Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEPERAWATAN

https://stikesks-kendari.e-journal.id/JK
Volume 02 | Nomor 03 | Maret | 2019
P-ISSN: 2407-4801

Hubungan Pemberian Informed Consent Dengan Kecemasan Pada Pasien


Pre Operasi Appendisitis Di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe
Nasir Murdiman1, Abdul Aziz Harun2, Nur Rachmi Djuhira L3, Trivita Putri Solo4
1,4
Program Sarjana Keperawatan STIKes Karya Kesehatan
2
STIKes Mandala Waluya
3
Dinas Kesehatan Kota Kendati

Corespondensi Author
Nasir Murdiman
Email: nasirmurdiman045@gmail.com

Kata Kunci :
Memberikan Informed Consent; Ansietas; Appendisitis

Keywords :
Giving Informed Consent; Anxiety; Appendicitis

Abstrak. Pembedahan merupakan salah satu tindakan lanjutan dari penanganan kegawat daruratan
berdasarkan keadaan pasien. Kecemasan pasien sering disebabkan oleh tindakan operasi yang
dilakukan di rumah sakit. Salah satu tugas perawat adalah mampu mengatasi kecemasan pasien.
Informed consent merupakan penjelasan tentang diagnosis dan indikasi prosedur harus menjelaskan
perbedaan antara diagnosis pasti, diagnosis kerja, diagnosis banding, dan tidak ada diagnosis serta
menerangkan bahwa penegakan diagnosis alternatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan pemberian Informed Consent dengan kecemasan pada pasien pre operasi
Appendicitis.Penelitian ini dilaksanakan di BLUD Rumah Sakit Konawe dengan metode Deskriptif
Analitik menggunakan rancangan cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini adalah 39
responden yang diambil secara total sampling. Variabel independen adalah pemberian Informed
Consent dan variabel dependen adalah kecemasan pada pasien pre operasi Appendicitis. Hasil
penelitian uji statistik Mann-Whitney diperoleh ρ 0.042 < 0.05, berarti ada hubungan pemberian
Informed Consent dengan kecemasan pada pasien pre operasi Appendicitis. Simpulan penelitian ini
adalah pemberian Informed Consent berhubungan dengan kecemasan pada pasien pre operasi
Appendicitis. Saran diharapkan pihak rumah sakit memberikan penjelasan tentang prosedur tindakan
operasi untuk meminimalisir kecemasan.

Absctract. Surgery is one of the follow-up actions to deal with emergency emergencies according to
the patient's condition. Surgery at the hospital often causes anxiety in patients. Overcoming or
reducing patient anxiety is one of the nurses' duties Informed consent is an explanation of the
diagnosis and an indication of the procedure must explain the difference between a definite
diagnosis, work diagnosis, differential diagnosis, and no diagnosis and explain that an alternative
diagnosis is enforced. This study aims to determine the relationship between Informed Consent
administration and anxiety in patients with preoperative Appendicitis. This research was carried out
at BLUD Konawe Hospital with Analytical Descriptive method using Cross Sectional Study design.
The sample in this study were 39 respondents taken in total sampling. The independent variable is the
provision of Informed Consent and the dependent variable is anxiety in patients with preoperative
appendicitis. Mann-Whitney statistical test research results obtained ρ 0.042 <0.05, meaning that
there is a relationship between giving Informed Consent with anxiety in patients with preoperative
Appendicitis.The conclusions of this study were the provision of informed consent related to anxiety

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 1


Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

in patients with preoperative appendicitis. Suggestions are expected the hospital to provide an
explanation of surgical procedures to minimize anxiety.

PENDAHULUAN informasi yang efektif, salah satunya dalam


memberikan informed consent 6.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan Informed consent merupakan penjelasan
lanjutan dari penanganan kegawat daruratan tentang diagnosis dan indikasi prosedur harus
sesuai berdasarkan keadaan pasien. Pembedahan menjelaskan perbedaan antara diagnosis pasti,
merupakan tindakan pengobatan invasif dengan diagnosis kerja, diagnosis banding, dan tidak ada
membuka bagian tubuh melalui sayatan yang diagnosis serta menerangkan bahwa penegakan
diakhiri dengan penutupan atau penjahitan luka1. diagnosis alternatif memengaruhi terapi dan hasil
Setiap tahun diperkirakan sebesar 234 juta operasi akhir. Hal tersebut sangat penting untuk
yang dilakukan diseluruh 2. dimengerti oleh ahli bedah, tetapi pasien
Salah satu tugas perawat adalah mampu sebaiknya tidak dilibatkan dalam pengambilan
mengatasi kecemasan pasien, salah satunya keputusan ini, kecuali apabila pilihan pasien dapat
dengan kemampuan komunikasi. Misalnya memengaruhi hasil akhir 7.
Kemampuan komunikasi dalam menjelasan Penelitian terdahulu dilakukan hubungan
prosedur pengobatan. Namun faktanya, sebagai pemberian leaflet dengan tingkat kecemasan
orang yang durasi interaksinya lebih lama dengan pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
pasien komunikasi perawat sering kali tidak endoscopi saluran cerna di RSUD Dr. Soeselo
berfokus pada kecemasan pasien dan persepsinya3 Slawi, menggunakan rancangan survey analitik
Reaksi emosional pasien merupakan salah dengan pendekatan cross sectional study. Sampel
satu efek dari tindakan pembedahan, seperti dalam penelitian berjumlah 18 orang pasien yang
kecemasan pre operasi. Perubahan secara fisik diberil leaflet dan 12 orang tidak diberi leaflet.
dan psikis yang menyebabkan adanya Pengukuran tingkat kecemasan diukur dengan
peningkatan denyut jantung, tekanan darah, menggunakan skala HRSA (Hamilton Rating
frekuensi nafas perubahan energi pasien adalah Scale for Anxiety). Hasil penelitian menunjukkan
efek dari kecemasan yang pada akhirnya dapat tingkat kecemasan pasien yang dilakukan
merugikan pasien karena akan berdampak pada pemeriksaan endoskopi 66,7% tidak cemas dan
pelaksanaan operasi. Kecemasan yang dialami 33,3% mengalami kecemasan.
pasien dapat diakibatkan karena ketidaktahuan Penelitian tentang tindakan keperawatan yang
akan pengalaman pembedahan serta prosedur di terima pasien pre operatif di bangsal badah
pembedahan yang akan dijalani4. RSUP Dr. Kariadi Semarang, terdapat 6 aspek
Kecemasan adalah ketidaknyamanan yang tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu,
timbul sebagai respon tubuh terhadap ketakutan informed consent, psikis/mental, penunjang,
terhadap perlakuan tubuh atau kehilangan sesuatu anestesi dan premedikasi. Pasien harus memahami
yang bernilai. Cemas merupakan suatu keadaan seluruh prosedur yang akan dilalui, risiko yang
emosi dan pengalaman yang subyektif, obyek mungkin timbul, hasil yang diinginkan terapi
yang kurang jelas dan biasanya dimanifestasikan alternatifnya dan secara hukum pembedahan tidak
dengan perasaan yang tidak nyaman, perasaan boleh dilakukan jika pasien belum memahami hal
yang tidak siap, tidak tenang dan merasa terancam tersebut8.
5
. Hasil pengambilan data awal di Ruang
Perawat memiliki peran memberikan Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe, didapati
informasi kepada pasien dan keluarganya bahwa selama tiga tahun terakhir pasien
sehubungan dengan penyakit yang diderita dan appendisitis, tahun 2015 berjumlah 297, Tahun
rencana perawatan kedepannya. Informasi yang 2016 berjumlah 286 dan tahun 2017 berjumlah
diberikan tersebut harus menggunakan informasi 250 sedangkan bulan Pebruari dan Maret 2018
yang efektif dan jelas. Komunikasi interpersonal terdapat 39 pasien yang dilakukan tindakan
merupakan inti pekerjaan bagi seorang perawat. operasi. Hasil wawancara dan observasi di ruang
Semua tugas keperawatan berkisar pada bedah, dalam pemberian informed consent
kebutuhan bagi perawat untuk menjadi pemberi perawat memastikan pasien dengan rencana
tindakan operasi telah mendapat penjelasan dan

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 2


Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

memberikan persetujuan dengan menandatangani Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan


lembar informed consent. Pengamatan dilakukan Umur
pada 5 orang pasien dengan rencana tindakan No Umur n %
operasi yang telah diberikan informed consent, 1 17 – 25 Tahun 5 12,8
didapati pasien tersebut tampak tidak tenang 2 26 – 35 Tahun 12 30,8
selama menunggu jam operasi. Pasien terlihat 3 36 – 45 Tahun 14 35,9
gelisah, cemas , takut dan wajah terlihat 4 > 45 Tahun 8 20,5
kemerahan serta pernafasan cepat. Hasil Jumlah 39 100
wawancara yang dilakukan dengan perawat yang Tabel 2 diatas menunjukkan bahwa dari 39
bertugas di ruang bedah, perawat mengatakan responden terbanyak kelompok umur 36-45 tahun
bahwa pasien yang akan menjalani tindakan berjumlah 14 orang (35,9%), dan terendah umur
operasi cemas dan tidak tenang. Ketidakmampuan 17-25 tahun berjumlah 5 orang (12,8%).
perawat dalam melakukan pencegahan ansietas
pada pasien dapat menjadi faktor penyebab
terjadinya ansietas pada pasien pre operasi, hal ini Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan
bisa dilihat dari pasien banyak bertanya kapan Pendidikan
mereka akan di operasi. Pasien mengatakan No Pendidikan n %
bahwa perawat hanya menanyakan rasa cemas 1 SD 5 12,8
dan kurang fokus pada gejala kecemasan pasien. 2 SMP 5 12,8
Nyeri, keganasan penyakit, pembiusan, kematian 3 SMA 13 33,3
dan kurangnya pengetahuan tentang langkah- 4 Sarjana 16 41,0
langkah operasi bisa menimbulkan kecemasan Jumlah 39 100
pada pasien9. Tabel 3 Diatas menunjukkan bahwa dari
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis 39 responden, terbanyak pendidikan Sarjana
melakukan penelitian dengan judul “hubungan berjumlah 16 orang (41,0%), dan terendah
pemberian Informed Consent dengan kecemasan pendidikan SD dan SMP masing-masing
pada pasien pre operasi apendisitis di Ruang berjumlah 5 orang (12,8%) .
Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe”.

METODE PENELITIAN Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan


Jenis penelitian ini adalah penelitian Pekerjaan
Deskriptif analitik dengan rancangan cross
No Pekerjaan n %
sectional yaitu cara pengambilan data variable
1 PNS 12 30,8
bebas dan variable tergantung dilakukan sekali
2 Swasta 3 7,7
waktu dalam waktu bersamaan11. Penelitian ini
3 Petani 6 15,4
berusaha untuk mengetahui hubungan antara
4 IRT 8 20,5
Informed Consent Dengan Kecemasan Pada
5 Tidak Bekerja 10 25,6
Pasien Pre Operasi Apendisitis di Ruang Bedah
Jumlah 39 100
BLUD Rumah Sakit Konawe 12.
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari
39 responden terbanyak pekerjaan PNS berjumlah
HASIL DAN PEMBAHASAN 12 orang (30,8%) dan terendah pekerjaan swasta
berjumlah 3 orang (7,7%).
Tabel 1 . Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
No Jenis n %
Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan
Kelamin
Pemberian Informed Consent .
1 Laki-Laki 20 51,3
No Pemberian n %
2 Perempuan 19 48,7
Informed
Jumlah 39 100
Consent
Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa yang
1 Setuju 23 59,0
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 20 orang
2 Tidak Setuju 16 41,0
(51,3%) dan perempuan berjumlah 19 orang
Jumlah 39 100
(48,7%).
JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 3
Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa mendengar penjelasan terlebih dahulu pasien


responden setuju diberikan Informed Consent sudah menolak diberikan Informed Consent.
sebanyak 23 responden (59,0%) karena responden Informed consent adalah persetujuan antara
merasa pentingnya dilakukan Informed Consent pemberian informasi (informing) dan pemberian
sebelum tindakan operasi karena pasien dapat persetujuan (consenting). Memahami tentang
mengetahui keadaan penyakitnya, prosedur perjalanan tindakan dan akibat dari tindakan
pembedahaan serta komplikasi yang kemungkinan medis adalah hal yang harus didapatkan saat
timbul saat pelaksanaan disamping itu Informed informasi diberikan. Selain itu, persetujuan
Consent merupakan persetujuan yang diberikan tindakan medis adalah suatu konsep kontekstual
pasien dalam pelaksanaan tindakan operasi. dan hanya sah dalam konteks spesifik. Dengan
Informed consent merupakan penjelasan demikian, persetujuan tindakan medik adalah
tentang diagnosis dan indikasi prosedur harus ekspresi pemahaman dan kerelaan seseorang
menjelaskan perbedaan antara diagnosis pasti, untuk melanjutkan atau menghentikan tindakan
diagnosis kerja, diagnosis banding, dan tidak ada tertentu dalam suatu konteks spesifik. Sebaliknya
diagnosis serta menerangkan bahwa penegakan apabila pasien tidak mau, tidak mengerti, atau
diagnosis alternatif memengaruhi terapi dan hasil konteks spesifiknya berubah, persetujuan tindak
akhir. Hal tersebut sangat penting untuk medik tidak sah. Melanjutkan tindakan bukanlah
dimengerti oleh ahli bedah, tetapi pasien merupakan kepentingan utama pasien dan dokter
sebaiknya tidak dilibatkan dalam pengambilan dapat dituntut atas penganiayaan dan/atau
keputusan ini, kecuali apabila pilihan pasien dapat penelantaran apabila melanjutkan tindakan medik
memengaruhi hasil akhir 13. dalam situasi ini15.
Persetujuan tindak medik merupakan Penjelasan tentang diagnosis dan indikasi
kesaksian tertulis, verbal, dan/atau tersirat bahwa prosedur harus menjelaskan perbedaan antara
seseorang mengerti dan rela menjalani prosedur diagnosis pasti, diagnosis kerja, diagnosis
yang sudah direncanakan serta kemungkinan banding, dan tidak ada diagnosis serta
modifikasi terhadap prosedur yang direncanakan menerangkan bahwa penegakan diagnosis
tersebut, indikasi, perkiraan hasil akhir tindakan, alternatif memengaruhi terapi dan hasil akhir. Hal
kemungkinan komplikasi, dan terapi alternatif tersebut sangat penting untuk dimengerti oleh ahli
serta biaya/keuntungan masing-masing dalam bedah, tetapi pasien sebaiknya tidak dilibatkan
konteks spesifik pasien. Setelah menetapkan dalam pengambilan keputusan ini, kecuali apabila
batasan-batasan definisi persetujuan tindakan pilihan pasien dapat memengaruhi hasil akhir 16.
medik, ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar Peneliti terdahulu dengan judul hubungan
persetujuan tersebut tercapai. Keadaan-keadaan pemberian informed consent dengan tingkat
ini adalah dokter dan pasien yang berkompeten kecemasan orang tua anak yang mendapat
menyampaikan informasi penting, dan situasi tindakan invasif pemasangan infus di RSUD
efektif. Dokter yang kompeten adalah dokter yang Pariaman, jumlah sampel 60 responden, jenis
mengetahui diagnosis, prognosis , sifat, tujuan, penelitian adalah deskriptif analitik dengan desain
hasil, resiko, manfaat, dan alternatif prosedur cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan
tersebut. Serta mampu menyampaikan informasi responden setuju diberikan Informed Consent
dalam bahasa sederhana tanpa merubah arti atau sebanyak 40 (66,7%) yang menolak pemberian
makna secara substansial bagi pasien dan dokter Informed Consent sebanyak 20 (33,3%)17.
harus berhati-hati dalam menyampaikan informasi Sejalan dengan penelitian diatas penulis
sehingga dalam memberikan keterangan tersebut berasumsi pemberian informed consent sangat
tidak mengubah maksud dan makna informasi penting dilakukan seorang perawat pada pasien
yang bersangkutan14. yang akan menjalani operasi appendicitis karena
Responden yang tidak setuju diberikan dengan begitu pasien akan mendapatkan
Informed Consent sebanyak 16 responden informasi dan pemahaman tentang tindakan yang
(41,0%), hal ini karena sebelum tindakan akan dilakukan ketika pasien berada diruang
dilakukan pasien sudah membayangkan rasa nyeri operasi sehingga pasien mengerti dan
yang akan didapatkan, kemungkinan komplikasi mempercayakan penanganan operasinya kepada
yang akan terjadi bahkan mungkin pasien sudah petugas kesehatan. Disamping itu dengan adanya
membayangkan tentang kematian sehingga tanpa persetujuan tindakan bedah yang diberikan pasien
kepada petugas kesehatan dalam hal ini dokter

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 4


Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

bedah dan perawat yang bertugas diruang bedah sehingga pasien membayangkan rasa nyeri yang
akan memberikan kekuatan hukum bagi yang akan dirasakan.
bertugas yang menyatakan bahwa tindakan yang Prosedur pembedahan akan memberikan
dilakukan adalah tindakan yang mempuyai dasar suatu reaksi emosional bagi pasien, seperti
kekuatan hukum (legal). kecemasan pre operasi. Perubahan secara fisik
dan psikis yang menyebabkan adanya
peningkatan denyut jantung, tekanan darah,
Tabel 6. Distribusi Kecemasan Pasien Pre frekuensi nafas perubahan energi pasien adalah
Operasi Appendisitis efek dari kecemasan yang pada akhirnya dapat
N Kecemasan Pasien N % merugikan pasien karena akan berdampak pada
o Pre Operasi pelaksanaan operasi. Kecemasan yang dialami
Appendisitis pasien dapat diakibatkan karena ketidaktahuan
1 SD 5 12,8 akan pengalaman pembedahan serta prosedur
2 SMP 5 12,8 pembedahan yang akan dijalani20.
3 SMA 13 33,3 Pasien pre operasi appendisitis yang
4 Sarjana 16 41,0 mengalami kecemasan berat sebanyak 17
Jumlah 39 100 responden (43,6%), hal ini karena sebelum
Tabel 6 diatas menunjukkan bahwa pasien pre pelaksanaan tindakan operasi pasien sudah
operasi appendisitis yang mengalami kecemasan membayangkan hal-hal buruk seperti kematian
ringan sebanyak 3 responden (7,7%), pasien pre sehingga pasien mengalami kecemasan berat.
operasi appendisitis yang mengalami kecemasan Kecemasan merupakan gejolak emosi di
sedang sebanyak 19 responden (48,7%) dan luar dirinya dan mekanisme yang digunakan
pasien pre operasi appendisitis yang mengalami dalam mengatasi permasalahan. Perasaan takut
kecemasan berat sebanyak 17 responden (43,6%). atau tidak tenang yang sumbernya tidak jelas
Pada pasien pre operasi appendisitis yang akan dapat mengancam kepribadian seseorang
mengalami kecemasan ringan sebanyak 3 baik secara fisik maupun secara psikologis.
responden (7,7%) hal ini karena pasien yakin Reaksi fisiologis dapat berupa palpitasi,
bahwa tindakan pembedahan merupakan hal yang keringat dingin pada telapak tangan, tekanan
terbaik dalam pengobatan sehingga pasien darah meningkat, respirasi meningkat,
mengalami kecemasan ringan. peristaltik usus meningkat, sedangkan reaksi
Pembedahan merupakan salah satu tindakan psikologis dapat berupa gugup, tegang, rasa
lanjutan dari penanganan kegawat daruratan tidak enak, dan lekas terkejut21.
sesuai dengan kondisi pasien. Pembedahan Kecemasan adalah perasaan tidak nyaman
merupakan tindakan pengobatan invasif dengan sebagai respon terhadap ketakutan terhadap
membuka bagian tubuh melalui sayatan yang perlakuan tubuh atau kehilangan sesuatu yang
diakhiri dengan penutupan atau penjahitan luka 18. bernilai. Cemas merupakan suatu keadaan emosi
Tindakan operasi di rumah sakit sering dan pengalaman yang subyektif, tanpa obyek
menyebabkan kecemasan pada pasien. Salah satu yang jelas dan biasanya dimanifestasikan dengan
tugas perawat adalah mampu mengatasi perasaan yang tidak nyaman, perasaan yang tidak
kecemasan pasien, salah satunya dengan siap, perasaan yang tidak tenang dan merasa
kemampuan komunikasi. Misalnya Kemampuan terancam 22.
komunikasi dalam menjelasan prosedur Tanda cemas pra operasi pada setiap individu
pengobatan. Namun faktanya, sebagai orang yang tidaklah sama. Ada yang menunjukkan kecemasan
durasi interaksinya lebih lama dengan pasien dengan memberikan banyak pertanyaan, bicara
komunikasi perawat sering kali tidak berfokus terlalu cepat, mengubah pembicaraan atau
pada kecemasan pasien dan persepsinya19. mengulang pertanyaan yang sama. Ada yang
Pasien pre operasi appendisitis yang mengatakan tidak merasa cemas, tetapi
mengalami kecemasan sedang sebanyak 19 tingkahnya menunjukkan kecemasan atau
responden (48,7%), kecemasan merupakan hal ketakutan. Ada juga pasien yang tidak mau
yang wajar dirasakan seseorang mengingat membicarakan pembedahannya, menjawab
tindakan operasi merupakan tindakan pengobatan pertanyaan dengan satu atau dua kata. Ada pasien-
yang menimbulkan perlukaan atau sayatan pasien yang mengekspresikan kecemasan dengan
menangis atau marah. Termasuk tanda-tanda

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 5


Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

fisiologis karena stres meliputi peningkatan diberikan Informed Consent mengalami


kecepatan pola pernafasan, peningkatan tekanan kecemasan ringan sebanyak 1 orang (2,6%),
darah, telapak tangan berkeringat, perubahan pola pasien pre operasi appendisitis yang setuju
tidur, dan sebagainya. Stres yang yang diberikan Informed Consent mengalami
berlangsung lama bisa mengakibatkan kecemasan sedang sebanyak 5 orang (38,5%),
peningkatan pemecahan protein, risiko infeksi, pasien pre operasi appendisitis yang setuju
penyembuhan luka lambat, respons imun berubah, diberikan Informed Consent mengalami
dan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. kecemasan berat sebanyak 7 orang (17,9%).
Pengaruh keluarga terhadap kecemasan pasien Pasien pre operasi appendisitis yang tidak
perlu diperhatikan. Keluarga yang mampu setuju diberikan Informed Consent mengalami
menangani kecemasan dan bersikap tenang dapat kecemasan ringan sebanyak 2 orang (5,1%),
juga membantu pasien menangani kecemasannya pasien pre operasi appendisitis yang tidak setuju
23
. diberikan Informed Consent mengalami
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh kecemasan sedang sebanyak 4 orang (7,8%), dan
Arum mengenai kecemasan pre operasi sectio pasien pre operasi appendisitis yang tidak setuju
caesarea dengan anestesi spinal di RSUD Raa diberikan Informed Consent mengalami
Soewondo Pati, penelitian ini menggunakan kecemasan berat sebanyak 10 orang (25,6%).
penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian Hasil uji statistik dengan menggunakan analisis
randomizer controlled trial. Jumlah sampel Mann-Whitney diperoleh nilai ρ = 0,042 < α =
berjumlah 60 orang, dimana 30 orang sampel 0,05 yang menunjukkan adanya hubungan antara
perlakuan dan 30 orang sampel kontrol. Hasil pemberian informed consent dengan kecemasan
penelitian menyatakan bahwa tindakan operasi pasien pre operasi appendisitis di BLUD Rumah
pada pasien berpengaruh terhadap kecemasan Sakit Konawe.
pasien pre operasi sectio caesarea dengan Perawat memiliki peran memberikan
anestesi spinal24. informasi kepada pasien dan keluarganya
Sejalan dengan hasil penelitian diatas penulis sehubungan dengan penyakit yang diderita dan
berasumsi tindakan operasi dapat menimbulkan rencana perawatan kedepannya. Informasi yang
kecemasan pada pasien karena tindakan diberikan tersebut harus menggunakan informasi
pembedahan merupakan tindakan khusus yang yang efektif dan jelas. Komunikasi interpersonal
dilakukan pada pasien appendicitis dimana merupakan inti pekerjaan bagi seorang perawat.
tindakan tersebut dengan cara melakukan sayatan Semua tugas keperawatan berkisar pada
pisau bedah yang tentunya tidak luput dari kebutuhan bagi perawat untuk menjadi
terjadinya komplikasi saat pelaksanaan maupun komunikator yang efektif, salah satunya dalam
setelah pelaksanaan operasi sehingga dapat memberikan informed consent 25.
menimbulkan kecemasan bagi pasien. Setelah tingkat kecemasan pasien menurun
sampai sedang atau ringan, re-edukatif atau
berorientasi pada kognitif adalah prinsip
Table 7. Hubungan Pemberian Informed intervensi keperawatan yang diberikan.
Consent Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Tujuannya adalah menolong pasien dalam
Operasi Appendisitis Di Ruang Bedah BLUD mengembangkan kemampuan menoleransi
Rumah Sakit Konawe kecemasan dengan mekanisme koping dan
strategi pemecahan masalah yang konstruktif.
Pembe Kecemasan Pasien Pre Mengenali dan mampu mengendalikan perasaan
rian Operasi Appendisitis pasien adalah intervensi utama yang diberikan
Jml Ket
N Inform Ringa Berat
o ed n
Sedang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.
Consen Prinsip intervensi keperawatan pada pasien
n % n % N % n %
t tersebut adalah melindungi pasien dari bahaya
1 Setuju 1 2,6 5 38,5 7 17,9 23 59,0 fisik dan memberikan rasa aman pada pasien
ρ=
2
Tidak
2 5,1 4 7,8
10 25,6
16 41,0 0,042 karena pasien tidak dapat mengendalikan
Setuju perilakunya26.
Jumlah 3 7,7 19 48,7 17 43,6 39 100
Faktor yang mempengaruhi kecemasan pasien
Tabel 7 diatas menunjukkan bahwa
pra operasi yang didapatkan di Rumah Sakit
pasien pre operasi appendisitis yang setuju
karena mereka sering berfikir, seperti takut nyeri

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 6


Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

setelah pembedahan, takut keganasan, takut Consent dan mengalami kecemasan ringan 1
menghadapi ruangan operasi dan takut operasi orang (2,6%), hal ini karena pasien mendapatkan
gagal. Pemberdayaan pasien dengan memulihkan penjelasan mengenai kondisi penyakitnya,
kemampuannya dalam mengendalikan situasi prosedur pengobatan yang akan didapatkan serta
dapat mengurangi rasa cemas. Dengan melibatkan lama perawatan yang akan dijalani sehingga
pasien untuk mengambil keputusan atau pasien dapat menerima dan yakin akan
berpartisipasi dalam perawatannya akan membuat kemampuan tenaga kesehatan yang bertugas
pasien merasa bisa mengendalikan situasi. Pasien karena telah mendapatkan penjelasan. Pada pasien
juga bisa dibantu dalam memilih kegiatan atau yang setuju diberikan Informed Consent namun
latihan yang bisa mengurangi rasa cemas. tetap mengalami kecemasan sedang 5 orang
Misalnya, memilih dan mendengarkan lagu-lagu (38,5%) dan kecemasan berat 7 orang (17,9%),
(terapi musik), relaksasi progresif, imajinasi penulis berasumsi bahwa hal ini disebabkan
terbimbing, dan 27. karena pasien pre operasi sudah membayangkan
Sebelum melaksanakan aktivitas penyuluhan, mengenai kemungkinan terburuk akibat tindakan
perawat harus terlebih dahulu mengkaji kesiapan pembedahan berupa rasa nyeri, lamanya proses
dan kemampuan pasien. Perlu diingat bahwa penyembuhan atau bahkan kemungkinan
pasien yang mengalami stres akan sulit terburuknya adalah kematian, disamping itu
menangkap apa yang dijelaskan perawat. Juga penundaan waktu operasi yang tidak sesuai
tidak semua pasien tertarik untuk membaca dengan jadwal yang telah ditentukan sehingga
instruksi yang dicetak dalam bentuk pamflet atau kecemasan pasien meningkat.
brosur. Perawat perlu memilih metode yang tepat Asumsi peneliti pada pasien pre operasi
untuk pasiennya. Brosur dapat diberikan kepada appendisitis yang tidak setuju diberikan Informed
pasien, tetapi akan lebih efektif jika setelah Consent mengalami kecemasan ringan sebanyak 2
dibaca, brosur dijelaskan atau didiskusikan orang (5,1%), hal ini dikarenakan pasien lebih
dengan pasien dan keluarganya 28. ingin menenangkan diri sebelum operasi sehingga
Penelitian terdahulu tentang hubungan pasien tidak ingin diganggu oleh perawat karena
pemberian leaflet dengan tingkat kecemasan ingin waktu yang lebih lama mendekatkan diri
pasien yang akan dilakukan pemeriksaan kepada Tuhan sehingga lebih Tawaqal
endoscopi saluran cerna di RSUD Dr. Soeselo menghadapi operasi. Pasien pre operasi
Slawi, menggunakan rancangan survey analitik appendisitis yang tidak setuju diberikan Informed
dengan pendekatan cross sectional study. Sampel Consent dan mengalami kecemasan sedang 4
dalam penelitian berjumlah 18 orang pasien yang orang (7,8%) dan kecemasan berat 10 orang
diberil leaflet dan 12 orang tidak diberi leaflet. (25,6%), penulis berasumsi bahwa pasien yang
Pengukuran tingkat kecemasan diukur dengan menolak diberikan Informed Consent
menggunakan skala HRSA (Hamilton Rating menganggap bahwa lembaran tersebut merupakan
Scale for Anxiety). Hasil penelitian menunjukkan pernyataan yang dapat memberatkannya sehingga
tingkat kecemasan pasien yang dilakukan menolak yang akhirnya menimbulkan kecemasan
pemeriksaan endoskopi 66,7% tidak cemas dan pada pasien karena pasien tidak mendapatkan
33,3% mengalami kecemasan. informasi yang jelas mengenai keadaan
Penelitian lain yang dilakukan, dalam penyakitnya, dengan penolakan tersebut maka
penelitiannya tentang tindakan keperawatan yang perawat tidak mempunyai kesempatan untuk
di terima pasien pre operatif di bangsal badah memberikan penyuluhan pada pasien mengenai
RSUP Dr. Kariadi Semarang, terdapat 6 aspek hal-hal yang harus dilakukan pasien selama
tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu, tindakan operasi, bahwa selama tindakan
informed consent, psikis/mental, penunjang, pembedahan pasien tidak akan merasakan nyeri
anestesi dan premedikasi. Pasien harus memahami seperti yang ditakutkan oleh pasien serta tindakan
seluruh prosedur yang akan dilalui, risiko yang yang dapat dilakukan untuk mempercepat proses
mungkin timbul, hasil yang diinginkan terapi pemulihan.
alternatifnya dan secara hukum pembedahan tidak
boleh dilakukan jika pasien belum memahami hal
tersebut29.
Dari pembahasan diatas penulis berasumsi
bahwa pasien yang setuju diberikan Informed

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 7


Nasir Murdiman, Abdul Aziz Harun, Nur Rachmi Djuhira L, Hubungan Pemberian Informed Consent dengan
Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Appendisitis di Ruang Bedah BLUD Rumah Sakit Konawe

SIMPULAN DAN SARAN 8. Kozier B, Erb G, Berman A & Snyder SJ,


2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Sesuai dengan hasil penelitian yang
Konsep, Proses, dan Praktik. Ed. 7 Volume 2.
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
berikut :
9. Kusmarjathi, NK. 2008. Tingkat Kecemasan
1. Dari 39 responden yang setuju diberikan pasien Pra Operasi Apendektomi di Ruang
Informed Consent sebanyak 23 responden Bima RSUD Sanjiwani Gianyar. Gempar
(59,0%) dan responden tidak setuju diberikan Jurnal Ilmiah Keperawatan.
Informed Consent sebanyak 16 responden 10. Medical Record BLUD Rumah Sakit
(41,0%). Konawe, Tahun 2017.
2. Pasien pre operasi appendisitis yang 11. Mubarak WI & Chayatin N, 2009. Ilmu
mengalami kecemasan ringan sebanyak 3 Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi.
responden (7,7%), pasien pre operasi Salemba Medika : Jakarta
appendisitis yang mengalami kecemasan 12. Mundakir, 2010. Komunikasi Keperawatan
sedang sebanyak 19 responden (48,7%) dan Dalam Pelayanan Edisi Pertama. Graham
pasien pre operasi appendisitis yang Ilmu : Yogyakarta
mengalami kecemasan berat sebanyak 17 13. Muninjaya AA Gde, 2005. Manajemen
responden (43,6%).. Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
3. Hasil uji statistik dengan menggunakan 14. Ngatimin R, 2005. Ilmu Perilaku Kesehatan,
analisis Mann-Whithney diperoleh nilai ρ = Yayasan PK-3 : Makassar
0,042 < α = 0,05 maka terdapat hubungan 15. Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian
antara pemberian informed consent dengan Kesehatan. PT. Rineka Cipta : Jakarta.
kecemasan pasien pre operasi appendisitis di 16. Nursalam, 2007. Manajemen Keperawatan
BLUD Rumah Sakit Konawe. Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Saran diharapkan pihak rumah sakit Profesional. Salemba Medika : Jakarta
memberikan penjelasan tentang prosedur 17. Pandji A, 2005. Psikologi Kerja. Penerbit
tindakan operasi untuk meminimalisir Rineka Cipta : Jakarta
kecemasan 18. Pratiknya AW, 2011. Dasar-Dasar
Metodologi Penelitian Kedokteran dan
DAFTAR RUJUKKAN Kesehatan. PT. Radja Grafindo Persada :
Jakarta
1. Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian Suatu 19. Saryono, 2010. Kumpulan Instrumen
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta : Jakarta Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia Press :
2. Asmadi, 2010. Teknik Prosedural Yogyakarta.
Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan 20. Setiawan, 2011. Efek komunikasi Terapeutik
Dasar Klien. Salemba Medika : Jakarta Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Pre
3. Bambang Poernomo, 2016. Hukum Operasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik.
Kesehatan, Pasca Sarjana Fakultas Skripsi tidak diterbitkan. Medan : Fakultas
Kedokteran Universitas Gajah Mada, Keperawatan - Universitas Sumatera Utara
Yogyakarta 21. Shofari, 2008. Modul Pembelajaran Dasar-
4. Baradero M, Dayrit MW & Siswadi Y, 2009. dasar Pelayanan Rekam Medik, Fakultas
Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro,
Perioperatif. Penerbit Buku Kedokteran EGC Semarang.
: Jakarta 22. Sugiyono,2008. Metode Penelitian Kualitatif
5. Chandra, B, 2008. Pengantar Statistik dan Kuantitatif. Alphabeta : Bandung.
Kesehatan. Penerbit Buku Kedokteran EGC : 23. Tarwoto & Wartonah, 2005. Kebutuhan
Jakarta Dasar Manusia, dan Proses Keperawatan,
6. Goliszek A, 2005. Manajemen Stres. Gaya Edisi Revisi. PT. Salemba Medika : Jakarta
Baru : Jakarta
7. Hamid AYS, 2008. Buku Ajar Riset
Keperawatan Konsep, Etika dan
Instrumentasi. EGC : Jakarta

JURNAL KEPERAWATAN | VOLUME 03 | NOMOR 02 | MARET | 2019 8

Anda mungkin juga menyukai