Anda di halaman 1dari 32

askep ca kolorektal

Penulis : dodik firmansah on Minggu, 12 Januari 2014 |


15.19
A.    PENGERTIAN
Kanker kolorectal adalah kanker yang berasal dalam permukaan usus besar (kolon)
atau rektum/rektal, umumnya kanker kolo rectal berawal dari pertumbuhan sel yang
tidak ganas terdapat adenoma atau berbentuk polip. Adenoma atau polip pada kolo
rectal dapat diangkat dengan mudah hanya saja jarang  menimbulkan gejala apapun,
sehingga tidak terdeteksi dalam waktu cukup lama hingga berkembang menjadi kanker
kolorektal
Kanker kolon sebagaimana sifat kanker lainnya, memiliki sifat dapat tumbuh dengan
relatif cepat, dapat menyusup atau mengakar (infiltrasi) ke jaringan disekitarnya serta
merusaknya, dapat menyebar jauh melalui kelenjar getah bening maupun pembuluh
darah ke organ yang jauh dari tempat asalnya tumbuh, seperti ke lever, paru-paru, yang
pada akhirnya dapat menyebabkan kematian bila tidak ditangani dengan baik ( Burkitt,
1971 )
B.    ETIOLOGI
Penyebab nyata dari kanker kolorectal belum diketahui secara pasti, namun faktor
resiko & faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah :
1.    Riwayat kanker pribadi, orang yang sudah pernah terkena kanker colorectal dapat
terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya. Selain itu, wanita dengan riwayat kanker
di indung telur, uterus (endometrium) atau payudara mempunyai tingkat risiko yang
lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
2.    kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker colorectal pada
keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar, khususnya jika
mempunyai saudara yang terkena kanker pada usia muda.
3.    Penyakit FAP (Familial Adenomatous Polyposis) – Polip adenomatosa familial (terjadi
dalam keluarga); memiliki resiko 100% untuk terjadi kanker kolorektal sebelum usia 40
tahun, bila tidak diobati
4.    Riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
5.    Inveksi Virus. Virus tertentu seperti HPV (Human Papilloma Virus) turut andil dalam
terjadinya kanker kolorektal
6.    Diet : kebiasaan mengkonsumsi makanan yang rendah serat (sayur-sayuran, buah-
buahan), kebiasaan makan makanan berlemak tinggi dan sumber protein hewani.

Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok, atau
menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti lemak jenuh dan asam lemak omega-6
(asam linol) dan sedikit buah-buahan dan sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih
besar terkena kanker colorectal.

Etiologi lain :

1.    Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
2.    Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
3.    Minuman beralkohol, khususnya bir. Usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida
yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
4.    Obesitas.
5.    Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
6.    Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam kolon
atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian besar
polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat menjadi
kanker.
7.    Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
8.    Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia 50
tahun ke atas.
C.   PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum terutama ( 95 % ) adenokarsinoma ( muncul dari lapisan epitel
usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup serta
merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Sel kanker dapat
terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke
hati ).
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor ini
tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan.  Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor  mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan
mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di sekitarnya,
kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa atau pada
sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor utama melewati
pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor masuk pada sistem
sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua adalah tampat yang
jauh kemudian metastase ke paru-paru.
Kanker kolorektal dapat menyebar melalui beberapa cara yaitu :
1.    Secara infiltratif langsung ke struktur yang berdekatan melalui sistem limpatikus dan
hematogen, serta melalui implantasi sel ke daerah peritoneal. Karsinoma kolon dan
rektum mulai berkembang pada mukosa dan bertumbuh sambil menembus dinding dan
meluas secara sirkuler ke arah oral dan aboral. Penyebaran perkontinuitatum
menembus jaringan sekitar atau organ sekitarnya misalnya ureter, buli-buli, uterus,
vagina atau prostat. Penyebaran limfogen terjadi ke kelenjar parailiaka, mesenterium
dan paraaorta. Penyebaran hematogen terutama ke hati. Penyebaran peritoneal
mengakibatkan peritonitis karsinomatosa dengan atau tanpa asites. seperti ke dalam
kandung kemih.
2.    Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesokolon .
3.    Sebagian besar tumor maligna (minimal 50%) terjadi pada area rektal dan 20–30 %
terjadi di sigmoid dan kolon desending (Black dan Jacob, 1997). Kanker kolorektal
terutama adenocarcinoma (muncul dari lapisan epitel usus) sebanyak 95%. Tumor
pada kolon asenden lebih banyak ditemukan daripada pada transversum (dua kali lebih
banyak). Tumor bowel maligna menyebar dengan cara:
a.    Menyebar secara langsung pada daerah disekitar tumor secara langsung misalnya ke
abdomen dari kolon transversum. Penyebaran secara langsung juga dapat mengenai
bladder, ureter dan organ reproduksi.
b.    Melalui saluran limfa dan hematogen biasanya ke hati, juga bisa mengenai paru-paru,
ginjal dan tulang.
c.    Tertanam ke rongga abdomen.
4.    Melalui aliran darah, biasanya ke hati karena kolon mengalirakan darah ke system
portal.
5.    Penyebaran secara transperitoneal
6.    Penyebaran ke luka jahitan, insisi abdomen atau lokasi drain.
Tempat metastase yang lain di antaranya :
1.    Kelenjar Adrenalin
2.    Ginjal
3.    Kulit
4.    Tulang
5.    Otak.
Penambahan untuk infeksi secara langsung dan menyebar melalui limfa dan sistem
sirkulasi, tumor kolon juga dapat menyebar pada bagian peritonial sebelum
pembedahan tumor di lakukan. Penyebaran terjadi ketika tumor di hilangkan dan sel
kanker dari tumor pecah menuju ke rongga peritonial.
D.   KLASIFIKASI
Klasifikasi kanker kolon menurut modifikasi DUKES adalah sebagai berikut (FKUI,
2001 : 209) :
A          : kanker hanya terbatas pada mukosa dan belum ada metastasis.
B1        : kanker telah menginfiltrasi lapisan muskularis mukosa.
B2        : kanker telah menembus lapisan muskularis sampai lapisan propria.
C1       : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening sebanyak  satu
sampai empat buah.
C2       : kanker telah mengadakan metastasis ke kelenjar getah bening lebih dari 5 buah.
D         : kanker telah mengadakan metastasis  regional tahap lanjut dan penyebaran yang
luas & tidak dapat dioperasi lagi.
Klasifikasi kanker kolon dapat ditentukan dengan sistem TNM (T = tumor, N =
kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese).
T          : Tumor primer
T0        : Tidak ada tumor
T1        : Invasi hingga mukosa atau sub mukosa
T2        : Invasi ke dinding otot
T3        : Tumor menembus dinding otot
N         : Kelenjar limfa
N0       : tidak ada metastase
N1       : Metastasis ke kelenjar regional unilateral
N2       :Metastasis ke kelenjar regional bilateral
N3       : Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional
M         : Metastasis jauh
M0       : Tidak ada metastasis jauh
M1       : Ada metastasis jauh
Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok
1.    Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus  termasuk tipe ini.
Tumor tampak nodular, polipoid, seperti kembang kola tai fungoid. Massa tumor besar,
permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan nekrosis. Umumnya terjadi di
belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis agak baik.
2.    Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam (kedalamannya
biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe ini.tipe ulseratif
paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar. Karakteristiknya
adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar mirip kawah gunung
berapi, tepinya menonjol dank eras, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajad keganasan
tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3.    Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus secara difus, sehingga dinding usus
setempat menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau
tonjolan. Tumor seringkali mengenai sekeliling saliran usus, disertai hyperplasia
abnormal jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, membentuk konstriksi anular,
dipermukaan serosa setempat sering tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat.
Oleh karena itu mudah terjadi ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini
sering ditemukan pada kolon sigmoid dan bagian atas rectum, derajad keganasan
tinggi, metastasis lebih awal
E.    MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi  kanker kolon secara umum adalah :
1.    Perdarahan rektum
2.    Perubahan pola BAB
3.    Tenesmus (nyeri rektal)
4.    Obstruksi intestinal
5.    Nyeri abdomen
6.    Kehilangan berat badan
7.    Anorexia
8.    Mual dan muntah
9.    Anemia
10.  Massa palpasi

Manifestasi klinis sesuai dengan bagian kolon yang terkena keganasan

Colon Kanan Colon Kiri Rektal/Rectosigmoid


1.    Nyeri dangkal abdomen. 1. Obstruksi (nyeri 1. Evakuasi feses yang
2.    anemia abdomen dan kram, tidak lengkap setelah
3.    melena (feses hitam, seperti penipisan feses, defekasi.
ter) konstipasi dan distensi ) 2. Konstipasi dan diare
4.    dyspepsia 2. Adanya darah segar bergantian.
5.    nyeri di atas umbilicus dalam feses. 3. Feses berdarah.
6.    anorexia, nausea, vomiting 3. tenesmus (nyeri rektal) 4. Perubahan
7.    rasa tidak nyaman diperut 4. Perdarahan rektal kebiasaan defekasi.
kanan bawah 5. Perubahan pola BAB 5. Perubahan BB
8.    teraba massa saat palpasi 6. Obstruksi intestine
9.    Penurunan BB
(Smeltzer dan Bare, 2002 dan Black dan Jacob, 1997)

F.    FAKTOR RESIKO


Faktor resiko yang mungkin adalah adanya riwayat kanker payudara dan tumor uterus
atau kanker kolon atau polip dalam keluarga ; riwayat penyakit usus inflamasi kronis.
1.    usia >50 tahun
2.    adanya polip pada colon, khususnya jeis adenomatosa
3.    Riwayat Ca colon, telah diobati namun dapat kambuh lagi, wanita yang pernah terkena
kanker ovarium, uterus atau payudara.
4.    Faktor keturunan, adanya keluarga penderita Ca colon
5.    Penyakit kolitis ulseratif yang tidak diobati
6.    Pola hidup: merokok, minum alkohol, konsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat,
kurang olahraga
7.    Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan penyakit keturunan
dengan risiko terjadi kanker kolo rectal pada usia muda, ditemukan polip dalam jumlah
sedikit
G.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
Pemeriksaan kolonoskopi atau teropong usus ini dianjurkan segera dilakukan bagi
mereka yang sudah mencapai usia 50 tahun. Pemeriksaan kolonoskopi relatif aman,
tidak berbahaya, namun pemeriksaan ini tidak menyenangkan. Kolonoskopi dilakukan
untuk menemukan kanker kolorektal sekaligus mendapatkan jaringan untuk diperiksa di
laboratorium patologi. Pada pemeriksaan ini diperlukan alat endoskopi fiberoptik yang
digunakan untuk pemeriksaan kolonoskopi. Alat tersebut dapat melihat sepanjang usus
besar, memotretnya, sekaligus biopsi tumor bila ditemukan. Dengan kolonoskopi dapat
dilihat kelainan berdasarkan gambaran makroskopik. Bila tidak ada penonjolan atau
ulkus, pengamatan kolonoskopi ditujukan pada kelainan warna, bentuk permukaan, dan
gambaran pembuluh darahnya.
2.    Radiologis 
Pemeriksan radiologis   yang dapat dilakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon (barium enema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis
kanker ke paru.
3.    Ultrasonografi (USG).
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat ada
tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
4.    Histopatologi.
Biopsy digunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis karsinoma
kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5.    Laboratorium Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami perdarahan
(FKUI, 2001 : 210). Selain itu, pemeriksaan darah samar (occult blood) secara berkala,
untuk menentukan apakah terdapat darah pada tinja atau tidak.
6.    Pemeriksaan colok dubur
Pemeriksaan tersebut sekaligus untuk mengetahui adanya kelainan pada prostat.
7.    Barium Enema
Pada pemeriksaan enema barium, bahan cair barium dimasukkan ke usus besar
melalui dubur dan siluet (bayangan)-nya dipotret dengan alat rontgen. Pada
pemeriksaan ini hanya dapat dilihat bahwa ada kelainan, mungkin tumor, dan bila ada
perlu diikuti dengan pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi
kanker dan polip yang besarnya melebihi satu sentimeter. Kelemahannya, pada
pemeriksaan ini tidak dapat dilakukan biopsi
8.    Fecal occult blood test
Pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
9.    Pemeriksaan kimia darah
Alkaline phosphatase dan kadar bilirubin dapat meninggi, indikasi telah mengenai
hepar. Test laboratorium lainnya meliputi serum protein, kalsium, dankreatinin
10.  Test Guaiac pada feces
Digunakan untuk mendeteksi bekuan darah di dalam feces, karena semua kanker
kolorektal mengalami perdarahan intermitten
11.  CEA (carcinoembryogenic antigen)
Dalam pemeriksaan ini ditemukannya glikoprotein di membran sel pada banyak
jaringan, termasuk kanker kolorektal. Antigen ini dapat dideteksi oleh
radioimmunoassay dari serum atau cairan tubuh lainnya dan sekresi. Karena test ini
tidak spesifik bagi kanker kolorektal dan positif pada lebih dari separuh klien dengan
lokalisasi penyakit, ini tidak termasuk dalam skreening atau test diagnostik dalam
pengobatan penyakit. Ini terutama digunakan sebagai prediktor pada prognsis
postoperative dan untuk deteksi kekambuhan mengikuti pemotongan pembedahan
(Way, 1994).
12.  CT (computed tomography) scan, magnetic resonance imaging (MRI), atau
pemeriksaan ultrasonic dapat digunakan untuk mengkaji apakah sudah mengenai
organ lain melalui perluasan langsung atau dari metastase tumor
13.  X-ray dada
Digunakan untuk deteksi metastase tumor ke paru-paru
14.  Whole-body PET Scan Imaging
Sementara ini adalah pemeriksaan diagnostik yang paling akurat untuk mendeteksi
kanker kolorectal rekuren (yang timbulkembali).
15.  Pemeriksaan DNA Tinja
H.   PENATALAKSANAAN
1.    Medis
Pasien dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan pengisapan
nasogastrik. Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terapi komponen
darah dapat diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi
yang berhubungan. Pengobatan medis untuk kanker kolorektal paling sering dalam
bentuk pendukung atau terapi anjuran. Terapi anjuran biasanya diberikan selain
pengobatan bedah yang mencakup kemoterapi, terapi radiasi, dan imunoterapi.
2.    Terapi radiasi
sering digunakan sebelum pembedahan untuk menurunkan ukuran tumor dan membuat
mudah untuk direseksi. Intervensi lokal pada area tumor setelah pembedahan termasuk
implantasi isotop radioaktif ke dalam area tumor. Isotop yang digunakan termasuk
radium, sesium, dan kobalt. Iridium digunakan pada rektum. Terapi radiasi memakai
sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X, atau sinar gamma,
difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor, merusak genetic sehingga
membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang pembelahan dirinya cepat,
antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung & usus, sel darah. Kerusakan sel
tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan kehilangan nafsu makan
3.    Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat chemotherapy
ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau dimakan, pada umumnya lebih dari
satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek yang lebih bagus (FKUI,
2001 : 211). Kemoterapi yang diberikan ialah 5-flurourasil (5-FU). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi. Bahkan ada
yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu: 5-FU, levamisol, dan leuvocorin. Dari hasil
penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya dilakukan radiasi dan kemoterapi.
Radiasi dan kemoterapi dapat diberikan secara berkesinambunagn dengan
memperhatikan derajat kanker. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan dengan
pemberian kemoterapi disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem TNM (T = tumor,
N = kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese)
4.    Imunoterapi
Imunoterapi adalah upaya untuk meningkatkan sistem imunitas tubuh, untuk
mengalahkan sel-sel kanker dengan cara meningkatkan reaksi kekebalan tubuh
terhadap sel kanker.Imunoterapi hampir selalu menggunakan bahan alami yang berasal
dari mahluk hidup, terutama manusia. Digunakannya bahan alami karena dapat
berfungsi merangsang respon anti tumor dengan tubuh dengan meningkatkan jumlah
sel pembunuh tumor, secara langsung berfungsi sebagai agen pembunuh tumor,
mengurangi mekanisme tubuh yang normal dalam menekan respon imun, atau
berfungsi memperbaiki toleransi tubuh terhadap radioterapi atau kemoterapi.
a.    interferon adalah sitokin yang berupa glikoprotein. Dalam keadaan normal, hampir
seluruh sel manusia menghasilkan interferon tetapi juga dapat dibuat dengan teknologi
biologi molekuler rekombinan. Meski mekanisme aksinya belum sepenuhnya jelas,
interferon berperan dalam pengobatan beberapa kanker. Sitokin sebenarnya diproduksi
tubuh, tetapi jumlahnya sangat kecil, selain langsung menyerang sel kanker, interferon
dapat menghentikan pertumbuhan kanker atau mengubahnya menjadi sel normal.
Interferon bekerja dengan merangsang kerja sel NK, sel T, dan makrofag yang
berfungsi sebagai alat penjaga daya tahan tubuh serta mengurangi suplai darah ke sel
kanker.
b.    Antibodi monoklonal bertujuan untuk melawan antigen tertentu. Karena tiap jenis kanker
mengeluarkan antigen yang berbeda, berbeda pula antibodi yang digunakan. Antibodi
dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, sehingga jika dipadu dengan radioterapi
atau kemoterapi, dapat langsung membunuh sel kanker yang memproduksi antigen
tersebut.
c.    Vaksin, penggunaan vaksin sebagai imunoterapi masih dalam tahap penelitian
sehingga belum bisa digunakan secara umum. Berbeda dengan vaksin yang diberikan
sebagai pencegahan, pada penderita kanker, vaksin digunakan sebagai pengobatan.
Vaksin untuk pengobatan kanker bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh
agar mampu mengenali sel kanker, menghentikan pertumbuhannya, mencegah
kekambuhan, dan membersihkan sisa kanker dari terapi bedah, kemoterapi atau
readioterapi. Sedangkan vaksin yang difungsikan sebagai pencegah kanker, ditujukan
untuk melawan virus penyebab penyakit yang dapat menjurus ke kanker, misalnya
vaksin HPV (kanker leher rahim).
d.    colony Stimulating Fcators (CSFs), jenis imunoterapi ini merangsang sumsum tulang
belakang untuk membelah dan membentuk sel darah putih, sel darah merah, maupun
trombosit, yang berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Pengobatan CSFs penting
bagi penderita kanker yang menjalani pengobatan dengan efek samping merusak
sumsum tulang belakang sehingga penderita mengalami kurang darah (anemia),
mudah infeksi dan sering mengalami pendarahan. CSFs dapat mengurangi resiko
tersebut.
e.    Terapi gen, memberi harapan besar bagi penderita kanker. Dengan memasukkan
material genetik tertentu ke dalam sel tubuh pendeirta kanker, perilaku sel tubuh orang
tersebut bisa dikendalikan sesuai kebutuhan
5.    Bedah
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebayakan kanker kolorektal. Operasi
adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui lebih awal
dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker telah terbuang.
Oleh sebab biasanya dokter bedah menghilangkan sebagian besar jaringan sehat yang
mengelilingi sekitar kanker. Pembedahan merupakan tindakan primer pada kira – kira
75 % pasien dengan kanker kolorektal. Pembedahan dapat bersifat kuratif atau
palliative. Kanker yang terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop.
Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan
untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop
digunakan sebagai pedoman dalam membuat keputusan di kolon,  massa tumor
kemudian dieksisi. Reseksi usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi Kelas A dan
semua Kelas B serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker
kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah 89ipalliative. Apabila tumor telah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.
Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan, sebagai berikut:
a.    Pada tumor sekum dan kolon asenden
Dilakukan hemikolektomi kanan, lalu anastomosis ujung ke ujung. Pada tumor di
fleksura hepatika dilakukan juga hemikolektomi, yang terdiri dari reseksi
bagian kolonyang diperdarahi oleh arteriiliokolika, arteri kolika kanan, arteri kolika media
termasuk kelenjar limfe dipangkal arteri mesentrika superior.
b.    Pada tumor transversum
Dilakukan reseksi kolon transversum (transvesektomi)kemudian dilakukan anastomosis
ujung ke ujung. Kedua fleksura hepatika danmesentrium daerah arteria kolika media
termasuk kelenjar limfe.
c.    Pada Ca Colon desenden dan fleksura lienalis
Dilakukan hemikolektomi kiri yang meliputi daerah arteri kolika kiri dengan kelenjar limfe
sampai dengan dipangkal arteri mesentrika inferior.
d.    Tumor rektum
Pada tumor rectum 1/3 proximal dilakukan reseksi anterior tinggi (12-18 cm dari garis
anokutan) dengan atau tanpa stapler. Pada tumor rectum 1/3 tengah dilakukan reseksi
dengan mempertahankan spingter anus, sedangkan pada tumor 1/3 distal
dilakukan reseksibagian distal sigmoid, rektosigmoid,rektum melalui abdominal
perineal(Abdomino Perineal Resection/APR), kemudian dibuat end colostomy. Reseksi
abdoperineal dengan kel.retroperitoneal menurut geenu-mies. Alat stapler
untuk membuat anastomisis di dalam panggul antara ujung rektum yang pendek dan
kolon dengan mempertahankan anus dan untuk menghindari anus pneternaturalis.
Reseksi anterior rendah (Low Anterior Resection/LAR) pada rektum dilakukan melalui
laparatomi dengan menggunakan alat stapler untuk membuat anastomisis
kolorektal/koloanal rendah.
e.    Tumor sigmoid
Dilakukan reseksi sigmoid termasuk kelenjar di pangkal arteri mesentrika inferior.

Selain tindakan pembedahan, klien juga harus menjalani terapi lanjut yang dapat
berupa kemoterapi dan radioterapi.Klien memerlukan asuhan keperawatan yang
komprehensif  dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio-spiritual terutama karena
klien harus menjalani terapi lanjut setelah pembedahan. Dengan pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif dan berkualitas diharapkan klien dapat beradaptasi
dengan kondisi tubuhnya, menjalani terapi secara kooperatif dan dapat bersosialisasi
kembali di masyarakat. Identifikasi masalah keperawatan klien sangat penting, terkait
dengan intervensi dan implementasi yang akan dilakukan terhadap klien selama
hospitalisasi sehingga tercapai asuhan keperawatan yang optimal.

Karsinoma pada colon menimbulkan perubahan pada kebiasaan buang air besar.
Karsinoma pada colon sebelah kanan menyebabkan peningkatan gerakan colon, tetapi
karsinoma pada colon sebelah kiri menimbulkan konstipasi. Keduanya dapat
menunjukkan gambaran klinis berupa: darah dan lendir di dalam tinja, penurunan berat
badan dan anemia, palpasi dapat mengungkapkan adanya massa yang nyeri tekan,
keadaan ini dapat memberikan gambaran klinis berupa obstruksi intestinum Pasien
dengan gejala obstruksi usus diobati dengan cairan IV dan  pengisapan nasogastrik.
Apabila terdapat perdarahan yang cukup bermakna, terpai  komponen darah dapat
diberikan. Pengobatan tergantung pada tahap penyakit dan komplikasi yang
berhubungan. Endoskopi, ultrasonografi dan laparoskopi telah terbukti berhasil dalam
pentahapan kanker kolorektal pada periode praoperatif.
Pembedahan adalah tindakan primer untuk kebanyakan kanker kolon dan rektal.
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau paliatif. Kanker yang terbatas pada satu sisi
dapat diangkat dengan kolonoskop.

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor.

a.    LAR (Low Anterior Resection)


b.    HCT (Hemi Colorectal)
c.    APR (Abdominal Parietal Resection): dilakukan kolostomi permanen

Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur pembedahan
pilihan adalah sebagai berikut ( Doughty & Jackson, 1993 ):

a.    Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanen (pengangkatan tumor


dan porsi sigmoid dan semua rektum serta sfingter anal)
b.    Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anostomosis serta
reanastomosis lanjut dari kolostomi (memungkinkan dekompresi usus awal dan
persiapan usus sebelum reseksi)
c.    Reseksi segmental dengan anostomosis (pengangkatan tumor dan porsi usus pada
sisis pertumbuhan, pembuluh darah dan nodus limfatik)
d.    Kolostomi permanen atau ileostomi (untuk menyembuhkan lesi obstruksi yang tidak
dapat direseksi)

Pembedahan Reseksi.

Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya diambil


sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah distal dan
proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon asendens biasanya
dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis ileo-transversal. Untuk kanker
di kolon transversal dan di pleksura lienalis, dilakukan kolektomi subtotal dan dibuat
anastomosis ileosigmoidektomi. Pada kanker di kolon desendens dan sigmoid
dilakukan hemikolektomi kiri dan dibuat anastomosis kolorektal transversal. Untuk
kanker di rektosigmoid dan rektum atas dilakukan rektosigmoidektomi dan dibuat
anastomosis. Desenden kolorektal. Pada kanker di rektum bawah dilakukan
proktokolektomi dan dibuat anastomosis kolorektal
6.    Kolostomi
Berkenaan dengan teknik perbaikan melalui pembedahan, kolostomi dilakukan pada
kurang dari sepertiga pasien kanker kolorektal. Kolostomi adalah pembuatan lubang
(stoma) pada kolon secara bedah. Stoma ini dapat berfungsisebagai diversi sementara
atau permanen. Ini memungkinkan drainase atau evakuasi isi kolon keluar tubuh.
Konsistensi drainase dihubungkan dengan penempatan kolostomi, yang ditentukan oleh
lokasi tumor dan luasnya invasi pada jaringan sekitar.

Kolostomi laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru dikembangkan


untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada beberapa kasus. Laparoskop
digunakan sebagai pedoman dalam menbuat keputusan di kolon; massa tumor
kemudian di eksisi.

Kolostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon
dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara
atau menetap selamanya. (llmu Bedah, Thiodorer Schrock, MD, 1983). Kolostomi dapat
berupa secostomy, colostomy transversum, colostomy sigmoid, sedangkan colon
accendens dan descendens sangat jarang dipergunakan untuk membuat colostomy
karena kedua bagian tersebut terfixir retroperitoneal. Kolostomi pada bayi dan anak
hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa
merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat
sementara.

Keadaan yang diperbolehkan dilakukan pembedahan (kolostomi)

a.    Peradangan dibagian usus halus


b.    Cacat/kelainan bawaan
c.    Kecelakaan atau trauma yang mengenai bagian perut
d.    Adanya sumbatan di anus
e.    Kanker

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga jenisnya ada
beberapa macam tergantung dari kebutuhan pasien. Kolostomi dapat dibuat secara
permanen maupun sementara. ada pun jenis-jenis kolostomi :
a.    Kolostomi Permanen
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak
memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan,
atau pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak memungkinkan feses
melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa kolostomi single barrel ( dengan
satu ujung lubang)
b.    Kolostomi Temporer/ sementara
Pembuatan kolostomi biasanya untuk tujuan dekompresi kolon atau untuk mengalirkan
feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan abdomen
ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai dua ujung lubang yang dikeluarkan
melalui abdomen yang disebut kolostomi double barrel.

Tipe kolostomi inkontinen :

a.    Loop colostomy


Lokasi di colon transversum, bersifat sementara, dilakukan pada kondisi darurat medis
dengan membuat 2 lubang usus yang dihubungkan.
b.    Endostomy
Terdiri dari satu hubungan yang bagian usus berikutnya dibuang/dijahit tetapi masih
ada/tetap dalam rongga abdomen. Dilakukan untuk klien dengan terapi kolorektal.
c.    Single barrel/ end stoma
hanya 1 stoma: dilakukan permanen; bagian distal ditutup dan bagian proksimal yang
terbuka
d.    Double barrel colostomy
Terdapat 2 hubungan di bagian proximal dan distal. Bagian proximal untuk drain feses
dan distal untuk drain mucus.
e.    Mukospicetel
pada kasus Ca kolorektal yang tidak bisa diangkat sama sekali, dilakukan pada bagian
kolon descenden, bagian proksimal untuk mengeluarkan feses, bagian distal untuk
mengeluarkan mukus yang dihasilkan Ca

Jenis Kantung kolostomi :

a.    Drainable (terbuka bawahnya), memiliki klem: digunakan untuk menampung feses
b.    Close end (tidak ada lubang dibawahnya): digunakan untuk menampung feses
c.    Puff drain (memiliki lubang dan seperti selang dibawahnya: digunakan untuk
menampung urin

Bagian Plate pada kolostomi:

a.    Faceplate: bagian melingkar yang ditempel ke tubuh klien


b.    One piece, clear (transparan) drainable
c.    One piece, opaq (buram/kecoklatan) drainable
d.    Stoma cap: untuk menutup stoma, tidak perlu kantung

Letak Anastomi Kolostomi:

a.    Ileustomy
Lubang pada ileum untuk tujuan pengobatan ulseratif regional dan pengalihan isi pada
kanker kolon, polip, dan trauma yang biasanya berbentuk permanen. Cairan yang
keluar cenderung konstan dan tidak dapat diatur, mengandung enzim-enzim
percernaan yang dapat mengiritasi permukaan kulit.
b.    Colostomy asenden
Drainage yang keluar berbentuk cairan dan tidak teratur serta lebih bau.
c.    Colostomy transversum
Drainage yang keluar berbentuk padat karena cairan sudah direabsorbsi dan biasanya
pengeluaran tidak terkontrol.
d.    Colostomy desenden
Produksinya lebih padat. Feses yang keluar dari sigmoid normal dan frekuensinya
dapat diatur sehingga klien tidak harus menggantinya setiap saat dan baunya
tergantung diet.

Komplikasi Kolostomi:

a.    Prolaps
merupakan penonjolan mukosa colon 6 cm atau lebih dari permukaan kulit.Prolaps
dapat dibagi 3 tingkatan: Penonjolan seluruh dinding colon termasuk peritonium
kadang-kadang sampat loop ilium, adanya strangulasi dan nekrosis pada usus yang
mengalami penonjolan. Prolaps dapat terjadi oleh adanya faktor-faktor Peristaltik usus
meningkat, fixasi usus tidak sempurna, mesocolon yang panjang, tekanan intra
abdominal tinggi, dinding abdomen tipis dan tonusnya yang lemah serta kemungkinan
omentum yang pendek dan tipis.
b.    lritasi Kulit
Hal ini terutama pada colostomy sebelah kanan karena feces yang keluar mengandung
enzim pencernaan yang bersifat iritatif. Juga terjadi karena cara membersihkan kulit
yang kasar, salah memasang kantong dan tidak tahan akan plaster.
c.    Diare
Makin ke proksimal colostominya makin encer feces yang keluar. Pada sigmoid
biasanya normal.
d.    Stenosis Stoma
Kontraktur lumen è terjadi penyempitan dari celahnya yang akan mengganggu pasase
normal feses.
e.    Hernia Paracolostomy
f.     Pendarahan Stoma
g.    Eviserasi
Dinding stoma terlepas dari dinding abdomen sehingga organ intra abdomen keluar
melalui celah
h.    lnfeksi luka operasi
i.      Retraksi karena fixasi yang kurang sempurna
j.      Sepsis dan kematian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien kolostomi:

a.    Keadaan stoma : Warna stoma (normal warna kemerahan), tanda-tanda perdarahan
(perdarahan luka operasi), tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi
laese), posisi stoma
b.    Apakah ada perubahan eliminasi tinja : Konsistensi, bau, warna feces, apakah ada
konstipasi / diare? apakah feces tertampung dengan baik? apakah pasien dapat
mengurus feces sendiri?
c.    Apakah ada gangguan rasa nyeri : keluhan nyeri ada/tidak? hal-hal yang menyebabkan
nyeri, kualitas nyeri, kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang),  apakah pasien
gelisah atau tidak?
d.    Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi : Tidur nyenyak/tidak? Apakah stoma
mengganggu tidur/tidak? Adakah faktor lingkungan mempersulit tidur? Adakah faktor
psikologis mempersulit tidur?
e.    Bagaimana konsep diri dan persepsi pasien terhadap: identitas diri, harga diri, ideal diri,
gambaran diri & peran
f.     Apakah ada gangguan nutrisi : Bagaimana nafsu makan klien? BB normal atau tidak?
Bagaimana kebiasaan makan pasien? Makanan yang menyebabkan diarhe? Makanan
yang menyebabkan konstipasi?
g.    Apakah pasien seorang yang terbuka ?
h.    Maukah pasien mengungkapkan masalahnya?
i.      Dapatkah pasien beradaptasi dgn lingkungan setelah tahu bagian tubuhnya diangkat?
j.      Kaji kebutuhan klien akan kebutuhan seksual
Tanyakan masalah kebutuhan seksualn klien?Apakah Isteri/Suami memahami keadaan
klien?

Penanganan Kolostomi

Perawat menangani kolostomi sampai pasien dapat mengambil alih perawatan secara
mandiri. Perawatan kulit harus diajarkan bersamaan dengan bagaimana menerapkan
drainase kantung dan melaksanakan irigasi.

a.    Perawatan kulit:


Pasien dianjurkan melindungi kulit peristoma dengan sering mencuci area tersebut
dengan menggunakan sabun ringan dan waslap lembab serta lembut. Selama kulit
dibersihkan, kasa dapat digunakan untuk menutup stoma atau tampon vagina dapat
dimasukkan dengan perlahan untuk mengabsorbsi kelebihan drainase. Pasien diizinkan
untuk mandi atau mandi pancuran sebelum memasang alat yang bersih. Plester
mikropor yang dilekatkan pada sisi kantung akan melindunginya selama mandi. Kulit
dikeringkan dengan seksama menggunakan kasa; hindari menggosok area tersebut.
b.    Memasang kantung drainase:
Stoma diukur untuk menentukan ukuran kantung yang tepat. Lubang kantung harus
sekitar 0,3cm lebih besar dari stoma. Kulit dibersihkan sesuai proedur. Kantung
kemudian dipasang dengan cara membuka kertas perekat dan menekannya di atas
stoma selama 30 detik. Iritasi kulit ringan memerlukan taburan bedak Karaya atau
bedak stomahesive sebelum kantung dilekatkan.
c.    Menangani kantung drainase:
Kantung kolostomi dapat digunakan segera setelah irigasi; dan diganti dengan balutan
yang lebih sederhana. Pasien dapat memilih berbagaibentuk kantung, tergantung pada
kebutuhan individu. Kebanyakan kantung sekali pakai dan tahan bau.
Untuk selanjutnya kantung kolostomi biasanya tidak diperlukan. Segera setelah pasien
belajar evakuasi rutin, kantung dapat disimpan dan kantung kolostomi tertutup atau
balutan sederhana menggunakan tisu sekali pakai, dipertahankan di tempatnya dengan
sabuk elastis. Kecuali gas dan sedikit mukus, tidak ada isi usus yang akan keluar dari
lubang kolostomi di antara irigasi; karenanya kantung kolostomi tidak diperlukan.
d.    Mengangkat alat:
Alat drainase diganti bila isinya telah mencapai sepertiga sampai seperempat bagian
sehingga berat isinya tidak menyebabkan kantung lepas dari diskus perekatnya dan
keluar isinya. Pasien dapat memilih posisi duduk atau berdiri yang nyaman dan dengan
perlahan mendorong kulit menjauh dari permukaan piringan sambil menarik kantung ke
atas dan menjauh dari stoma. Tekanan perlahan mencegah kulit dari trauma dan
mencegah adanya isi fekal cair yang tercecer keluar.
7.    Diet
a.    Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus, karena kotoran yang terlalu lama
mengendap di usus akan menjadi racun yang memicu sel kanker.
b.    Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
c.    Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi terutama
yang terdapat pada daging hewan.
d.    Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut dapat
memicu sel karsinogen / sel kanker.
e.    Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan
f.     Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur
I.      KOMPLIKASI
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan
abses. Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok.
ada juga beberapa komplikasi nya yaitu :
1.    Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap.
2.    Metastase ke organ sekitar, melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung.
3.    Pertumbuhan dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang
menyebabkan hemorragi.
4.    Perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses.
5.    Peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok
J.    PROGNOSIS
Prognosis untuk CA colorektal tergantung stadium dan penanganan, jika terdeteksi
lebih dini dan penanganan yang tepat maka prognosisnya akan baik. Prognosis pasien
yang terkena kanker kolon lebih baik bila lesi masih terbatas pada lapisan mukosa dan
sub mukosa pada saat operasi dan jauh lebih buruk bila terjadi penyebaran diluar
usus(metastase) ke kelenjar limfe hepar paru dan organ lain.
K.    PENCEGAHAN
Terdapat 3 pencegahan kanker kolorektal, antara lain:
1.    Pencegahan Primer
a.    Anjurkan klien untuk mempertahankan makanan yang rendah lemak dan tinggi serat
b.    Anjurkan klien untuk banyak minum
2.    Pencegahan sekunder
a.    Promosikan deteksi dini dengan rektal touche untuk mereka yang berusia lebih dari 40
tahun
b.    Monitor klien yang berusia lebih dari 50 tahun dengan guaiak test dan rectal touche
setiap tahun
c.    Evaluasi klien dengan sigmoid oscopy fleksibel setiap 3–5 tahun pada orang dengan
risiko rata-rata, bagi yang berisiko di atas rata-rata evaluasidengan colonoscopy
dengan barium enema setiap 2-3 tahun
3.    Pencegahan tersier
a.    Anjurkan penggunaan bulk laksative (Metamucil) untuk klien dengan risiko tinggi
b.    Promosi kan skrining secara regular pada orang dengan 1 atau 2 risiko kanker
kolorektal
c.    Anjurkan klien untuk mengikuti diet tinggi serat dan rendah lemak

L.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA COLOREKTAL

PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan   secara
menyeluruh (Boedihartono, 1994  : 10).
1.    Riwayat kesehatan:
Adanya nyeri abdomen dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi, berhubungan dengan
makan arau defekasi), pola eliminasi dahulu dan saat ini, deskripsi tentang warna, bau
dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau mukus.
2.    Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal, riwayat keluarga dari penyakit
kolorektal dan terai obat saat ini. Kebiasaan diet mencakup masukan lemak dan atau
serat serta jumlah konsumsi alkohol.
3.    Pengkajian objektif mencakup auskultasi abdomen terhadap bising usus dan palpasi
abdomen untuk area nyeri tekan, distensi dan masa padat. Spesimen feses diinspeksi
terhadap karakter dan adanya darah
Pengkajian  pasien Post Operatif  Ca Colon (Doenges, 1999) adalah meliputi :
1.    Sirkulasi Gejala : Riwayat masalah jantung, GJK, edema pulmonal, penyakit vascular
perifer, atau stasis vascular (peningkatan risiko pembentukan trombus).
2.    Integritas Ego Gejala : Perasaan cemas, takut, marah, apatis ; factor-faktor stress
multiple, misalnya financial, hubungan, gaya hidup.Tanda : tidak dapat istirahat,
peningkatan ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.
3.    Makanan / cairanGejala : Insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi untuk
hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi (termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang
kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa pra operasi).
4.    Pernapasan Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk, merokok.
5.    KeamananGejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan, plester, dan larutan ;
Defisiensi immune (peningkaan risiko infeksi  sitemik dan penundaan penyembuhan) ;
Munculnya kanker /terapi kanker terbaru ; Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi ; Riwayat penyakit hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan
dan dapat mengubah koagulasi) ; Riwayat transfuse darah / reaksi transfuse.Tanda :
menculnya proses infeksi yang melelahkan ; demam.

Penyuluhan / Pembelajaran Gejala : pengguanaan antikoagulasi, steroid, antibiotic,


antihipertensi, kardiotonik glokosid, antidisritmia, bronchodilator, diuretic, dekongestan,
analgesic, antiinflamasi, antikonvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang dijual
bebas, atau obat-obatan rekreasional. Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan 
ginjal, yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan anastesia, dan juga potensial bagi
penarikan diri pascaoperasi).

Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang perasaan lelah;


adanya nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengang makan atau defekasi),  pola eliminasi terdahulu dan saat ini,
deskripsi tentang warna, bau dan konsistensi feses, mencakup adanya darah atau
mukus. Informasi tambahan mencakup riwayat masa lalu tentang penyakit usus
inflamasi kronis atau polip kolorektal, dan terapi obat saat ini. Kebiasaan diet
diidentifikasi mencakup masukan lemak dan/ atau serat serta jumlah konsumsi alkohol.
Riwayat penurunan berat badan adalah penting.Pengkajian objektif adalah mencakup
auskultasi abdomen terhadap bisisng usus dan palpasi abdomen untuk area nyeri
tekan, distensi, dan massa padat. Spesimen feses diinspeksi terhadap karakter dan
adanya darah.

DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien yang nyata
maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan (Boedihartono, 1994 : 17).
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien Post operatif  kanker kolon
(Wilkinson, 2006 : 621) meliputi:
1.    Perubahan eliminasi alvi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat,
kelemahan otot abdomen sekunder akibat Ca Colorectal.
2.    Risiko infeksi berhubungn dengan perdarahan tonjolan CA..
3.    PK. perdarahan
4.    Nyeri berhubungan dengan proses penyakit
PERENCANAAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
1 Perubahan Setelah 1.   Observasi 1.    merupakan tindakan dependent perawat
eliminasi alvi dilakukan warna dan dalam memberikan bantuan defekasi
berhubungan asuhan konsistensi kepada klien.
dengan keperawata feses, 2.    Penting untuk menilai keefektifan intervensi,
penurunan n 3x24 jam frekuensi, dan memudahkan rencana selanjutnya.
asupan pola keluarnya
3.    Keadaan ini dapat menjadi penyebab
cairan dan defekasi flatus, bising
kelemahan otot abdomen dan penurunan
serat, pasien usus dan
peristaltic usus, yang dapat menyebakan
kelemahan normal nyeri terkan
konstipasi.
otot kembali abdomen
abdomen (2x1hari) 4.    Mengetahui dengan jelas factor penyebab
2.   Ajarkan klien
sekunder memudahkan pilihan intervensi yang tepat.
Dengan dalam
akibat Ca kriteria hasil bantuan 5.    Akan meningkatkan pola defekasi yang
Colorectal eleminasi optimal.
1.    bentuk feses
lonjong dan defekasi. 6.    Mencegah terjadi perubahan tanda vital,

lunak, 3.   Anjurkan sakit kepala atau perdarahan.

2.    nyeri saat klien untuk


defekasi menghindari
berkurang mengejan
skala: 3-4 selama
defekasi.

4.   Observasi
bisingusus
dan peristaltic
perut klien

5.  
Konsultasikan
pada ahli gizi
untuk
meningkatkan
serat dan
cairan dalam
diet.

6.  
Konsultasikan
dengan
dokter untuk
memberikan
bantuan
eleminasi,
seperti : diet,
pelembut
feses, enema
dan laksatif.
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
2 Risiko infeksi Setelah 1.      Observasi 1.      Dengan cara palpasi dapat diketahui
berhubungn dilakukan metastase metastase ca dan dapat segera di tangani
dengan asuhan peyebaran ca2.      Untuk mengetahui fungsi organ apakah ada
perdarahan keperawata ke organ lain penurunan atau tidak
tonjolan CA. n 3x24 jam dengan cara
3.      Untuk menanggulangi/mengurangi resiko
resiko palpasi ke
inflamasi kolon
infeksi dan daerah purutt
metastase sekitar kolon4.      Untuk mengetahui ,metastase ca ke organ-
ke organ organ lain sekitar kolan
2.      Observasi
lain tidak bising usus 5.      Untuk membunuh kuman dan bakteri dari
cepat dan dan darah yang pecah pado masa kolan
mungkin peristalaik
hilang
Dengan pasien
kriteria 3.      Kolaborasi
hasil : dengan
proses dokter untuk
penyebaran memberikan
infeksi dan kortikosteroid
metastase
4.      Kolaborasi
ke organ
dengan
lain tidak
dokter untuk
ada
melakukan
usg dan ct-
scan

5.      Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
antibiaotik
3 PK Perdarahan Setelah dilakukan 1.    Posisikan klien 1.    Memberikan
asuhan keperawatan 2.    Pantau tanda-tanda vital dalam pros
selama 2x24 jam 3.    Batasi aktivitas klien 2.    Perkemban
Perdarahan terhenti menentuka
4.    Membantu dan melayani klien
Dengna kriteria hasil dalam hal penggunaan Diapers 3.    Meningkatk
1.    Melena tidak terjadi 5.    Kolaborasi rehidrasi kumbah 4.    Mengatasi m
2.    Hematemesis tidak lambung darah berle
terjadi
6.    PK. Kolaborasi: 5.    Membantu

a.    Kolaborasi denngan dokter dalam 6.    PK kolabora


pemberian transamin (obat a.    Untuk meng
penghenti perdarahan) melena dan
b.    Kolaborasi gengan dokter untuk b.    Untuk meng
dilakukan pembedahan lesi pada ko
c.    Kolaborasi denan dokter untuk c.    Untuk meng
transfuse darah agar pasien
4 Nyeri berhubungan Setelah dilakukan 1.    Monitor  rasa sakit secara reguler,1.    Sediakan in
dengan proses tindak keperawatan catat karakteristik, lokasi dan kebutuhan/
penyakit selama 3x24 jam intensiitas (0-10)  2.    Perhatikan
Pasien mengatakan 2.    Kaji tanda-tanda vital, perhatikan dan/atau pe
bahwa rasa nyeri telah takikardia, hipertensi dan apendikstom
terkontrol atau hilang peningkatan pernapasan, bahkan persepsi pa
Dengan kriteria hasil : jika pasien menyangkal adanya 3.    Dapat meng
Pasien tampak rileks, rasa sakit. ketidaknyam
dapat beristirahat/tidur3.    Berikan informasi mengenai sifat
4.    Pahami pen
dan melakukan ketidaknyamanan, sesuai sebagai lan
pergerakkan yang kebutuhan. pengalihan
berarti sesuai
4.    Lakukan reposisi sesuai petunjuk, 5.    Mungkin me
toleransi.
misalnya semi – Fowler ; miring. meningkatk
5.    Observasi efek analgetik Fowler dap
6.    Kolaborasi, pemberian analgetik IV abdominal
sesuai kebutuhan. sedangkan
dorsal.

6.    Respirasi m
pemberian
menimbulka
zat-zat ana

7.    Analgetik IV
pusat rasa
yang lebih e
EVALUASI

1.    Mempertahankan eliminasi usus adekuat


2.    Mengalami sedikit nyeri
3.    Meningkatkan toleransi aktivitas
4.    Mencapai tingkat nutrisi optimal
a.    Makan diet tinggi serat, rendah protein, dan rendah kalori
b.    Kram abdomen berkurang
5.    Keseimbangan cairan tercapai
a.    Membatasi masukan  makanan dan cairan oral bila terjadi mual
b.    Berkemih sedikitnya 1,5 L/24 jam
6.    Mengalami penurunan ansietas
a.    Mengungkapkan masalah dan rasa takut dengan bebas
b.    Menggunakan tindakan koping untuk menghadapi stres
7.    Memerlukan informasi tentang diagnosis, prosedur bedah dan perawatan diri setelah
pulang
a.    Mendiskusikan diagnosa, prosedur bedah, dan perawatan diri pascaoperatif
b.    Mendemonstrasikan teknik perawatan ostomi
8.    Mempertahankan insisi tetap bersih, stoma, dan luka perineal
Secara bertahap meningkatkan partisipasi dalam perawatan stoma dan kulit
periostomal
9.    Mengungkapkan perasaan dan masalah tentang diri sendiri secara verbal
10.  Tidak mengalami komplikasi
a.    Menggunakan antibiotik oral sesuai resep
b.    Bekerjasama dalam  protokol pembersihan usus
c.    Tidak demam
d.    Bising usus ada
e.    Lingkar abdomen dalam batas normal atau menurun
f.     Tidak ada bukti perforasi atau perdarahan
http://perawatpoltekyk.blogspot.com/2014/01/askep-ca-kolorektal.html

askep ca kolorektal

Penulis : dodik firmansah on Minggu, 12 Januari 2014

Anda mungkin juga menyukai