Anda di halaman 1dari 30

ADENO CA RESTROSIGMOID (KANKER USUS)

A. PENGERTIAN

Kanker adalah penyakit pertumbuhan sel yang bersifat ganas. Bisa mengenai
organ apa saja di tubuh manusia. Kanker kolon adalah suatu keganasan yang terjadi di
usus besar.
Kanker rektum adalah keganasan yang terjadi pada bagian rektum. Jenis yang
paling umum dari kanker rektum adalah adenokarsinoma, merupakan kanker yang
timbul dari mukosa. Sel kanker juga dapat menyebar dari anus ke kelenjar getah bening
dalam perjalanan mereka ke bagian lain dari tubuh.

Kanker usus besar di klasifikasikan menjadi 3 kelompok :


1) Tipe menonjol
Semua tumor yang massa utamanya menonjol ke dalam lumen usus termasuk tipe
ini. Massa tumor besar, permukaan mudah mengalami perdarahan, infeksi, dan
nekrosis. Umumnya terjadi di belahan kanan kolon. Sifat invasi rendah, prognosis
agak baik.
2) Tipe ulseratif
Setiap tumor dengan permukaan memiliki tukak jelas yang agak dalam
(kedalamannya biasanya mencapai atau melebihi tunika muskularis) termasuk tipe
ini.tipe ulseratif paling sering di jumpai, menempati lebih dari separuh kanker besar.
Karakteristiknya adalah pada massa terdapat tukak yang agak dalam, bentuk luar
mirip kawah gunung berapi, tepinya menonjol, dasarnya tidak rata, nekrosis, derajat
keganasan tinggi, metastasis limfogen lebih awal.
3) Tipe infiltrative
Tumor menginfiltrasi tiap lapisan dinding usus, sehingga dinding usus setempat
menebal, tapi tampak dari luar seringkali tidak jelas terdapat tukak atau tonjolan.
Tumor seringkali mengenai sekeliling saluran usus, disertai hyperplasia abnormal
jaringan ikat, lingkaran usus jelas menyusut, dipermukaan serosa setempat sering
tampak cincin konstriksi akibat traksi jaringan ikat. Oleh karena itu mudah terjadi
ileus, timbul diare dan obstipasi silih berganti. Tipe ini sering ditemukan pada kolon
sigmoid dan bagian atas rectum, derajat keganasan tinggi, metastasis lebih awal.

Stadium 1 : melakukan penetrasi pada lapisan mukosa


Stadium 2 : tumor menginvasi dinding kolon
Stadium 3 : selain menginvasi lapisan otot juga terdapat keterlibatan kelenjar
getah bening regional
Stadium 4 : tumor sudah melakukan metastasis

B. ETIOLOGI

Penyebab pasti dari kanker kolonrektal masih belum diketahui, tetapi kondisi
sindrom poliposis adenomatosa memiliki predisposisi lebih besar menjadi risiko kanker
kolon. Sebagian besar kanker kolon muncul dari polip adenomatosa yang menutupi
sebelah dalam usus besar. Seiring waktu, pertumbuhan abnormal ini makin
memperbesar dan akhirnya berkembang menjadi adenokarsinoma. Dalam kondisi ini,
banyak adenomatosa mengembangkan polip di kolon, yang pada akhirnya
menyebabkan kanker usus besar.
Faktor resiko yang mungkin adalah riwayat kanker pribadi, orang yang sudah
pernah terkena kanker colorectal dapat terkena kanker colorectal untuk kedua kalinya.
Selain itu, wanita dengan riwayat kanker di indung telur, uterus (endometrium) atau
payudara mempunyai tingkat risiko yang lebih tinggi untuk terkena kanker colorectal.
Riwayat kanker colorectal pada keluarga, jika mempunyai riwayat kanker
colorectal pada keluarga, maka kemungkinan akan terkena penyakit ini lebih besar,
riwayat penyakit usus inflamasi kronis serta diet kebiasaan makan makanan berlemak
tinggi dan sumber protein hewani.
Faktor predisposisi yang penting adalah faktor gaya hidup, orang yang merokok,
minum minuman beralkohol atau menjalani pola makan yang tinggi lemak seperti
lemak jenuh dan asam lemak omega-6 (asam linol) dan sedikit buah-buahan dan
sayuran memiliki tingkat risiko yang lebih besar terkena kanker colorectal. Diet rendah
serat juga menyebabkan pemekatan zat yang berpotensi karsinogenik ini dalam feses
yang bervolume lebih kecil. Selain itu, massa transisi feses meningkat, akibatnya
kontak zat yang berpotensi karsinogenik dengan mukosa usus bertambah lama.
Selain itu, etiologi lain dari kanker kolonrektal yaitu :
 Kontak dengan zat-zat kimia tertentu seperti logam berat, toksin, dan ototoksin serta
gelombang elektromagnetik.
 Zat besi yang berlebihan diantaranya terdapat pada pigmen empedu, daging sapi dan
kambing serta tranfusi darah.
 Minuman beralkohol, khususnya bir, usus mengubah alkohol menjadi asetilaldehida
yang meningkatkan risiko menderita kanker kolon.
 Obesitas.
 Bekerja sambil duduk seharian, seperti para eksekutif, pegawai administrasi, atau
pengemudi kendaraan umum
 Polip di usus (Colorectal polyps), polip adalah pertumbuhan pada dinding dalam
kolon atau rektum, dan sering terjadi pada orang berusia 50 tahun ke atas. Sebagian
besar polip bersifat jinak (bukan kanker), tapi beberapa polip (adenoma) dapat
menjadi kanker.
 Colitis Ulcerativa atau penyakit Crohn, orang dengan kondisi yang menyebabkan
peradangan pada kolon (misalnya colitis ulcerativa atau penyakit Crohn) selama
bertahun-tahun memiliki risiko yang lebih besar.
 Usia di atas 50, kanker colorectal lebih biasa terjadi pada usia manusia yang semakin
tua. Lebih dari 90 persen orang yang menderita penyakit ini didiagnosis setelah usia
50 tahun ke atas.

C. ANATOMI DAN FISIOLOGIS

1. Kolon (usus besar)


Usus besar atau kolon yang kira-kira satu setengah meter panjangnya dan
lebarnya 5-6 cm adalah sumbangan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau
ileosekal, yaitu tempat sisa makanan lewat.
Kolon terdiri atas keempat lapisan dinding yang sama seperti usus halus.
Serabut longitudinal pada dinding berotot tersusun dalam tiga jalur yang memberi
rupa berkerut-kerut dan berlubang-lubang. Dinding mukosa lebih halus dari yang
ada pada usus halus, dan tidak memiliki vili. Di dalamnya terdapat kelenjar serupa
kelenjar tubuler dalam usus dan dilapisi oleh epitilium silinder yang memuat sel
cangkir.(Evelyn C. Pearce, 1995 : 196)
Sekum terletak di daerah iliaka kanan dan menempel pada otot iliopsoas. Dari
sini kolon naik melalui daerah sebelah kanan lumbal, panjangnya kurang lebih 13
cm, membujur keatas dari ileum ke bawah hati dan disebut kolon asendens. Di
bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini di sebut fleksura hepatika,
dilanjutkan sebagai kolon transversum. Kolon transversum panjangnya ± 38 cm,
membujur dari kolon asendens sampai ke kolon desendens, di bawah limpa kolon
transversum membelok sebagai flexura sinistra atau flexura lienalis dan kemudian
berjalan melalui daerah kanan lumbal sebagai kolon desendens yang panjangnya ±
25 cm. Di daerah kanan iliaka terdapat belokan yang disebut flexura sigmoid dan
dibentuk kolon sigmoideus atau kolon pelvis, dan kemudian masuk pelvis besar dan
menjadi rektum.
Di bawah sekum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing
sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Selain iti, terdpat apendiks
(usus buntu) yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai pintu keluar
yang sangat sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi
usus.
Berdasarkan fungsinya usus besar tidak ikut serta dalam pencernaan atau
absorbsi makanan. Bila usus halus mencapai sekum maka semua zat makanan telah
diabsorbsi dan isinya cair. Selama perjalanan di dalam kolon isinya menjadi makin
padat karena air di absorbsi dan ketika rektum dicapai maka feses bersifat padat-
lunak. Peristaltik di dalam kolon sangat lamban. Diperlukan waktu kira-kira 16-20
jam bagi isinya untuk mencpai flexura sigmoid. Fungsi kolon dapat diringkas
sebagai berikut :
 Absorbsi air, garam dan glukosa,
 Sekresi musin oleh kelenjar di dalam lapisan dalam,
 Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-
buahan dan sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan oleh
kerja bakteri guna ekskresi,
 Defekasi (pembuangan usus besar).

D. PATOFISIOLOGIS
1. Anatomi fisiologi kolon
Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi
utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Pada mamalia, kolon tediri dari
kolon menanjak (ascending), kolon melintang transverse), kolon menurun
(descending), sigmoid, dan rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga
pertengahan kolon melintng sering di sebut dengan “kolon kanan”, sedangkan
bagian sisanya serng di sebut dengan “kolon kiri” .
2. Perubhan patologi
Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Biasanya tumor
ini tumbuh tidak terdeteksi sampai gejala-gejala muncul secara perlahan dan tampak
membahayakan. Penyakit ini menyebar dalam beberapa metode. Tumor mungkin
menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam di perut, mencapai serosa dan
mesenterikfat, kemudian umor ini mulai mendekat pada organ yang ada di
sekitarnya, kemudian meluas ke dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke
limfa atau pada sistem sirkulasi. Sistem sirkulasi ini langsumg masuk dari tumor
utama melewati pembuluh darah pada usus besar melalui limfa, setelah sel tumor
masuk pada sistem sirkulasi, biasanya sel bergerak menuju liver. Tempat yang kedua
adalah tampat yang jauh kemudian metastase ke paru-paru.

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis kanker kolon secara umum, adalah sebagai berikut :

 Lelah, sesak napas waktu bekerja, dan kepala terasa pening.


