Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS JURNAL

Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Nyeri


Pada Pasien Post Op Appendiktomi di Ruang Bedah (Al-Muizz)
RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2019

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Kelompok 5

1. Alanish S.T (I4B019074)

2. Cindy Ferista T (I4B019079)

3. Nur Istiqomah (I4B019080)

4. Riana Mauliandari (I4B019089)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI NERS

TAHUN 2020
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan pembedahan atau operasi adalah penanganan medis yang
dilakukan dengan cara invasif untuk mendiagnosa atau mengobati injuri, penyakit,
serta deformitas tubuh (Nainggolan 2013). Menurut Puruhito dalam Sjamjuhidajat
& Wim (2004), anestesi biasanya dilakukan dalam prosedur pembedahan dengan
tujuan untuk pengelolaan tanda vital, mengurangi nyeri, dan penanganan
perioperatif dalam mencapai keberhasilan pembedahan. Kiik (2013) menjelaskan
bahwa tindakan pembedahan dapat berujung pada cidera jaringan sehingga
berdampak langsung pada perubahan fisiologis tubuh. Pembedahan dapat
dilakukan karena beberapa alasan, diantaranya yaitu diagnostik seperti biopsi dan
laparotomi eksplorasi, lalu kuratif contohnya yaitu pengangkatan apendiks yang
terjadi inflamasi dan eksisi tumor, dan juga tindakan reparatif seperti memperbaiki
luka multipel, serta tindakan rekonstruksi dan paliatif (Smeltzer & Bare 2009).

Penanganan apendiksitis dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama


dilakukan sebelum tindakan operasi yaitu observasi keadaan pasien selama 8-12
jam setelah munculnya keluhan. Lalu, tahap kedua yaitu apabila observasi telah
dilakukan dan tidak terdapat komplikasi seperti apendiksitis perforasi maka pasien
tidak perlu diberi antibiotik. Tahap yang terakhir, jika tidak terdapat komplikasi
maka dilakukan apendiktomi (Price & Wilson 2012). Apendiktomi adalah
tindakan pembedahan dengan cara pengangkatan atau membuang apendiks
(Smeltzer & Bare 2009).

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2008, terdapat


591.819 orang yang menderita apendiksitis di Indonesia. Jumlah tersebut
meningkat menjadi 596.132 orang pada tahun 2009. Usia 10-30 tahun merupakan
kelompok usia dengan kasus apendiksitis terbanyak. Menurut Riskesdas (2009),
tindakan pembedahan menempati urutan ke-11 dari 50 penanganan penyakit di
rumah sakit se-Indonesia dengan presentase 12,8% yang sebesar 32% diantaranya
merupakan apendiktomi.

Tindakan apendiktomi dapat menyebabkan luka sehingga menimbulkan


nyeri serta kemungkinan terjadi imobilisasi. Pasien yang mengalami nyeri akut
dapat menghambat proses penyembuhan, sehingga meningkatkan komplikasi
seperti gangguan mobilitas fisik. Imobilisasi dapat menghambat rehabilitasi pasien
sehingga waktu perawatan pasien di rumah sakit menjadi lebih lama apabila
keluhan nyeri akut yang dialami pasien tidak dapat terkontrol dan menjadikan
prioritas perawatan (Potter & Perry 2010). Dampak yang muncul akibat nyeri yang
berkepanjangan dapat berupa lemas, gangguan tidur, dan keterbatasan fungsi.
Selain itu, pasien juga dapat memperlihatkan suasana hati yang depresif hingga
frustasi dalam menjalankan pengobatan medis (Black & Hawks 2014).
Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis dan
nonfarmakologis. Beberapa terapi nonfarmakologis yang dapat mengurangi nyeri
yaitu teknik relaksasi genggam jari, guided imagery, yoga, dan relaksasi napas
dalam (Smeltzer & Bare 2009; Chanif et al. 2013).

