Anda di halaman 1dari 17

1

CASE STUDY

EFEKTIVITAS PEMBERIAN SWEDISH MASSAGE PADA PASIEN


DENGAN MASALAH KEPERAWATAN ANSIETAS DI ICU RSUD Ir.
SOEKARNO SUKOHARJO

Disusun Oleh:
AISYAH MUTIA ASLAM
J230181133

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
2

ABSTRAK

Ruang perawatan ICU merupakan unit perawatan intensif yang dilakukan 24 jam
penuh dan dikhususkan pada pasien dengan kondisi kritis stabil yang
membutuhkan observasi secara ketat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian stress pada pasien di ICU diantaranya memiliki pengalaman dirawat
sebelumnya, nyeri, kecemasan, lingkungan asing dan ketakutan. Salah satu
contoh intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan metode relaksasi yang
diberikan pada fisik pasien berupa sentuhan yaitu Swedish Massage, terutama
dalam memberikan ketenangan dan menurunkan tingkat stres. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien yang dirawat di
ruang ICU sebelum dan sesudah diberikan terapi Swedish Massage. Penelitian
ini adalah penelitian kualiatatif case study dengan jumlah sample 5 partisipan
dan instrumen yang digunakan lembar kuisioner State Anxiety Inventory (S-AI).
Hasil penelitian setelah diberikan terapi Swedish Massage pada 5 pasien
menunjukkan hasil bahwa sebanyak 5 pasien mengalami penurunan kecemasan
yang ditandai dengan perubahan hemodinamik dan penurunan skor S- AI
dengan perasaan lebih tenang dan nyaman.. Kesimpulan Berdasarkan hasil case
study, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh terapi relaksasi Swedish Massage
terhadap perubahan tingkat kecemasan pada pasien yang mengalami kecemasan
di ruang ICU.

Kata kunci: Terapi Swedish Massage, pasien ICU, kecemasan

A. LATAR BELAKANG

Hospitalisasi di Intensive Care Unit (ICU) dan komplikasi yang


berhubungan dengan hospitalisasi, termasuk stres, cemas, nyeri, dan ketakutan
yang berasal dari lingkungan yang baru yang tidak dikenal, dan menyebabkan
ketidak stabilan hemodinamik (tekanan darah, RR, HR), dan penurunan kesadaran
dan nilai GCS pasien (Cutshall et al, 2010; Voskresensky et al, 2009; Middleton
et al, 2012). Lingkungan pada pelayanan kritis menunjukkan beragam
pengalaman bagi beberapa pasien, hal tersebut mungkin termasuk kecemasan
karena sifat lingkungan dan medis mereka atau kondisi operasi. Kecemasan
dibawah beberapa kondisi tidak hanya disebabkan oleh tingkat psikologis, tetapi
3

dapat juga merugikan pada keadaan fisik pasien, yang mana dapat menyebabkan
lamanya masa kritis pasien (Hayes, 2000).
Pasien Intensive Care Unit (ICU) memiliki masalah pengalaman
emosional seperti kesepian, kecemasan, stress, nyeri, dan ketakutan. Gangguan
tersebut dapat berpengaruh pada fisik pasien seperti elevasi tekanan darah, irama
pernapasan dan heart rate dan penurunan kesadaran (Vahedian-Azimi et al.,
2014).
Tanda-tanda vital sangat sensitif terhadap nyeri, stres, dan kecemasan,
serta mengalami efek dari perubahan fungsi sistem saraf (Cambron et al, 2008).
Hal yang tidak dapat diperbaiki sebelumnya pada beberapa tanda gejala secara
mudah mempengaruhi pada sistem tubuh, termasuk kardiovaskuler, pulmonary,
dan endokrin, serta merangsang saraf simpatik dan jalur serebral (Kaye et al,
2008). Pada beberapa tahun, terapi alternatif dan komplementer, seperti terapi
Swedish massage, relaksasi, guided imagery, refleksi, obat-obat herbal, hypnosis,
sentuhan terapeutik, dan terapi massage, sudah digunakan untuk mengurangi efek
samping (Smith et al, 2006; Sherman et al, 2005; Karagozoglu et al, 2013).
Terapi Swedish massage memiliki efek positif pada fisik pasien seperti
menurunkan aktifitas simpatik, vasodilatasi, pengurangan kekakuan otot dan
hambatan jaringan, menambah metabolisme dan penghilang nyeri. Swedish
massage juga memberi pengaruh pada keadaan psikologis, memberikan relaksasi
dan kenyamanan, mengurangi agitasi, tensi, dan kecemasan (Vahedian-Azimi et
al., 2014; Cassar, 2001).
Ruang ICU/ICCU RSUD Ir. Soekarno Sukoharjo terdapat 8 bed. Pada
bulan Juni 2019, sebagian besar pasien yang di rawat di ruang ICU dengan
masalah pernafasan dan masalah kardiovaskuler. Dari observasi yang dilakukan
selama 2 minggu didapatkan hasil ± 5 pasien yang dirawat mengalami kecemasan.
Hal itu dikarenakan pasien membutuhkan observasi ketat seperti pasien dipasang
bedside monitor, Syring Pump, beberapa terpasang ventilator mekanik, serta alat
alat yang sering membunyikan alarm menambah kecemasan bagi pasien.
Kecemasan yang dirasakan pasien dapat dikurangi dengan menghilangkan sumber
kecemasan atau dengan pemberian intervensi yang bersifat supportif. Hasil
4

