Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS JURNAL

“EFFECT OF MASSAGE THERAPY ON VITAL SIGNS AND GCS SCORES OF ICU


PATIENTS: A RANDOMIZED CONTROLLED CLINICAL TRIAL”

Disusun untuk memenuhi tugas


Program Profesi Ners Stase Critical Emergency

Oleh:

NUR ISTIQOMAH
I4B019080

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN
PROFESI NERS 25
PURWOKERTO
2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lingkungan perawatan kritis bersifat multifaktorial dan dapat menimbulkan berbagai
komplikasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama pasien yang sadar. Efek
samping paling umum dari lingkungan tersebut adalah ketidakstabilan hemodinamik
(Middleton 2012). Ketidakstabilan hemodinamik akan mempengaruhi sistem lain, termasuk
saraf kardiovaskular dan saraf simpatis (Cambron 2006). Hasil paling umum dari
ketidakstabilan tersebut, adalah lekas marah dan perubahan tanda-tanda vital, termasuk
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi, laju pernapasan, suhu, tekanan
oksigen jenuh, dan respons terhadap rasa sakit (Kaye 2008). Penelitian Kaur (2012)
menunjukkan bahwa 13,9% kematian ICU disebabkan oleh perubahan parameter fisiologis.

Terapi alternatif dan komplementer seperti terapi pijat telah banyak digunakan untuk
meringankan tanda-tanda iritabilitas, (Sminth 2006). Terapi pijat adalah teknik terapi, yang
karena meningkatkan sistem hemodinamik dan saraf, telah mendapatkan popularitas di
sejumlah uji klinis (Cutshall 2010). Pijat secara efektif membantu merawat sistem saraf dan
kardiovaskular, dan menyebabkan perasaan nyaman, rileks, dan nyaman (Kimber 2008).
Beberapa penelitian membandingkan peran anggota keluarga dengan perawat dalam
pengaturan ICU untuk melakukan manipulasi tersebut. Family-centered care (FCC)
merupakan pendekatan yang dapat mengurangi dan meredakan gejala termasuk kecemasan,
stres, dan depresi (Azoulay 2013).
FCC adalah pendekatan untuk perawatan medis, yang percaya bahwa hasil kesehatan
yang optimal diperoleh ketika anggota keluarga pasien memainkan peran aktif dalam
memberikan dukungan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan perkembangan (Mitchell
2010). Umpan balik keluarga tentang intervensi yang diberikan oleh perawat dalam
pengaturan perawatan kesehatan adalah positif di antara pasien yang sakit mental, sakit kritis,
atau lansia (Lee 2012). Kegiatan dan program dukungan keluarga dilakukan dengan tujuan
membantu keluarga mengatasi tekanan memiliki pasien dalam perawatan intensif dan
mendukung keluarga ketika mereka bergabung dalam perawatan pasien mereka (Gooding
2011). Peran aktif keluarga dengan memberikan massage therapy dapat membantu dalam
perawatan medis pasien serta membuat keluarga pasien merasa lebih tenang dan mengurangi
kecemasa keluarga akan kondisi pasien di ICU. Sehingga penulis tertarik untuk menganalisis
jurnal yang berjudul “Effect of Massage Therapy on Vital Signs and GCS Scores of ICU
Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial”.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Menganalisis jurnal yang berjudul “Effect of Massage Therapy on Vital Signs and GCS
Scores of ICU Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial” sebagai evidence based
practice dalam lingkup keperawatan kritis.

2. Tujuan Khusus
a) Mampu menjelaskan efektifitas massage therapy pada Tanda Vital dan Skor GCS
Pasien ICU
b) Mampu menjelaskan standar operasional prosedur massage therapy
c) Mampu menjelaskan implementasi dan aplikabilitas massage therapy
BAB II RESUME JURNAL

A. Identitas Jurnal
Judul : Effect of Massage Therapy on Vital Signs and GCS Scores of ICU
Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial
Penulis : Amir Vahedian-Azimi, Abbas Ebadi, Mohammad Asghari Jafarabadi,
Soheil Saadat, Fazlollah Ahmadi
Tahun : 2014
Nama Jurnal : Trauma Mon
Volume : 19
Issue : 17031
Page : 19-25
DOI : 10.5812/traumamon.17031

C. Metodologi Penelitian
Uji klinis acak terkontrol ini dilakukan di ICU Rumah Sakit Shariati selama 2012
dengan 45 pasien ICU dan 45 anggota keluarga dalam tiap kelompok. Anggota keluarga
menerima pelatihan pijat, dan diuji setelahnya. Setelah lulus tes, mereka diperbolehkan
memijat pasien. Selama terapi pijat, keberlanjutan kondisi umum, hemodinamik dan jalan
nafas dipertimbangkan. Sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan perawatan rutin unit
Tanda-tanda vital dan skor GCS diukur pada kelompok intervensi dan kontrol. Instrumen
pengumpulan data terdiri dari dua bagian. Bagian pertama termasuk data demografis (usia,
status perkawinan dan Indeks Massa Tubuh) dan bagian kedua termasuk daftar periksa untuk
mencatat tanda-tanda vital pasien (tekanan darah sistolik (SBP), tekanan darah diastolik
(DBP), laju pernapasan (RR), denyut nadi) dan GCS. Semua pengukuran dilakukan pada
waktu yang sama pada kedua kelompok sebelum intervensi (terapi pijat seluruh tubuh), dan 1
jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam setelah intervensi.

D. Hasil
Perbedaan signifikan diamati antara kelompok eksperimen dan kontrol dalam SBP 1
(121,97 ± 12,21). vs. 128,06 ± 13,05, P < 0,001), SBP 2 (121,37 ± 11,37 vs 128,20 ± 12.21, P
< 0,001). dan SBP 3 (120.51 ± 10.60 vs 127.57 ± 12.12, P < 0,001). dan juga di GCS 1
(median = 8 dan Q1-Q3 = 8-9 vs median = 7 dan Q1 -Q3 = 7-8, P < 0,001, GCS 2 (median =
8 dan Q1-Q3 = 8-9 vs median = 7 dan Q1-Q3 = 7-8, P < 0,001), GCS 3 (median = 9 dan Q1-
Q3 = 9-9 vs saya-dian = 7 dan Q1-Q3 = 7-8, P < 0,001. dan GCS 4 (median = 9 dan Q1-Q3 =
9-10 vs median = 7 dan Q1-Q3 = 7-8, P < 0,001). Perbedaan tidak signifikan untuk variabel
lain (P> 0,05). Analisis multivariat mengungkapkan perbedaan yang signifikan antara
eksperimental dan kontrol grup dalam SBP di semua titik waktu (P 0,05). GCS pada
penelitian ini juga mengalami peningkatan pada kelompok intervensi
BAB III PEMBAHASAN

Penelitian Vahedian-Azimi (2014) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi pijat
oleh anggota keluarga pada tanda-tanda vital (TTV) dan Glasgow Coma Scale Score (GCS) pada
pasien di ICU. Dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara eksperimental dan kontrol
grup dalam tekanan darah sistolik di semua titik waktu (P 0,05), dan menunjukkan bahwa terapi
pijat seluruh tubuh oleh anggota keluarga meningkatkan tingkat kesadaran pasien. Peneliti
menggunakan 31 jurnal internasional dari berbagai negara yang diperlukan dalam pembahasan
penelitian. Terdapat 15 artikel/jurnal yang digunakan merupakan artikel yang dipublikasi dalam
10 tahun terakhir.
Menurut Berger & Pichard (2012) permasalahan umum yang seringterjadi pada
pasien kritis yang dirawat di ruang rawat intensif antara lain gangguan neurologis,
perdarahan, ketidakstabilan hemodinamik dan cairan elektrolit, syok, gagal napas akut dan
kronik, infeksi nosokomial, gagal ginjal, nyeri dada, sepsisserta Multiple Organ
Dysfunction Syndrome (MODS). Dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu status
psikologi yang buruk atau psychological distress yang akan mempengaruhi hemodinamik, karena
respon tubuh ketika stres memaksa jantung untuk bekerja lebih cepat (Jevon & Ewens, 2009).
Perubahan hemodinamik bisa mengakibatkan gangguan pada tubuh, maka diperlukan upaya
menjaga nilai normal pada dewasa yaitu tekanan darah 100/60 sampai 140/90 mmHg, nadi 60-
100 kali/menit, frekuensi nafas 12-20 (Terry and Susan, 2014). Penurunan tingkat kesadaran
pada pasien di icu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sirkulasi yang tidak adekuat
sehingga transport oksigen ke jaringan tidak adekuat dan menimbulkan hipoksia otak, gangguan
pada otak akibat trauma dan nontrauma, sepsis dan intoksikasi, gangguan pada metabolic
tubuh, ketidakseimbangan elektrolit tubuh yang mengganggu kerja organ dan kerja listrik
otak (Hasan 2017).

