TRAUMA ABDOMEN
Disusun Oleh:
Lufiya Febriana.N
(1702109)
D. Primary survey
1. Airway
Membuka jalan nafas penggunakan menggunakan teknik head tilt chin
lift atau menengadahkan kepala dan mengangkat dagu, periksa
adakah benda asing yang mengakibatkan tertutupnya jalan nafas.
Muntahan, makanan, darah atau benda asing lainnya
2. Breathing
Memeriksa pernapasan dengan cara“lihat, dengar, rasakan’,
selanjutnya pemeriksaan status respirasi klien. Kontrol jalan nafas
pada penderita trauma abdomen yang airway terganggu karena
faktor mekanik, ada gangguan ventilasi atau ada gangguan
kesadaran, dicapai dengan intubasi endotrakeal. Setiap penderita
trauma diberikan oksigen. Bila tanpa intubasi, sebaiknya diberikan
dengan face mask. Pemakaian pulse oximeter baik untuk menilai
saturasi O2 yang adekuat
3. Circulation
Jika pernafasan pasien cepat dan tidak adekuat, maka berikan
bantuan pernafasan. Resusitasi pasien dengan trauma abdomen
penetrasi dimulai segera setelah tiba. Cairan harus diberikan
dengan cepat. NaCl atau Ringer Laktat dapat digunakan untuk
resusitasi kristaloid. Rute akses intravena adalah penting,
pasang kateter intravena perifer berukuran besar (minimal 2) di
ekstremitas atas untuk resusitasi cairan. Pasien yang datang
dengan hipotensi sudah berada di kelas III syok (30-40% volume
darah yang hilang) dan harus menerima produk darah
sesegera mungkin, hal yang sama berlaku pada pasien
dengan perdarahan yang signifikan jelas. Upaya yang harus
dilakukan untuk mencegah hipotermia, termasuk menggunakan
selimut hangat dan cairan prewarmed.
4. Disability
Dilakukan evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat.Yang di
nilai disini adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil
5. Exposure
Penderita harus dibuka keseluruhan pakaiannya dengan cara
menggunting untuk memeriksa dan evaluasi penderita. Paparan
lengkap dan visualisasi head-to toe pasien adalah wajib pada
pasien dengan trauma abdomen penetrasi. Ini termasuk bagian
bokong, bagian posterior dari kaki, kulit kepala, bagian belakang
leher, dan perineum. Setelah pakaian dibuka penting penderita
diselimuti agar penderita tidak kedinginan .
E. Secondary survey
Pemeriksaan head to toe
1. Pemeriksaan kepala
Kelainan kulit kepala dan bola mata
Telinga bagian luar dan membrana timpani
Cedera jaringan lunak periorbital
2. Pemeriksaan leher
Luka tembus leher
Emfisema subkutan
Deviasi trachea
Vena leher yang mengembang
3. Pemeriksaan neurologis
Penilaian fungsi otak dengan Glasgow Coma Scale (GCS)
Penilaian fungsi medula spinalis dengan aktivitas motorik
Penilaian rasa raba / sensasi dan reflex
4. Pemeriksaan dada
Clavicula dan semua tulang iga
Suara napas dan jantung
Pemantauan ECG (bila tersedia)
5. Pemeriksaan rongga perut (abdomen)
Luka tembus abdomen memerlukan eksplorasi bedah
Pasanglah pipa nasogastrik pada pasien trauma tumpul abdomen kec
uali bila ada trauma wajah
Periksa dubur (rectal toucher)
Pasang kateter kandung seni jika tidak ada darah di meatus externus
6. Pelvis dan ekstremitas
Cari adanya fraktur (pada
kecurigaan fraktur pelvis jangan melakukan tes gerakan
apapun karena memperberat perdarahan)
Cari denyut nadi -nadi perifer pada daerah trauma
Cari luka, memar dan cedera lain
7. Pemeriksaan sinar-X (bila memungkinkan)
Foto atas daerah abdomen yang cedera dilakukan secara selekti.
F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Kekurangan volume cairan
3. Ketidakefektifan pola nafas
4. Kerusakan integritas jaringan
5. Kerusakan integritas kulit
6. Resiko infeksi
DFTAR PUSTAKA