Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN INDIVIDU EPDS

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Vella Yovinna T. M. Kep., Sp. Kep. Mat

DISUSUN OLEH :

Rizka Anggraini 19031003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKES HANG TUAH PEKANBARU

PEKANBARU

2021
A. Edinburgh Podnatal Depression Scale (EPDS)

Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) adalah sebuah tes berupa 10 pertanyaan
skrining yang dianggap efisien untuk dapat mengidentifikasi kondisi seorang pasien yang
berisiko mengalami PPD.Metode tes EPDS mudah digunakan dan telah terbukti menjadi alat
skrining yang efektif. Tes ini sangat disarankan agar pasien menyelesaikan set pertanyaan
dengan profesional kesehatan. Untuk menyelesaikan set pertanyaan, pasien harus memilih
nomor di sebelah respon yang paling mendekati bagaimana merasa dalam tujuh hari
terakhir.Seorang ibu yang menghasilkan skor di atas angka 10 dapat dinyatakan
berkemungkinan mengalami depresi pascamelahirkan dari berbagai tingkat keparahan dan
harus berbicara dengan seorang profesional kesehatan tentang gejala-gejala tersebut.

Keuntungan EPDS
1. Mudah dihitung (perawat, bidan dan tenaga kesehatan lain)
2. Sederhana
3. Cepat dikerjakan (membutuhkan 5-10 menit bagi ibu untuk menyelesaikan EPDS)
4. Lebih diterima oleh pasien
5. Hemat
Kekurangan EPDS
1. Belum divalidasi di Indonesia
2. Tidak bisa mendiagnosis pasca persalinan.
PEMBAHASAN

Pada tanggal 11 Juni 2021 dilakukan Skirining EPDS pada ibu Siti Khasijah
(postpartum) dengan hasil kuesioner, Ny. S Mendapatkan skor 6 tanpa adanya pikiran untuk
bunuh diri, dilakukan evaluasi ulang setelah 2 minggu kemudian untuk mendapatkan apakah
kemungkinan depresi mengalami perburukan atau membaik. Menurut Reeder, Martin &
Koniak-griffin (2012) perencanaa keperawatan meliputi pemberian perawatan langsung,
penyuluhan, mendukung ibu dengan perawatan diri dan meningkatkan. Perencanaan berikut
diambil dari Doenges (2001)

Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak


terjadi pada klien dengan kriteria hasil: klien bebas dari tanda dan gejala infeksi,
mendeskripsikan proses penularan penyakit faktor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaan, menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi, jumlah
leukosit dalam batas normal, dan menunjukkan perilaku hidup sehat.

Intervensi :

1. Catat jumlah dan bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan normal dari
rubra menjadi serosa
2. Anjurkan perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk
selama 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi. Anjurkan klien
mandi setiap hari dan ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4 jam, dari
depan ke belakang.
3. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci tangan cermat. Pembuangan pembalut
yang kotor, pemalut perinal dan linen terkontaminasi dengan tepat. Diskusikan
dengan klien pentingnya kontinuitas tindakan ini setelah pulang 18 Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta
4. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat
besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000ml/hari
5. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi; catat tandatanda
menggigil, anoreksia atau malaise
6. Inspeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam. Perhatikan nyeri tekan
berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan pada garis sutura
(kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi
7. Perhatikan frekuensi/jumlah urine
Berdasarkan lembar kuesioner EPDS didapatkan riwayat pendidikan Ny. S yaitu
Sekolah menengah pertama (SMA). Maka pasien kemungkinan kurangnya pengetahuan dan
informasi, perawat bisa menjadi edukasi kesehatan kepada pasien mengenai perawatan ibu
nifas dan bayi.

Pendidikan kesehatan adalah istilah yang diterapkan pada penggunaan proses


pendidikan secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan yang meliputi beberapa
kombinasi dan kesepakatan belajar atau aplikasi pendidikan didalam bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2013). Sedangkan menurut Suliha (2006) Pendidikan kesehatan adalah proses
perubahan perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok atau masyarakat untuk
dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.

Tujuan dan manfaat pendidikan kesehatan secara umum yaitu untuk mengubah
perilaku individu atau masyarakat dalam bidangkesehatan. Selain hal tersebut, tujuan dan
manfaat pendidikan kesehatan ialah:

a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat.


b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau berkelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat.
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana pelayanan
kesehatan yang ada.
d. Agar penderita (masyarakat) memiliki tanggung jawab yang lebih besar pada
kesehatan (dirinya).
e. Agar orang melakukan langkah-langkah positif dalam mencegah terjadinya
sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi parah dan mencegah penyakit
menular.
f. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan
masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang bermakna
terhadap derajat kesehatan masyarakat.
g. Meningkatkan pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap
berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan perilaku
sehat sehingga angka kesakitan terhadap pnyakit tersebut berkurang
(Notoatmodjo, 2007, Suliha, 2005)
DOKUMENTASI
DAFTAR PUSTAKA

Akhzul.Razak.,Apliaya.2021."Pengaruh Pendidikan Kesehatan"Universitas Airlangga:Surabaya

Notoatmodjo, S., 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai