Anda di halaman 1dari 6

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TUMOR OTAK

DI RUANG H1 RSPAL dr. RAMELAN SURABAYA

Disusun Oleh:
Nabila Ramadhani
NIM. P27820720030

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI
NERS PROGRAM SARJANA TERAPAN
2022/2023
PEMBAHASAN

Telah dilakukan penerapan asuhan keperawatan pada klien Ny. A dengan Tumor
Otak di Ruang H1 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya. Pada bab pembahasan penulis
akan menjabarkan adanya kesesuaian maupun kesenjangan yang terdapat pada klien
antara teori dengan fakta kasus yang terjadi pada klien. Tahapan pembahasan
dilakukan sesuai dengan tahapan asuhan keperawatan yang diberikan, dimulai dari
pengkajian, perumusan diagnosis, perumusan rencana tindakan keperawatan,
pelaksanaan tindakan keperawatan, serta evaluasi.
Tumor otak merupakan tumor dengan tingkatan keganasan kedua sesudah tumor
darah (leukemia). Tumor otak ini bisa berbentuk tumor yang sifatnya primer maupun
yang menggambarkan metastasis dari tumor pada organ badan yang lain (Tan,
Itchins, et al., 2020). Tumor otak memiliki karakteristik yang berlainan dibanding
tumor di tempat lain, meskipun secara histologisnya jinak, namun bisa berubah
menjadi ganas sebab posisinya yang bersebelahan maupun terletak pada struktur vital
dan di dalam rongga tertutup yang sukar dicapai (2).
1) Pengkajian
Tahap pengkajian yang dilakukan oleh penulis menggunakan metode
wawancara dengan pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik, mengambil
data pemeriksaan penunjang, mengambil data rekam medis klien, serta mengambil
data terapi yang didapatkan oleh klien. Pada proses pengkajian, penulis tidak
menemukan hambatan karena klien dapat kooperatif selama anamnesa
berlangsung.
Berdasarkan hasil pengkajian yang diperoleh, Ny. A berusia 45 tahun. Saat
pengkajian hari pertama dilakukan klien telah melakukan operasi
kranioplasty hari ke 0, klien menyatakan merasakan nyeri pada kepala dan merasa
lemah dan mengalami kesulitan gerak. Nyeri terjadi karena dilakukan tindakan
kranioplasty(3). Gejala yaitu nyeri kepala, pusing, kelelahan sesuai dengan kondisi
klien(3).
Dengan data yang diperoleh saat pengkajian hari pertama yaitu pada tanggal 14
Desember 2022 pukul 14.10 WIB, klien mengalami nyeri akut dengan data yang
diperoleh yaitu klien mengatakan nyeri pada kepala, dengan skala 4, nyeri hilang
muncul. Hasil pemeriksaan penunjang pemeriksaan laboratorium darah lengkap
klien normal.
2) Perumusan Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan konsep teori yang penulis jabarkan, didapatkan diagnosa


keperawatan nyeri akut berhubungan dengan prosedur operasi(1). Hal ini selaras
dengan perumusan diagnosa yang ditemukan pada klien Ny. A di Ruang H-1
RSPAL Dr. Ramelna Surabaya, dimana perumusan diagnosa yang muncul yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen pecedera fisik (prosedur operasi) ditandai
dengan mengeluh nyeri dikepala. Pada sistem informasi medik rumah sakit,
perumusan diagnosa yang muncul untuk klien Ny. A adalah nyeri akut
berhubungan dengan prosedur operasi. Dalam hal ini, tidak terdapat perbedaan
antara penulis dengan pihak rumah sakit.

Diagnosa ini ditegakkan penulis karena penulis beranggapan bahwa masalah


yang sedang dihadapi klien perlu ditangani segera. Pada saat pengkajian,
ditemukan data pada Ny. A berupa klien mengatakan nyeri pada kepala yang
dioperasi kranioplasty, sedangkan pada pengkajian terhadap data obyektif
ditemukan kondisi kesulitan tidur, gelisah dan terlihat meringis.

Perumusan diagnosis keperawatan yang ditulis oleh penulis mengacu pada


SDKI 2017. Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), nyeri akut merupakan
pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3bulan (4). Diagnosa ini muncul
karena ditemukan klien mengeluh nyeri. Kondisi nyeri yang dialami klien
membuat proses berfikir terganggu klien meningkat. Hal ini dapat mempengaruhi
berfikir klien. Kondisi berfikir klien menyebabkan kesulitan tidur dan mengalami
gelisah. Selanjutnya, kondisi ini menyebabkan peningkatan nyeri sehingga klien
dapat mengeluhkan. Selanjutnya, kondisi ini dapat menyebabkan munculnya
diagnosa keperawatan nyeri akut.

Berdasarkan data hasil pengkajian, masalah keperawatan lain yang dapat


muncul yaitu resiko infeksi dikarenakan hasil lab darah menghasilkan
mendapatkan leukosit tinggi dan terdapat luka pasca operasi, yang memungkinkan
terjadinya infeksi pada Ny. A.

3) Perumusan Rencana Tindakan

Dalam perumusan rencana tindakan, penulis memaparkan rencana tindakan dari


diagnosa utama yang ditegakkan pada klien. Diagnosa keperawatan utama yang
diangkat oleh penulis yaitu nyeri akut berhubungan dengan tindakan operasi
(kranioplasty) dibuktikan dengan nyeri kepala.

Perencanaan terhadap diagnosa yang muncul yaitu menunjukkan perubahan


tingkat nyeri klien yang menurun dalam 3x24 jam dengan kriteria hasil keluhan
nyeri menurun, meringis menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur membaik.
Intervensi keperawatan yang direncanakan pada klien yaitu Manajemen Nyeri
dengan rencana identifikasi lokasi durasi frekuensi kuaitas intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,
jelaskan strategi meredakan nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis, untuk
mengurangi rasa nyeri, kolaborasi pemberian analgetik(5)(6).

4) Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada diagnosis keperawatan nyeri akut


berhubungan dengan tindakan operasi (kranioplasty) dibuktikan dengan nyeri
pada kepala dilakukan selama 3x24 jam. Pelaksanaan yang telah dilakukan pada
klien Ny. A yaitu identifikasi lokasi durasi frekuensi kuaitas intensitas nyeri,
identifikasi skala nyeri, berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri,
jelaskan strategi meredakan nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologis, untuk
mengurangi rasa nyeri, kolaborasi pemberian analgetik (4)(5)(6). Selain itu, klien
mengalami skala 6, klien meredakan nyeri dengan teknik relaksasi, dan
memberikan injeksi analgetik(1).

Pemantauan kondisi nyeri pada kepala klien juga dilakukan dan pada hari
ketiga pelaksanaan tindakan yaitu pada tanggal 16 Desember 2022 didapatkan
hasil bahwa nyeri skala nyeri 2. Hal ini menandakan bahwa data yang ditemukan
pada saat pengkajian masalah belum teratasi dengan pemberian asuhan
keperawatan selama 3 x 24 jam. Pemantauan skala nyeri juga dilakukan secara
ketat, hal ini dikarenakan kondisi ini merupakan hal utama yang menyebabkan
klien mendapatkan diagnosis keperawatan nyeri akut. Pada saat dilakukan
pengkajian, didapatkan data bahwa skala nyeri 4, namun pada hari kedua dan
ketiga skala nyeri menjadi menurun. Hal ini yang mendukung perubahan kondisi
klien menjadi lebih baik.
Implementasi yang dilakukan pada klien sebagian besar dilakukan oleh
penulis. Tindakan pemberian asuhan keperawatan mandiri yang dilakukan oleh
penulis untuk memperbaiki kondisi yang dialami klien yaitu mengidentifikasi
lokasi durasi frekuensi kuaitas intensitas nyeri, mengidentifikasi skala nyeri,
memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri, menjelaskan
strategi meredakan nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, mengkolaborasi pemberian analgetik.
Adapun dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis tidak terlepas
dari hubungan kerja sama antara perawat ruangan, klien, keluarga klien, rumah
sakit.

5) Evaluasi

Hasil evaluasi dari tindakan keperawatan baik yang dilakukan secara mandiri
maupun kolaborasi didapatkan masalah keperawatan yang terjadi pada klien Ny.
A teratasi sebagian. Klien mengatakan sudah dapat membiasakan untuk
mengontrol nyeri dan dapat menjadikan skala nyeri menurun dari skala 4 menjdai
skala 2.

Pada tahap evaluasi, perawat membandingkan status kesehatan klien dengan


tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan tindakan
keperawatan. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses merupakan kegiatan mengevaluasi respons klien selama
perawatan berlangsung, sedangkan evaluasi hasil dilakukan atas target yang telah
ditentukan pada tahap sebelumnya.

Evaluasi asuhan keperawatan dengan implementasi pemantauan skala nyeri yang


dirasakan klien menunjukkan adanya penurunan skala nyeri sehingga masalah
keperawatan dpat teratasi sebagian dan mencapai tujuan serta kriteria hasil yang
telah ditentukan pada tahap perencanaan tindakan keperawatan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dananjoyo K, Tama WN, Malueka RG, Asmedi A. Nyeri Kepala pada Tumor
Otak. Berk Neurosains [Internet]. 2016;18(2):3–4. Available from:
http://erepo.unud.ac.id/5213/
2. Ghozali M, Sumarti H. Pengobatan Klinis Tumor Otak pada Orang Dewasa. J
phi. 2021;2(1):1–14.
3. Niryana W, Putu D, Wardhana W, Koerniawan HS, Maliawan S. Kranioplasti
untuk Kasus Cedera Kepala. J Bedah Saraf. 2018;45(8):624–7.
4. PPNI TPSD. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 2017.
5. PPNI TPSD Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 2017.
6. PPNI TPSD. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 2017.

Anda mungkin juga menyukai