penelitian mengatakan bahwa dengan melakukan touch terapeutic berbetuk


massage (swedish massage) dapat memberikan pendekatan non farmakologis
untuk mengurangi kecemasan.
Hal ini didukung dengan penilitian yang dilakukan oleh Alves da Silva
(2017) mengatakan bahwa swedish massage dapat digunakan sebagai pengurang
kecemasan pasien hospitalisasi di ICU dan sebagai penstabil vital sign pasien.
Berdasarkan uraian diatas maka tujuan intervensi ini adalah untuk menganalisis
pengaruh swedish massage terhadap kecemasan pada pasien di ICU RSUD Ir
Soekarno Sukoharjo.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menggambarkan efektifitas swedish massage dalam mengurangi
kecemasan pada pasien di ICU.
2. Tujuan Khusus
1. Untuk menggambarkan tingkat kecemasan pasien sebelum dan
sesudah dilakukan swedish massage.
2. Untuk menggambarkan vital sign pasien sebelum dan sesudah
dilakukan swedish massage.
HR : 60-140 x/mnt
Systolic : 90-140 mmHg
Diastolic : 60-90 mmHg
RR : 12-35 x/mnt
Saturasi O2 : >90%

C. Kerangka Konsep

Swedish Massage Kecemasan Pasien ICU


5

D. Metodologi

Jenis penelitian ini adalah penelitian case study yaitu suatu penelitian yang
memfokuskan pada study kasus tertentu, pada penelitian ini peneliti
memfokuskan pada masalah atau kasus pasien dengan masalah ansietas.
Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional yaitu pengambilan data
sekaligus dilakukan pada satu waktu, tiap subyek hanya diobservasi sekali saja.
Penelitian akan dilaksanakan di ruang ICU RSUD Ir. Soekaro pada
tanggal 24 Juni-13 Juli 2019.
Penelitian ini akan menggunakan 5 pasien sebagai sampel penelitian
dengan kriteria :
- Kriteria inklusi :
 Pasien yang bersedia dalam proses studi
 Pasien kooperatif
 Pasien dengan GCS 10-15
 Pasien berusia 18-50 tahun
 RR dan hemodinamik stabil
 Tidak terpasang ventilator
 Pasien dengan kecemasan ringan-sedang
- Kriteria eksklusi :
 Pasien post operatif pembuluh darah dan ortopedi.
 Pasien yang teramputasi.
 Pasien yang memiliki alergi pada minyak/lotion.
 Pasien yang memiliki luka yang terbuka pada kulit atau lesi.
 Pasien dengan trombosis vaskular, allodyna, dan hiperalgesia.

Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian kuesioner kecemasan


State-Trait Anxiety Inventory for Adults (STAI) pada bagian S Anxiety dengan
jumlah 20 komponen pernyataan yang akan diisi oleh responden, jumlah score
6

kuesioner akan menunjukkan tingkat kecemasan pasien dengan score 20 – 39


menunjukkan kecemasan ringan, score 40 – 59 menunjukkan kecemasan
sedang dan score 60 – 80 menunjukkan kecemasan berat.

E. Jalannya Penelitian
1. Tahap Persiapan
Peneliti melakukan tahap persiapan pada awal dengan cara
observasi selama kurang lebih 2 minggu di ruang ICU RSUD Ir. Soekarno
Sukoharjo, dari hasil observasi peneliti melihat bahwa sebagian besar
pasien mengalami kecemasan ditunjukkan dengan berbagai respon seperti
ingin melepas alat-alat monitor yang dipasangkan di tubuh pasien (tensi,
kateter, oksimetri, dll), pasien ingin duduk atau turun dari bed, dan
sebagainya.
Setelah peneliti menemukan masalah, peneliti mengonsultasikan
masalah dan membawa satu jurnal solusi yang ditawarkan untuk
mengurangi masalah tersebut pada pembimbing klinik dan pembimbing
akademis.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dimulai pada tanggal 24 Juni 2019, dalam
melakukan intervensi pada pasien nantinya peneliti akan dibantu satu
orang yang bertugas membantu pasien mengisi kuesioner STAI. Setiap
responden nantinya akan dimintai persentujuan sebagai responden serta
dijelaskan maksud dan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Setelah
responden mengisi lembar persetujuan responden dan kuesioner, peneliti
memberi waktu 1 menit untuk mengisi tiap item pernyataan kuesioner
STAI sebelum dilakukan intervensi. Peneliti dapat mengetahui klasifikasi
kecemasan pasien lalu dilakukan intervensi swedish massage selama 20-30
menit. Swedish massage dilakukan pada tungkai bawah, tungkai atas, dan
pada bagian atas otot trapezius dengan posisi kepala pasien elevasi 30º.
Urutan swedish massage (Alves Da Silva, 2017) : (1) stroking: gerakan
maju dan mundur dengan tekanan ringan (2) effleurage: gerakan maju dan
7

mundur dengan tekanan sedang (3) kneading: menekan menggunakan ibu


jari (4) effleurage (5) stroking. Setelah dilakukan massage pasien akan
diberikan kuesioner STAI kembali untuk mengukur kecemasan setelah
diberi intervensi.
3. Tahap Akhir
Tahap akhir penelitian setelah peneliti mempunyai semua data
penelitian, selanjutnya peneliti melakukan pemilihan data, tabulasi data,
dan analisa data serta menyusun laporan akhir. Hasil penelitian diajukan
pada dosen pembimbing untuk dikoreksi.

F. Hasil Penelitian
Berdasarkan tindakan pemberian swedish massage yang sudah
dilaksanakan pada 5 pasien sesuai kriteria inklusi di ruang ICU RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo didapatkan data sebagai berikut :
1. Pasien pertama
Hari I Sebelum Dilakukan Tindakan Setelah Dilakukan Tindakan

TD (mmHg) 89/53 90/62


HR (x/mnt) 96 93
RR (x/mnt) 20 20
SpO2 (%) 85 90
Tingkat 40 38
Anxiety

Pasien pertama seorang laki-laki berusia 63 tahun beralamat di


polokarto, beragama islam, pendidikan terakhir SD, diagnosa medis
STEMI dengan GCS 15. Saat dilakukan observasi pasien terlihat gelisah,
nadi meningkat, tekanan darah meningkat. Sebelum memberikan terapi
swedish massage peneliti meminta ijin kepada pasien untuk mem berikan
terapi swedish massage untuk menurunkan rasa cemas pada pasien.
8

Setelah pasien menyetujui untuk diberikan terapi swedish massage maka


peneliti memberikan terapi swedish massage dengan menggunakan herbal
oil selama 20 menit. Terapi swedish massage diberikan selama 1 kali saat
pasien datang pertama kali di runag ICU. Selama pemberian terapi
swedish massage pasien tampak rileks. Sebelum dilakukan terapi swedish
massage pasien mempunyai tekanan darah 89/53 mmHg, HR 96 x/mnt,
RR 20 x/mnt, SpO2 85%, dan tingkat anxiety pasien 40 (cemas sedang).
Setelah dilakukan swedish massage tekanan darah pasien 90/62 mmHg,
HR 93 x/mnt, RR 20 x/mnt, SpO2 90%, dan tingkat anxiety pasien
menjadi 38 (cemas ringan).

2. Pasien Kedua
Hari I Sebelum Dilakukan Tindakan Setelah Dilakukan Tindakan

TD (mmHg) 85/59 104/73


HR (x/mnt) 123 120
RR (x/mnt) 25 20
SpO2 (%) 98 100
Tingkat 40 (sedang) 38 (ringan)
Anxiety

Pasien kedua seorang laki-laki berusia perempuan berusia 66 tahun


beralamat di Sukoharjo, beragama Islam, pendidikan terakhir SD,
diagnosa medis oedema paru dengan GCS 15. Saat dilakukan observasi
pasien terlihat gelisah, nadi meningkat, tekanan darah meningkat. Sebelum
memberikan terapi swedish massage peneliti meminta ijin kepada pasien
untuk mem berikan terapi swedish massage untuk menurunkan rasa cemas
pada pasien. Setelah pasien menyetujui untuk diberikan terapi swedish
massage maka peneliti memberikan terapi swedish massage dengan
menggunakan herbal oil selama 20 menit. Terapi swedish massage
diberikan selama 1 kali saat pasien datang pertama kali di runag ICU.
9

Selama pemberian terapi swedish massage pasien tampak rileks. Sebelum


dilakukan terapi swedish massage pasien mempunyai tekanan darah 85/59
mmHg, HR 123 x/mnt, RR 25 x/mnt, SpO2 98%, dan tingkat anxiety
pasien 40 (cemas sedang). Setelah dilakukan swedish massage tekanan
darah pasien 104/73 mmHg, HR 120 x/mnt, RR 20 x/mnt, SpO2 100%,
dan tingkat anxiety pasien menjadi 38 (cemas ringan).

3. Pasien ketiga
Hari I Sebelum Dilakukan Tindakan Setelah Dilakukan Tindakan
TD (mmHg) 162/82 143/82
HR (x/mnt) 85 83
RR (x/mnt) 20 18
SpO2 (%) 98 99
Tingkat 38 (ringan) 38 (ringan)
Anxiety

Pasien ketiga seorang laki-laki berusia 46 tahun beralamat di


Sukoharjo, beragama Islam, pendidikan terakhir SMA, diagnosa medis
STEMI dengan GCS 15. Saat dilakukan observasi pasien terlihat gelisah,
nadi meningkat, tekanan darah meningkat. Sebelum memberikan terapi
swedish massage peneliti meminta ijin kepada pasien untuk mem berikan
terapi swedish massage untuk menurunkan rasa cemas pada pasien.
Setelah pasien menyetujui untuk diberikan terapi swedish massage maka
peneliti memberikan terapi swedish massage dengan menggunakan herbal
oil selama 20 menit. Terapi swedish massage diberikan selama 1 kali saat
pasien datang pertama kali di runag ICU. Selama pemberian terapi
swedish massage pasien tampak rileks. Sebelum dilakukan terapi swedish
massage pasien mempunyai tekanan darah 162/82 mmHg, HR 85 x/mnt,
RR 20 x/mnt, SpO2 98%, dan tingkat anxiety pasien 38 (cemas ringan).
Setelah dilakukan swedish massage tekanan darah pasien 143/82 mmHg,
10

HR 83 x/mnt, RR 18 x/mnt, SpO2 99%, dan tingkat anxiety pasien


menjadi 38 (cemas ringan).

4. Pasien keempat
Hari I Sebelum Dilakukan Tindakan Setelah Dilakukan Tindakan
TD (mmHg) 133/89 134/89
HR (x/mnt) 101 100
RR (x/mnt) 18 20
SpO2 (%) 98 99
Tingkat 38 (ringan) 38 (ringan)
Anxiety

Pasien keempat seorang perempuan berusia 65 tahun beralamat di


Sukoharjo, beragama Islam, pendidikan terakhir SD, diagnosa medis post
op peritonitis dengan GCS 15. Saat dilakukan observasi pasien terlihat
gelisah, nadi meningkat, tekanan darah meningkat. Sebelum memberikan
terapi swedish massage peneliti meminta ijin kepada pasien untuk mem
berikan terapi swedish massage untuk menurunkan rasa cemas pada
pasien. Setelah pasien menyetujui untuk diberikan terapi swedish massage
maka peneliti memberikan terapi swedish massage dengan menggunakan
herbal oil selama 20 menit. Terapi swedish massage diberikan selama 1
kali saat pasien datang pertama kali di runag ICU. Selama pemberian
terapi swedish massage pasien tampak rileks. Sebelum dilakukan terapi
swedish massage pasien mempunyai tekanan darah 133/89 mmHg, HR
101 x/mnt, RR 18 x/mnt, SpO2 98%, dan tingkat anxiety pasien 38 (cemas
ringan). Setelah dilakukan swedish massage tekanan darah pasien 134/89
mmHg, HR 100 x/mnt, RR 20 x/mnt, SpO2 99%, dan tingkat anxiety
pasien menjadi 38 (cemas ringan).

5. Pasien kelima
11

Hari I Sebelum Dilakukan Tindakan Setelah Dilakukan Tindakan


TD (mmHg) 96/55 183/85
HR (x/mnt) 88 90
RR (x/mnt) 20 14
SpO2 (%) 95 90
Tingkat 35 (ringan) 38 (ringan)
Anxiety

Pasien kelima seorang laki-laki berusia 63 tahun beralamat di


lampung utara, beragama islam, pendidikan terakhir perguruan tinggi,
diagnosa medis post op kolektomi dengan GCS 15. Saat dilakukan
observasi pasien terlihat gelisah,ttv pasien dalam keadaan normal.
Sebelum memberikan terapi swedish massage peneliti meminta ijin kepada
pasien untuk mem berikan terapi swedish massage untuk menurunkan rasa
cemas pada pasien. Setelah pasien menyetujui untuk diberikan terapi
swedish massage maka peneliti memberikan terapi swedish massage
dengan menggunakan herbal oil selama 20 menit. Terapi swedish massage
diberikan selama 1 kali saat pasien datang pertama kali di runag ICU.
Selama pemberian terapi swedish massage pasien tampak rileks. Sebelum
dilakukan terapi swedish massage pasien mempunyai tekanan darah 96/55
mmHg, HR 88 x/mnt, RR 20 x/mnt, SpO2 95%, dan tingkat anxiety pasien
35 (cemas sedang). Setelah dilakukan swedish massage tekanan darah
pasien 183/85 mmHg, HR 90 x/mnt, RR 14 x/mnt, SpO2 90%, dan tingkat
anxiety pasien menjadi 38 (cemas ringan).

G. PEMBAHASAN
Kecemasan merupakan hal yang sering dirasakan pasien menjalani
pengobatan atau prosedur di rumah sakit. Sumber kecemasan pada pasien
yang dirawat di ruang intensif dapat berupa penyakit yang diderita,
perasaan kesepian, rasa takut mengenai ajal, lingkungan seperti
pencahayaan yang terus menerus, suara alat yang terdengar sepanjang
12

waktu, serta kesiagaan dari petugas medis (Wijayanti, 2016). Kecemasan


itu sendiri merupakan perasaan takut yang tidak menyenangkan yang
sering disertai dengan gejala fisiologi yang dirasakan oleh pasien. Terapi
Swedish massage memiliki efek positif pada fisik pasien seperti
menurunkan aktifitas simpatik, vasodilatasi, pengurangan kekakuan otot
dan hambatan jaringan, menambah metabolisme dan penghilang nyeri.
Swedish massage juga memberi pengaruh pada keadaan psikologis,
memberikan relaksasi dan kenyamanan, mengurangi agitasi, tensi, dan
kecemasan (Vahedian-Azimi et al., 2014; Cassar, 2001).
Kecemasan dapat mengakibatkan adanya perubahan fisiologis
meliputi tekanan darah, heart rate, pernafasan, agitasi, peningkatan
aktifitas otot/pergerakan, ketakutan (Chlan & Savik, 2013). Hal itu
dibuktikan pada saat pengkajian didapatkan bahwa pasien, pasien tampak
tidak tenang, pasien gelisah, mengalami peningkatan tekanan darah, nadi,
dan penafasan, sehingga antara teori dan kondisi pasien didapatkan hasil
yang sesuai. Intervensi terapi Swedish massage merupakan intervensi non-
farmakologi dan tindakan mandiri perawat. Terapi Swedish massage
sebagai salah satu terapi komplementer belum banyak dimanfaatkan
dalam lingkungan rumah sakit di Indonesia.
Hasil case study menunjukkan adanya pengurangan tingkat
kecemasan pasien dilihat setelah dilakukannya massage. Peneliti juga
mengobservasi penurunan atau stabilnya vital sign setelah dilakukan
massage, hasil menunjukkan tidak begitu ada perbedaan sebelum dan
sesudah massage.
Pada case study kali ini, peneliti menggunakan S-STAI untuk
menganalisa tingkat kecemasan. Skor S-STAI berada diantara 20-80 poin.
Total poin dari kuesioner akan menunjukkan tingkat kecemasan pasien,
setelah dilakukan observasi, massage mengurangi tingkat kecemasan
setelah dilakukan massage. Observasi hanya dilakukan setelah massage,
sehingga peneliti tidak dapat mengetahui apakah adalah pengaruh dari
lama durasi massage pada tingkat kecemasan pasien.
13

Vahedian-Azimi et al (2014) menyebutkan bahwa massage adalah


terapi komplementer yang memeiliki manfaat pada vital sign. Penulis
mengamati bahwa penurunan dari SAP pasien setelah dilakukan massage
adalah tanda dari keadaan rileks, karena menginduksi sekresi endorfin dan
meningkatkan dilatasi vaskular, yang mengarah pada peningkatan aliran
darah dan penungaran tekanan arteri. Perubahan emosional seperti stres
dan kecemasan dapat memengaruhi parameter fisiologis termasuk vital
sign. Dengan melihat DAP, HR, dan RR dapat mendukung hipotesis
bahwa massage bermanfaat bagi pasien ICU karena merelaksasi otot,
mengurangi produksi norepinefrin, sehingga mengurangi tingkat
kecemasan.
Salah satu keterbatasan case study ini adalah pemilihan populasi
yang terbatas, pasien anak dan pasien dewasa dengan GCS dibawah 15
tidak dimasukkan. Keterbatasan lain adalah karena peneliti ingin melihat
terkait efek (sebab akibat) dari pemberian massage maka tidak adanya
kelompok kontrol sehingga tidak terdapat perbandingan.
Berdasarkan hasil dari case study yang telah dilakukan yaitu
pemberian terapi massage pada pasien yang mengalami kecemasan dapat
disimpulkan bahwa pemberian terapi massage efektif dalam menurunkan
kecemasan pasien diruang ICU RSUD Ir. Soekarno, hal ini ditunjukkan
dengan pasien tampak lebih rileks dan terdapat adanya penurunan tingkat
kecemasan.
H. IMPLIKASI KEPERAWATAN
Pada case study ini terapi massage dapat mengurangi kecemasan pada
pasien sehingga tindakan ini dapat diterapkan di ruang ICU RSUD Ir.
Soekarno Sukoharjo agar pasien lebih nyaman dan tenang saat menjalankan
terapi pengobatan.
1. Kelebihan dari tindakan ini yaitu dapat memberikan rasa rileks pada
pasien dan dapat membuat tanda-tanda vital pasien dalam batas
normal.
14

2. Hambatan dari tindakan ini yaitu membutuhkan keahlian khusus


perawat untuk melakukan massage, terdapat masalah diagnose lain
pada pasien sehingga menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan
tindakan, dan tidak semua pasien dapat diberikan tindakan terapi
massage karena terdapat luka di permukaan kulit. Kurangnya waktu
dan jumlah pasien ICU menjadi kendala berikutnya bagi pelaksanaan
swedish massage di ICU.

KUISIONER SKALA PENGUKURAN KECEMASAN


DENGAN STATE- ANXIETY INVENTORY (S-AI)
(State-Trait Anxiety Inventory oleh Spielberger,C.D.(1983))

Nama: ________ Usia:____ Jenis Kelamin (lingkari): L/P

Petunjuk pengisian:
Bacalah masing-masing kalimat di bawah ini dan berikan tanda ceklis (√) pada
respon yang tepat yang menunjukkan apa yang anda rasakan sekarang, pada saat
15

ini. Tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jangan berpikir terlalu lama dalam
menjawab setiap pernyataan tapi berikan jawaban yang paling menggambarkan
perasaan Anda saat ini.

1: Sama
2: Sedikit 3: Cukup 4: Sangat
No Pernyataan sekali tdk
merasakan merasakan merasakan
merasakan
1. Saya merasa tenang
2. Saya merasa aman
3. Saya tegang
Saya merasa
4.
tertekan
5. Saya merasa tentram
Saya merasa
6.
kesal/marah
Saya sekarang
khawatir dengan
7.
kemungkinan
ketidakberuntungan
8. Saya merasa lega
9. Saya merasa takut
Saya merasa
10.
nyaman
Saya merasakan
11.
kepercayaan diri
12. Saya merasa gugup
13. Saya merasa gelisah
Saya merasa
14.
bimbang
15. Saya merasa santai
Saya merasakan
16.
kepuasan
17. Saya khawatir
Saya merasa
18.
bingung
Saya merasa
19.
mantap/yakin
20. Saya merasa senang

Interpretasi score STAI:


20 - 39: Kecemasan ringan
16

40 - 59: Kecemasan sedang


60 - 80: Kecemasan berat

DAFTAR PUSTAKA

Cambron JA, Dexheimer J, Coe P. Changes in blood pressure after various forms
of therapeutic massage: a preliminary study. J Altern Complement Med.
2006;12(1):65–70.
Cassar, M.P., 2001. Manual de massagem terapeutica. Manole, Barueri.
Cutshall, S.M., Wentworth, L.J., Engen, D., Sundt, T.M., Kelly, R.F., Bauer,
B.A., 2010. Effect of massage therapy on pain, anxiety and tension in
17

cardiac surgical patients: a pilot study. Complement Ther. Clinical Pract.


16 (2), 92e95.
Hayes JA, Cox C. Immediate effects of a five-minute foot massage on patients in
critical care. Complement Therapies Nurs Midwifery. 2000;6(1):9–13.
Karagozoglu S, Tekyasar F, Yilmaz FA. Effects of music therapy and guided
visual imagery on chemotherapy-induced anxiety and nausea-vomiting. J
Clin Nurs. 2013;22(1-2):39–50.
Kaye AD, Kaye AJ, Swinford J, Baluch A, Bawcom BA, Lambert TJ, et al. The
effect of deep-tissue massage therapy on blood pressure and heart rate. J
Altern Complement Med. 2008;14(2):125–8.
Middleton PM. Practical use of the Glasgow Coma Scale; a comprehensive
narrative review of GCS methodology. Australas Emerg Nurs J.
2012;15(3):170 83.
Sherman KJ, Cherkin DC, Kahn J, Erro J, Hrbek A, Deyo RA, et al. A survey of
training and practice patterns of massage therapists in two US states.
BMC Complement Altern Med. 2005;5:13.
Smith CA, Collins CT, Cyna AM, Crowther CA. Complementary and alternative
therapies for pain management in labour. Cochrane.
Vahedian-Azimi, A., Ebadi, A., Asghari Jafarabadi, M., Saadat, S., Ahmadi, F.,
2014. Effect of massage therapy on vital signs and GCS scores of ICU
patients: a randomized clinical trial. Trauma Mon. 19 (3), e17031.
Voskresensky IV, Rivera-Tyler T, Dossett LA, Riordan WP, Jr, Cotton BA. Use
of scene vital signs improves TRISS predicted survival in intubated
trauma patients. J Surg Res. 2009;154(1):105–11.

Anda mungkin juga menyukai