 Pendarahan pada rektum, rasa kenyang bersifat sementara, atau kram lambung serta
adanya tekanan pada rektum.
 Adanya darah dalam tinja, seperti terjadi pada penderita pendarahan lambung, polip
usus, atau wasir.
 Pucat, sakit pada umumnya, malnutrisi, lemah, kurus, terjadi cairan di dalam rongga
perut, pembesaran hati, serta pelebaran saluran limpa.
Gejala yang sering dihubungkan dengan lesi sebelah kanan adalah nyeri dangkal
abdomen dan melena (feses hitam, seperti ter). Gejala yang sering dihubungkan
dengan lesi sebelah kiri adalah yang berhubungan dengan obstruksi (nyeri abdomen
dan kram, penipisan feses, konstipasi dan distensi) serta adanya darah merah segar
dalam feses. Gejala yang dihubungkan denagn lesi rektal adalah evakuasi feses yasng
tidask lengkap setelah defekasi, konstipasi dan diare bergantian, serta feses berdarah.
(Suzanne C.Smeltzer, 2002 : 1126)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu di lakukan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi.
2) Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan foto
kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan letaknya. Tes ini
menggambarkan adanya kebuntuan pada isi perut, dimana terjadi pengurangan ukuran
tumor pada lumen. Luka yang kecil kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini.
Enema barium secara umum di lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
3) Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver
scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
4) Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
5) Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract. Pasien harus menghindari daging, makanan yang
mengandung peroksidase (tanaman lobak dan gula bit) aspirin dan vitamin C untuk
48 jam sebelum diberikan feces spesimen.
·6) Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk melihat
ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen dan hati.

G. PATWAYS
H. PENATALAKSANAAN
I. Bila sudah pasti karsinoma kolon, maka kemungkinan pengobatan adalah sebagai
berikut ;
a. Pembedahan (operasi)
Operasi adalah penanganan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang
diketahui lebih awal dan masih belum metastasis , tetapi tidak menjamin semua sel
kanker telah terbuang. Oleh sebab itu dokter bedah biasanya juga menghilangkan
sebagian besar jaringan sehat yang mengelilingi sekitar kanker.
b. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar X,
atau sinar gamma, di fokuskan untuk merusak daerah yang di tumbuhi tumor,
merusak genetik sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak se-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara lain sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung dan
usus, sel darah.. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
c. Kemotherapy
Chemotherapy memakai obat anikanker yang kuat, dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Biasanya di injeksi atau di makan, pada
umumnya lebih dari satu macam obat, karena digabungkan akan memberikan efek
yang lebih bagus.
d. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut), stoma
ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi adalah.
Untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus. Sebagai
anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya tumor atau
penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan tindakan operasi
berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma sementara).
Jenis-Jenis Kolostomi.
1. Jenis kolostomi berdasarkan sifatnya:
a. Sementara
Indikasi untuk kolostomi sementara :
1). Hirschprung disease
2). Luka tusuk atau luka tembak
3). Atresia ani letak tinggi
4). Untuk mempertahankan kelangsungan anastomosis distal usus setelah
tindakan operasi (mengistirahatkan usus).
5). Untuk memperbaiki fungsi usus dan kondisi umum sebelum dilakukan
tindakan operasi anastomosis.
b. Permanen
Indikasi untuk kolostomi permanen :
Penyakit tumor ganas pada kolon yang tidak memungkinkan tindakan operasi
reseksi-anastomosis usus.
2. Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :
Colostoy Asendens Colostomy Colostomi
Transversal Desendens
Lokasi Colon Asendens Colon Colon Desendens
Tansversum
Konsistensi Cair atau lunak Lunak Padat
feses
Iritasi kulit Mudah terjadi, Mungkin terjadi Kadang terjadi
karena kontak karena lembab
dengan enzim terus menerus
pencernaan
Komplikasi Striktur atau retraksi
stoma

3. Jenis kolostomi berdasarkan tekhnik pembuatan :


a. Single Barreled Colostomy
b. Double Barreled Colostomy
c. Loop Colostomy

I.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pemenuhan informasi b.d adanya intervensi kemoterapi, radioterapi, rencana
pembedahan, dan rencana perawatan rumah.
2. Risiko tinggi injuri b.d anemia, pascaprosedur bedah kolostomi.
3. Nyeri b.d kerusakan integritas jaringan, respons pembedahan.
4. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b.d kolostomi permanen.
5. Intoleransi aktivitas b.d cepat lelah, kelemahan fisik umum sekunder dari anemia.
6. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang
adekuat.
7. Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree luka pascabedah.
8. Kecemasan pasien dan keluarga b.d prognosis penyakit, rencana pembedahan.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Pemenuhan informasi b.d adanya evaluasi diagnostik, rencana pembedahan


dan rencana perawatan rumah
Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam informasi kesehatan terpenuhi.
Kriteria evaluasi:
- Pasien mampu menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan.
- Pasien termotivasi untuk melaksanakan penjelasan yang telah
diberikan.
Intervensi Rasional
Kaji pengetahuan pasien tentang Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh
prosedur diagnostik, kondisi sosial ekonomi pasien. Perawat
pembedahan kolostomi menggunakan pendekatan yang sesuai
sementara dan rencana dengan kondisi individu pasien. Dengan
perawatan rumah mengetahui tingkat pengetahuan
tersebut, perawat dapat lebih terarah
dalam memberikan pendidikan yang
sesuai dengan pengetahuan pasien
secara efisien dan efektif.
Cari sumber yang meningkatkan Keluarga terdekat dengan pasien perlu
penerimaan informasi dilibatkan dalam pemenuhan informasi
untuk menurunkan risiko
misinterpretasi terhadap informasi yang
diberikan.
Jelaskan tentang terapi dengan Pasien perlu mengetahui bahwa
kemoterapi kemoterapi diberikan sebagai
pelengkap terapi bedah dan terapi
radiasi.
Jelaskan tentang terapi radiasi Pengetahuan tentang karsinoma kolon
walaupun tidak bersifat radiosensitif
dan pada kebanyakan pasien, radiasi
eksternal memberikan efek penyusutan
tumor sehingga akan menambah
semangat pasien untuk melakukan
terapi.
Jelaskan dan lakukan
pemenuhan atau persiapan
pembedahan, meliputi:
 Diskusikan jadwal Pasien dan keluarga harus diberitahu
pembedahan waktu dimulainya pembedahan.
Apabila rumah sakit mempunyai jadwal
kamar operai yang padat, lebih baik
pasien dan keluarga diberitahukan
tentang banyaknya jadwal operasi yang
telah ditetapkan sebelum pasien.

 Persiapan administrasi dan Pasien sudah menyelesaikan


informed consent administrasi dan mengetahui secara
finansial biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan tentang
pembedahan kolektomi atau kolostomi
oleh tim bedah dan menandatangani
informed consent.
 Konfirmasi kepada pasien Perawat mengonfirmasi penjelasan ahli
tentang penjelasan yang bedah tentang akan dilakukannya
telah dijelaskan oleh ahli kolostomi. Hal ini penting dilakukan
bedah karena pada beberapa pasien bisa
terkejut setelah pascabedah terdapat
anus buatan pada dinding perut yang
memberikan manifestasi sedih pada
pasien.
Pasien yang menjalani pembedahan
untuk kolostomi permanen dapat
mengekspresikan rasa takut dan
perubahan konsep diri.
Berdiskusi dengan individu yang
berhasil menghadapi kolostomi dapat
membantu pasien prabedah.
 Lakukan pendidikan Manfaat dari instruksi preoperatif telah
kesehatan preoperatif dikenal sejak lama. Setiap pasien
diajarkan sebagai seorang individu,
dengan mempertimbangkan segala
keunikan ansietas, kebutuhan dan
harapan-harapannya.
 Programkan instruksi yang Jika sesi penyuluhan dilakukan
didasarkan pada kebutuhan beberapa hari sebelum pembedahan,
individu direncanakan dan pasien mungkin tidak ingat tentang apa
diimplementasikan pada yang telah dikatakan. Jika instruksi
waktu yang tepat diberikan terlalu dekat dengan waktu
pembedahan, pasien mungkin tidak
dapat berkonsentrasi atau belajar karena
ansietas atau efek dari medekasi
praanestasi.
Beritahu persiapan pembedahan,
meliputi:
 Persiapan intestinal Pada persiapan untuk pembedahan,
penting untuk menghindari pengiritasi
kolon, yang biasanya sensitif dan rentan
terhadap perforasi. Pagi hari sebelum
pembedahan, lakukan pemberian
laksatif salin ringan dan pemberian
dengan hati-hati enema pembersih
mungkin cukup diberikan pada pasien.
 Persiapan puasa Puasa dilakukan minimal 6-8 jam
sebelum dilakukan pembedahan.

 Persiapan kulit Tujuan dari persiapan kulit preoperatif


adalah untuk mengurangi sumber
bakteri tanpa mencederai kulit.
 Pencukuran area operasi Pencukuran area operasi dilakukan
apabila protokol lembaga atau ahli
bedah mengharuskan kulit untuk
dicukur, pasien diberitahukan tentang
prosedur mencukur, dibaringkan dalam
posisi yang nyaman dan tidak memajan
bagian yang tidak perlu. Area operasi
bedah abdomen dapat dilihat pada
gambar.
Beritahu pasien pembedahan,
meliputi:
 Persiapan istirahat dan tidur Istirahat merupakan hal yang penting
untuk penyembuhan normal.
Kecemasan tentang pembedahan dapat
dengan mudah menganggu kemampuan
untuk istirahat atau tidur.
Ajarkan aktivitas pada
postoperasi, meliputi:
 Latihan napas diafragma Salah satu tujuan dari asuhan
keperawatan preoperatif adalah untuk
mengajar pasien cara untuk
meningkatkan ventilasi paru dan
oksigenasi darah setelah anestesi
umum. Hal ini dicapai dengan
memperagakan pada pasien bagaimana
melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal)
dan bagaimana menghembuskan napas
dengan lambat. Pasien diletakkan dalam
posisi duduk untuk memberikan
ekspansi paru yang maksimum.
Ajarkan aktivitas pada
postoperasi, meliputi:
 Latihan tungkai Tujuan peningkatan pergerakan tubuh
secara hati-hati pada pascaoperasi
adalah untuk memperbaiki sirkulasi,
untuk mencegah stasis vena dan untuk
menunjang fungsi pernapasan yang
optimal.
Pasien ditunjukkan bagaimana cara
untuk berbalik dari satu sisi ke sisi
lainnya dan cara untuk mengambil
posisi lateral. Posisi ini akan digunakan
pada pascaoperatif (bahkan sebelum
pasien sadar) dan dipertahankan setiap
dua jam.
Beritahu pasien dan keluarga Pasien akan mendapat manfaat bila
kapan pasien sudah bisa mengetahui kapan keluarga dan
dikunjungi temannya dapat berkunjung setelah
pembedahan.
Beri informasi tentang Manajemen nyeri dilakukan untuk
manajemen nyeri keperawatan peningkatan kontrol nyeri pada pasien.
Berikan informasi pada pasien Keterlibatan pasien dan keluarga dalam
dan keluarga yang akan melakukan perawatan rumah
menjalani perawatan rumah, pascabedah, dapat menurunkan risiko
meliputi: komplikasi dan dapat meningkatkan
kemandirian dalam melakukan masalah
yang sedang dihadapi.