Menurut Chanif (2013) teknik relaksasi genggam jari merupakan teknik


relaksasi yang berhubungan dengan jari tangan dan aliran energi di dalam tubuh.
Selain itu, teknik tersebut merupakan kombinasi dengan relaksasi napas dalam
yang dilakukan dalam waktu singkat. Teknik relaksasi genggam jari dalam
pelaksanaannya dapat memicu hormon endorfin yang bekerja sebagai analgesik
alami tubuh sehingga rasa nyeri pascaapendiktomi dapat berkurang (Sulung &
Rani 2017).

B. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui hasil analisis jurnal "Efektifitas Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Penurunan Nyeri Pada Pasian Post Op Appendiktomi di Ruang
Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2019"
BAB II REVIEW JURNAL

A. Identitas Jurnal
1. Judul Jurnal : Efektifitas Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Op Appendiktomi di Ruang Bedah (Al-
Muizz) RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2019
2. Nama Jurnal : Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan
3. Volume : Volume 10 Nomer 1
4. Penulis : Asni Hasaini
C. Metodologi Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh klien yang terdiagnosa
Post Op Appendictomy di Ruang Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu Zalecha
Martapura sebanyak 43 responden, dan sampel dalam penelitian ini
berjumlah 15 orang responden.
2. Sampel
Teknik pengumpulan sampel menggunakan simple random sampling.
Kriteria inklusi adalah: 1) Pasien di Ruang Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu
Zalecha Martapura, Pasien post op appendiktomy yang mengalami nyeri
sedang dan ringan, 3) 7-8 jam setelah pemberian analgetik, 4) Pasien yang
sadar penuh (compos mentis). 5) Pasien yang bersedia menjadi responden.
terapi relaksasi genggam jari tangan dilakukan dengan cara memegang
masing-masing dari lima jari satu per satu, sekitar 3 hingga 5 menit.
3. Instrumen Penelitian
Data dikumpulkan dengan lembar observasi, dan analisis data secara
bivariat menggunakan uji Wilcoxon.

4. Hasil Penelitian
Hasil menunjukan tingkat nyeri sebelum diberikan relaksasi genggam
jari pada 15 responden di dapatkan tingkat nyeri rerata 4 dikategori nyeri
sedang, nilai tertinggi nyeri adalah 5, dan nilai terendah nyeri adalah 3,
dengan standar deviasi sebesar 0,535. Tingkat nyeri sesudah diberikan
relaksasi genggam jari pada 15 responden didapatkan tingkat nyeri rerata
(1.73) dikategori nyeri ringan, nilai tertinggi nyeri adalah 2, nilai terendah
nyeri adalah 1 dengan standar deviasi sebesar 0,438. Perbedaan nyeri tingkat
post op appendiktomy sebelum dan sesudah diberikan relaksasi genggam
jari pada 15 responden di dapatkan rerata perubahan 2,27 tingkat ringan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakan Wilcoxon
diperoleh nilai p= 0,000. Dengan nila p < 0,05, maka Ha diterima yang
artinya ada efek antara pemberian relaksasi genggam jari terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien Post Op Appendiktomy Di Ruang
Bedah RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2019. Pengurangan intensitas
rasa sakit pada pasien dengan Post-Appendectomy karena terapi relaksasi
jari tangan membantu responden untuk rileks dengan memegang masing-
masing dari lima jari satu per satu, sekitar 3 hingga 5 menit dari emosi lama
yang paling sederhana dan mudah untuk melepaskan emosi dan membantu
orang bersantai. Teknik ini memberikan sentuhan tangan dan pernapasan
yang mudah untuk keseimbangan energi dalam tubuh (Liana 2008 dalam
Pinandita, Purwanti & Utoyo 2012).
BAB III PEMBAHASAN

Penelitian yang dilakukan oleh Hasaini (2019) dengan judul “Efektifitas


relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien post op appendiktomy di
Ruang Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu Zalecha Martapura tahun 2019” menunjukkan
hasil terdapat pengaruh relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada pasien
post op appendiktomi di Ruang Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu Zalecha Martapura.
Relaksasi genggam jari pada penelitian ini dilakukan sekitar 30-40 menit pada pasien
dengan kesadaran compos mentis setelah operasi appendiktomi yang mengalami
nyeri sedang dan ringan, serta bebas analgetik 7-8 jam. Tingkat nyeri sebelum
diberikan relaksasi genggam jari pada 15 responden di dapatkan tingkat nyeri rata-
rata 4 dikategori nyeri sedang, nilai tertinggi nyeri adalah 5, dan nilai terendah nyeri
adalah 3. Sesudah diberikan relaksasi genggam jari didapatkan tingkat nyeri rata-rata
dikategori nyeri ringan, nilai tertinggi nyeri 2, nilai terendah nyeri 1. Relaksasi
genggam jari memberikan efek yang baik dalam menurunkan nyeri pasien setelah
operasi apendiktomi dari dikategori nyeri sedang menjadi nyeri ringan (Hasaini
2019).
Operasi appendiktomi sendiri adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks
yang mengalami infeksi dengan cara membuka bagian tubuh yang akan ditangani
dengan melakukan sayatan diarea infeksi (Suratun & Lusianah 2010). Infeksi apendik
atau apendiksitis bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan
tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya.
Keluhan yang sering dirasakan setelah operasi adalah pasien merasakan nyeri yang
hebat, sedang atau ringan serta menimbulkan pengalaman yang kurang
menyenangkan akibat nyeri tersebut (Sulung & Rani 2017). Terapi non farmakologi
dalam penanganan nyeri salah satunya adalah teknik relaksasi genggam jari
(Ramadina, Utami & Jumaini 2011).
Teknik mengenggam jari merupakan bagian dari teknik Jin Shin Jyutsu. Jin
Shin Jyutsu adalah akupresur Jepang. Bentuk seni yang menggunakan sentuhan
sederhana tangan dan pernafasan untuk menyeimbangkan energi didalam tubuh.
Tangan (jari dan telapak tangan) adalah alat bantuan sederhana dan ampuh untuk
menyelaraskan dan membawa tubuh menjadi seimbang. Setiap jari tangan
berhubungan dengan sikap sehari-hari. Ibu jari berhubungan dengan perasaan
khawatir, jari telunjuk berhubungan dengan ketakutan, jari tengah berhubungan
dengan kemarahan, jari manis berhubungan dengan kesedihan, dan jari kelingking
berhubungan dengan rendah diri dan kecil hati (Hill 2011).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Sulung dan Rani (2017) menunjukkan
rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi genggam jari adalah 4,80
dan hasil rata-rata sesudah dilakukan teknik relaksasi genggam jari adalah 3,87 pada
pasien post apendiktomi. Penelitian oleh Fachroni, Anny dan Rusnoto (2018) juga
didapatkan relaksasi genggam jari berefektifitas yang signifikan terhadap tingkat
nyeri pada pasien post operasi hernia. Teknik realaksasi genggam jari dapat
mengurangi ketegangan fisik dan emosi yang akan membuat tubuh rileks (Sulung &
Rani 2017). Liana (2008) dalam Pinandita, Purwanti dan Utoyo (2012)
mengemukakan bahwa menggenggam jari adalah teknik relaksasi yang mudah
dilakukan, sambil menarik nafas dalam dan menggenggam jari mampu mengurangi
ketegangan fisik dan emosi, karena genggaman jari akan menghangatkan titik-titik
keluar masuknya energi pada meridian (energi channel) yang terletak pada jari tangan
kita.
Intensitas nyeri pada pasien dipengaruhi beberapa faktor salah satunya adalah
kondisi psikologis. Nyeri akut yang dirasakan pasien dengan post-appendectomy
memberikan efek pasien menjadi cemas dan tidak mampu mengendalikan rasa sakit
(Hasaini 2019). Nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari seperti pemenuhan
