Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belaka
Kanker adalah proses perkembangan mutasi DNA di dalam sel jaringan yang
tidak normal. Akibat kemampuan selnya untuk bermutasi dan menyebar ke organ
lain, kanker payudara adalah penyebab utama wanita merenggang nyawa di seluruh
dunia. Kanker payudara yakni perkembangan jaringan abnormal yang berasal dari
sel epitel dan lobus payudara (jaringan yang membentuk kelenjar yang
memproduksi susu. (Komite Penanggulangan Kanker Nasional, 2015).

The Union for International Cancer Control (UICC) memperkirakan pada


tahun 2020 akan ada 2,2 juta kasus baru kanker payudara pada wanita. Pada tahun
2020, satu dari sepuluh diagnosis kanker adalah kanker payudara. Sejumlah
perkiraan 684.996 kematian orang akan meninggal akibat kanker payudara pada
tahun 2020. Menurut Global Burden of Cancer Survey (Globocan) 2020, pada tahun
2020 terdapat sekitar 234.511 kasus kanker. Kanker payudara menyumbang 16,6%
atau 65.858 kasus baru dari total 396.914 kasus di Indonesia. Dengan 36.633 kasus,
kanker serviks menyumbang 9,2% dari total kasus kanker. Kanker paru
menyumbang 8,8% dari seluruh kasus dengan 34.783 kasus, diikuti oleh kanker hati
dengan 21.392 kasus (5,4%) dan kanker nasofaring (kanker tenggorokan) dengan
19.943 kasus (5%).

Tujuh puluh persen kasus kanker payudara didiagnosis pada stadium lanjut,
yang secara signifikan berkontribusi terhadap tingginya angka kematian akibat
penyakit ini. Untuk deteksi dini kanker payudara, menggunakan uji Clinical Breast
Examination (CBE) pada wanita usia subur (WUS). Tes ini dimaksudkan untuk
mendeteksi kelainan payudara dan mengevaluasi tingkat keparahan kanker
payudara sebelum menyebar. Sekitar 1,5% wanita usia subur (WUS) memiliki
benjolan (tumor). Angka ini 20% lebih tinggi di Kota Magelang dibandingkan
dengan daerah lain. Selain itu, 546 WUS di wilayah Pekalongan yang melakukan

1
2

skrining CBE ditemukan 22 WUS dengan benjolan. Angka kejadian yang tinggi ini
meningkatkan risiko kanker payudara. (Profil Kesehatan Jawa Tengah, 2021).

Menurut rekam medis RSUD Kraton di Kabupaten Pekalongan, pada tahun


2021 terdapat 56 pasien kanker payudara yang menjalani operasi mastektomi,
sedangkan pada tahun 2022 terdapat 83 pasien kanker payudara yang menjalani
operasi mastektomi. Kesimpulannya jumlah pasien kanker payudara yang
menjalani operasi terus meningkat.

Pembedahan kanker payudara adalah pengobatan untuk kanker payudara


stadium lanjut yang telah menyebar (bermetastasis) ke area lain di tubuh. Karena
kanker payudara bersifat invasif secara lokal dan pada awalnya meluas ke kelenjar
getah bening yang berdekatan, aliran darah, atau keduanya, maka mastektomi
merupakan pilihan tindakan medis.

Pasien kanker payudara mrngalami efek fisik dan psikologis. Efek fisik dapat
berupa kerontokan rambut akibat kemoterapi, penurunan berat badan yang drastis
akibat kekurangan nutrisi, integritas kulit akibat terapi radiasi, rasa sakit akibat
massa yang membesar, dan gangguan nafsu makan. Efek psikologis dari kanker
payudara dan pengobatannya meliputi perasaan tidak berdaya, cemas, malu,
kehilangan harga diri, tegang, dan masalah citra tubuh.

Kecuali disebabkan oleh faktor keturunan (faktor genetik), kanker payudara


lebih banyak terjadi pada wanita di atas usia 40 tahun dan cenderung menetap
setelah menopause. Wanita memiliki risiko lebih tinggi daripada pria karena wanita
memiliki kadar estrogen yang lebih tinggi (Marice S, 2014).

Ada dua jenis operasi kanker payudara: lumpektomi, yaitu hanya mengangkat
tumor dan bukan seluruh payudara, dan mastektomi, yang mengangkat jaringan
payudara dan puting susu. (Smeltzer & Bare, 2015).

Selama pasca-mastektomi, pasien mungkin mengalami berbagai masalah terkait


perawatan, termasuk rasa nyeri akibat sayatan bedah. Nyeri adalah pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh cedera
3

jaringan yang sebenarnya atau yang akan terjadi di dalam tubuh. Ketika jaringan
terluka atau rusak, tubuh melepaskan zat-zat yang dapat merangsang reseptor nyeri,
termasuk serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, dan zat-zat
yang menyebabkan respons nyeri (Kozier, erb berman, 2010).

Menurut SIKI DPP PPNI (2018), dan Zakiyah (2015), pasien pasca operasi
mastektomi menggunakan strategi farmakologi dan non farmakologi untuk
mengatasi atau mengurangi nyeri. Dengan pemberian obat analgesik, strategi
farmakologi yang digunakan perawat untuk mengurangi nyeri pada pasien
merupakan bentuk kerja sama dengan tim medis. Teknik relaksasi adalah salah satu
strategi pereda nyeri non-farmakologis yang dapat dilakukan perawat.

Penulis menyusun kti yang berjudul "Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada
Pasien Post Mastektomi di Rumah Sakit Umum Daerah Kraton" dengan
menggunakan data-data tersebut.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam kasus
ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Post
Mastektomi di Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menggambarkan Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada pasien Post
Mastektomi di Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Kabupaten Pekalongan
2. Tujuan Khusus
1. Menuliskan hasil pengkajian pada pasien Post Mastektomi.
2. Menuliskan diagnosis keperawatan nyeri pada pasien Post Mastektomi.
3. Menuliskan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan nyeri
pada pasien Post Mastektomi.
4. Menuliskan tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
nyeri pada pasien Post Mastektomi.
4

5. Menuliskan evaluasi masalah keperawatan nyeri pada pasien dengan


Post Mastektomi.
6. Membahas hasil pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan,tindakan dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk
mengatasi nyeri pada pasien Post Mastektomi.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan bahwa hasil penulisan KTI ini akan memberikan kontribusi
terhadap kemajuan pengetahuan dan praktik, khususnya dalam asuhan
keperawatan pasien pasca-mastektomi dengan nyeri akut.
2. Manfaat Praktis.
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Penyusunan KTI diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan, khususnya bagi pasien dengan nyeri akut setelah
mastektomi, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Diharapkan hasil penyusunan KTI dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya
edukatif, khususnya pada pasien dengan nyeri akut post mastektomi.

Anda mungkin juga menyukai