 Ajarkan cara merawat stoma Pasien dianjurkan melindungi kulit


peristoma dengan sering mencuci area
tersebut menggunakan sabun ringan,
memberikan barier kulit protektif
disekitar stoma dan mengamankannya
dengan melekatkan kantung drainase.
Bedak nistatin (Mycostatin) dapat
ditebarkan sedikit pada kulit peristoma
bila terdapat iritasi atau pertumbuhan
jamur. Kulit dibersihkan dengan
perlahan menggunakan sabun ringan
dan waslap lembap serta lembut.
Sabun bertindak sebagai agen abrasif
ringan untuk mengangkat residu enzim
dari tetesan fekal. Selama kulit
dibersihkan, kasa dapat digunakan
untuk menutupi stroma atau tampon
vagina dapat dimasukkan dengan
perlahan untuk mengabsorpsi kelebihan
drainase.

 Ajarkan cara membuat Stoma diukur untuk menentukan


kantung dan memasang ukuran kantung yang tepat, pada
kantung drainase kondisi klinik bnayak bungkus es
panjang yang dapat digunakan sebagai
kantung stoma. Untuk membuat
bundaran atau cincin penahan perawat
bisa memodifikasi kasa gulung (lihat
gambar)
Lubang kantung harus sekitar 0,3 cm
lebih besar dari stoma. Kulit
dibersihkan sesuai prosedur di atas.
Bundaran peristoma dipasang. Iritasi
kulit ringan memerlukan taburan bedak
sebelum kantung dilekatkan.
 Ajarkan cara mengirigasi Stoma pada abdomen tidak mempunyai
kolostomi otot kontrol volunter sehingga
pengosongannya dapat terjadi pada
interval waktu yang tidak teratur.
Pengaturan pasase materi fekal dicapai
dengan irigasi kolostomi atau
membiarkan usus mengevakuasi secara
alami tanpa irigasi.
Perawat memperagakan pada awal
pertama dilakukan irigasi, biarkan
pasien dan keluarga mempertahankan
atau bertanya.
 Anjurkan mengkonsumsi Diet tinggi serat dapat meningkatkan
diet tinggi serat pasase feses sehingga konsistensi feses
lembek padat berbentuk dan mudah
serta tidak menstimulasi apabila
melewati lumen intestinal pascabedah.

 Anjurkan untuk Makanan yang menyebabkan bau dan


menghindari makanan yang gas berlebihan dihindari. Makanan ini
bisa meningkatkan bau feses termasuk kol, telur, ikan, kacang
polong dan produk selulosa seperti
kacang tanah.

 Anjurkan untuk intervensi Hal-hal yang dapat dilakukan untuk


pencegahan menurunkan risiko meliputi:
 Berhenti merokok. Merokok telah
jelas dikaitkan dengan risiko tinggi
kanker usus besar (dan juga banyak
kondisi lain).
 Minum aspirin setiap hari, tetapi
karena terdapat potensi efek
samping, hal ini tidak dianjurkan
untuk semua orang. Bicaralah
dengan dokter terlebih dahulu.
 Minum dosis yang aman asam folat
(misalnya 1 mg) setiap hari.
 Terlibat dalam aktivitas setiap hari.
 Makanlah berbagai jenis buah dan
sayuran setiap hari.

 Anjurkan untuk Beberapa agen nyeri farmakologik


semampunya melakukan biasanya memberikan reaksi negatif
manajemen nyeri pada gastrointestinal.
nonfarmakologik pada saat
nyeri muncul
Anjurkan untuk masuk Kunjungan tindak lanjut harus minimal
kelompok pendukung dan mencakup hal-hal sebagai berikut:
konseling  Colonoscopy dalam waktu 3 bulan
setelah operasi
 Colonoscopy 1 tahun setelah
pembedahan dan setiap 3 tahun
setelah itu.
 Tes untuk okultisme darah dalam
feses setiap tahun, diikuti oleh
colonoscopy jika hasil tes positif.
 Pengukuran tingkat
carcinoembryonic antigen (CEA)
untuk menguji kambuhnya kanker
setelah operasi.
Diskusikan pola fungsi Hidup dengan kondisi kanker
seksualitas memberikan banyak tantangan baru,
baik untuk pasien dan keluarga. Pasien
mungkin mempunyai banyak
kekhawatiran tentang bagaimana
kanker akan mempengaruhi Anda dan
kemampuan Anda untuk hidup normal,
yaitu untuk merawat keluarga dan
rumah Anda, untuk menyimpan
pekerjaan Anda dan untuk melanjutkan
persahabatan dan aktivitas yang Anda
nikamati. Banyak orang merasa cemas
dan depresi. Beberapa orang merasa
marah dan kesal; orang lain merasa tak
berdaya dan kalah.
Bagi kebanyakan orang dengan kanker,
berbicara tentang perasaan dan
kekhawatiran mereka membantu.
Teman-teman dan anggota keluarga
dapat sangat mendukung. Mereka
mungkin ragu-ragu untuk menawarkan
dukungan sampai mereka melihat
bagaimana pasien menghadapi kondisi
yang pasien lakukan. Jika pasien ingin
bicara tentang keprihatinan, biarkan
mereka tahu.
Beberapa orang tidak ingin “beban”
yang dihadapi juga dirasakan pada
orang yang mereka cintai atau lebih
suka berbicara tentang keprihatinan
mereka dengan yang lebih profesional
yang netral. Seorang pekerja sosial,
konselor atau ulama dapat membantu
jika pasien ingin untuk mendiskusikan
perasaan mereka dan kekhawatiran
tentang punya kanker.
Banyak orang dengan kanker sangat
dibantu dengan berbicara kepada orang
lain yang menderita kanker. Berbagi
keprihatinan dengan orang lain yang
telah mengalami hal yang sama dapat
sangat menenangkan.
Berikan motivasi dan dukungan Pasien dengan pasangannya diikutkan
moral dalam membina pola seksual pasca
kolostomi.
Beberapa pasien mungkin mengajukan
pertanyaan tentang aktivitas seksual
secara langsung atau memberi petunjuk
tak langsung mengenai rasa takut
mereka.
Beberapa indivu dapat memandang
pembedahan sebagai perusakan dan
suatu ancaman terhadap seksualitas
mereka; beberapa merasa takut
impoten. Sementara itu, yang lain
mengekspresikan kekhawatiran
terhadap bau atau adanya kebocoran
dari kantung selama aktivitas seksual.
Anjurkan posisi seksual alternatif, serta
metode stimulasi alternatif untuk
memuaskan keinginan seksual.
Berikan motivasi dan dukungan Intervensi untuk meningkatkan
moral keinginan pasien dalam pelaksanaan
prosedur pengembalian fungsi
pascabedah kolostomi.

Risiko injuri b.d pasca-prosedur reseksi kolon


Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam pasca intervensi reseksi kolon, pasien
tidak mengalami injuri
Kriteria evaluasi:
- TTV dalam batas normal
- Kondisi kepatenan selang dada optimal
- Tidak terjadi infeksi pada insisi
Intervensi Rasional
Kaji faktor-faktor yang Pascabedah pasien akan terdapat drain
meningkatkan risiko injuri pada tubuh pasien. Keterampilan
keperawatan kritis diperlukan agar
pengkajian vital dapat sistematis
dilakukan.
Monitor adanya komplikasi Perawat memonitor adanya komplikasi
pascabedah pascabedah seperti kebocoran dari sisi
anastomosis, prolaps stoma, perforasi,
retraksi stoma, impaksi fekal dan iritasi
kulit, serta komplikasi paru yang
dihubungkan dengan bedah abdomen.
Abdomen dipantau terhadap tanda
kembalinya peristaltik dan kaji
karakteristik feses.
Bantu ambulasi dini Pasien yang menjalani kolostomi
dibantu turun dari tempat tidur pada
hari pertama pascaoperatif dan didorong
untuk mulai berpartisipasi dalam
menghadapi kolostomi.
Beri perhatian khusus pada Pasien lansia dapat mengalami
pasien usia lanjut penurunan penglihatan sampai beberapa
derajat dan kerusakan pendengaran,
serta kesulitan melakukan keterampilan
yang memerlukan koordinasi motorik
halus. Oleh karenanya, membantu
pasien memegang alat ostomi pada
periode praoperatif dan stimulasi
pembersihan kulit periostomal, serta
irigasi stoma akan membantu pasien.
Jatuh akibat ketidaksengajaan sering
terjadi pada lansia. Oleh karena itu,
penting untuk memastikan apakah
pasien dapat berjalan tanpa bantuan ke
kamar mandi.
Perawatan kulit adalah masalah utama
untuk para lansia dengan ostoma,
karena pada lansia terjadi perubahan
pada kulit akibat proses penuaan.
Lapisan lemak subkutan dan epitel
menjadi tipis dan kulit mudah teriritasi.
Untuk mencegah kerusakan, perhatian
khusus diberikan pada hygiene kulit dan
penempatan alat yang tepat.
Arteriosklerosis terjadi akibat
penurunan aliran darah pada luka dan
sisi stoma.
Pertahankan status Pasien akan mendapat cairan intravena
hemodinamik yang optimal sebagai pemeliharaan status
hemodinamik.
Monitor kondisi selang Secara umum pasien pasca-
nasogastrik esofagektomi akan terpasang selang
nasogastrik. Perawat berusaha untuk
tidak mengubah posisi, mengangkat,
memanipulasi atau mengirigasi selang,
kecuali memang diperlukan untuk
terapi.
Kolaborasi untuk pemberian Antibiotik menurunkan risiko infeksi
antibiotik pascabedah yang akan menimbulkan reaksi
inflamasi lokal dan dapat memperlama
proses penyembuhan pasca-
funduplikasi lambung.

Nyeri b.d iritasi intestinal, respons pembedahan


Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam pascabedah nyeri berkurang atau
teradaptasi.
Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif pernyataan nyeri berkurang atau teradaptasi
- Skala nyeri 0-1 (0-4)
- TTV dalam batas normal, wajah pasien rileks
Intervensi Rasional
Jelaskan dan bantu pasien Pendekatan dengan menggunakan
dengan tindakan pereda nyeri relaksasi dan nonfarmakologi lainnya
nonfarmakologik dan noninvasif telah menunjukkan keefektifan dalam
mengurangi nyeri
Lakukan manajemen nyeri
keperawatan, meliputi:
 Kaji nyeri dengan Pendekatan PQRST dapat secara
pendekatan PQRST komprehensif menggali kondisi nyeri
pasien. Apabila pasien mengalami skala
nyeri 3 (0-4), keadaan ini merupakan
peringatan yang perlu perawat
waspadai karena memberikan
manifestasi klinik yang bervariasi dari
komplikasi pascabedah reseksi kolon.

 Beri oksigen nasal apabila Pemberian oksigen dilakukan untuk


skala nyeri ≥ 3 (0-4) memenuhi kebutuhan oksigen pada saat
pasien mengalami nyeri pascabedah
yang dapat menganggu kondisi
hemodinamik.

 Istirahatkan pasien pada saat Istirahat secara fisiologis akan


nyeri muncul menurunkan kebutuhan oksigen yang
diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme basal.

 Atur posisi fisiologis Pengaturan posisi semifowler dapat


membantu merelaksasi otot-otot
abdomen pascabedah sehingga dapat
menurunkan stimulus nyeri dari luka
pascabedah.

 Ajarkan teknik relaksasi Meningkatkan intake oksigen sehingga


pernapasan dalam pada saat akan menurunkan nyeri sekunder dari
nyeri muncul penurunan oksigen lokal.

 Ajarkan teknik distraksi Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


pada saat nyeri menurunkan stimulus internal.

 Lakukan manajemen Manajemen sentuhan pada saat nyeri


sentuhan berupa sentuhan dukungan psikologis
dapat membantu menurunkan nyeri.
Tingkatkan pengetahuan tentang Pengetahuan yang akan dirasakan
sebab-sebab nyeri dan membantu mengurangi nyerinya dan
menghubungkan berapa lama dapat membantu mengembangkan
nyeri akan berlangsung kepatuhan pasien terhadap rencana
terapeutik.
Kolaborasi dengan tim medis
untuk pemberian
 Analgetik melalui intravena Analgetik diberikan untuk membantu
menghambat stimulus nyeri ke pusat
persepsi nyeri di korteks serebri
sehingga nyeri dapat berkurang.

Risiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
kurang adekuat
Tujuan: Setelah 3 x 24 jam pada pasien nonbedah dan setelah 7 x 24 jam
pascabedah, intake nutrisi dapat optimal dilaksanakan
Kriteria evaluasi:
- Pasien dapat menunjukkan metode menelan makanan yang tepat
- Terjadi penurunan gejala refluks esofagus, meliputi: odinofagia
berkurang, pirosis berkurang, RR dalam batas normal 12-20
x/menit
- Berat badan pada hari ke-7 pascabedah meningkat minimal 0,5 kg.
Intervensi Rasional
Intervensi nonbedah:
 Anjurkan pasien makan Makanan dapat lewat dengan mudah ke
dengan perlahan dan lambung.
mengunyah makanan
dengan seksama

 Sajikan makanan dengan Membantu merangsang nafsu makan.


cara yang menarik

 Fasilitas pasien memperoleh Kandungan serat tinggi dapat


diet biasa dengan membentuk massa feses yang optimal
kandungan serat tinggi dan menurunkan kondisi diverkulosis
menjadi divertikulitis. Komponen buah-
buahan dan sayuran dapat
meningkatkan asupan tinggi serat.

 Pantau intake dan output, Berguna dalam mengukur keefektifan


anjurkan untuk timbang nutrisi dan dukungan cairan.
berat badan secara periodik
(sekali seminggu)
Intervensi dengan pembedahan:
 Berikan diet prabedah Diet tinggi kalori, rendah residu
biasanya diberikan selama beberapa
hari sebelum pembedahan, bila waktu
dan kondisi pasien memungkinkan.
Apabila tidak terdapat situasi
kedaruratan, tindakan praoperatif
dilakukan serupa dengan pembedahan
abdomen umumnya.

 Kaji kondisi dan toleransi Parameter penting adalah dengan


gastrointestinal pascareseksi melakukan auskultasi bising usus.
kolon Apabila didapatkan bising usus artinya
fungsi gastrointestinal sudah pulih
pasca-anestesi umum. Kembalinya diet
ke pola normal berlangsung sangat
cepat. Sedikitnya 21 cairan/hari
dianjurkan.

 Lakukan perawatan mulut Intervensi ini untuk menurunkan risiko


infeksi oral.

 Kolaborasi dengan ahli gizi Ahli gizi harus terlibat dalam penentuan
jenis nutrisi yang akan komposisi dan jenis makanan yang
digunakan pasien akan diberikan sesuai dengan
kebutuhan individu.

Risiko tinggi infeksi b.d adanya port de entree dari luka pembedahan
Tujuan: Dalam waktu 12 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan
pada integritas jaringan lunak
Kriteria evaluasi:
- Jahitan dilepaskan pada hari ke-12 tanpa adanya tanda-tanda infeksi
dan peradangan pada area luka pembedahan
- Leukosit dalam batas normal
- TTV dalam batas normal
Intervensi Rasional
Kaji jenis pembedahan, hari Mengidentifikasi kemajuan atau
pembedahan dan apakah adanya penyimpangan dari tujuan yang
order khusus dari tim dokter diharapkan.
bedah dalam melakukan
perawatan luka.
Buat kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan
keadaan bersih dan kering. menghindari kontaminasi komensal dan
akan menyebabkan respons inflamasi
lokal, serta akan memperlama
penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka:
 Lakukan perawatan luka Perawatan luka sebaiknya tidak setiap
steril pada hari kedua hari untuk menurunkan kontak tindakan
pascabedah dan diulang dengan luka yang dalam kondisi steril
setiap 2 hari sekali pada sehingga mencegah kontaminasi kuman
luka abdomen ke luka bedah.

 Lakukan perawatan luka Drain pascabedah merupakan material


pada sekitar drain yang menjadi jalan masuk kuman.
Perawat melakukan perawatan luka
setiap hari atau disesuaikan dengan
kondisi pembalut drain, apabila kotor
maka harus diganti.

