Anda di halaman 1dari 8

Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Ansietas pada Pasien Preoperasi

Laparatomi di Ruang Raudhah Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin


Banda Aceh Tahun 2017

Junardi
e-mail: junardiarsyad79@gmail.com

ABSTRAK

Pasien yang akan menjalani operasi laparatomi biasanya akan mengalami ketakutan dan
ansietas. Ansietas yang dialami pasien berbeda – beda alasan diantaranya ansietas menghadapi
ruangan operasi, dan ansietas bila operasi gagal. Sebagian perawat kurang memberikan
informasi terbaru mengenai kondisi pasien. Komunikasi terapeutik memberikan pengertian
antara perawat dan pasien dengan tujuan membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban
pikiran serta diharapkan dapat menghilangkan ansietas pasien. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan ansietas pada pasien preoperasi
laparatomi di ruang Raudhah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
Penelitian ini bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel
penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling berjumlah 61 orang pasien di ruang
Raudhah. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 3 Juli - 3 September 2017 dengan cara
mengedarkan kuesioner. Analisa data dilakukan menggunakan sofware komputer. Hasil
penelitian menunjukkan komunikasi terapeutik perawat baik 30 0rang (44,3 %) dan ansietas
pada pasien ringan 27 orang (44,3 %). Hasil uji statistik chi-square menunjukkan adanya
hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan ansietas pada pasien preoperasi laparatomi di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh ( p- value = 0,000). Diharapkan
semakin meningkat bagi perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik kepada pasien
terutama pada persiapan preoperasi agar pasien tidak mengalami ansietas

ABSTRACT

Patients who will undergo laparatomy surgery will usually experience fear and
anxiety. The anxiety that patients experience varies - the reasons for which are anxious to face
the operating room, and anxious when surgery fails. Some nurses do not provide the latest
information about the patient's condition. Therapeutic communication provides understanding
between nurses and patients with the aim of helping patients clarify and reduce the burden of the
mind and is expected to eliminate patient anxiety. The purpose of this study to determine the
relationship of therapeutic nurse communication with anxiety in laparatomi preoperative
patients in space Raudhah Regional General Hospital dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. This
research is analytic with cross sectional approach. Sampling of this research using purposive
sampling technique amounted to 61 patients in space Raudhah. This research was conducted on
3 July - 3 September 2017 by distributing questionnaires. Data analysis is done using computer
software. The results showed therapeutic nurse communication both 60 0rang (98.4%) and
anxiety in light patients 27 people (44.3%). The result of chi-square statistic test shows that
there is a therapeutic communication relationship of nurse with anxiety in laparatomy
preoperative patient at Dr Zainoel Abidin Banda Aceh General Hospital (p-value = 0.000). It is
expected to increase for the nurse in conducting therapeutic communication to patient especially
in preoperative preparation so that patients do not experience anxiety

Keywords: Therapeutic communication, anxiety, laparatomy preoperative

38
Pendahuluan terdapat peningkatan jumlah pembedahan
Pembedahan (operasi) adalah suatu laparatomi sebanyak 37,5% di seluruh negeri dari
tindakan pengobatan yang dilakukan dengan cara 16.000 menjadi 60.000 operasi laparatomi (WHO,
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang 2010).
akan ditangani. Pembukaan tubuh ini umumnya Berdasarkan laporan Departemen
dilakukan dengan membuat sayatan. Setelah Kesehatan RI (Depkes) tindakan pembedahan
bagian yang akan ditangani ditampilkan kemudian laparatomi meningkat dari 162 padatahun 2007
dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri menjadi 983 pada tahun 2008 dan 1.281 kasus
dengan penutupan dan penjahitan luka pada tahun 2009, tindakan bedah menempati
(Maryunani, 2013). urutan ke 10 dari 50 pertama penyakit di rumah
Salah satu jenis operasi yang dilakukan sakit se-Indonesia dengan persentase 15,7% yang
adalah laparatomi. Laparatomi merupakan salah diperkirakan 45% diantaranya merupakan
satu pembedahan mayor, dengan melakukan tindakan bedah laparatomi (Depkes, 2011).
penyayatan pada lapisan-lapisan dinding abdomen Setiap orang berbeda-beda dalam
untuk mendapatkan bagian organ abdomen yang memahami tentang pembedahan, biasanya mereka
mengalami masalah (hemoragi, perforasi, kanker, mempunyai ketakutan dan keluhan tertentu. Salah
dan obstruksi usus) (Sjamsuhidayat, 2005). Pasien satu ketakutan pasien adalah cemas. Cara terbaik
yang akan menjalani operasi akan mengalami untuk menghindari ansietas pada pasien
ketakutan dan kecemasan karena merupakan preoperasi adalah dengan cara melakukan
pengalaman baru bagi pasien yang akan menjalani komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik
operasi. adalah hubungan personal antara perawat dan
Ansietas pada pasien preoperasi, dapat klien, di mana perawat berupaya agar klien dapat
diperlihatkan dari respon fisiologis diantaranya mengatasi masalahnya sendiri atau masalahnya
denyut jantung meningkat 10 kali per menit dari dengan orang lain atau lingkungan (Priyanto,
batas normal selama tiga kali observasi dan 2012).
adanya palpitasi. Kecepatan pernapasan Menurut Zen (2013), Komunikasi
meningkat lebih dari lima kali per menit selama 3 terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan
kali per menit. Tekanan darah meningkat lebih secara sadar oleh perawat bertujuan untuk
dari 10 mmHg di atas nilai normal selama 3 kali kesembuhan pasien. Jadi komunikasi terapeutik
observasi (Sjamsuhidajat& Jong, 2005). adalah komunikasi yang dilakukan seorang
Menurut, Sawitri & Sudaryanto (2004) perawat yang memberikan rasa aman dan nyaman
dalam Siti fadhilah (2014), berbagai alasan yang terhadap pasien sehingga dapat mengurangi
melatar belakangi ansietas pada pasien pra bedah tingkat kecemasan pasien yang di rawat di rumah
antara lain cemas menghadapi pembiusan, takut sakit.
mati saat operasi, cemas menghadapi body image Berdasarkan pengalaman melakukan
yang berupa cacat yang akan menganggu fungsi kegiatan di RSUDZA, penulis melihat dari
peran pasien. Selain itu pandangan bahwa beberapa orang yang akan menjalani operasi
pembedahan akan menimbulkan kerusakan pada diantaranya mengalami ansietas. Ansietas yang
bagian tubuh tertentu serta nyeri yang hebat dialami pasien berbeda-beda alasan diantaranya
menyebabkan klien pada umumnya merasa takut adalah cemas menghadapi ruangan operasi, dan
atau cemas. Ansietas pre operatif memiliki sifat cemas bila operasi gagal. Sebagian perawat
subyektif, dan secara sadar perasaan tentang kurang memberikan informasi terbaru mengenai
ansietas serta ketegangan yang disertai kondisi pasien dan ketika perawat memberikan
perangsangan sistem saraf otonom menyebabkan informasi kondisi pasien kurang dipahami oleh
peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan pasien dan anggota keluarganya, dimana ada
tingkat respirasi. beberapa perawat menggunakan kata kata dan
Berdasarkan data World Health kalimat yang sering digunakan dalam dunia
Organization (WHO, 2009), diperkirakan setiap kedokteran/medis sehingga mempersulit
tahun ada 230 juta pembedahan utama yang pemahaman pasien dan anggota keluarga.
dilakukan diseluruh dunia. Di Negara Amerika Berdasarkan hasil penelitian Wicaksana
Serikat angka pembedahan laparatomi (2015), di Instalansi Bedah Sentral Rumah Sakit
disampaikan telah meningkat sebesar 50% dalam Umum Ambarawa Kabupaten Semarang tentang
sepuluh tahun terakhir, yakni pada tahun 2006 komunikasi terapeutik perawat pasien preoperasi
sebesar 31,1%, antara tahun 2003 sampai 2010 berada pada kategori kurang sebanyak 27 orang

39
(48,2%). Komunikasi terapeutik pasien preoperasi Cross sectional merupakan penelitian seksional
di Instalansi Bedah Sentral Ambarawa Kabupaten silang variabel sebab/resiko dan akses/kasus yang
Semarang kategori kurang ditunjukan dengan terjadi pada objek pemilihan yang di ukur.
jawaban reponden yang menyatakan bahwa Penelitian yang mengukur tinggi rendahnya
perawat kurang mempertahankan kontak mata masalah oleh karena itu seringkali disebut sebagai
ketika berbicara sebelum operasi dengan pasien penelitian prevalensi (Sarwono, 2006).
(69,6%), perawat sebelum operasi kurang Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
memberikan nasehat saat pemberian informasi menggunakan instrumen penelitian berupa
kepada pasien (71,4%), dan perawat kurang jujur kuesioner. Kuesioner merupakan teknik
dan terbuka ketika menyampaikan informasi pengumpul data yang dilakukan dengan cara
sebelum operasi (80,4%). memberikan seperangkat pertanyaan tertulis
Berdasarkan hasil penelitian dilakukan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono,
Siti Fadilah (2014) di rumah sakit umum pusat 2010). Peneliti melakukan pengolahan data
Dr. Sardjito 59% pasien preoperasi mengalami melalui beberapa tahap yaitu editing, coding,
ansietas ringan, dan 28% mengalami ansietas tranfering dan tabulating, selanjutnya dilakukan
berat sampai panik. Sedangkan gambaran analisis data secara univariat dan bivariat
tingkatan ansietas pasien preoperasi di Rumah menggunakan uji statistik Chi-Square
Sakit Roemani Semarang sesudah mendapatkan
informasi mengalami perubahan dari cemas berat Hasil dan Pembahasan
menjadi sedang 18,3%, kategori cemas berat Hasil Penelitian
78,3%, panik 3,3% (Umi 2005). Di RS Bethesda
pasien yang menjalani operasi mengalami Responden dalam penelitian ini berjumlah
kecemasan tingkat ringan. 61 orang. Karakteristik demografi dapat dilihat
Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan pada tabel1 .
yang dilakukan peneliti di ruang Raudhah di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zaionel Abidin Tabel 1 Karakteristik Demografi Responden
(RSUDZA) pada bulan Juni 2017 didapatkan data Data Demografi Responden F %
jumlah pasien laparatomi dari bulan Mei 2016- Umur
Mei 2017 berjumlah 158 pasien dan dari hasil 17 - 25 10 16.4
wawancara yang peneliti lakukan di ruang 26 - 35 7 11.5
Raudhah Rumah Sakit Umum Daerah dr.Zainoel 36 – 45 21 34.4
Abidin terhadap 10 pasien yang akan menjalani 46 – 55 16 26.2
operasi, di dapatkan hasil bahwasanya tingkat 56 – 65 7 11.5
kecemasan pasien berbeda antara satu dengan Pendidikan Terakhir
yang lainya, 5 (50%) pasien mengatakan cemas, SD/MIN 1 1.6
takut operasi gagal dan takut keganasan penyakit SMP/MTsN 6 9.8
(apabila diagnosa yang ditegakkan belum pasti), 3 SMA/MAN 35 57.4
(30%) mengatakan agak cemas karena Perguruan Tinggi 11 31.1
menghadapi ruang operasi dan peralatan Pekerjaan
pembedahan dan 2 (20%) pasien mengatakan Pensiunan 3 4.9
biasa-biasa saja. Peneliti juga menanyakan tentang Wiraswasta 18 29.5
komunikasi terapeutik perawat terhadap pasien. Petani/ Nelayan 3 4.9
Pasien mengungkapkan bahwa pada umumnya PNS 10 16.4
perawat kurang memberikan informasi tentang Tidak Bekerja 2 2.8
tindakan yang akan dilakukan (prosedur Lain – lain (IRT, Siswa 18 29.5
pembedahan) yang menyebabkan pasien kurang Mahasiswa)
informasi sehingga pasien tidak mengetahui Jenis Kelamin
tentang tindakan yang dilakukan sehingga pasien Laki - laki 30 49.2
merasa cemas. Perempuan 31 50.8
Metode Penelitian Agama
Penelitian ini menggunakan rancangan Islam 61 100
penelitian kuantitatif korelational dengan Jumlah 61 100
menggunakan metode pendekatan cross sectional. .

40
Berdasarkan table 1 diperoleh Pembahasan
informasi tentang karakteristik responden Pada bab ini peneliti akan menjelaskan
bahwa umumnya responden berada pada tentang interpretasi hasil penelitian, keterbatasan
kelompok usia dewasa akhir (36-45 tahun) penelitian dan implikasinya bagi keperawatan.
sebanyak 21 orang (34,4%), berjenis kelamin Interpretasi hasil penelitian dilakukan dengan
perempuan sebanyak 31 orang (50,8%) dan membandingkan berbagai temuan dalam hasil
seluruh responden sebanyak 61 orang (100%) penelitian dengan hasil - hasil penelitian
beragama islam. Sebagian besar pendidikan sebelumnya dan juga dengan konsep dan teori
responden adalah SMA/MAN sebanyak 35 yang terkait dengan hasil-hasil penelitian ini.
orang (57,4%) dan mayoritas responden tidak Keterbatasan penelitian akan dibahas dengan
bekerja (ibu rumah tangga, mahasiswa/i, membandingkan proses penelitian yang telah
dansiswa/i yaitu 18 orang (29,5%)dan dilalui dengan kondisi ideal yang seharusnya
wiraswasta yaitu 18 orang (29,5%). dicapai. Implikasi penelitian akan diuraikan sesuai
dengan konteks yang dihasilkan dari hasil atau
Tabel 2 Komunikasi Terapeutik Perawat temuan penelitian dan diimplikasikan terhadap
pelayanan, pendidikan dan penelitian.
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa
komunikasi terapeutik perawat adalah sebanyak 1. Komunikasi Terapeutik Perawat
15 (24,6%) perawat kurang melakukan Berdasarkan analisa data yang telah
komunikasi terapeutik, 16 (26,2%) perawat cukup dilakukan, peneliti menemukan bahwa dari 61
dalam melakukan komunikasi terapeutik, responden terdapat 30 orang ( 49,2 %) pasien
sedangkan 30 (49,2%) perawat melakukan menyatakan komunikasi terapeutik perawat
komunikasi terapeutik dengan baik. berada pada kategori baik dalam melakukan
asuhan keperawatan di Ruang Raudhah Rumah
Tabel 3 Ansietas pasien preoperasi Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa Aceh.
dari 61 responden, mayoritas responden yaitu 17 Hal ini sangat berdampak positif bagi
orang (27,9%) memiliki tingkat kecemasan berat profesi keperawatan, mengingat bahwa
dan 17 orang (27,9%) memiliki tingkat komunikasi terapeutik perawat merupakan
kecemasan sedang, sebagian lainnya yaitu 27 sarana dalam membawa hubungan antara
orang (44,3%) memiliki tingkat kecemasan ringan perawat dan pasien, dan dapat mempengaruhi
dalam menghadapi operasi. penurunan tingkat ansietas yang dialami
pasien. Dalam hubungan ini perawat dan
Tabel 4 Hubungan komunikasi terapeutik pasien memperoleh pengalaman belajar
perawat dengan ansietas pasien preoperasi bersama dalam memperbaiki pengalaman
laparatomi emosional pasien (Stuart G.W dansundeen S.J
Dari tabel 4 menunjukkan bahwa 2013).
berdasarkan hasil analisis hubungan antara Komunikasi terapeutik dapat
komunikasi terapeutik perawat dengan ansietas menurunkan kecemasan pasien, karena pasien
pasien preoperasi laparatomi diperoleh bahwa merasa bahwa interaksinya dengan perawat
dari 30 responden yang mempersepsikan merupakan kesempatan untuk berbagi
komunikasi terapeutik perawat baik mayoritas pengetahuan, perasaan dan informasi dalam
pasien mengalami tingkat kecemasan ringan rangka mecapai tujuan keperawatan yang
sebanyak 22 (73,3%) orang, sedangkan dari 31 optimal, sehingga proses pelaksanaan operasi
responden yang mempersepsikan komunikasi dapat berjalan lancar tanpa adanya kendala
terapeutik perawat cukup/kurang diperoleh (Siti& Ida, 2012).
mayoritas pasien mengalami kecemasan sedang Hasil penelitian tentang komunikasi
sebanyak 12 (38,7%) orang. Berdasarkan uji terapeutik perawat pada pasien preoperasi di
chi-square test diperoleh nilai p-value = 0,000. RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo dominan
Nilai tersebut lebih kecil dari α = 0,05, dengan kategori baik yaitu sebesar 66,7%. Komunikasi
demikian Hipotesa alternatif (Ha) diterima terapeutik perawat dikatakan baik bila perawat
artinya ada hubungan antara komunikasi bekerjasama dengan pasien mendiskusikan
terapeutik perawat dengan kecemasan pada tentang masalah yang sedang dihadapi untuk
pasien preoperasi laparatomi. pencapaian tujuan tindakan keperawatan,

41
perawat memberi informasi tentang tindakan dengan harga diri rendah rentan mengalami
keperawatan yang akan dilakukan dan ansietas yang berat (Stuart, 2007).
melakukan evaluasi hasil tindakan keperawatan
terhadap pasien (Setiowati, 2012). Ansietas pada pasien preoperasi biasa
Berdasarkan uraian diatas peneliti memiliki penyebab ansietas yang berbeda-beda
dapat berasumsi bahwa komunikasi terapeutik yaitu khawatir tidak tahan nyeri, bingung akan
perawat merupakan komponen penting yang perawatan luka, khawatir luka tidak sebuh, takut
harus dilakukan dalam memberikan asuhan bagaimana nanti di kamar operasi. Pernyataan ini
keperawatan guna meningkatkan kondisi sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa
kesehatan pasien serta memenuhi kebutuhan operasi akan mengakibatkan rasa cemas karena
pasien. Hal ini sangat sejalan dengan kaitan dengan takut akan sesuatu yang belum
komunikasi terapeutik perawat yang diketahui, nyeri, perubahan citra tubuh, perubahan
dipersepsikan oleh pasien dengan sangat baik fungsi tubuh, kehilangan kendali, dan kematian
yang ditunjukkan dengan sikap perawat yang (Baradero ,2008).
sering sekali menanyakan kebutuhan pasien
selama dirawat, sering juga memperhatikan Hasil penelitian ini sejalan dengan
kenyamanan pasien, mengabaikan keluhan penelitian oleh Banjarnahor (2014) tentang tingkat
pasien, sering menjelaskan terkait tindakan kecemasan pada pasien perioperatif di Rumah
keperawatan yang dilakukan, selalu melibatkan Sakit umum Daerah Dr. Pirngadi Medan tentang
pasien ketika berdiskusi tentang kesehatan gambaran tingkat kecemasan pasien preoperasi
pasien. yakni kecemasan ringan 19 responden (47.5%),
kecemasan sedang 13 responden (32.5%) dan
2. Ansietas pada pasien Preoperasi
ansietas berat 8 responden (20%).
Laparatomi
Hasil dari penelitian pada pasien Hasil penelitian ini didukung oleh
preoperasi di Ruang Raudhah di Rumah Sakit penelitian Sari, A (2016) tentang “hubungan
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh pemberian informasi dengan tingkat ansietas pada
menunjukkan bahwa mayoritas responden yaitu pasien preoperasi di RSUD Pirngadi Medan”,
sebanyak 17(27,9%) orang memiliki tingkat hasil penelitian terhadap 68 responden
ansietas sedang, 17(27,9%) orang memiliki menunjukkan bahwa mayoritas pasien berada
tingkat ansietas berat, dan sebanyak 27 (44,3%) pada tingkat ansietas sedang sebanyak 37
orang memiliki tingkat ansietas ringan. responden (54,51%).
Tinggi dan rendahnya angka penderita Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat
yang mengalami ansietas berat, sedang dan ringan berasumsi bahwa tingkat ansietas pada pasien
dapat dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang preoperasi memiliki stresor yang berbeda pada
dapat menimbulkan ansietas. Hal ini bisa saja setiap pasien, ada beberapa stresor yang dapat
disebabkan karena pasien merasa takut karena mempengaruhinya antara lain adalah; takut akan
akan dilakukan operasi, takut jika sakitnya tidak dilakukan operasi, takut jika sakitnya tidak
sembuh, takut terhadap peralatan operasi, selain sembuh, takut terhadap peralatan operasi, takut
itu juga karena takut akan kematian akan sesuatu yang belum diketahui, nyeri,
(Maryuni,2014). perubahan citra tubuh, perubahan fungsi tubuh,
Menurut Stuart (2007) tanda-tanda respon dan kematian. Hasil penelitian ini menunjukkan
cemas sedang yaitu sering nafas pendek, nadi dan sebagian besar pasien mengalami ansietas ringan
tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, dengan mayoritas pasien (44,3%) menjalani
gelisah, lapang pandang menyempit, rangsangan operasi laparatomi yaitu operasi yang dilakukan
luar tidak mampu diterima, bicara banyak dan apabila terjadi masalah kesehatan yang berat pada
lebih cepat, susah tidur dan perasaan tidak enak. area abdomen, misalnya trauma abdomen.
Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul Distribusi responden menurut jenis
akibat dari perasaan takut terhadap ketidak kelamin menunjukkan bahwa sebagian besar
setujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas responden adalah perempuan (73,3%). Berkaitan
juga berhubungan dengan perkembangan trauma, dengan kecemasan pada pria dan perempuan,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang Lukluk (2008), mengatakan bahwa perempuan
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu lebih cemas akan ketidakmampuannya dibanding

42
dengan laki-laki. Laki-laki lebih aktif, eksploratif, dengan tingkat ansietas keluarga pasien,
sedangkan perempuan lebih sensitif. Perempuan dengan p-value sebesar 0,000 (α = 0,05).
lebih mudah dipengaruhi oleh tekanan-tekanan
lingkungan daripada laki-laki. Perempuan juga Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat
lebih cemas, kurang sabar, dan mudah berasumsi bahwa komunikasi terapeutik yang
mengeluarkan air mata. Lebih jauh lagi, dalam ditunjukkan oleh perawat dalam memberikan
berbagai studi ansietas secara umum, menyatakan asuhan keperawatan dapat memepengaruhi
bahwa perempuan lebih cemas daripada laki-laki. keadaan fisik maupun psikologis pasien. Tanpa
Karena sebagian besar responden adalah adanya komunikasi terapeutik yang baik maka
perempuan, maka tingkat ansietas juga sangat ansietas pasien tidak tertangani, sehingga
mempengaruhi. mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis
pada pasien seperti peningkatan nadi dan tekanan
3. Hubungan Komunikasi Terapeutik darah yang mengakibatkan pasien mengalami
Perawat denganTingkat Ansietas penundaan operasi. Bagi pasien komunikasi
pasien Preoperasi terapeutik perawat yang baik dapat mempengaruhi
respon psikologisnya yaitu menurunkan ansietas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang dihadapi pasien sebelum operasi. Hal ini
responden yang mempersepsikan komunikasi dapat dilihat dari hasil penelitian ini yang
terapeutik perawat baik mengalami tingkat menunjukkan bahwa responden yang
ansietas ringan (73,3%), sedangka responden mempersepsikan komunikasi terapeutik perawat
yang mempersepsikan komunikasi terapeutik yang baik mayoritas pasien mengalami ansietas
perawat cukup/kurang diperoleh mayoritas ringan, sedangkan responden yang
pasien mengalami kecemasan sedang (38,7%). mempersepsikan komunikasi terapeutik perawat
Berdasarkan uji chi-square test diperoleh nilai cukup/kurang cenderung mengakibatkan ansietas
p-value = 0,019, dengan demikian Hipotesa pasien sedang.
alternatif (Ha) diterima artinya ada hubungan
antara perilaku caring perawat menurut persepsi Daftar Pustaka
pasien dengan tingkat kecemasan pasien
preoperasi.
Arbani, F.A.(2015). Hubungan komunikasi
Hasil ini sejalan dengan teori yang terapeutik perawat dengan tingkat
menyatakan bahwa perilaku perawat dalam kecemasan pada pasien preoperasi di RS
memberikan asuhan keperawatan secara PKU Muhammadyah Sukoharjo. Dibuka
komperhensif dapat membantu menanggulangi pada situs digilib.
kecemasan pasien (Potter & Perry, 2010). stikeskusumahusada.ac.id. Pada tanggal 5
Agustus 2017
Hasil penelitian lain yang mendukung
dilakukan oleh Arifah (2012) dengan jumlah Arwani.(2003). Komunikasi DalamKeperawatan.
sampel 40 orang. Menyatakan ada pengaruh yang Jakarta: EGC
kuat dan signifikan mengenai pemberian
informasi tentang persiapan operasi dengan Dorland, W.A. Newman. (2011).
pendekatan komunikasi terapeutik terhadap KamusKedokteran Dorland. Jakarta:
tingkat ansietas pasien preoperasi di ruang PenerbitBukuKedokteran EGC
Bougenville RSUD Sleman.
Evi Christina BeruSitepu (2012).
Hasil penelitian tentang hubungan
HubunganMotivasiDenganPenerapanKomu
komunikasi terapeutik perawat dengan ansietas
nikasiTerapeutikOlehPerawatPadaPasien
pada pasien preoperasi laparatomi, mendukung
di RuangInapRumahSakitJiwa Dr.
hasil penelitian terdahulu. Ismi Maulida dkk
SoehartoHeerdjan Jakarta. Diakses pada
(2015) meneliti tentang “hubungan komunikasi
situs www.lib.ui.ac.id. Pada tanggal 13
terapeutik perawat dengan tingkat kecemasan
Februari 2017.
keluarga pasien di Ruang Intensive Care Unit”.
Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan
Fatikhan Fajri Wicaksana (2015). Hubungan
yang signifikan komunikasi terapeutik perawat
Komunikasi Terapeutik Perawat dengan

43
Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Perawat Klien Terhadap Kecemasan Bedah
Pre-operasi di Ruang Operasi RSUD Mayor, Berita Kedokteran Masyarakat. Vol.
Ambarawa. Dibuka pada situs 24, no. 3, September 2008, hal.151-155
perpusnwu.web.id. Pada tanggal 27
Desember 2016. Mundakir.(2006). Komunikasi Keperawatan,
Aplikasi Dalam Pelayanan. Yogyakarta:
Gary G. Wind, MD, FACS dan Norman M. Rich, Graha Ilmu.
MD, FACS (2009). Prinsip-prinsip Teknik
Bedah. Jakarta: SalembaMedika Musliha dan Fatmawati, S (2010). Komunikasi
Keperawatan. Yogjakarta: Muha Medika
Hasan, H. (2002). Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Persepsi Perawat Nurhasanah, N. (2010). Ilmu Komunikasi Dalam
Terhadap Komunikasi Terapeutik Di RSUD Konteks Keperawataan. Jakarta: CV Trans
Solok Sumatra Barat. Tesis Depok: FIK-UI. Info Media.
Diaksespadasitus lib.ui.ac.id.Padatanggal9
Januari 2017 Nurhayati.Dkk, (2012).Konsep Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A.Alimul.(2006). Kebutuhan Dasar
Manusia.Jakarata: SalembaMedika. Nursalam.(2008). Konsepdan Penerapan
Metodologi Penelitian. Jakarta.
Hidayat, A. Alimul. (2011). Kebutuhan Dasar
Manusia; Aplikasi Konsep dan Proses Notoatmodjo.(2005). Metodologi Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Kesehatan .Jakarta: Rineka Cipta

Kozier, B., ERB, G., Berman, A., & Snyder, S. J. Notoatmodjo.S (2010).Metodologi Penelitian
(2010). Buku Ajar Fundamental Kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Keperawatan : Konsep, Proses, & Praktik.
Jakarta: EGC. Potter, Patricia. A. & Perry, Anne G (2005).
Fundamental Keperawatan, Edisi 4,
Nur Kasan (2014). Hubungan Antara Komunikasi Volume 2. Jakarta: EGC.
Terapeutik Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea Ramali, Ahmad. (2000). Kamus Kedokteran.
Di Ruang Ponek RSUD Karanganyar. Jakarta: PT. Djambata
Dibuka pada situs
digilib.stikeskusumahusada.ac.id. Pada Setiowati, S., Aida, R., Zulfa, Atabaki.(2012).
tanggal 27 Desember 2016. Gambaran Tahapan Komunikasi
Terapeutik Perawat Terhadap Pasien
Marlina Andriani (2014). Hubungan Komunikasi RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan
Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pekalongan.
Pasien Di Rawat Inap Bedah RSI Ibnu Sina
Bukit Tinggi. Dibuka pada situs SitiFadhilah, (2014). Hubungan Antara Tingkat
ejournal.stikesyarsi.ac.id. Pada tanggal 3 Kecemasan dengan Status Tanda-tanda
Januari 2017. Vital pada Pasien Pre-operasi Laparotomy
di Ruang Melati III RSUP Dr. Soeradji
Maryunani.(2013). Asuhan Keperawatan Tirtonegoro Klaten. Dibuka pada situs
Perioperatif (Menjelang Pembedahan). www.journal.respati.ac.id.Pada tanggal 29
Jakarta: CV Transinfo Media. Desember 2016.
Priyanto, A. 2012.Komunikasi dan Sjamsuhidajat R, de jong w. (2005). Buku Ajar
Konseling.Aplikasi dalam sarana Ilmu Bedah, edisi 2. Penerbit, buku
pelayanan kesehatan untuk perawat dan Kedokteran. Jakarta: EGC.
bidan.Jakarta :Salemba Medika.
Stuart & Laraia. (2007). Principles and Practice of
Mulyani, S, Paramastri, I, Priyanto, MA 2008, Psychiatric Nursing. USA:Mosby
Komunikasidan Hubungan Terapeutik Company.

44
Stuart, Gail W. (2013). Buku Saku Keperawatan
Jiwa. (Ed.5). (Kapoh, R.P & Yudha, E.K.
Penerjemah). Jakarta: EGC.

Sutrimo, A 2012, Pengaruh Guided Imagery and


Music (GIM) terhadap kecemasan pasien
properasi section cesarean di RSUD
Banyumas, SI Keperawatan, FK Universitas
Jenderal Soedirman Purwokerto.

Suryani (2006). Komunikasi Terapeutik :Teori


Dan Praktik. Jakarta: EGC

Videbeck, S.L. (2008). Buku Ajar Keperawatan


Jiwa (Ed. 4). (Renata Komalasari &
AfrinaHany, Penerjemah). Jakarta: EGC.

45

Anda mungkin juga menyukai