Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok, atau
menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak omega-6
(asam linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
besar terkena kanker colorectal.
Etiologi lain :
1. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
2. Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
3. Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida
yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
4. Obesitas.
5. Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
6. Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar
polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi
kanker.
7. Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
8. Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50
tahun ke atas.
C. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel
usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke
hati ).
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini
tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan
mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di sekitarnya,
kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada
sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati
pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem
sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang
jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1. Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan melalui sistem limpatikus dan
hematogen, serta melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan
rektum mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan
meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum
menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus,
vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium
dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal
mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites. seperti ke dalam
kandung kemih.
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon .
3. Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 %
terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997). Kanker kolorektal
terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor
pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara:
a. Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke
abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai
bladder, ureter dan organ reproduksi.
b. Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-paru,
ginjal dan tulang.
c. Tertanam ke rongga abdomen.
4. Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
5. Penyebaran secara transperitoneal
6. Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Tempat metastase yang lain di antaranya :
1. Kelenjar Adrenalin
2. Ginjal
3. Kulit
4. Tulang
5. Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem
sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum
pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel
kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
A : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1 : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2 : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak satu
sampai empat buah.
C2 : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
D : kanker telah mengadakan metastasis regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas & tidak dapat dioperasi lagi.
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese).
T : Tumor primer
T0 : Tidak ada tumor
T1 : Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2 : Invasi ke dinding otot
T3 : Tumor menembus dinding otot
N : Kelenjar limfa
N0 : tidak ada metastase
N1 : Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2 :Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3 : Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M : Metastasis jauh
M0 : Tidak ada metastasis jauh
M1 : Ada metastasis jauh
Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok
1. Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe ini.
Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar,
permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di
belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
2. Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif
paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya
adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung
berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan
tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3. Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau
tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia
abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular,
dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat.
Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini
sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan
tinggi, metastasis lebih awal
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi kanker kolon secara umum adalah :
1. Perdarahan rektum
2. Perubahan pola BAB
3. Tenesmus (nyeri rektal)
4. Obstruksi intestinal
5. Nyeri abdomen
6. Kehilangan berat badan
7. Anorexia
8. Mual dan muntah
9. Anemia
10. Massa palpasi
Selain tindakan pembedahan, klien juga harus menjalani terapi lanjut yang dapat
berupa kemoterapi dan radioterapi.Klien memerlukan asuhan keperawatan yang
komprehensif dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio-spiritual terutama karena
klien harus menjalani terapi lanjut setelah pembedahan. Dengan pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif dan berkualitas diharapkan klien dapat beradaptasi
dengan kondisi tubuhnya, menjalani terapi secara kooperatif dan dapat bersosialisasi
kembali di masyarakat. Identifikasi masalah keperawatan klien sangat penting, terkait
dengan intervensi dan implementasi yang akan dilakukan terhadap klien selama
hospitalisasi sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.
Karsinoma pada colon menimbulkan perubahan pada kebiasaan buang air besar.
Karsinoma pada colon sebelah kanan menyebabkan peningkatan gerakan colon, tetapi
karsinoma pada colon sebelah kiri menimbulkan konstipasi. Keduanya dapat
menunjukkan gambaran klinis berupa: darah dan lendir di dalam tinja, penurunan berat
badan dan anemia, palpasi dapat mengungkapkan adanya massa yang nyeri tekan,
keadaan ini dapat memberikan gambaran klinis berupa obstruksi intestinum Pasien
dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan nasogastrik.
Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai komponen darah dapat
diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam
pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif.
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengan kolonoskop.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ):
Pembedahan Reseksi.
Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara
atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Kolostomi dapat
berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon
accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy
karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal. Kolostomi pada bayi dan anak
hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa
merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat
sementara.
Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
permanen maupun sementara. ada pun jenis-jenis kolostomi :
a. Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan
satu ujung lubang)
b. Kolostomi Temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan
feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen
ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan
melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.
a. Drainable (terbuka bawahnya), memiliki klem: digunakan untuk menampung feses
b. Close end (tidak ada lubang dibawahnya): digunakan untuk menampung feses
c. Puff drain (memiliki lubang dan seperti selang dibawahnya: digunakan untuk
menampung urin
a. Ileustomy
Lubang pada ileum untuk tujuan pengobatan ulseratif regional dan pengalihan isi pada
kanker kolon, polip, dan trauma yang biasanya berbentuk permanen. Cairan yang
keluar cenderung konstan dan tidak dapat diatur, mengandung enzim-enzim
percernaan yang dapat mengiritasi permukaan kulit.
b. Colostomy asenden
Drainage yang keluar berbentuk cairan dan tidak teratur serta lebih bau.
c. Colostomy transversum
Drainage yang keluar berbentuk padat karena cairan sudah direabsorbsi dan biasanya
pengeluaran tidak terkontrol.
d. Colostomy desenden
Produksinya lebih padat. Feses yang keluar dari sigmoid normal dan frekuensinya
dapat diatur sehingga klien tidak harus menggantinya setiap saat dan baunya
tergantung diet.
Komplikasi Kolostomi:
a. Prolaps
merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.Prolaps
dapat dibagi 3 tingkatan: Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium
kadang-kadang sampat loop ilium, adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang
mengalami penonjolan. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik usus
meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra
abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan
omentum yang pendek dan tipis.
b. lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung
enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit
yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
c. Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
d. Stenosis Stoma
Kontraktur lumen è terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase
normal feses.
e. Hernia Paracolostomy
f. Pendarahan Stoma
g. Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar
melalui celah
h. lnfeksi luka operasi
i. Retraksi karena fixasi yang kurang sempurna
j. Sepsis dan kematian
a. Keadaan stoma : Warna stoma (normal warna kemerahan), tanda-tanda perdarahan
(perdarahan luka operasi), tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi
laese), posisi stoma
b. Apakah ada perubahan eliminasi tinja : Konsistensi, bau, warna feces, apakah ada
konstipasi / diare? apakah feces tertampung dengan baik? apakah pasien dapat
mengurus feces sendiri?
c. Apakah ada gangguan rasa nyeri : keluhan nyeri ada/tidak? hal-hal yang menyebabkan
nyeri, kualitas nyeri, kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang), apakah pasien
gelisah atau tidak?
d. Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi : Tidur nyenyak/tidak? Apakah stoma
mengganggu tidur/tidak? Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur? Adakah faktor
psikologis mempersulit tidur?
e. Bagaimana konsep diri dan persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri,
gambaran diri & peran
f. Apakah ada gangguan nutrisi : Bagaimana nafsu makan klien? BB normal atau tidak?
Bagaimana kebiasaan makan pasien? Makanan yang menyebabkan diarhe? Makanan
yang menyebabkan konstipasi?
g. Apakah pasien seorang yang terbuka ?
h. Maukah pasien mengungkapkan masalahnya?
i. Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat?
j. Kaji kebutuhan klien akan kebutuhan seksual
Tanyakan masalah kebutuhan seksualn klien?Apakah Isteri/Suami memahami keadaan
klien?
Penanganan Kolostomi
Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan secara
mandiri. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan
drainase kantung dan melaksanakan irigasi.
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994 : 10).
1. Riwayat kesehatan:
Adanya nyeri abdomen dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan
makan arau defekasi), pola eliminasi dahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau
dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal, riwayat keluarga dari penyakit
kolorektal dan terai obat saat ini. Kebiasaan diet mencakup masukan lemak dan atau
serat serta jumlah konsumsi alkohol.
3. Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi
abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan masa padat. Spesimen feses diinspeksi
terhadap karakter dan adanya darah
Pengkajian pasien Post Operatif Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1. Sirkulasi Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2. Integritas Ego Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat,
peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3. Makanan / cairanGejala : Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang
kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4. Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5. KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan
dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda :
menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.
DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif kanker kolon
(Wilkinson, 2006 : 621) meliputi:
1. Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal.
2. Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA..
3. PK. perdarahan
4. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Perubahan Setelah 1. Observasi 1. merupakan tindakan dependent perawat
eliminasi alvi dilakukan warna dan dalam memberikan bantuan defekasi
berhubungan asuhan konsistensi kepada klien.
dengan keperawata feses, 2. Penting untuk menilai keefektifan intervensi,
penurunan n 3x24 jam frekuensi, dan memudahkan rencana selanjutnya.
asupan pola keluarnya
3. Keadaan ini dapat menjadi penyebab
cairan dan defekasi flatus, bising
kelemahan otot abdomen dan penurunan
serat, pasien usus dan
peristaltic usus, yang dapat menyebakan
kelemahan normal nyeri terkan
konstipasi.
otot kembali abdomen
abdomen (2x1hari) 4. Mengetahui dengan jelas factor penyebab
2. Ajarkan klien
sekunder memudahkan pilihan intervensi yang tepat.
Dengan dalam
akibat Ca kriteria hasil bantuan 5. Akan meningkatkan pola defekasi yang
Colorectal eleminasi optimal.
1. bentuk feses
lonjong dan defekasi. 6. Mencegah terjadi perubahan tanda vital,
4. Observasi
bisingusus
dan peristaltic
perut klien
5.
Konsultasikan
pada ahli gizi
untuk
meningkatkan
serat dan
cairan dalam
diet.
6.
Konsultasikan
dengan
dokter untuk
memberikan
bantuan
eleminasi,
seperti : diet,
pelembut
feses, enema
dan laksatif.
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
2 Risiko infeksi Setelah 1. Observasi 1. Dengan cara palpasi dapat diketahui
berhubungn dilakukan metastase metastase ca dan dapat segera di tangani
dengan asuhan peyebaran ca2. Untuk mengetahui fungsi organ apakah ada
perdarahan keperawata ke organ lain penurunan atau tidak
tonjolan CA. n 3x24 jam dengan cara
3. Untuk menanggulangi/mengurangi resiko
resiko palpasi ke
inflamasi kolon
infeksi dan daerah purutt
metastase sekitar kolon4. Untuk mengetahui ,metastase ca ke organ-
ke organ organ lain sekitar kolan
2. Observasi
lain tidak bising usus 5. Untuk membunuh kuman dan bakteri dari
cepat dan dan darah yang pecah pado masa kolan
mungkin peristalaik
hilang
Dengan pasien
kriteria 3. Kolaborasi
hasil : dengan
proses dokter untuk
penyebaran memberikan
infeksi dan kortikosteroid
metastase
4. Kolaborasi
ke organ
dengan
lain tidak
dokter untuk
ada
melakukan
usg dan ct-
scan
5. Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
antibiaotik
3 PK Perdarahan Setelah dilakukan 1. Posisikan klien 1. Memberikan
asuhan keperawatan 2. Pantau tanda-tanda vital dalam pros
selama 2x24 jam 3. Batasi aktivitas klien 2. Perkemban
Perdarahan terhenti menentuka
4. Membantu dan melayani klien
Dengna kriteria hasil dalam hal penggunaan Diapers 3. Meningkatk
1. Melena tidak terjadi 5. Kolaborasi rehidrasi kumbah 4. Mengatasi m
2. Hematemesis tidak lambung darah berle
terjadi
6. PK. Kolaborasi: 5. Membantu
6. Respirasi m
pemberian
menimbulka
zat-zat ana
7. Analgetik IV
pusat rasa
yang lebih e
EVALUASI
askep ca kolorektal