Anda di halaman 1dari 39

Framingham Study adalah tonggak sejarah penting

perkembangan epidemiologi di bidang PTM, yang


melakukan suatu penelitian prospektif (cohort) untuk
menentukan faktor risiko penyakit jantung dengan
mengamati perkembangan kejadian penyakit jantung
penduduk Framingham, sebanyak 2.336 laki-laki dan
2.873 wanita kulit putih dari jumlah warga AS sejumlah
30.000 jiwa.
Tonggak sejarah PTM berkaitan dengan penggunaan
obat yang tidak tepat adalah mengenai thalidomide.
Obat dari golongan non-barbiturate yang pertama
dipasarkan di Inggris sekitar tahun 1958.

Berdasar data kelahiran di jerman barat tahun
1959-1961, menunjukkan kecenderungan kelahiran
cacat.
Pada November 1961, dalam pertemuan Pediatri di
Dusseldorf, Dr. Lenz mengemukakan kemungkinan
thalidomide yang menyebabkan kecacatan tersebut.
Kemudian dilakukanlah suatu penelitian retrospektif
dengan mengambil 41 wanita yang terpapar
thalidomide dan 300 kontrol.
Sebutan faktor risiko (risk factors) kemudian
digunakan untuk menyatakan faktor penyebab PTM,
bila dalam Penyakit Menular dikenal dengan istilah
etiologi.

Faktor resiko adalah karakteristik, tanda, gejala
pada individu bebas penyakit yang secara
statistik berhubungan dengan peningkatan
insiden penyakit selanjutnya.

Faktor resiko adalah perilaku, gaya hidup,
paparan lingkungan (fisik, biologi, sosial,
kultural), karakteristik bawaan maupun
keturunan yang berdasarkan bukti-bukti
epidemiologis diketahui memiliki hubungan dg
penyakit dan kondisi kesehatan sehingga penting
untuk dilakukan pencegahan.

Faktor resiko adalah faktor-faktor yg diyakini dpt
meningkatkan resiko timbulnya penyakit yg
bersangkutan.




Keberadaan (eksistensi) faktor resiko
Besar faktor resiko, kuat atau lemah
Arah faktor resiko, negatif atau positif
Sifat faktor resiko, bisa protektif, prognostik,
terpoetik atau resiko
Reversibilitas
Preventifitas
Interventitas
Efek faktor resiko, single atau multiple effect
Interaksi dengan faktor lain
Struktur, hubungannya dg berbagai faktor dalam
suatu penyakit tertentu
Manfaat
kriteria

Jenis Faktor Risiko
Menurut dapat tidaknya FR diubah
Unchangeable risk factors: FR dapat berubah
e.g: faktor umur atau genetik
Changeable risk factors: FR yang dapat berubah
e.g: kebiasaan merokok atau latihan olahraga
Menurut kestabilan peranan faktor
risiko
Suspected risk factors : FR yang dicurigai faktor
yang belum mendapat dukungan sepenuhnya dr
hasil; hasil penelitian sbg FR.
e.g: rokok sebagai penyebab kanker leher rahim
Established risk factors: FR yang telah ditegakkan
FR yang telah mantap mendapat dukungan
ilmiah/penelitian sebagai FR.
e.g: rokok sebagai faktor risiko terjadinya kanker
paru
Tidak jelasnya kausa penyakit tidak menular, ketidakjelasan
terletak pada hal non-mikroorganisme.
Menonjolnya penerapan konsep multikausal pada penyakit
tidak menular.
Kemungkinan adanya penambahan atau interaksi antar
risiko.
Perkembangan metodologik telah memberikan kemampuan
untuk mampu mengukur besarnya faktor risiko.
Faktor risiko dapat berguna dalam beberapa hal dalam hal
terjadinya penyakit, yaitu: (Fletcher, 131)
Prediksi: untuk meramalkan kejadian penyakit. Contoh:
perokok berat mempunyai kemungkinan 10 kali lebih besar
untuk terkena kanker paru-paru daripada bukan perokok.
Penyebab: kejelasan/beratnya faktor risiko dapat
mengangkatnya menjadi faktor penyebab, setelah
menghapuskan pengaruh dari faktor pengganggu
(confounding factor).
Diagnosis: membantu proses diagnosis.
Prevensi: jika satu faktor risiko juga sebagai penyebab,
penghilangan dapat digunakan untuk pencegahan penyakit
meskipun mekanisme penyakit sudah diketahui atau tidak.


Kriteria Keterangan
1.Kekuatan hubungan Adanya risiko relatif yang tinggi
2.Temporal Kausa mendahului akibat
3.Respon terhadap dosis Makin besar paparan makin tinggi kejadian
penyakit
4.Reversibilitas Penurunan paparan akan diikuti penurunan
kejadian penyakit
5.Konsistensi Kejadian yang sama akan berulang pada waktu,
tempat dan penelitian yang lain.
6.Layak biologis Sesuai dengan konsep biologis
7.Spesifitas Satu penyebab menyebabkan satu akibat
8.Analogi Ada kesamaan untuk penyebab dan akibat yang
serupa
Contoh faktor risiko, diantaranya adalah :
Merokok
Alkohol
Diet/makanan
Gaya hidup
Kegemukan (obesitas)
Radiasi
Sexual behavior
Obat-obatan

3 faktor resiko utama yang dapat dilakukan
terhadap penyakit kronik utama, yaitu :
1. Diet yang tidak sehat (unhealthy diet)
2. Kurang kegiatan fisik (physical inactivity)
3. Pemakaian tembakau (rokok)
Gizi merupakan salah satu faktor resiko
penting yang sering dikaitkan dengan kandungan
serat yang terdapat dalam makanan yang
dikonsumsi sehari hari. Kekurangan serat pada
tubuh akan berdampak pada terjadinya berbagai
penyakit seperti PJK, diare, hemarrhoid, kanker
kolon, dan divertikuler usus besar.
Jenis Kanker Faktor Diet
Esophagus a. Faktor resiko : alkohol, pickles (asinan), moldy foods
(makanan berjamur), trace mineral, very hot
beverages (minuman hangat)
b. Faktor protektif : buah buahan segar (fresh fruit),
dan sayur sayuran (vegetables)
Stomach a. Faktor resiko : smoked foods, salt canned foods,
nitrate or nitrite preserved foods
b. Faktor protektif : milk, green and yellow vegetables,
vitamin C containing foods
prostat a. Faktor resiko : high fat diet, high protein foods
b. Faktor protektif : vitamin A diet
Besarnya peranan faktor resiko dapat dilakukan
dengan menghitung besarnya risiko relatif (relative risk)
atau odds ratio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan
rate antara insiden populasi yang terpapar dengan yang
tidak terpapar. Perhitungan risiko ini dikaitkan dengan
jenis jenis metode penelitian epidemiologi dan frekuensi
penyakit.
Penentuan besar resiko ini sangat penting untuk
selanjutnya digunakan dalam mendesain intervensi yang
sesuai dengan memberikan prioritas intervensi pada
faktor resiko yang mempunyai besaran atau pengaruh
yang lebih besar.

Prognosis berapa besar kemungkinan
mati akibat dari keadaan sakit.
Risiko berapa besar kemungkinan
sakit dari seorang yang sehat.

SEHAT ====== SAKIT==============MATI
risiko prognosis
Faktor Resiko
Umur tinggi
LDL tinggi
HDL rendah
Rokok
Hipertensi
Tidak aktif
Faktor Prognosis
Umur tinggi
Pria
Infark anterior
Jantung kongestif
Aritmia ventrikular
Angka-angka yang sering digunakan untuk
menggambarkan prognosis:
Harapan hidup lima tahun : persentase penderita
untuk mampu hidup selama 5 tahun dari saat
sakit
Kasus-fatal : persentase penderita yang mati
karena sakit
Respon : persentase penderita yang mengalami
perbaikan
Remisi : persentase penderita yang sembuh,
tidak dideteksi
Kambuh (relapse): persentase yang kembali sakit
setelah sembuh.
Primordial
Sekunder
Tersier
Primer
Pencegahan tingkat dasar ( Primordial Prevention)
merupakan usaha mencegah terjadinya risiko atau
mempertahankan keadaan risiko rendah dalam
masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Sasaran: Orang yang Sehat
Tujuan primordial prevention
1. Untuk menghindari terbentuknya pola hidup
sosial-ekonomi dan cultural yang mendorong
peningkatan risiko penyakit
2. Memelihara dan mempertahankan kebiasaan atau
pola hidup baik atau kebiasaan hidup sehat yang
dapat mencegah atau mengurangi tingkat risiko
terhadap penyakit tertentu atau terhadap
berbagai penyakit secara umum.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pencegahan awal ini
diarahkan kepada mempertahankan kondisi dasar atau status
kesehatan masyarakat yang bersifat positif yang dapat
mengurangi kemungkinan suatu penyakit atau factor risiko
dapat berkembang atau memberikan efek patologis.

Contoh
Secara umum:
Membuat kebijakan ttg pembatasan2 thd faktor risiko
Menyediakan sarana prasarana olahraga
Secara khusus (misal utk penyakit hipertensi dan
stroke):
Kebijakan ttg dinaikkannya cukai produk rokok
Kebijakan untuk kawasan dilarang merokok
Pencanangan jumat sehat (wajib olahraga tiap hari jumat
utk seluruh instansi)
Pembatasan jumlah gerai fastfood yg didirikan di suatu
daerah

Adl Upaya pencegahan yg dilakukan saat
proses penyakit belum mulai (pd periode
pre-patogenesis) dengan tujuan agar tidak
terjadi proses penyakit
Tujuan: mengurangi insiden penyakit dengan
cara mengendalikan penyebab penyakit dan
faktor risikonya
Terdiri dari:
1. Health promotion
2. Specific protection
Dilakukan melalui 2 strategi: populasi dan
individu

Health Promotion
Pendidikan kesehatan, penyuluhan
Gizi yang cukup sesuai dengan perkembangan
Penyediaan perumahan yg sehat
Konseling perkawinan
Genetika
Pemeriksaan kesehatan berkala
Spesific Protection
Penggunaan gizi tertentu
Perlindungan terhadap zat yang dapat
menimbulkan kanker
Menghindari zat-zat alergenik


Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah
berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit
(patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak
berlanjut

Tujuan: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan
mencegah komplikasi

Bentuknya berupa deteksi dini dan pemberian pengobatan
(yang tepat)

Fase penyakit Tahap dini Penyakit
Target Pasien



Diagnosis dini dan pengobatan segera
Penemuan kasus (individu atau masal)
Skrining
Pemeriksaan khusus dengan tujuan
Menyembuhkan dan mencegah penyakit
berlanjut
Mencegah penyebaran penyakit menular
Mencegah komplikasi dan akibat lanjutan
Memperpendek masa ketidakmampuan



Pengobatan yang cukup untuk
menghentikan proses penyakit
mencegah komplikasi dan sekuele yg lebih
parah
Penyediaan fasilitas khusus untuk
membatasi ketidakmampuan dan
mencegah kematian


Upaya pencegahan tersier bagi masyarakat
mencakup ketersediaan fasilitas, layanan, dan
tenaga medis kedaruratan yang adekuat untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang di
dalamnya upaya pencegahan primer dan
sekunder sudah tidak ampuh.
Contohnya mencakup rehabilitasi, layanan
ambulan rumah sakit, dokter dan dokter
bedah, perawat, dan tenaga professional
kesehatan yang lain.

Diabetes Militus
Diabetes Militus adalah kondisi dimana tubuh
seseorang mengalami gangguan dalam
mengendalikan kadar glukosa darah.
Akibatnya, kadar glukosa darah meningkat
(hiperglikemia) secara berkepanjangan (kronik).

Penyebab Diabetes Militus
Diabetes Militus
Tipe 1
- Penyakit
Autoimun tubuh
kekurangan hormon
insulin
Diabetes Militus Tipe
2
Kombinasi faktor
genetik dan
Lingkungan
Umur
Pada negara maju, penyakit DM cenderung diderita oleh
penduduk berusia di atas 64 tahun sedangkan pada negara
berkembang, penyakit DM cenderung diderita oleh penduduk
berusia 45-64 tahun. DM tipe 1 : DM tipe 1 umumnya terjadi
pada anak-anak dan remaja ataupun usia muda DM tipe 2 :
berumur 40 Tahun lebih.
Tempat
Menurut laporan PERKENI tahun 2005 dari berbagai penelitian
epidemiologi di Indonesia, menunjukkan bahwa angka prevalensi
DM terbanyak terdapat di kota kota besar, antara lain Jakarta
(12,8%), Surabaya (1,8%), Makassar (12,5%), dan Manado (6,7%).
Sedangkan prevalensi DM terendah terdapat di daerah pedesaan,
antara lain Tasikmalaya (1,8%) dan Tanah Toraja (0,9%).
Waktu
tahun 2003, WHO menyatakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8
miliar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita Diabetes
mellitus dan tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi 7,3%.

Pencegahan
Primordial
Primer
Sekunder
Tersier
Pencegahan ditujukan kepada orang-orang yang masih
sehat agar tidak memiliki faktor risiko untuk terjadinya
DM
Penyediaan sarana dan prasarana olahraga
Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan
Larangan merokok

Upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk
kelompok risiko tinggi. Hal yang perlu dilakukan adalah
penyuluhan mengenai perlunya pengaturan gaya hidup
sehat sedini mungkin dengan memberikan pedoman,
yaitu mempertahankan pola makan sehari-hari yang
sehat dan seimbang seperti :
Meningkatkan konsumsi sayuran dan buah,
Membatasi makanan tinggi lemak dan
karbohidrat sederhana
Mempertahankan berat badan normal sesuai
dengan umur dan tinggi badan.
Melakukan kegiatan jasmani yang cukup dan
sesuai dengan umur dan kemampuan
Ditujukan untuk mencegah agar tidak terjadi
komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit. Hal
yang perlu dilakukan pada tingkatan pencegahan ini
adalah Penyuluhan untuk penderita DM agar mereka
dapat mengendalikan penyakitnya dalam mengontrol
gula darah, mengatur makanan, dan melakukan
aktifitas olah raga sesuai dengan keadaan dirinya dan
Memberikan obat hipoglikemik baik oral maupun
insulin.

Pencegahan dilakukan agar tidak terjadi kecacatan
lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi.
Deteksi dini komplikasi DM agar komplikasi
DM tersebut dapat dikelola dengan baik
Upaya rehabilitasi pada pasien dilakukan
sedini mungkin sebelum kecacatan menetap
Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
Jakarta: Rineka Cipta
Zakiyah, Dini. 2008. Faktor-faktor Resiko. Jakarta :
Universitas Indonesia
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30732/4
/Chapter%20II.pdf (diakses, 1 September 2014, 10.00 WIB)
http://kesehatanvegan.com/2009/10/02/tahap-tahap-
pencegahan-penyakit/ (diakses 1 September 2014, 10.35)
http://www.kalbenutritionals.com/diabetasol/tips_detail.
asp?id=5 (diakses 1 September 2014, 11.00)
http://diabetesmelitus.org/penyebabdiabetesmelitus//(dia
kses, 1 September12.00)

Anda mungkin juga menyukai