Oleh:
NUR ISTIQOMAH
I4B019080
A. Latar Belakang
Lingkungan perawatan kritis bersifat multifaktorial dan dapat menimbulkan berbagai
komplikasi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, terutama pasien yang sadar. Efek
samping paling umum dari lingkungan tersebut adalah ketidakstabilan hemodinamik
(Middleton 2012). Ketidakstabilan hemodinamik akan mempengaruhi sistem lain, termasuk
saraf kardiovaskular dan saraf simpatis (Cambron 2006). Hasil paling umum dari
ketidakstabilan tersebut, adalah lekas marah dan perubahan tanda-tanda vital, termasuk
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik, denyut nadi, laju pernapasan, suhu, tekanan
oksigen jenuh, dan respons terhadap rasa sakit (Kaye 2008). Penelitian Kaur (2012)
menunjukkan bahwa 13,9% kematian ICU disebabkan oleh perubahan parameter fisiologis.
Terapi alternatif dan komplementer seperti terapi pijat telah banyak digunakan untuk
meringankan tanda-tanda iritabilitas, (Sminth 2006). Terapi pijat adalah teknik terapi, yang
karena meningkatkan sistem hemodinamik dan saraf, telah mendapatkan popularitas di
sejumlah uji klinis (Cutshall 2010). Pijat secara efektif membantu merawat sistem saraf dan
kardiovaskular, dan menyebabkan perasaan nyaman, rileks, dan nyaman (Kimber 2008).
Beberapa penelitian membandingkan peran anggota keluarga dengan perawat dalam
pengaturan ICU untuk melakukan manipulasi tersebut. Family-centered care (FCC)
merupakan pendekatan yang dapat mengurangi dan meredakan gejala termasuk kecemasan,
stres, dan depresi (Azoulay 2013).
FCC adalah pendekatan untuk perawatan medis, yang percaya bahwa hasil kesehatan
yang optimal diperoleh ketika anggota keluarga pasien memainkan peran aktif dalam
memberikan dukungan fisik, psikologis, emosional, sosial, dan perkembangan (Mitchell
2010). Umpan balik keluarga tentang intervensi yang diberikan oleh perawat dalam
pengaturan perawatan kesehatan adalah positif di antara pasien yang sakit mental, sakit kritis,
atau lansia (Lee 2012). Kegiatan dan program dukungan keluarga dilakukan dengan tujuan
membantu keluarga mengatasi tekanan memiliki pasien dalam perawatan intensif dan
mendukung keluarga ketika mereka bergabung dalam perawatan pasien mereka (Gooding
2011). Peran aktif keluarga dengan memberikan massage therapy dapat membantu dalam
perawatan medis pasien serta membuat keluarga pasien merasa lebih tenang dan mengurangi
kecemasa keluarga akan kondisi pasien di ICU. Sehingga penulis tertarik untuk menganalisis
jurnal yang berjudul “Effect of Massage Therapy on Vital Signs and GCS Scores of ICU
Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis jurnal yang berjudul “Effect of Massage Therapy on Vital Signs and GCS
Scores of ICU Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial” sebagai evidence based
practice dalam lingkup keperawatan kritis.
2. Tujuan Khusus
a) Mampu menjelaskan efektifitas massage therapy pada Tanda Vital dan Skor GCS
Pasien ICU
b) Mampu menjelaskan standar operasional prosedur massage therapy
c) Mampu menjelaskan implementasi dan aplikabilitas massage therapy
BAB II RESUME JURNAL
A. Identitas Jurnal
Judul : Effect of Massage Therapy on Vital Signs and GCS Scores of ICU
Patients: A Randomized Controlled Clinical Trial
Penulis : Amir Vahedian-Azimi, Abbas Ebadi, Mohammad Asghari Jafarabadi,
Soheil Saadat, Fazlollah Ahmadi
Tahun : 2014
Nama Jurnal : Trauma Mon
Volume : 19
Issue : 17031
Page : 19-25
DOI : 10.5812/traumamon.17031
C. Metodologi Penelitian
Uji klinis acak terkontrol ini dilakukan di ICU Rumah Sakit Shariati selama 2012
dengan 45 pasien ICU dan 45 anggota keluarga dalam tiap kelompok. Anggota keluarga
menerima pelatihan pijat, dan diuji setelahnya. Setelah lulus tes, mereka diperbolehkan
memijat pasien. Selama terapi pijat, keberlanjutan kondisi umum, hemodinamik dan jalan
nafas dipertimbangkan. Sedangkan kelompok kontrol hanya diberikan perawatan rutin unit
Tanda-tanda vital dan skor GCS diukur pada kelompok intervensi dan kontrol. Instrumen
pengumpulan data terdiri dari dua bagian. Bagian pertama termasuk data demografis (usia,
status perkawinan dan Indeks Massa Tubuh) dan bagian kedua termasuk daftar periksa untuk
mencatat tanda-tanda vital pasien (tekanan darah sistolik (SBP), tekanan darah diastolik
(DBP), laju pernapasan (RR), denyut nadi) dan GCS. Semua pengukuran dilakukan pada
waktu yang sama pada kedua kelompok sebelum intervensi (terapi pijat seluruh tubuh), dan 1
jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam setelah intervensi.
D. Hasil
Perbedaan signifikan diamati antara kelompok eksperimen dan kontrol dalam SBP 1
(121,97 ± 12,21). vs. 128,06 ± 13,05, P < 0,001), SBP 2 (121,37 ± 11,37 vs 128,20 ± 12.21, P
< 0,001). dan SBP 3 (120.51 ± 10.60 vs 127.57 ± 12.12, P < 0,001). dan juga di GCS 1
(median = 8 dan Q1-Q3 = 8-9 vs median = 7 dan Q1 -Q3 = 7-8, P < 0,001, GCS 2 (median =
8 dan Q1-Q3 = 8-9 vs median = 7 dan Q1-Q3 = 7-8, P < 0,001), GCS 3 (median = 9 dan Q1-
Q3 = 9-9 vs saya-dian = 7 dan Q1-Q3 = 7-8, P < 0,001. dan GCS 4 (median = 9 dan Q1-Q3 =
9-10 vs median = 7 dan Q1-Q3 = 7-8, P < 0,001). Perbedaan tidak signifikan untuk variabel
lain (P> 0,05). Analisis multivariat mengungkapkan perbedaan yang signifikan antara
eksperimental dan kontrol grup dalam SBP di semua titik waktu (P 0,05). GCS pada
penelitian ini juga mengalami peningkatan pada kelompok intervensi
BAB III PEMBAHASAN
Penelitian Vahedian-Azimi (2014) ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi pijat
oleh anggota keluarga pada tanda-tanda vital (TTV) dan Glasgow Coma Scale Score (GCS) pada
pasien di ICU. Dengan hasil terdapat perbedaan yang signifikan antara eksperimental dan kontrol
grup dalam tekanan darah sistolik di semua titik waktu (P 0,05), dan menunjukkan bahwa terapi
pijat seluruh tubuh oleh anggota keluarga meningkatkan tingkat kesadaran pasien. Peneliti
menggunakan 31 jurnal internasional dari berbagai negara yang diperlukan dalam pembahasan
penelitian. Terdapat 15 artikel/jurnal yang digunakan merupakan artikel yang dipublikasi dalam
10 tahun terakhir.
Menurut Berger & Pichard (2012) permasalahan umum yang seringterjadi pada
pasien kritis yang dirawat di ruang rawat intensif antara lain gangguan neurologis,
perdarahan, ketidakstabilan hemodinamik dan cairan elektrolit, syok, gagal napas akut dan
kronik, infeksi nosokomial, gagal ginjal, nyeri dada, sepsisserta Multiple Organ
Dysfunction Syndrome (MODS). Dimana salah satu faktor yang mempengaruhinya yaitu status
psikologi yang buruk atau psychological distress yang akan mempengaruhi hemodinamik, karena
respon tubuh ketika stres memaksa jantung untuk bekerja lebih cepat (Jevon & Ewens, 2009).
Perubahan hemodinamik bisa mengakibatkan gangguan pada tubuh, maka diperlukan upaya
menjaga nilai normal pada dewasa yaitu tekanan darah 100/60 sampai 140/90 mmHg, nadi 60-
100 kali/menit, frekuensi nafas 12-20 (Terry and Susan, 2014). Penurunan tingkat kesadaran
pada pasien di icu dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sirkulasi yang tidak adekuat
sehingga transport oksigen ke jaringan tidak adekuat dan menimbulkan hipoksia otak, gangguan
pada otak akibat trauma dan nontrauma, sepsis dan intoksikasi, gangguan pada metabolic
tubuh, ketidakseimbangan elektrolit tubuh yang mengganggu kerja organ dan kerja listrik
otak (Hasan 2017).
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan pemberian latihan pada keluarga pasien secara
individu dalam dua sesi 2 jam (sesi pertama untuk pendidikan dan yang kedua untuk berlatih)
pada manekin di ruang praktek di rumah sakit. Semua sesi pelatihan dilakukan oleh peneliti
pertama yang disertifikasi dalam terapi pijat. Kemudian, setelah konfirmasi rawat inap yang
berkepanjangan, setiap pasien dalam kelompok intervensi dipijat oleh anggota keluarga dalam
suasana pribadi selama sesi 60 menit. Minyak almond digunakan untuk perawatan fasilitasi dan
pijat. Punggung, bahu, otot bagian depan dan belakang kaki, lengan, bagian depan dan belakang
paha, telapak tangan dan jari-jari kaki, metatarsal, kaki dan jari kaki depan dan belakang, perut
dan dada, aksila dan Otot leher pasien dipijat. Teknik pijat termasuk pijat statis, teknik tegangan
permukaan, pijat peregangan, pembongkaran getah bening superfisial, teknik gesekan
transversal, dan teknik pelepasan myofacial (Adib 2012). Area dengan peradangan, petekie,
ekimosis, perdarahan subkutan, luka atau edema tidak dipijat.
Menurut Trisnowiyanto (2012) teknik dalam masase terdiri dari eflourage/gosokan (suatu
gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan telapak tangan melekat pada bagian tubuh
yang digosok), petrissage/pijatan (gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari merapat
berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel), Shocking/ goncangan (gerakan
goncangan yang dilakukan di daerah otot-otot paha, tungkai bawah, kaki, tengkuk, bahu, lengan
atas dan bawah, tangan dan daerah perut), Tapotement/pukulan (gerakan pukulan dengan
mempergunakan satu tangan atau kedua belah tangan bergantian dengan variasi Clapping
(gerakan pukulan dengan mempergunakan telapak tangan dan jari-jari yang membuat cekung,
bergerak ganti berganti), Friction (gerakan gerusan kecil-kecil yang dilakukan dengan
mempergunakan ujung tiga jari yang merapat), Fibration/getaran (getaran yang dilakukan
dengan mempergunakan ujung jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan),
Stroking/mengurut (gerakan mengurut dengan mempergunakan ujungujung tiga jari yang
merapat), Skin – rolling/melipat atau menggeser kulit (gerakan melipat atau menggeser kulit
seprti mencubit, kemudian kulit digeserkan, jari-jari menekan bergerak maju, dan ibu jari
menekan mendorong dibelakang)).
A. Implikasi Keperawatan
Penelitian terkait efektivitas massage therapy yang dilakukan oleh anggota keluarga
pada pasien di Ruang ICU memberikan manfaat menurunkan tekanan darah, dan
meningkatkan GCS pasien, serta dapat menurunkan hari perawatan pasien di ICU sehingga
dapat di implikasikan sebagai berikut:
E. Aplikabilitas
Pemberian massage therapy oleh keluarga pada pasien ICU akan sulit untuk
diaplikasikan di Indonesia karena terkendala pada administratif dan budaya di Indonesia
dimana intervensi yang diberikan di ICU hanya bisa dilakukan oleh dokter dan perawat,
keluarga hanya diberi kesempatan berkunjung sesekali. Namun massage therapy tetap dapat
di aplikasikan di tatanan klinik dan komunitas. Pada tatanan klinik, massage therapy dapat
diberikan oleh keluarga pada pasien di bangsal perawatan umum setelah mendapat pelatihan
dan dinyatakan lulus oleh perawat tersertifikasi. Massage therapy yang telah diajarkan juga
dapat diterapkan di tatanan komunitas yaitu setelah pasien sembuh dan berada dirumah.
Anggota keluarga yang telah mendapat pelatihan juga dapat memberikan massage therapy
pada anggota keluarga lain untuk merelaksasikan otot dan memberikan kenyamanan.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian massage terapy pada pasien kritis dapat menurunkan tekanan darah dan
meningkatkan kesadaran pasien di ICU karena Efek mekanis dari pijatan dapat meningkatkan
sirkulasi, meningkatkan aliran darah ke area tertentu, menghilangkan produk limbah dari
tubuh, meningkatkan mobilitas sendi, mengurangi rasa sakit dan mengurangi ketegangan otot.
Manfaat lain pada psikologis yaitu seperti pelepasan energi dan pengurangan kelelahan,
relaksasi dan meningkatkan rasa kesejahteraan dan endorfin dapat disekresikan. Sehingga
pasien akan merasa lebih nyaman dan TTV menjadi lebih stabil. Hasil kesehatan optimal
dicapai ketika anggota keluarga pasien memainkan peran aktif dalam memberikan perawatan
kareba keterlibatan anggota keluarga lebih efektif dalam mentransfer emosi mereka kepada
pasien. Massage therapy yang diberikan menggunakan beberapa teknik pemijatan seperti
eflourage, skin rolling, petrisagge, friction, dan stroking pada seluruh tubuh seperti bahu,
leher, punggung, lengan, dan kaki. Massage therapy ini dapat diimplementasikan oleh
perawat sebagai salah satu intervensi untuk membantu mengatasi masalah hemodinamik
pasien. Massage therapy oleh anggota keluarga dapat diaplikasikan di bangsal perawatan
umum dan di tatanan komunitas.
F. Saran
1. Massage therapy oleh keluarga pasien dapat dijadikan sebagai standar operasional
prosedur pada pasien dengan masalah hemodinamik.
2. Meneliti pengaruh perbedaan penekanan terhadap perubahan hemodinamik pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelaziz SHH, Mohammed HE. 2014, ‘Effect of foot massage on postoperative pain and vital
signs in breast cancer patient’, J Nurs Educ Pract, vol 4, no 8, pp 115–24.
Azoulay E, Sprung CL. 2013, ‘Family-physician interactions in the intensive care unit’ Crit
Care Med, vol 32, no 11, pp 2323 -8 [PubMed]
Casey, Aggie. 2006. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Cambron JA, Dexheimer J, Coe P. 2006, ‘Changes in blood pressure after various forms of
therapeutic massage: a preliminary study’, J Altern Complement Med, vol 12, no 1, pp 65
-70 [DOI][PubMed]
Cutshall SM, Wentworth LJ, Engen D, Sundt TM, Kelly RF, Bauer BA. 2010, ‘Effect of
massage therapy on pain, anxiety, and tension in cardiac surgical patients: a pilot
study’, Complement Ther Clin Pract, vol 16, no 2, pp 92 -5 [DOI][PubMed]
Gooding JS, Cooper LG, Blaine AI, Franck LS, Howse JL, Berns SD. Family Support and
Family-Centered Care in the Neonatal Intensive Care Unit: Origins, Advances,
Impact. Semin Perinatol. 2011; 35(1) : 20 -8 [DOI]
Griffin T. 2006, ‘Family-centered care in the NICU’, J Perinat Neonatal Nurs, vol 20, no 1, pp
98-102.
Guyton AC, J E Hall. 2014, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, EGC, Jakarta
Hajbaghery MA, Abasi A, Beheshtabad RR, Fini A. 2012, ‘The effects of massage therapy by
the patient’s relative on vital signs of males admitted in critical care unit’, Nursing and
Midwifery Study, vol 1, no 1, pp 16-23
Hasan, F. 2017, ‘Pengaruh Mobilisasi Progresif Level I terhadap Perubahan Glasgow Coma
Scale (GCS) pada Pasien dengan Penurunan Kesadaran di Ruang ICU RSUD Prof.
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo’, Mini Riset.Gorontalo, Mini Riset PSIK UNG
Hayes JA, Cox C. 2009, ‘Efek langsung dari pijat kaki lima menit pada pasien dalam perawatan
kritis’, Terapi Pelengkap Kebidanan, vol 6, hal 1, pp 9–13.
Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. 2004, Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar
Manusia, EGC, Jakarta
Jevon & Ewens. 2009, Pemantauan Pasien Kritis. Edisi 2, Erlangga, Jakarta
Kaur J, Kaur S, Bhardwaj N.2012, ‘Pengaruh 'pijat kaki dan refleksiologi' pada parameter
fisiologis pasien yang sakit kritis’, Jurnal Penelitian Keperawatan dan Kebidanan, vol 8,
no 3, pp 223-33.
Kaye AD, Kaye AJ, Swinford J, Baluch A, Bawcom BA, Lambert TJ, et al. 2008. ‘The effect of
deep-tissue massage therapy on blood pressure and heart rate’, J Altern Complement
Med, vol 14, no 2, pp 125 -8 [DOI][PubMed]
Kimber L, McNabb M, Mc Court C, Haines A, Brocklehurst P. 2008, ‘Massage or music for pain
pprelief in labour: a pilot randomised placebo controlled trial’, Eur J Pain, vol 12, no 8,
pp 961 -9 [DOI][PubMed]
Lee AC, Leung SS, Mak YW. 2012, The application of family-nursing assessment skills: from
classroom to hospital ward among final-year nursing undergraduates in Hong Kong’ vol
32, no 1, pp 78 -84 [DOI][PubMed]
Middleton PM. 2012, ‘Practical use of the Glasgow Coma Scale; a comprehensive narrative
review of GCS methodology, Australas Emerg Nurs J, vol 15, no 3, pp170 -83 [DOI]
[PubMed]
Mitchell ML, Chaboyer W. 2010, ‘Family Centred Care--a way to connect patients, families and
nurses in critical care: a qualitative study using telephone interviews’, Intensive Crit Care
Nurs, vol 26, no 3, pp 154 -60 [DOI][PubMed]
Noonan.T. 2006, ‘Effect of massage therapy techniques on the autonomic nervous system
(ANS), endocrine and the other body systems’, Diperoleh dari http://www.tim
noonan.com.au/maspap98.htm.
Potter, P.A., & Perry, A.G. 2013, Fundamentals of nursing (8th Ed.), Elsevier Mosby St Louis,
Missouri
Rosfiati E., Elly N. 2015, ‘Pengaruh pijat punggung terhadap tingkat kecemasan dan
kenyamanan pasien angina pektoris stabil sebelum tindakan angiografi koroner’, Jurnal
Keperawatan Indonesia, vol, no 2, pp 102-113, pISSN 1410-4490, eISSN 2354-9203
Smith CA, Collins CT, Cyna AM, Crowther CA. 2006, ‘Complementary and alternative
therapies for pain management in labour’, Cochrane Database Syst Rev, vol 5, no 4
[PubMed]
Terry, K.,Susan, C. 2014, Buku ajar keperawatan pediatri. Edisi 2, EGC, Jakarta
Trisnowiyanto, B. 2012, Keterampilan Dasar Massage, Muha Medika, Yogjakarta
Vahedian-Azimi A, Ebadi A, Jafarabadi MA, Saadat S, Ahmadi F. 2014, ‘Effect of massage
therapy on vital signs and GCS scores of ICU patients: A randomized controlled clinical
trial’, Trauma Mon, vol 19, no 3, pp 19–25.
Webb, H.E., Weldy, M.L., Fabianke-Kadue, E.C., Orndorff, G.R., Kamimori, G.H., & Acevedo,
E.O. 2008, ‘Psychological stress during exercise: cardiorespiratory and hormonal
responses’, European journal of applied physiology, vol 104, no 6, pp 973-981, Doi:
10.1007/s00421-008-0852-1.
Wentworth, L.J., Briese, L.J., Timimi, F.K., Sanvick, C.L., Bartel, D.C., Cutshall, S.M., Tilbury,
R.T., Lennon, R., Bauer, B.A. 2009, ‘Massage therapy reduces tension, anxiety, and pain
in patients awaiting invasive cardiovascular procedures’, Progress in cardiovascular
nursing, vol 24, no 4, pp 155-161, Doi: 10.1111/j.1751-7117.2009.00054.x.