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pemberian latihan pada keluarga pasien secara
individu dalam dua sesi 2 jam (sesi pertama untuk pendidikan dan yang kedua untuk berlatih)
pada manekin di ruang praktek di rumah sakit. Semua sesi pelatihan dilakukan oleh peneliti
pertama yang disertifikasi dalam terapi pijat. Kemudian, setelah konfirmasi rawat inap yang
berkepanjangan, setiap pasien dalam kelompok intervensi dipijat oleh anggota keluarga dalam
suasana pribadi selama sesi 60 menit. Minyak almond digunakan untuk perawatan fasilitasi dan
pijat. Punggung, bahu, otot bagian depan dan belakang kaki, lengan, bagian depan dan belakang
paha, telapak tangan dan jari-jari kaki, metatarsal, kaki dan jari kaki depan dan belakang, perut
dan dada, aksila dan Otot leher pasien dipijat. Teknik pijat termasuk pijat statis, teknik tegangan
permukaan, pijat peregangan, pembongkaran getah bening superfisial, teknik gesekan
transversal, dan teknik pelepasan myofacial (Adib 2012). Area dengan peradangan, petekie,
ekimosis, perdarahan subkutan, luka atau edema tidak dipijat.
Menurut Trisnowiyanto (2012) teknik dalam masase terdiri dari eflourage/gosokan (suatu
gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan telapak tangan melekat pada bagian tubuh
yang digosok), petrissage/pijatan (gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari merapat
berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel), Shocking/ goncangan (gerakan
goncangan yang dilakukan di daerah otot-otot paha, tungkai bawah, kaki, tengkuk, bahu, lengan
atas dan bawah, tangan dan daerah perut), Tapotement/pukulan (gerakan pukulan dengan
mempergunakan satu tangan atau kedua belah tangan bergantian dengan variasi Clapping
(gerakan pukulan dengan mempergunakan telapak tangan dan jari-jari yang membuat cekung,
bergerak ganti berganti), Friction (gerakan gerusan kecil-kecil yang dilakukan dengan
mempergunakan ujung tiga jari yang merapat), Fibration/getaran (getaran yang dilakukan
dengan mempergunakan ujung jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan),
Stroking/mengurut (gerakan mengurut dengan mempergunakan ujungujung tiga jari yang
merapat), Skin – rolling/melipat atau menggeser kulit (gerakan melipat atau menggeser kulit
seprti mencubit, kemudian kulit digeserkan, jari-jari menekan bergerak maju, dan ibu jari
menekan mendorong dibelakang)).

Tabel 3.1 Standar Operasional Prosedur Massage Therapy (Hidayat 2004)

Standar Operasional Prosedur


Massage Therapy
Pengertian Massage therapy adalah pijat atau urut yang disempurnakan dengan ilmu tentang tubuh
manusia dengan gerakan tangan yang mekanis terhadap tubuh manusia dan menggunakan
berbagai teknik.
Tujuan 1. Meningkatkan Sirkulasi
2. Mengurangi Rasa Sakit Dan
3. Mengurangi Ketegangan
4. Menurunkan tekanan darah
5. Meningkatkan GCS klien

Persiapan Menjelaskan prosedur, tujuan, dan kontrak waktu


Persiapan alat Minyak almond
Persiapan Menjaga privasi dengan menutup tirai dan jendela
lingkungan Memberikan lingkungan yang nyaman
Prosedur Pemijatan area leher dan bahu
1. Gunakan teknik tekan lalu lepas untuk memijat disepanjang leher hingga
mencapai garis rambut. Tangan berada disamping tulang belakang, bukan tepat
diatasnya.
2. Tempatkan salah satu tangan pada salah satu bahu, lalu lakukan teknik petrissage
pada otot-otot bahu.
3. Gunakan jari tangan untuk menggenggam lalu gosokkan buku-buku jari dengan
lembut namun kuat melintasi sisi atas bahu, untuk melepaskan ketegangan yang
ada.
4. Kemudian, gunakan ibu jari untuk melakukan teknik tekan-lalu-lepas di
sepanjang sisi atas bahu dan naik hingga ke pangkal leher.
Pemijatan lengan
1. Pijatlah satu per satu lengan dengan memegang dan mengangkat pergelangan
tangan klien dengan satu tangan hingga seluruh lengannya terangkat, lalu
gunakan tangan lainnya untuk mengurut/stroking punggung lengan bawah, otot
trisep hingga melintasi bahu, kemudian pijat sisi sebaliknya pada lengan bawah,
otot bisep hingga melintasi bahu. Lakukan pada kedua tangan
2. Pijat telapaknya dengan teknik friction.
3. Ambil setiap jari tangan bergantian, dan urut perlahan di sepanjang buku-
bukunya hingga ke kuku.
Pemijatan punggung
1. Gunakan teknik eflourage yang dijelaskan sebelumnya untuk memberikan urutan
panjang yang lembut dari puncak pantat hingga pangkal leher.
2. Letakkan telapak tangan pada sisi samping tulang belakang, dan bergeraklah ke
atas, sambil menjaga agar kedua telapak tangan tetap sejajar.
3. Setelah mencapai punggung atas, belokkan tangan melintang ke arah luar di
sepanjang bahu, seolah-olah sedang menggambar sisi atas bentuk jantung/hati
4. gunakan teknik “tekan-lalu-lepas” untuk memijat punggung ke arah atas. Teknik
ini dapat dilakukan dengan menekan ujung-ujung jari dengan kuat pada
punggung, lalu melepaskannya dengan cepat.
Pijatan pada kaki
1. Mulailah memijat telapak kaki dengan menangkupkan kedua tangan di sekeliling
kaki sambil menggunakan ibu jari untuk memberikan tekanan.
2. Berikan perhatian khusus pada lekukan masing-masing telapak kaki, karena
banyak tekanan cenderung terkumpul di area ini. Tetapi, pijat juga tumit dan
pangkal jari-jari kaki.
3. Saat mencapai jari-jari kaki, genggam masing-masingnya dan tarik dengan
lembut untuk membantu melepaskan ketegangan yang ada.
4. bergeraklah ke sisi belakang tungkai. Urut masing-masing tungkai dengan
gerakan yang panjang dan relaks untuk memulainya, dari betis hingga ke paha
bagian atas.
5. Berikan tekanan ringan dengan kedua tangan, dengan teknik eflourage.Gunakan
teknik petrissage untuk melemaskan otot betis.
6. Bergeraklah naik ke paha dan ulangi teknik petrissage di area ini. Kemudian,
tekan kulit paha dengan pangkal telapak tangan,lalu gerakkan tangan dengan
sangat perlahan di sepanjang paha.
7. Pijatan harus selalu bergerak ke arah jantung.
Terminasi 1. Tanyakan kondisi klien setelah pemberian therapy
2. Tanyakan keluhan yang dirasakan
3. Kontrak selanjutnya
Efek mekanis dari pijatan adalah untuk meningkatkan sirkulasi, meningkatkan aliran darah
ke area tertentu, menghilangkan produk limbah dari tubuh, meningkatkan mobilitas sendi,
mengurangi rasa sakit dan mengurangi ketegangan otot. Ini memiliki manfaat psikologis seperti
pelepasan energi dan pengurangan kelelahan, relaksasi dan meningkatkan rasa kesejahteraan dan
endorfin dapat disekresikan. Kortisol dan epinerphrine menurun. Akibatnya pembuluh darah
melebar, aliran darah meningkat di dalam pembuluh superfisial tubuh dan tekanan darah
berkurang (Hajbaghery 2012). Pijatan meningkatkan tekanan pada jaringan. Kemudian, gradien
tekanan antara jaringan dan pembuluh akan meningkat, dan itu memfasilitasi pergerakan cairan
antara jaringan dan pembuluh dan sebaliknya. Gerakan tersebut menyesuaikan kriteria fisiologis
seperti tekanan darah dan sebaliknya.
Penelitian Rosfiati (2015) menemukan bahwa pemijatan pada area punggung dapat
memberikan kenyamanan pasien yang ditunjukkan dalam tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh
yang normal. Secara fisologis juga dikatakan dengan pijat punggung merangsang keluarnya
hormon endorfin (Noonan, 2006) dari lokasi nosiseptor, terminal saraf kornu dorsalis medula
spinalis (Potter & Perry, 2013). Penelitian Webb (2008) membuktikan adanya interaksi yang
signifikan antara respons kardiorespirasi dengan denyut jantung, ventilasi, dan respirasi yang
memperlihatkan peningkatan adanya kondisi stres fisiologis dan psikologis, dengan pijat
punggung respon fisiologis ini dapat dibantu diadaptasi dengan lebih baik (Wentworth, et al.,
2009).
Selain punggung, pijatan pada kaki dapat membantu tubuh mencapai homeostasis dengan
adanya pengaturan ektrinsik dan intriksi aliran darah perifer, terjadi relaksasi otot polos dan
vasodilatasi arteri akibat dari aktivitas vasomotor saat dilakukan pijatan kaki. Pijatan kaki juga
berpengaruh pada denyut jantung secara signifikan, hal tersebut sejalan dengan penelitian
Abdelaziz (2014) yang menemukan bahwa pijat kaki menghasilkan kenyamanan dan
keseimbanagn hemodinamik pada pasien, terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata
tekanan darah sistolik dan diastolic dan denyut nadi pada kelompok intevensi. Foot massage
mempengaruhi system saraf simpatis dan menimbulkan relaksasi pada tubuh, penurunan
epineprint dan serum kortisol, penurunan kerja syaraf simpatis menyebabkan vasodilatasi
pembuluh darah perifer sehingga terjadi penurunan heart rate. Penerapan foot massage tersebut
secara signifikan mempengaruhi pernafasan (RR). Curah jantung yang baik akan meningkatkan
sirkulasi darah secara optimal ke seluruh tubuh termasuk paru sehingga akan terjadi
keseimbangan yang optimal proses pertukaran oksigen dan karbondioksida (Guyton2014).
Optimalnya pertukaran oksigen dan karbondioksida akan merangsang frekuensi pernafasan ke
arah normal.
Terapi pijat seluruh tubuh oleh anggota keluarga terbukti dapat meningkatkan tingkat
kesadaran pasien. Hasil kesehatan optimal dicapai ketika anggota keluarga pasien memainkan
peran aktif dalam memberikan perawatan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan perkembangan
untuk pasien mereka (Griffin 2006). Keterlibatan anggota keluarga dapat meningkatkan
efektifitas transfer emosi mereka kepada pasien. ICU adalah lingkungan yang tidak diketahui
dengan banyak subjek yang tidak dikenal, dan pasien mencoba untuk menemukan hal-hal yang
lebih akrab saat dirawat di sana. Anggota keluarga, dalam konteks dukungan emosional mereka,
adalah motivator yang sangat baik. Selain itu, keterlibatan anggota keluarga harus diakui sebagai
salah satu pertimbangan klinis yang paling penting untuk semua pasien yang dirawat di rumah
sakit, terutama pasien di ICU, karena anggota keluarga merupakan jembatan yang efektif antara
pasien dan tenaga medis.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Hatefi (2015) tentang efek whole body massage oleh
anggota keluarga pada proses dan hasil fisiologis tubuh yang menemukan perbedaan yang
signifikan antara kelompok eksperimen dan kontrol dalam SBP 1 jam dan 3 jam setelah
intervensi (p <0,05) dan disimpulkan bahwa terapi pijat adalah perawatan yang aman dan efektif
di unit perawatan intensif untuk mengurangi masalah fisik dan psikologis pasien. Adib-
Hajbaghery (2012) juga menemukan perbedaan tekanan darah sistolik dari kelompok intervensi
adalah 126,36 ± 16,80 dan berubah menjadi 121,70 ± 13,31 setelah sesi terapi pijat ( P = 0,021).
Denyut nadi rata-rata dari kelompok intervensi adalah 79,46 ± 10,41 dan mencapai 69,30 ± 9,47
setelah intervensi ( P = 0,001). Tingkat respirasi rata-rata dari kelompok intervensi juga menurun
setelah pijat oleh anggota keluarga( P = 0,001). Pijatan dapat membuat pasien merasa nyaman
dan rileks dan kemudian endorfin dapat dikeluarkan (25), pembuluh darah semakin melebar,
aliran darah meningkat di dalam pembuluh superfisial tubuh dan tekanan darah akan berkurang.
Efek menenangkan dan ansiolitik dari pijat, dapat direkomendasikan bahwa terapi pijat oleh
anggota keluarga pasien digunakan untuk menyeimbangkan tanda-tanda vital pasien yang
dirawat di ICU.
BAB IV IMPLIKASI KEPERAWATAN DAN APLIKABILITAS

A. Implikasi Keperawatan
Penelitian terkait efektivitas massage therapy yang dilakukan oleh anggota keluarga
pada pasien di Ruang ICU memberikan manfaat menurunkan tekanan darah, dan
meningkatkan GCS pasien, serta dapat menurunkan hari perawatan pasien di ICU sehingga
dapat di implikasikan sebagai berikut:

1. Perawat sebagai care giver


Perawat dapat memberikan perawatan secara maksimal pada pasien kritis dengan
melibatkan keluarga dalam pemberian massage therapy untuk menstabilkan
hemodinamik pasien.
2. Perawat sebagai pendidik
Perawat dapat memberikan pendidikan dan pelatihan pada keluarga pasien di rumah sakit
tentang keterampilan pemijatan pada pasien..
3. Perawat sebagai peneliti
Perawat dapat melakukan penelitian lebih lanjut terkait efek massage therapy dengan
menyertakan variabel konfonding terkait jenis kelamin dan jenis penyakitnya agar
penelitian lebih spesifik.

E. Aplikabilitas
Pemberian massage therapy oleh keluarga pada pasien ICU akan sulit untuk
diaplikasikan di Indonesia karena terkendala pada administratif dan budaya di Indonesia
dimana intervensi yang diberikan di ICU hanya bisa dilakukan oleh dokter dan perawat,
keluarga hanya diberi kesempatan berkunjung sesekali. Namun massage therapy tetap dapat
di aplikasikan di tatanan klinik dan komunitas. Pada tatanan klinik, massage therapy dapat
diberikan oleh keluarga pada pasien di bangsal perawatan umum setelah mendapat pelatihan
dan dinyatakan lulus oleh perawat tersertifikasi. Massage therapy yang telah diajarkan juga
dapat diterapkan di tatanan komunitas yaitu setelah pasien sembuh dan berada dirumah.
Anggota keluarga yang telah mendapat pelatihan juga dapat memberikan massage therapy
pada anggota keluarga lain untuk merelaksasikan otot dan memberikan kenyamanan.
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemberian massage terapy pada pasien kritis dapat menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan kesadaran pasien di ICU karena Efek mekanis dari pijatan dapat meningkatkan
sirkulasi, meningkatkan aliran darah ke area tertentu, menghilangkan produk limbah dari
tubuh, meningkatkan mobilitas sendi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi ketegangan otot.
Manfaat lain pada psikologis yaitu seperti pelepasan energi dan pengurangan kelelahan,
relaksasi dan meningkatkan rasa kesejahteraan dan endorfin dapat disekresikan. Sehingga
pasien akan merasa lebih nyaman dan TTV menjadi lebih stabil. Hasil kesehatan optimal
dicapai ketika anggota keluarga pasien memainkan peran aktif dalam memberikan perawatan
kareba keterlibatan anggota keluarga lebih efektif dalam mentransfer emosi mereka kepada
pasien. Massage therapy yang diberikan menggunakan beberapa teknik pemijatan seperti
eflourage, skin rolling, petrisagge, friction, dan stroking pada seluruh tubuh seperti bahu,
leher, punggung, lengan, dan kaki. Massage therapy ini dapat diimplementasikan oleh
perawat sebagai salah satu intervensi untuk membantu mengatasi masalah hemodinamik
pasien. Massage therapy oleh anggota keluarga dapat diaplikasikan di bangsal perawatan
umum dan di tatanan komunitas.

F. Saran
1. Massage therapy oleh keluarga pasien dapat dijadikan sebagai standar operasional
prosedur pada pasien dengan masalah hemodinamik.
2. Meneliti pengaruh perbedaan penekanan terhadap perubahan hemodinamik pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Abdelaziz SHH, Mohammed HE. 2014, ‘Effect of foot massage on postoperative pain and vital
signs in breast cancer patient’, J Nurs Educ Pract, vol 4, no 8, pp 115–24.

Adib-Hajbaghery M, Abasi A, Rajabi-Beheshtabad R, Azizi-Fini I. 2012, ‘Efek terapi pijat oleh


kerabat pasien pada tanda-tanda vital pria yang dirawat di unit perawatan kritis’,
Pejantan Kebidanan Studi, vol 1, no 1, pp 16–21

Azoulay E, Sprung CL. 2013, ‘Family-physician interactions in the intensive care unit’ Crit
Care Med, vol 32, no 11, pp 2323 -8 [PubMed]
Casey, Aggie. 2006. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Cambron JA, Dexheimer J, Coe P. 2006, ‘Changes in blood pressure after various forms of
therapeutic massage: a preliminary study’, J Altern Complement Med, vol 12, no 1, pp 65
-70 [DOI][PubMed]
Cutshall SM, Wentworth LJ, Engen D, Sundt TM, Kelly RF, Bauer BA. 2010, ‘Effect of
massage therapy on pain, anxiety, and tension in cardiac surgical patients: a pilot
study’, Complement Ther Clin Pract, vol 16, no 2, pp 92 -5 [DOI][PubMed]
Gooding JS, Cooper LG, Blaine AI, Franck LS, Howse JL, Berns SD. Family Support and
Family-Centered Care in the Neonatal Intensive Care Unit: Origins, Advances,
Impact. Semin Perinatol. 2011; 35(1) : 20 -8 [DOI]
Griffin T. 2006, ‘Family-centered care in the NICU’, J Perinat Neonatal Nurs, vol 20, no 1, pp
98-102.

Guyton AC, J E Hall. 2014, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta

Hajbaghery MA, Abasi A, Beheshtabad RR, Fini A. 2012, ‘The effects of massage therapy by
the patient’s relative on vital signs of males admitted in critical care unit’, Nursing and
Midwifery Study, vol 1, no 1, pp 16-23

Hasan, F. 2017, ‘Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I terhadap Perubahan Glasgow Coma
Scale (GCS) pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Ruang ICU RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo’, Mini Riset.Gorontalo, Mini Riset PSIK UNG
Hayes JA, Cox C. 2009, ‘Efek langsung dari pijat kaki lima menit pada pasien dalam perawatan
kritis’, Terapi Pelengkap Kebidanan, vol 6, hal 1, pp 9–13.

Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia, EGC, Jakarta
Jevon & Ewens. 2009, Pemantauan Pasien Kritis. Edisi 2, Erlangga, Jakarta
Kaur J, Kaur S, Bhardwaj N.2012, ‘Pengaruh 'pijat kaki dan refleksiologi' pada parameter
fisiologis pasien yang sakit kritis’, Jurnal Penelitian Keperawatan dan Kebidanan, vol 8,
no 3, pp 223-33.
Kaye AD, Kaye AJ, Swinford J, Baluch A, Bawcom BA, Lambert TJ, et al. 2008. ‘The effect of
deep-tissue massage therapy on blood pressure and heart rate’, J Altern Complement
Med, vol 14, no 2, pp 125 -8 [DOI][PubMed]
Kimber L, McNabb M, Mc Court C, Haines A, Brocklehurst P. 2008, ‘Massage or music for pain
pprelief in labour: a pilot randomised placebo controlled trial’, Eur J Pain, vol 12, no 8,
pp 961 -9 [DOI][PubMed]
Lee AC, Leung SS, Mak YW. 2012, The application of family-nursing assessment skills: from
classroom to hospital ward among final-year nursing undergraduates in Hong Kong’ vol
32, no 1, pp 78 -84 [DOI][PubMed]
Middleton PM. 2012, ‘Practical use of the Glasgow Coma Scale; a comprehensive narrative
review of GCS methodology, Australas Emerg Nurs J, vol 15, no 3, pp170 -83 [DOI]
[PubMed]
Mitchell ML, Chaboyer W. 2010, ‘Family Centred Care--a way to connect patients, families and
nurses in critical care: a qualitative study using telephone interviews’, Intensive Crit Care
Nurs, vol 26, no 3, pp 154 -60 [DOI][PubMed]
Noonan.T. 2006, ‘Effect of massage therapy techniques on the autonomic nervous system
(ANS), endocrine and the other body systems’, Diperoleh dari http://www.tim
noonan.com.au/maspap98.htm.

Potter, P.A., & Perry, A.G. 2013, Fundamentals of nursing (8th Ed.), Elsevier Mosby St Louis,
Missouri
Rosfiati E., Elly N. 2015, ‘Pengaruh pijat punggung terhadap tingkat kecemasan dan
kenyamanan pasien angina pektoris stabil sebelum tindakan angiografi koroner’, Jurnal
Keperawatan Indonesia, vol, no 2, pp 102-113, pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203

Smith CA, Collins CT, Cyna AM, Crowther CA. 2006, ‘Complementary and alternative
therapies for pain management in labour’, Cochrane Database Syst Rev, vol 5, no 4
[PubMed]
Terry, K.,Susan, C. 2014, Buku ajar keperawatan pediatri. Edisi 2, EGC, Jakarta
Trisnowiyanto, B. 2012, Keterampilan Dasar Massage, Muha Medika, Yogjakarta
Vahedian-Azimi A, Ebadi A, Jafarabadi MA, Saadat S, Ahmadi F. 2014, ‘Effect of massage
therapy on vital signs and GCS scores of ICU patients: A randomized controlled clinical
trial’, Trauma Mon, vol 19, no 3, pp 19–25.

Webb, H.E., Weldy, M.L., Fabianke-Kadue, E.C., Orndorff, G.R., Kamimori, G.H., & Acevedo,
E.O. 2008, ‘Psychological stress during exercise: cardiorespiratory and hormonal
responses’, European journal of applied physiology, vol 104, no 6, pp 973-981, Doi:
10.1007/s00421-008-0852-1.

Wentworth, L.J., Briese, L.J., Timimi, F.K., Sanvick, C.L., Bartel, D.C., Cutshall, S.M., Tilbury,
R.T., Lennon, R., Bauer, B.A. 2009, ‘Massage therapy reduces tension, anxiety, and pain
in patients awaiting invasive cardiovascular procedures’, Progress in cardiovascular
nursing, vol 24, no 4, pp 155-161, Doi: 10.1111/j.1751-7117.2009.00054.x.

Anda mungkin juga menyukai