kebutuhan istirahat tidur, pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosial seperti
menghindari percakapan, menarik diri dan menghindari kontak (Faridah 2015).
Pasien pasca pembedahan /pasca operasi akan merasakan nyeri hebat dan 75% pasien
akan mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan akibat nyeri (Sulung &
Rani 2017). Pasien yang mempunyai keluhan nyeri, berharap apa yang menjadi
keluhannya yaitu rasa nyeri hilang seketika.
Praktik dilapangan yang banyak ditemui apabila ada keluhan nyeri perawat
akan segera berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgetik tanpa
memperhatikan tingkat nyeri pasien. Teknik farmakologi adalah cara yang paling
efektif untuk menghilangkan nyeri terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang
berlangsung selama berjam-jam atau bahkan berhari-hari (Smeltzer & Bare 2006).
Hal tersebut dipilih dimungkinkan karena tuntutan beban kerja perawat yang besar.
Hasil penelitian Rizky, Darmaningtyas dan Yulitasari (2018) pada perawat di RSUD
Wates menunjukkan beban kerjanya tinggi jumlah perawat yang tersedia di bangsal
masih kurang dari jumlah ideal menurut perhitungan Depkes. Penelitian lainnya yang
dilakukan oleh Aini dan Purwaningsih (2013) di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kota
Semarang didapatkan gambaran bahwa beban kerja perawat sebagian besar adalah
tinggi. Beban kerja perawat yang besar tersebut membuat penanganan pasien akan
dirasa lebih mudah terpenuhi keluhannya jika diberikan obat analgetik.
Pemberian obat analgetik juga dirasa akan lebih mengurangi komplain dari
pasien dan keluarga karena obat analgetik akan memberikan efek ebih cepat dalam
mengurangi nyeri. Penelitian oleh Afif (2015) didapatkan bahwa 58% reponden
menggunakan obat analgetik dengan tidak rasional. Pemberian obat analgesik efektif
untuk mengurangi nyeri, akan tetapi pemakaian obat analgesik yang berlebihan
membawa efek samping kecanduan, bila overdosis dapat membahayakan pemakainya
(Pinandita, Purwanti & Utoyo 2012).
Peran perawat dalam manajemen nyeri antara lain sebagai edukator, motivator
dan care giver. Perawat sebagai edukator melakukan pendidikan kesehatan kepada
pasien dan keluarga tentang penanganan nyeri yang tepat agar pasien dan keluarga
paham dan mengerti manajemen nyeri non farmakologi yang aman seperti dengan
teknik genggam jari. Perawat sebagai motivator harus memberikan dorongan yang
positif kepada pasien dan keluarga untuk melakukan penanganan nyeri non
farmakologi dengan teknik genggam jari, menunjukan betapa mudah dan efektifnya
teknik tersebut. Perawat sebagai care giver, dimana perawat langsung membantu dan
mendampingi pasien melakukan genggam jari jika pasien atau keluarga tidak mampu
untuk melakukan secara mandiri. Penyesuaian beban kerja perawat diharapkan lebih
diperhatikan sehingga kualitas asuhan keperawatan akan optimal. Pelaksanaan
penanganan nyeri kedepanya diharapkan akan lebih baik lagi dengan memperhatikan
beban kerja perawat, meningkatkan kompetensi dan kualitas asuhan keperawatan
serta memberikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang manajeman nyeri yang
tepat.
BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasien post-appendictomy akan mengalami nyeri akibat bedah luka operasi.
Nyeri yang dirasakan tersebut dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari seperti
istirahat, pemenuhan individu, juga aspek interaksi sosial (menghindari
percakapan, menarik diri dan menghindari kontak), dan apabila tidak ditangani
dapat mengakibatkan syok neurogenic. Penanganan pasien dengan nyeri lebih
banyak dilakukan dengan pemberian analgetik, namun penggunaan analgetik yang
berlebihan dapat membahayakan pasien sehingga diperlukan penanganan
menggunakan terapi nonfarmakologis. Terapi genggam jari telah terbukti efektif
mengurangi tingkat nyeri pasien karena dapat mengurangi ketegangan fisik dan
emosi dengan prosedur yang sangat mudah.

D. Saran
1. Tidak memberikan obat analgetik yang berlebihan pada pasien dengan
keluhan nyeri.
2. Perawat dapat menggunakan terapi genggam jari sebagai salah satu terapi
nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri pasien.
3. Pasien dapat melakukan terapi genggam jari secara mandiri untuk
menurunkan nyeri.
DAFRAR PUSTAKA

Afif, A. 2015, ‘Hubungan tingkat pengetahuan dengan ketepatan penggunaan obat


analgetik pada swamedikasi nyeri di masyarakat Kabupaten Demak’, Skripsi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Aini, F. & Purwaningsih, P. 2013, ‘Hubungan antara beban kerja dengan stres kerja
perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang’, Jurnal
Manajemen Keperawatan, vol. 1, no. 1.
Black, J.M. & Hawks, J.H. 2014, Keperawatan medikal bedah: manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan, Salemba Medika, Jakarta.
Chanif N. 2013, 'Evidence based of pain management in post operative patients a
case study' Jurnal Keperawatan Medikal Bedah. vol. 1, no. 2,
Fachroni, M.A., Anny, R.M. & Rusnoto 2018, ‘Efektifitas terapi relaksasi genggam
jari terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi hernia di RSUD RA .Kartini
Jepara tahun 2017’, Skripi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah
Kudus.
Faridah, V.N. 2015, ‘Penurunan tingkat nyeri pasien post op apendisitis dengan
tehnik distraksi nafas ritmik’, SURYA, vol. 07, no. 02.
Hasaini, A. 2019, ‘Efektifitas relaksasi genggam jari terhadap penurunan nyeri pada
pasien post op appendiktomi di Ruang Bedah (Al-Muizz) RSUD Ratu Zalecha
Martapura Tahun 2019’, Dinamika Kesehatan Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan, vol. 10, no. 1.
Hill, R.Y. 2011, Nursing from the inside-out : living and nursing from the highest
point of your consciousness : transform yourself and impact your nursing
practice through the art of self-care, Jones and Bartlett Publishers.
Kiik, S. M. 2013, 'Pengaruh mobilisasi dini terhadap waktu pemulihan peristaltik
usus pada pasien pascaoperasi abdomen di ruang ICU RSUD Labuang Baji
Makassar', Jurnal Kesehatan, vol. 1, no. 1, pp. 13-20
Nainggolan, E. 2013, 'Hubungan mobilisasi dini dengan lamanya penyembuhan luka
pascaoperasi apendiktomi', Jurnal Keperawatan HKBP Belige, vol. 1, no. 2, pp.
98-105
Pinandita, I., Purwanti, E. & Utoyo, B. 2012, ‘Pengaruh teknik relaksasi genggam jari
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post operasi laparatomi’,
Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, vol. 8, no. 1, pp. 32–43.
Potter & Perry 2010, Buku ajar fundamental keperawatan (konsep, proses, dan
praktik), EGC, Jakarta.
Price, S. A. & Wilson, L. M. 2012, Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit, Ed.6, EGC, Jakarta.
Puruhito, B. dalam Sjamjuhidajat, R. & Wim de Jong, 2004, Buku ajar ilmu bedah,
EGC, Jakarta.
Ramadina, S., Utami, S. & Jumaini 2011, ‘Efektifitas teknik relaksasi genggam jari
dan nafas dalam terhadap penurunan dismenore’, Jurnal Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Riau, pp. 1–8.
Riskesdas 2009, Badan penelitian dan pengembangan kesehatan, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Rizky, W., Darmaningtyas, N. & Yulitasari, B.I. 2018, 'Hubungan jumlah tenaga
perawat dengan beban kerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap Kelas III
RSUD Wates', Indonesian Journal of Hospital Administration, vol. 1, no. 1, pp.
38–42.
Smeltzer, S.. & Bare, B.. 2006, Texbook of Medical Surgical Nursing 10th, EGC,
Jakarta.
Smeltzer, S.C. & Bare, G.B. 2009, Buku ajar keperawatan medikal bedah, Ed.8,
EGC, Jakarta.
Sulung, N. & Rani, S.D. 2017, ‘Teknik relaksasi genggam jari terhadap intensitas
nyeri pada pasien post appendiktomi’, Jurnal Endurance, vol. 2, no. 3, p. 397.
Suratun & Lusianah 2010, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gastrointestinal, Trans Info Media, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai