Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

TRAUMA ABDOMEN

Dosen pembimbing: Saifudin Zuhkri S,Kep.,M.Kes

Disusun Oleh:

Lufiya Febriana.N

(1702109)

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN

TAHUN AJARAN 2019/2020


A. Definisi
Trauma abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga
abdomen, terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga
(lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh darah abdominal) dan
mengakibatkan ruptur abdomen. (Temuh Ilmiah Perawat Bedah Indonesia, 13
Juli 2000)
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001).
Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut dapat terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan/penatalaksanaan
lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi (FKUI,
1995).
Trauma Abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ abdomen
yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan
metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan faal berbagai organ
(Sjamsuhidayat, 1997).

B. Jenis – Jenis Truma


1. Trauma Tumpul Abdomen
Trauma tumpul abdomen terjadi ketika perut mengalami benturan akibat
kecelakaan lalu lintas, jatuh, cedera saat berolahraga, kecelakaan kerja,
atau pukulan. Organ yang paling sering terkena adalah limpa dan hati.
2. Trauma Tusuk Abdomen
Trauma tusuk abdomen biasanya disebabkan robekan rongga perut
karena luka tusuk atau perlukaan benda tajam pada abdomen. Trauma ini
disebabkan akibat benda tajam yang mencederai organ vital dalam
abdomen, Hati menjadi organ yang paling umum terluka. Tingkat
keparahan luka tusuk tergantung pada lokasi luka,bentk dan ketajaman
benda penyebabnya serta seberapa dalam benda tersebut masuk
kedalam rongga abdomen.
3. Trauma Tembak Abdomen
Adalah luka yang disebabkan oleh adanya penetrasi anak peluru atau
persentuhan anak peluru dengan tubuh akibat adanya faktor kecepatan,
sehingga menembus kulit, masuk kedalam tubuh di dalamnya
C. Penanganan Pada Trauma Abdomen
1. Prehospital
Untuk penaganan awal trauma abdomen , dilihat dari trauma non
penetrasi dan trauma penetrasi:
a. Penanganan awal trauma non penetrasi
 Stop makan dan minum
 Imobiisasi
 Kirim ke rumah sakit
 Diagnostic peritoneal lavage
b. Penanganan awal trauma penetrasi
 Bila terjadi luka tusuk, maka tidak bleh dicabut kecuali oleh tim
medis. Lilitkan pisau untuk memfiksasi agar tidak memperparah
luka.
 Bila usus atau organ lain keluar maka organ tersebut tdak boleh
dimasukkan , batut organ tersebut dengan kain bersih atau kasa
steril.
 Imobilisasi pasien
 Tidak makan dan minum
 Bila luka terbuka, gunakan balut tekan
 Kirim psien ke rumah sakit
2. Emergency
a. Mulai prosedur resusitasi ABC (memperbaiki jalan napas,
pernapas dan sirkulasi )
b. Pertahankan pasien pada brankard; gerakan dapat
menyebabkan fragmentasi bekuan pada pembuluh darah
besar dan menimbulkan hemoragi massif.
c. Pastikan kepatenan dan kestabilan pernapasan.
d. Gunting pakaian penderita dari luka.
e. Hitung jumlah luka dan tentukan lokasi luka masuk dan keluar.
f. Kontrol perdarahan dan pertahankan volume darah sampai
pembedahan dilakukan
g. Berikan kompresi pada luka dengan perdarahan eksternal dan
lakukan bendungan pada luka dada.
h. Pasang kateter IV berdiameter besar untuk penggantian cairan
secara cepat dan memperbaiki dinamika sirkulasi.
i. Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap terapi
transfusi; ini sering merupakan tanda adanya perdarahan
internal.
j. Aspirasi lambung dengan memasang selang nasogastrik.
Prosedur ini membantu mendeteksi luka lambung, mengurangi
kontaminasi terhadap rongga peritonium, dan mencegah
komplikasi paru karena aspirasi.
k. Pasang kateter urin untuk mendapatkan kepastian adanya
hematuria dan pantau jumlah urine perjam.
l. Tutupkan visera abdomen yang keluar dengan balutan steril,
balutan dibasahi dengan salin untuk mencegah kekeringan
visera
m. Fleksikan lutut pasien; posisi ini mencegah protusi yang lanjut.
n. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya
peristaltik dan muntah.
o. Siapkan pasien untuk parasentesis atau lavase peritonium
ketika terdapat ketidakpastian mengenai perdarahan
intraperitonium.
p. Siapkan pasien untuk sinografi untuk menentukan apakah
terdapat penetrasi peritonium pada kasus luka tusuk.
q. Berikan profilaksis tetanus sesuai ketentuan.
r. Berikan antibiotik spektrum luas untuk mencegah infeksi.
Trauma dapat menyebabkan infeksi akibat karena kerusakan
barier mekanis, bakteri eksogen dari lingkungan pada waktu
cedera dan manuver diagnostik dan terapeutik
(infeksinosokomial).
s. Siapkan pasien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya
syok, kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah
diafragma, eviserasi, atau hematuria.

D. Primary survey
1. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin
lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas.
Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya
2. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’,
selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien. Kontrol jalan nafas
pada penderita trauma abdomen yang airway terganggu karena
faktor mekanik, ada gangguan ventilasi atau ada gangguan
kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrakeal. Setiap penderita
trauma diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaiknya diberikan
dengan face mask. Pemakaian pulse oximeter baik untuk menilai
saturasi O2 yang adekuat
3. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan
bantuan pernafasan. Resusitasi pasien dengan trauma abdomen
penetrasi dimulai segera setelah tiba. Cairan harus diberikan
dengan cepat. NaCl atau Ringer Laktat dapat digunakan untuk
resusitasi kristaloid. Rute akses intravena adalah penting,
pasang kateter intravena perifer berukuran besar (minimal 2) di
ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang
dengan hipotensi sudah berada di kelas III syok (30-40% volume
darah yang hilang) dan harus menerima produk darah
sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada pasien
dengan perdarahan yang signifikan jelas. Upaya yang harus
dilakukan untuk mencegah hipotermia, termasuk menggunakan
selimut hangat dan cairan prewarmed.
4. Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang di
nilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil
5. Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara
menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan
lengkap dan visualisasi head-to toe pasien adalah wajib pada
pasien dengan trauma abdomen penetrasi. Ini termasuk bagian
bokong, bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang
leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka penting penderita
diselimuti agar penderita tidak kedinginan .

E. Secondary survey
Pemeriksaan head to toe
1. Pemeriksaan kepala
 Kelainan kulit kepala dan bola mata
 Telinga bagian luar dan membrana timpani
 Cedera jaringan lunak periorbital
2. Pemeriksaan leher
 Luka tembus leher
 Emfisema subkutan
 Deviasi trachea
 Vena leher yang mengembang
3. Pemeriksaan neurologis
 Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
 Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
 Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex
4. Pemeriksaan dada
 Clavicula dan semua tulang iga
 Suara napas dan jantung
 Pemantauan ECG (bila tersedia)
5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
 Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
 Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kec
uali bila ada trauma wajah
 Periksa dubur (rectal toucher)
 Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
6. Pelvis dan ekstremitas
 Cari adanya fraktur (pada
kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan
apapun karena memperberat perdarahan)
 Cari denyut nadi -nadi perifer pada daerah trauma
 Cari luka, memar dan cedera lain
7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan)
 Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selekti.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Kekurangan volume cairan
3. Ketidakefektifan pola nafas
4. Kerusakan integritas jaringan
5. Kerusakan integritas kulit
6. Resiko infeksi
DFTAR PUSTAKA

Guilon,F.2011, Epidemiology of Abdomial trauma. In: CT of the Acute


Abdomen terjemahan Indonesia .London: springer
Healter Herdman,T. 2015. NANDA International Inc. nursing: definition &
classification 2015-2017. Jakarta:EGC
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Vol 2 Ed.
8. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai