot prograsif)
- Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang dipilih
Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi (mis. Napas dalam, peregangan, atau imajinasi
terbimbing)
D.0083 Gangguan Citra 1.Promosi Citra Tubuh (I.09305) 1. Promosi Citra Tubuh
Tubuh
Definisi : Observasi
Meningkatkan perbaikan perubahan persepsi - identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan
terhadap fisik pasien - identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh
- identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial
2. Promosi Koping (I.09312) - monitor frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri
- monitor apakah pasien bias melihat bagian tubuh yang berubah
Definisi :
terapeutik
Meningkatkan upaya kognitif dan perilaku
- diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya
untuk menilai dan merespon stressor - diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri
dan/atau kemampuan menggunakan - diskusikan perubahan akibat pebertas, kehamilan dan penuaan
sumber-sumber yang ada. - diskusikan kondisi stress yang mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka, penyakit,
pembedahan)
- diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realistis
- diskusikan persepsi pasien dan keluarga tentang perubahan citra tubuh

edukasi
- jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh
- anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh
- anjurkan menggunakan alat bantu (mis. Pakaian, wig, kosmetik)
- anjurkan mengikuti kelompok pendukung (mis. Kelompok sebaya)
- latih fungsi tubuh yang dimiliki
- latih peningkatan penampilan diri (mis. berdandan)
- latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain maupun kelompok

2.Promosi Koping

Observasi
- Identifikasi kegiatan jangka pendek dan panjang sesuai tujuan
- Identifikasi kemampuan yang dimiliki
- Identifikasi sumber daya yang tersedia untuk memenuhi tujuan
- Identifikasi pemahaman proses penyakit
- Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan hubungan
- Identifikasi metode penyelesaian masalah
- Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap dukungan sosial

Terapeutik
- Diskusikan perubahan peran yang dialami
- Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
- Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
- Diskusikan untuk mengkarifikasi kesalahpahaman dan mengevaluasi perilaku sendiri
- Diskusikan konsekuensi tidak menggunakan rasa bersalah dan rasa malu
- Diskusikan risiko yang menimbulkan bahaya pada diri sendiri
- Fasilitasi dalam pemperoleh informasi yang dibutuhkan
- Berikan pilihan realistis mengenal aspek-aspek tertentu dalam perawatan
- Motivasi untuk menentukan harapan yang realistis
- Tinjau kembali kemampuan dalam pengambilan keputusan
- Hindari mengambil keputusan saat pasien berada di bawah tekanan
- Motivasi terlibat dalam kegiatan sosial
- Motivasi mengidentifikasi sistem pendukung yang tersedia
- Damping saat berduka (mis. Penyakit kronis, kecacatan)
- Perkenalkan dengan orang atau kelompok yang berhasil mengalami pengalaman sama
- Dukung penggunaan mekanisme pertahanan yang tepat
- Kurangi rangsangan lingkungan yang mengancam

Edukasi
- Anjurkan menjalin hubungan yang memiliki kepentingan dan tujuan sama
- Anjurkan penggunaan sumber spiritual, jika perlu
- Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
- Anjurkan keluarga terlibat
- Anjurkan membuat tujuan yang lebih spesifik
- Ajarkan cara memecahkan masalah secara konstruktif
- Latih penggunaan teknik relaksasi
- Latih ketrampilan sosial, sesuai kebutuhan
- Latih mengembangkan penilaian obyektif
4. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana

keperawatan. Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi.

(Tarwoto & Wartonah, 2011).

Pada tahap ini perawat menggunakan semua kemampuan yang dimiliki dalam

melaksanakan tindakan keperawatan terhadap klien baik secara umum maupun

secara khusus pada klien post op ca colon pada pelaksanaan ini perawat melakukan

fungsinya secara independen. Interdependen dan dependen.

5. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat

dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

(Tarwoto & Wartonah, 2011).

Untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul

masalah baru adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan,

kriteria hasil yang telah di tetapkan. Format evaluasi mengguanakan :

S : subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari

klien setelah tindakan diperbaiki

O : objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran, yang dilakukan oleh perawat setelah dilakukan

tindakan
A : analisa adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektif

dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa

masalah teratasi, masalah belum teratasi, masalah teratasi sebagian, atau

muncul masalah baru.

P : planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa, baik itu rencana diteruskan, dimodifikasi,

dibatalkan ada masalah baru, selesai (tujuan tercapai).

Anda mungkin juga menyukai