A. PENGERTIAN
Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai
organ apa saja di tubuh manusia. Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di
usus besar.
Kanker rektum adalah keganasan yang terjadi pada bagian rektum. Jenis yang
paling umum dari kanker rektum adalah adenokarsinoma, merupakan kanker yang
timbul dari mukosa. Sel kanker juga dapat menyebar dari anus ke kelenjar getah bening
dalam perjalanan mereka ke bagian lain dari tubuh.
B. ETIOLOGI
Penyebab pasti dari kanker kolonrektal masih belum diketahui, tetapi kondisi
sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi risiko kanker
kolon. Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi
sebelah dalam usus besar. Seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini makin
memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini,
banyak adenomatosa mengembangkan polip di kolon, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker usus besar.
Faktor resiko yang mungkin adalah riwayat kanker pribadi, orang yang sudah
pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau
payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis serta diet kebiasaan makan makanan berlemak
tinggi dan sumber protein hewani.
Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok,
minum minuman beralkohol atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti
lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan
sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal. Diet rendah
serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses
yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya
kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Selain itu, etiologi lain dari kanker kolonrektal yaitu :
Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
Minuman beralkohol, khususnya bir, usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida
yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
Obesitas.
Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia
50 tahun ke atas.
D. PATOFISIOLOGIS
1. Anatomi fisiologi kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari
kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun
(descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga
pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan
bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .
2. Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor
ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan
mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di
sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua
adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.
E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut :
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran
tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
3) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver
scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
4) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk
48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
·6) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.
G. PATWAYS
H. PENATALAKSANAAN
I. Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel
kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan
sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor,
merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan
usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai
anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau
penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi.
1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:
a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah
tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan
tindakan operasi anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi
reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :
Colostoy Asendens Colostomy Colostomi
Transversal Desendens
Lokasi Colon Asendens Colon Colon Desendens
Tansversum
Konsistensi Cair atau lunak Lunak Padat
feses
Iritasi kulit Mudah terjadi, Mungkin terjadi Kadang terjadi
karena kontak karena lembab
dengan enzim terus menerus
pencernaan
Komplikasi Striktur atau retraksi
stoma
I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pemenuhan informasi b.d adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana
pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
2. Risiko tinggi injuri b.d anemia, pascaprosedur bedah kolostomi.
3. Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.
4. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d kolostomi permanen.
5. Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari anemia.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang
adekuat.
7. Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka pascabedah.
8. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kurang adekuat
Tujuan: Setelah 3 x 24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7 x 24 jam
pascabedah, intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan
Kriteria evaluasi:
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi: odinofagia
berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20
x/menit
- Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat minimal 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Intervensi nonbedah:
Anjurkan pasien makan Makanan dapat lewat dengan mudah ke
dengan perlahan dan lambung.
mengunyah makanan
dengan seksama
Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
jenis nutrisi yang akan komposisi dan jenis makanan yang
digunakan pasien akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan individu.
Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree dari luka pembedahan
Tujuan: Dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan
pada integritas jaringan lunak
Kriteria evaluasi:
- Jahitan dilepaskan pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi
dan peradangan pada area luka pembedahan
- Leukosit dalam batas normal
- TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari Mengidentifikasi kemajuan atau
pembedahan dan apakah adanya penyimpangan dari tujuan yang
order khusus dari tim dokter diharapkan.
bedah dalam melakukan
perawatan luka.
Buat kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan
keadaan bersih dan kering. menghindari kontaminasi komensal dan
akan menyebabkan respons inflamasi
lokal, serta akan memperlama
penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka:
Lakukan perawatan luka Perawatan luka sebaiknya tidak setiap
steril pada hari kedua hari untuk menurunkan kontak tindakan
pascabedah dan diulang dengan luka yang dalam kondisi steril
setiap 2 hari sekali pada sehingga mencegah kontaminasi kuman
luka abdomen ke luka bedah.