 Bersihkan luka dan drainase Pembersihan debris (sisa fagositosis,


dengan cairan antiseptik jaringan mati) dan kuman sekitar luka
jenis iodine providum dengan mengoptimalkan kelebihan dari
dengan cara swabbing dari iodine providum sebagai antiseptik dan
arah dalam ke luar dengan arah dari dalam ke luar
sehingga mencegah kontaminasi kuman
ke jaringan luka.
 Bersihkan bekas sisa iodine Antiseptik iodine providum mempunyai
providum dengan alkohol kelemahan dalam menurunkan proses
70% atau normal salin epitelisasi jaringan sehingga
dengan cara swabbing dari memperlambat pertumbuhan luka,
arah dalam ke luar maka harus dibersihkan dengan alkohol
atau normal salin.
 Tutup luka dengan kasa Penutupan secara menyeluruh dapat
steril dan tutup dengan menghindari kontaminasi dari benda
plester adhesif yang atau udara yang bersentuhan dengan
menyeluruh menutupi kasa luka bedah.
Angkat drainase pascabedah Pelepasan sesuai indikasi bertujuan
sesuai pesanan medis untuk menurunkan risiko infeksi.
Kolaborasi penggunaan Antibiotik injeksi diberikan selama tiga
antibiotik hari pascabedah yang kemudian
dilanjutkan antibiotik oral sampai
jahitan dilepas. Peran perawat mengkaji
adanya reaksi atau riwayat alergi
antibiotik serta memberikan antibiotik
sesuai pesanan dokter.

Kecemasan b.d prognosis penyakit, misinterpretasi informasi


Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam pasien secara subjektif melaporkan rasa
cemas berkurang
Kriteria evaluasi:
- Pasien mampu mengungkapkan perasaannya pada perawat
- Pasien dapat mendemonstrasikan keterampilan pemecahan
masalahnya dan perubahan koping yang digunakan sesuai situasi
yang dihadapi
- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan/ketakutan di bawah
standar
- Pasien dapat rileks dan tidur/istirahat dengan baik
Intervensi Rasional
Monitor respons fisik, seperti: Digunakan dalam mengevaluasi
kelemahan, perubahan tanda- derajat/tingkat kesadaran/konsentrasi,
tanda vital, gerakan yang khususnya ketika melakukan
berulang-ulang, serta catat komunikasi verbal. Pada kondisi klinik,
kesesuaian respons verbal dan pasien biasanya merasa sedih akibat
nonverbal selama komunikasi diagnosis penyakit dan rencana
pembedahan. Pasien yang menjalani
pembedahan untuk kolostomi sementara
dapat mengekspresikan rasa takut dan
masalah yang serupa dengan individu
yang memiliki stoma permanen.
Anjurkan pasien dan keluarga Memberikan kesempatan untuk
untuk mengungkapkan dan berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut
mengekspresikan rasa takutnya dan mengurangi cemas yang berlebih.
Beri dukungan prabedah Hubungan emosional antara perawat
dan pasien akan mempengaruhi
penerimaan pasien dengan pembedahan.
Aktif mendengar semua kekhawatiran
dan keprihatian pasien adalah bagian
penting dari evaluasi praoperatif.
Keterbukaan mengenai tindakan bedah
yang akan dilakukan, pilihan anestesi
dan perubahan atau kejadian
pascaoperatif yang diharapkan akan
menghilangkan banyak ketakutan tak
berdasar terhadap anestesi. Bagi
sebagian besar pasien, pembedahan
adalah suatu peristiwa hidup yang
bermakna. Kemampuan perawat dan
dokter untuk memandang pasien dan
keluarganya sebagai manusia yang
layak untuk didengarkan dan dimintai
pendapat sebelum operasi dibandingkan
dengan mereka yang hanya sekedar
diberi pramedikasi dengan fenobarbital.
Kelompok yang mendapat pramedikasi
melaporkan rasa mengantuk, tetapi tetap
cemas.
Bantu pasien meningkatkan Perubahan yang terjadi pada citra tubuh
citra tubuh dan beri kesempatan dan gaya hidup sering sangat
pasien mengungkapkan menganggu, oleh karena itu pasien
perasaannya memerlukan dukungan empatis dalam
mencoba menyesuaikannya. Oleh
karena stoma ditempatkan pada
abdomen, pasien dapat berpikir bahwa
setiap orang akan melihat ostomi.
Perawat dapat mampu mengurangi
ketakutan ini dengan memberikan
informasi aktual tentang prosedur
pembedahan dan pembentukan, serta
penatalaksanaan ostomi. Apabila pasien
menghendaki, diagram, foto dan slat
dapat digunakan untuk menjelaskan dan
memperjelas. Pasien juga dapat
mengalami stress emosional, perawar
perlu mengulang beberapa informasi.
Berikan kesempatan pada pasien untuk
mengajukan pertanyaan.
Hadirkan pasien yang pernah Berdiskusi dengan indivisu yang
kolostomi berhasil menghadapi kolostomi sering
membantu menurunkan kecemasan
pasien prabedah.
Berikan privasi untuk pasien Memberi waktu untuk mengekspresikan
dan orang terdekat perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan
teman-teman yang dipilih pasien
melayani aktivitas dan pengalihan
(misalnya membaca) akan menurunkan
perasaan terisolasi.
Kolaborasi:
Berikan anticemas sesuai Meningkatkan relaksasi dan
indikasi contohnya diazepam menurunkan kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai