Anda di halaman 1dari 8

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan pada Lansia Ny.S

dan Ny.E yang mengalami Hipertensi dengan Masalah Keperawatan gangguan rasa nyaman

di Panti Werdha Hargo Dedali Surabaya”. Penulis memberikan asuhan keperawatan selama 3

(tiga) hari sejak tanggal 24 Januari 2022, 25 Januari 2022 dan berkelanjut pada 26 Januari

2022. Pembahasan tentang proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian

merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kemampuan

mengidentifikasi masalah keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan

diagnosis. Giagnosis keperawatan menentukan perencanaan yang ditetapkan tindakan

keperawatan dan evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat. Oleh karena itu, pengkajian

harus dilakukan dengan teliti dan cermat sehingga kebutuhan perawatan pada pasien dapat

diidentifikasi (Abdul & Sandu, 2016).

Sesuai fakta dalam pengkajian di dapatkan fakta bahwa pasien 1 Ny. S di diagnosa

mengalami hipertensi. Saat di lakukan pengkajian pada tanggal 24 januari 2022 dengan

riwayat keluhan utama yaitu pasien mengatakan tidak nyaman, mengeluh lelah, tampak lesu,

pasien tampak gelisah, pasien mengeluh kesulitan untuk tidur, pasien mengatakan sering

terbangun saat tidur, kemampuan beraktivitas menurun, pasien mengatakan hal tersebut sudah

1
berlangsung selama 3 hari lamanya, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan tekanan

darah : 160/80 mmHg, RR : 20x/menit, S : 36,8 C, N : 80x/menit.

Sedangkan untuk fakta pasien ke-2 Ny.E didapatkan data bahwa pasien Ny.E di diagnosa

mengalami hipertensi. Pasien mengatakan berumur 86 tahun. Saat dilakukan pengkajian

pada tanggal 24 januari 2022 Ny.E dengan riwayat keluhan utama yaitu pasien mengeluh

tidak nyaman, pasien tampak meringis akibat menahan nyeri, pasien tampak gelisah, pasien

tidak mampu rileks, pasien tampak lesu, pasien mengeluh nyeri, pasien mengatakan hal

tersebut berlangsung selama 1 minggu lamanya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital

didapatkan, tekanan darah : 170/80mmHg, RR : 20x/menit, S : 36,5 C, N : 86x/menit.

Menurut penulis, dari pernyataan diatas pasien 1 dan 2 mengalami hipertensi. Pada

pasien 1 dan 2 memiliki persamaan merasa merasa mengeluh tidak nyaman, tampak gelisah,

tidak mampu rileks. Sedangkan perbedaannya dari pasien 1 pasien mengeluh sulit tidur, sering

terbangun saat tidur, sedangkan pasien 2 mengeluh nyeri dibagian tengkuk kepala, pasien

tampak meringis.

Sesuai teori pengkajian pada pasien 1 dan 2 menurut Nursalam (2014) penderita

hipertensi dengan gangguan rasa nyaman mengalami keluhan tidak nyaman, tampak gelisah,

tidak mampu rileks serta peningkatan tekanan darah.

B. Diagonsa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien 1 dan 2 dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit hipertensi.

Diagnosa pada pasien 1 dapat ditunjang dengan adanya keluhan utama pasien mengeluh tidak

nyaman, pasien tampak gelisah, tidak mampu rileks, mengeluh sulit tidur, sering terbangun

saat tidur, kemampuan beraktivitas menurun, pasien tampak lesu, diperoleh hasil tekanan

2
darah yang tinggi. Sedangkan pasien 2 dapat ditunjang dengan keluhan utama pasien

mengeluh tidak nyaman, tampak gelisah, tidak mampu rileks, mengeluh nyeri, tampak

meringis, tampak lesu dan diperoleh hasil tekanan darah yang tinggi.

Menurut penulis berdasarkan pemeriksaan fisik pada apsien 1 dan 2 dapat ditegakkan

diagnosa keperawatan yang sama yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala

penyakit hipertensi. Pada pasien 1 dan 2 mengalami gangguan rasa nyaman yang disebabkan

oleh faktor usia yang telah berumur lebih dari 60 tahun, semakin tua sesorang pengaturan

metabolisme zat kapur (kalsium) terganggu, sehingga bnayak zat kapur yang beredar bersama

darah. Banyaknya kalsium dalam darah menyebabkan lebih padat, sehingga tekanan darah

menjadi meningkat. Sesorang yang mempunyai hipertensi yang mengalami gangguan rasa

nyaman. Hal tersebut akan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi tubuh dan perubahan-

perubahan biologis yang dapat memicu lansia merasakan takut yang tidak rasional serta

mengalami gangguan rasa nyaman sebagi bentuk respon awal seseorang terhadap suatu

penyakit yang diderita.

Dari diagnosa yang ditetapkan pada kedua pasien ini sesuia dengan teori dalam buku

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2017) yang mengatakan bahwa salah satu diagnosa

keperawatan pasien hipertensi adalah gannguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala

penyakit hipertensi dengan gejala dan tanda mayor mengeluh tidak nyaman serta gelisah,

mengeluh nyeri, tampak meringis, serta gejala dan tanda minor mengeluh sulit tidur, tidak

mampu rileks, tampak lelahpeningkatan tekanan darah.

C. Intervensi Keperawatan

Setelah didapatkan diagnosa keperawatan maka perlu penetapan intervensi

keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Intervensi adalah

3
pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah

yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan Desain perencanaan menggambrkan

sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan

efisien (Rohmah & Walid, 2014).

Pada perumusan masalah antara tinjaun teori dan tinjaun kasus tidak ada kesenjangan.

Kegiatan intervensi keperawatan ini meliputi : memprioritaskan masalah, merumuskan tujuan,

kriteria hasil, serta tindakan dalam intervensi. Perawat dalam perumusan intervensi

keperawatan mengacu pada Standar Intervensi Keperawatn Indonesia (SIKI). Dalam studi

kasus perawat memberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, perawat terus memantau sejauh

mana keberhasilan dalam memecehkan masalah atas rencana keperawatan yang telah

ditegakkan oleh perawat.

Sesuai fakta, intervensi yang sesuia dengan diagnosa keperawatan pada Ny.S dan Ny.E

adalah Manajemen Nyeri meliputi pendekatan diri kepada pasien, mengidentifikasi

karakterisitik dari gangguan rasa nyaman, melakukan observasi,memberikan teknik relakasasi

nafas dalam, memfasilitasi istirahat dan tidur, kolaborasi pemberian obat analgetik

(hipertensi) diberikan amlodipine 5ml selama 2xsehari dengan tujuan dan kriteria hasil yang

diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan keluhan tidak

nyaman menurun, tampak gelisah menurun, tidak mampu rileks menurun, tekanan darah

menurun, tampak lesu menurun, keluhan kurang istirahat tidur menurun.

Menurut teori dalam buku SIKI (2018), pasien yang mengalami gangguan rasa nyaman

yang diberikan adalah manajemen nyeri meliputi pendekatan diri kepada pasien,

mengidentifikasi karakterisitik, lokasi nyeri, melakukan observasi,memberikan teknik

4
relakasasi nafas dalam serta terapi musik, memfasilitasi istirahat dan tidur, kolaborasi

pemberian obat analgetik (hipertensi) diberikan amlodipine 5ml selama 2xsehari.

Menurut penulis, intervensi yang telah dilakukan pada kedua pasien telah dilakukan

dengan sama berdasarkan teori dan fakta yang telah dilakukan.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah

perawat menyusun rencana keperawatan. Implementasi keperawatan adalah realisi rencana

tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga

meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon pasien selama dan sesudah

pelaksanaan tindakan, serta menilai data yang baru (Rohmah & Wahid, 2014).

Sesuai fakta, implementasi keperawatan dilakukan setiap dinas pagi selama 3 hari, saat

diluar dinas penulis, pasien di rawat oleh perawat juga.intervensi atau tindakan dalam asuhan

keperawatan pada Ny S pasien hipertensi dengan masalah ganggun rasa nyaman telah di

sesuaikan dengan intervensi yang di buat oleh peulis yaitu pendekatan diri kepada pasien,

mengidentifikasi karakterisitik, dari gangguan rasa nyaman , melakukan

observasi,memberikan teknik relakasasi nafas dalam dan terapi musik, memfasilitasi istirahat

dan tidur, kolaborasi pemberian obat analgetik (hipertensi) diberikan amlodipine 5ml selama

2xsehari.

Pada pelaksanaan rencana keperawatan Ny.S didapatkan hasil TTV : TD : 160/80

mmHg, RR : 20x/menit, S : 86,8 C, N : 80x/menit, pasien mengeluh tidakn nyaman yang

disebabkan oleh gejala penyakit hipertensi yang dialami, pasien tampak gelisah, tidak

5
mampu rileks, peningkatan tekanan darah, pasien tampak lesu. Sedangkan Ny.E didapatkan

hasil TTV, TD : 170/90 mmHg, S : 36,6 C, N : 86x/menit, RR : 22x/menit, pasien mengeluh

tidak nyaman yang disebabkan oleh gejala hipertensi yang diderita, pasien tampak gelisah,

pasien tidak mampu rileks, peningkatan tekanan darah, pasien tampak merintih,

Menurut penulis, dalam melakukan implementasi sudah sesuai dengan intervensi yang

disusun dan setelah diterapkan kepada pasien setiap dinas pagi, pasien cukup kooperatif dalam

setiap tindaka yang dilakukan, pasien cukup mampu memahami tanda dan gejala dari

gangguan rasa nyaman yang dialami, pasien ada keinginan patuh terhadap pelaksanaan terapi

relakasasi dikala tekanan darahnya yang tinggi serta permasalahan rasa ketidaknyamanannya

dan menerepkan hidup sehat dengan rajin olahraga, menjaga pola makan, serta istirahat yang

cukup agar meminimalisir terjadinya suatu keadaan tidak nyaman serta pasien dapat

memahami cara mengontrol emosi atau kecemasan secara mandiri.

E. Evaluasi

Evaluasi keperawaan adalah penelitian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien dengan tujuan dan kriteria hasil yng di buat pada tahap perencanaan (rohmah

dan wahid, 2014. ) dalam melakukan evaluasi tindakan keperawatan penulis menggunakan

pedoman SOAP, yaitu S (Subyektif) : ungkapan perasaan atau keluahan yang dikeluarkan

secara langsung oleh pasien atau keluarga pasien setelah diberikan implementasi keperawatan,

O (Objektif) : yaitu keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat menggunakan

pengamatan yang objektif, A (Assesment) : yaitu analisa perawatan setelah mengetahui respon

subjektif dan objektif, P (Planning) : perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan

analisis.

6
Menurut fakta pasien 1 masalah teratasi sebagian pada hari ke 3 dengan di dapatkan

data pasien mengatakan sudah merasa nyaman, istirahat tidur sudah mulai teratur, pasien

sudah tidak terlihat lesu, serta tidak mampu rileks masih cukup meningkat(dilakukan terapi

relaksasi napas dalam lanjutan yang dijaga oleh perawat jaga), tekanan darah juga sudah mulai

menurun di dapatkan hasil TTV : TD :140/70mmhg N: 86x/menit RR : 20x/menit S : 36,5 C.

Sedangkan fakta pada pasien ke 2 masalah teratasi sebagian pada hari ke 3 dengan intervensi

dilanjutkan sebagian dengan di dapatkan data pasien mengatakan masih merasakan

ketidanyamanan yang cukup meningkat yang disebabkan oleh gejala hipertensi (perlu

dilakukan terapi relaksasi napas dalam yang akan dijaga oleh perawat jaga), keluhan nyeri

sudah mulai menurun, tampak merintih sudah mulai cukup menurun, tidak mampu rileks

menurun, diperoleh hasil tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah : 140/80 mmHg, RR :

22x/menit, N : 86x/menit, S : 36,0 C.

Menurut penulis setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, masalah

gangguan rasa nyamanaa pada pasien 1 masalah teratasi sebagian dengan memenuhi 5 dari 32

kriteria hasil yang ada, sedangkan pada pasien 2 masalah teratasi sebagian dengan memenuhi

4 dari 32 kriteria hasil yang ada.

Menurut teori evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan

yang merupakan perbandingan sistematis dan terencana antara lain akhir yang teramati dan

tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap pereencanaan. Evaluasi dilakukan secara

kesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga medis(Anggeria, 2017). Ada empat yang

dapat terjadi pada tahap evaluasi yaitu masalah teratasi seluruhnya, masalah teratasi

sebagian,masalah teratasi, timbul masalah baru.

7
Evaluasi menurut (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019), yaitu keluhan tidak nyaman

menurun, tampak gelisah menurun, tidak mampu rileks menurun, tampak lelah menurun,

tekanan darah menurun.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif,

Asessment, dan Planning) meliputi

S : hal –hal yang ditemukakan pasien, misalnya klien mengatakan

bahwa keluhan lelah atau lesu menjadi berkurang setelah

dilakukan tindakan keperawatan,

O : hal –hal yang dapat ditemukan perawat dengan cara diukur,

misalnya TTV klien khususnya tekanan darah,

A : assessment hasil yang telah dicapai, mengacu pada tujuan dan

diagnosa (misanya, masalah teratasi sebagian, masalah teratasi,

atau masalah belum teratasi),

P : perencanaan selanjutnya, setelah perawat melakukan analisis pada klien.

Anda mungkin juga menyukai