Anda di halaman 1dari 15

Pre Operasi SC

Pengkajian menurut (Baradero, Dayrit, Siswandi, 2017), yaitu:


1. Usia
Usia bisa mempengaruhi pembedahan dan hasil pascaoperasi. Pada usia 30-40 tahun,
kapasitas fungsional dari setiap sistem tubuh menurun sekitar 1% setiap tahunnya.
2. Alergi
Pasien harus dikaji untuk mengetahui adanya alergi terhadap iodin, lateks, obat-
obatan, larutan antiseptik, atau larutan pencuci kulit, apabila pasien ragu-ragu apakah
ia alergi terhadap iodin atau tidak, tanya apakah ia alergi terhadap kerang. Iodin juga
dipakai sebagai media kontras untuk pemeriksaan tertentu yang bisa dilaksanakan
pada tahap intraoperatif.
3. Obat dan zat yang digunakan
Data ini penting sekali karena zat atau obat-obatan ini dapat menimbulkan efek yang
tidak baik pada anestesi dan beresiko menimbulkan komplikasi intraoperasi dan
pascaoperasi.
4. Riwayat medis
Pemeriksaan ulang terhadap sistem tubuh sangat penting untuk mengetahui status
imunologis, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan, ginjal, gastrointestinal, neurologis,
muskuloskeletal dan dermatologist.
5. Status nutrisi
Pasien dengan gangguan nutrisi beresiko tinggi mengalami komplikasi karena
pembedahan atau anestesi. Oleh karena itu, kekurangan protein bisa mengakibatkan
penyembuhan luka yang lambat, dehisensi (luka terbuka) dan infeksi.
6. Pengalaman pembedahan terdahulu dan sekarang
Data ini bisa membuat dokter bedah, ahli anestesi dan perawat sadar akan respon
pasien dan komplikasi yang mungkin bisa timbul.
7. Latar belakang budaya dan agama
Kebudayaan dan kepercayaan bisa mempengaruhi respon seseorang terhadap
kesehatan, sakit, pembedahan dan kematian.
8. Psikososial
Pengetahuan pasien tentang pembedahannya perlu diketahui oleh perawat agar
perawat dapat memberikan penjelasan lebih lanjut.
Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada tahap Pra Operasi menurut Brunner (2014)
mencakup :
1. Kecemasan yang berhubungan dengan pengalaman bedah (anestesi, nyeri) dan hasil
akhir dari pembedahan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan menurut Nanda NIC-NOC, 2016 :

Diagnosa Tujuan Intervensi

Kecemasan yang NOC : NIC :


berhubungan dengan
pengalaman bedah (anestesi, Tujuan : 1. Identifikasi sumber rasa
nyeri) dan hasil akhir dari tujuan utama pasien bedah cemas.
pembedahan. dapat meliputi, 2. Bantu pasien memakai
menghilangkan ansietas pre mekanisme koping yang
operatif dan peningkatan efektif.
pengetahuan tentang 3. Kaji tingkat kecemasan
persiapan preoperatif dan klien sebelum pemberian
harapan pascaoperatif terapi
4. Bantu pasien untuk
Kriteria hasil : melakukan kegiatan yang
1. Klien mampu bisa mengurangi rasa
mengidentifikasi dan cemas, misalnya
mengungkapkan gejala mendengarkan musik,
cemas relaksasi progresif,
2. Mengidentifikasi, imajinasi terbimbing,
mengungkapkan dan komunikasi terapeutik,
menunjukkan teknik relasksasi nafas dalam
untuk mengontrol cemas dan sebagainya.
3. Postur tubuh, ekspresi 5. Melibatkan sistem
wajah, bahasa tubuh dan pendukung pasien seperti
tingkat aktivitas keluarga dan orang yang
menunjukkan berarti baginya.
berkurangnya kecemasan 6. Kaji tingkat kecemasan
klien sebelum pemberian
terapi
7. Memberikan obat-obatan
yang bisa mengurangi
rasa cemas seperti
diazepam (Valium 5-15
mg IV/IM/oral),
midazolam (Versed 1-4
mg IV/IM) dan obat-
obatan lain yang dapat
mengurangi kecemasan
Implementasi
Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. dan mencatat setiap tindakan yang dilakukan pada pasien.
Evaluasi
Setelah dilakukannya intervensi keperawatan, pasien :
1. Mengungkapkan bahwa perasaan cemas berkurang, merasa nyaman, nampak rileks
dan memakai mekanisme koping yang efektif.
2. Berpartisipasi dan mengikuti instruksi serta rutinitas Pra Operasi, menjelaskan
rasional dan intervensi Pre Operasi.
Askep Post Operasi
PENGKAJIAN

1. Identitas a
a. Identitas Pasien

1. Nama : Ny. I
2. Umur : 26 Tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/bangsa Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia Indonesia
5. Pendidikan Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : Swasta
7. Tanggal Tanggal masuk RS : 2 Maret 2015
8. Tanggal Tanggal pengkajian pengkajian : 4 Maret 2015
9. Diagnosa Diagnosa medis : Post SC a/i gagal drip POD 1
10. Alamat : Jl Sekepeer RT 04 RW 05 Kelurahan sindang jaya- Mandalajati
Bandung
b. Identitas Penanggung jawab
1. Nama : Tn. A Umur
2. Umur : 36 tahun
3. Agama : Islam
4. Suku/bangsa Suku/bangsa : Sunda/ Indonesia
5. Pendidikan Pendidikan : SMA Pekerjaan
6. Pekerjaan : Swasta
7. Hubungan dengan klien : Suami
8. Alamat : Jl Sekepeer RT 04 RW 05 kelurahan sindangjaya – Mandalajati

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Nyeri daerah operasi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Nyeri daerah luka operasi yang dirasakan bertambah apabila bergerak atau batuk,
dan berkurang apabila diam atau diistirahatkan. Nyeri dirasakan seperti ditusuk
benda tajam dan mengganggu aktifitas. Nyeri terfokus pada daerah luka op saja
tidak menyebar ke daerah lain. Nyeri yang dirasakan berada pada skala 7 dari
rentang 1-10. Nyeri datang secara terus menerus.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien juga
menyangkal pernah menderita penyakit yang mengharuskannya dirawat. Kalaupun
sakit hanya flu ringan yang sembuh dengan obat warung.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut pengakuan klien, di dalam keluargana tidak ada yang mempunyai penyakit
keturunan seperti: hipertensi, DM, jantung atau riwayat penyakit menular seperti:
hepatitis dan TBC juga tidak ada riwayat melahirkan bayi kembar.
e. Riwayat obstetri dan ginekologi
1. Riwayat ginekologi
a. Riwayat menstruasi Klien mengatakan pertama kali haid pada usi Klien
mengatakan pertama kali haid pada usia 13 tahun dengan siklus 28 hari
dengan lama haid sekitar 5-7 hari. HPHT tanggal 19 mei 2014 dengan
taksiran persalinan tanggal 26 februari 2015.
b. Riwayat perkawinan Klien menikah pada usia 21 tahun dan ini merupakan
pernikahan pertama baik untuk kien dan pernikahan pertama baik untuk
kien dan suaminya. suaminya.
c. Riwayat keluarga berencana Klien mengatakan setelah kelahiran anak
pertama menggunakan KB IUD selama satu tahun dan dibuka karena ingin
merencanakan kehamilan kedua. Selama di KB klien tidak merasakan
keluhan apa-apa. Setelah persalinan kedua klien langsung menggunakan
IUD.

2. Riwayat obstetri

a.Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Pada kehamilan dahulu
klien rajin memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit. Keluhan yang
dirasakan selama hamil merupakan keluhan yang umum dirasakan pada ibu
hamil seperti: mual, pusing dan muntah tetapi tidak sampai mengganggu
aktivitas. Persalinan yang dulu ditolong oleh bidan di rumah sakit secara
spontan, selama persalinan tidak ada hambatan baik intrapartum maupun
postpartum.
b. Riwayat persalinan sekarang Klien melahirkan secara SC pada tanggal
3 maret 2015 jam 10:42 WIB dengan indikasi gagal drip pada umur
kehamilan 39 minggu. Bayi yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki
dengan berat badan 2980 gram dan panjang dengan berat badan 2980 gram
dan panjang badan 48 c badan 48 cm. Pada m. Pada saat lahir apgar score
7-9.

3. Pemeriksaan fisik

a. Tanda-tanda vital
1. Tekanan Darah : 110/80 mmHG
2. Nadi : 76 kali permenit
3. Suhu : 36,7 C
4. Respirasi : 20 kali permenit
b. Kepala dan leher Rambut warna hitam, distribusi merata, tidak mudah
hitam, tidak mudah rontok,tidak ada lesi dan tidak ada keluhan pusing.
Wajah tidak edema, tidak ada chloasma gravidarum, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, terkadang terlihat meringis karena menahan
nyeri. Bibir lembab, gigi tidak caries. Leher tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan peningkatan JVP. Reflek menelan tidak ada keluhan
c. Dada Pergerakan dada simetris, suara nafas vesikuler dan tidak ada
pembesaran jatung. Payudara tampak terlihat simetris antara kiri dan
kanan, puting menonjol, areola tampak lebih hitam dan kolostrum sudah
keluar.
d. Abdomen Ada luka operasi arah transversal perut bagian bawah
sepanjang ± 10 cm dan terlihat adanya striae albican.
e. Genetalia dan anus Terdapat lochea rubra, tidak terlihat adanya varises.
Anus tidak ada haemorrhoid
f. Ekstremitas atas dan bawah Ekstremitas: tidak oedema, tidak ada
varices, kekuatan otot
ANALISA DATA
No Data Penyebab Masalah

1. DS : Klien mengeluh nyeri pada Tindakan post SC Nyeri


daerah op.  Nyeri yang dirasakan
Terputusnya kontinuitas
dirasakan  berada  berada pada
jaringan
skala 7 dari rentang 1-10. Nyeri
datang secara terus menerus.

Pengeluaran zat vasoaktif


(histamin, bradykinin da
serotonin

DO :
- Terdapat luka op di daerah
abdomen bawah arah transversal
bawah sepanjang ± 10 cm Merangsang reseptor nyeri
pd ujung-ujung  saraf bebas

- Ekspresi wajah kadang terlihat


meringis karena menahan nyeri.

Nyeri dihantarkan
dihantarkan ke spinal lalu ke
chord kemudian ke talamus
hingga ke kortek serebri.

 Nyeri dipersepsikan
2. DS : - Tindakan pembedahan Resiko tinggi
infeksi

DO :
- Terdapat luka op di daerah
abdomen bawah arah transversal
bawah sepanjang ± 10 cm.
Terputusnya kontinuitas
jaringan

Hilangnya fungsi kulit


sebagai proteksi

Memungkinkan masuk
mikroorganisme ke tubuh

Resiko terjadi infeksi

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan


2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma gangguan integritas kulit
akibat prosedur pambedahan

INTERVENSI

1. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan


Tujuan: rasa nyaman terpenuhi dan tidak terasa nyeri
Dengan Kriteria hasil :

1) Mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi


nyeri/ketidaknyamanan dengan tepat.
2) Mengungkapkan berkurangnya nyeri.
3) Tampak relaks, mampu tidur/istirahat dengan tepat.

Intervensi Rasional
1. Tentukan karakteristik dan lokasi 1. Meningkatkan pemecahan masalah,
ketidaknyamanan. Perhatikan isyarat membantu mengurangi nyeri berkenaan
verbal dan nonverbal seperti meringis, dengan ansietas dan ketakutan karena
kaku dan gerakan melindungi atau ketidaktahuan dan memberikan rasa kontrol.
gerakan melindungi atau terbatas.
terbatas.

2. Berikan informasi dan petunjuk antisipasi


mengenai penyebab ketidaknyamanan 2. Pada banyak klein, nyeri dapat menyebabkan
dan intervensi yang tepat. gelisah serta dapat meningkatkan
meningkatkan TD dan nadi.

3. Observasi tanda-tanda vital.


3. Selama 12 jam pertama  pasca partum
kondisi uterus kuat dan teratur dan ini
berlanjut selama dua sampai tiga hari
berikutnya, meskipun frekuensi dan
intensitasnya dikurangi. Faktor yang
memperberat nyeri penyerta meliputi
multipara, overdistension uterus, menyusui
dan pemberian  preparat erg  preparat ergot
dan oksitosin.

4. Meningkatkan kenyamanan dan menurunkan


distraksi tidak menyenangkan, meningkat
4. Perhatikan nyeri tekan uterus dan adanya rasa sejahtera.
karakteristik nyeri klien: perhatikan infus
oksitosin pasca operasi.
5. Relaksasi otot dan mengalihkan perhatian
dari sensasi nyeri.
5. Ubah posisi klien, kurangi rangsangan
yang berbahaya dan berikan gosokan
punggung.
6.  Nafas dalam meningkatkan upaya dalam
meningkatkan upaya  pernafasan.
6. Anjurkan penggunaan pernafasan
Pembebatan menurunkan ketegangan area
relaksasi dan distraksi.
insisi dan mengurangi nyeri dan
ketidaknyamanan berkenaan dengan gerakan
otot abdomen. Batuk Diindikasikan bila
sekresi atau ronchi terdengar.

7. Menurunkan pembentukan gas dan


meningkatkan peristaltik untuk
menghilangkan ketidaknyamanan akibat
akumulasi gas yang sering memuncak pada
7. Lakukan latihan nafas dalam, spirometri
hari ketiga setelah kelahiran plasenta.

8. Memungkinkan gas meningkat dari kolon


desendens ke sigmoid, memudahkan
pengeluaran.
8. Anjurkan ambulasi dini. Anjurkan 9. Membantu regresi hemoroid dan varises
menghindari makanan atau cairan vulva dengan meningkatkan vasokonstriksi
pembentuk gas. menurunkan ketidaknyamanan dan gatal
meningkatkan kembalinya fungsi kembalinya
fungsi usus normal.
9. Anjurkan penggunaan posisi rekumben
lateral kiri.
10. Kembalinya fungsi kandung kemih normal
memerlukan empat sampai tujuh hari dan
over  distensi kandung kemih menciptakan
perasaan dorongan dan ketidaknyamanan.

10. Inspeksi hemoroid pada perineum.


Anjurkan penggunaan kompres es selama 11. Kebocoran cairan serebrospinal melalui
20 menit setiap 4 jam, penggunaan duramater ke dalam ruang ekstradural
kompres witch hazel dan peninggian menurunkan volume yang diperlukan untuk
pelvis pada bantal sesuai kebutuhan. menyokong jaringan otak, menyebabkan
batang otak turun ke dasar tengkorak bila

11. Palpasi kandung kemih, Perhatikan klien ke dasar tengkorak bila klien pada

adanya rasa penuh. Memudahkan posisi tegak.

berkemih periodik setelah pengangkatan


kateter indwelling. 12. Menurunkan beratnya sakit kepala dengan
meningkatkan cairan yang ada untuk
produksi CSS dan membatasi perpindahan
posisi  posisi otak. Sakit kepala berat dapat
mengganggu kemampuan klien untuk klien
untuk melakukan perawatan diri dan
perawatan bayi.
12. Evaluasi terhadap sakit kepala khususnya
setelah anestesi subarakhnoid.
13. Pada 24 jam pascapartum, payudara harus
lunak dan tidak nyeri tekan, dengan puting
bebas dari area pecah-pecah atau adanya
kemerahan. Pembesaran  payudara, nyeri
tekan puting atau adanya pecah-pecah pada
puting (bila klien menyusui dapat terjadi dua
sampai hari pasca  partum dan memerlukan
intervensi segera untuk memudahkan
kontinuitas menyusui dan mencegah
komplikasi lebih serius.
13. Anjurkan tirah baring pada posisi datar
berbaring, tingkatkan cairan, berikan
minuman berkafein, bantu sesuai 14. Mengangkat payudara ke dalam dan ke atas,
kebutuhan pada perawatan klien dan mengakibatkan posisi lebih nyaman dan

bayi,berikan ikatan abdominal bila klien menurunkan kelelahan otot.

tegak, pada adanya sakit kepala spinal.

15. Membantu laktasi klien merangsang aliran


ASI dan menghilangkan stasis dan
ketegangan. Penggunaan “gendongan
football” mengarahkan kaki bayi menjauh
dari abdomen. Bantal membantu menyokong
bayi dan melindungi insisi dalam posisi
duduk atau miring.
14. Inspeksi jaringan payudara dan puting,
kaji terhadap adanya pembesaran atau
16. Respon menghisap pertama kuat dan
puting pecah.
mungkin nyeri. Mulai memberikan makan
dengan payudara yang tidak sakit kemudian
15. Anjurkan menggunakan bra penyokong
dilanjutkan pada  payudara yang sakit
mungkin mengurangi nyeri dan
meningkatkan penyembuhan.

17. Pengikatan dan kompres es mencegah laktasi


dengan cara –  cara mekanis dan metode
yang disukai untuk supresi laktasi.
Ketidaknyamanan berakhir kira-kira 48
sampai 72 jam, tetapi  berkurang atau hilang
dengan menghindari stimulasi puting.
16. Berikan informasi tentang menyusui:
frekuensi pemberian makan, memberikan
18. Meningkatkan kenyamanan, yang
kompres  panas pada payudara payudara
memperbaiki status psikologis dan
sebelum sebelum menyusui, posisi yang
meningkatkan mobilitas. Penggunaan obat
tepat pada  bayi dan mengeluarkan ASI
yang bijaksana memungkinkan ibu yang
secara manual.
menyusui menikmati dalam memberikan
makan tanpa efek samping pada bayi.
17. Anjurkan klien mulai memberi makan
dari puting yang tidak nyeri tekan selama
beberapa kali  pemberian makan secara
berkala berkala  bila hanya satu bila
hanya satu puting.

18. Berikan kompres es pada area aksila


payudara bila klien tidak merencanakan
menyusui. Berikan kompresi ketat dengan
pengikat selama 72 jam atau penggunaan
bra penyokong ketat. Hindari pemajanan
berlebihan payudara terhadap panas atau
rangsangan payudara oleh bayi,pasangan
seksual atau klien sampai supresi selesai
(kira-kira satu minggu)

19. Kolaborasi pemberian analgetik setiap


tiga sampai empat jam, berlanjut dari rute
IV atau IM sampai ke rute oral. Berikan
obat  pada klien yang menyusui 48
sampai 60 menit sebelum menyusui.

2. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan trauma gangguan integritas kulit
akibat prosedur pambedahan .
Tujuan: Infeksi tidak terjadi

Kriteria:

1) Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk menurunkan resiko dan meningkatkan


penyembuhan
2) Menunjukkan luka bebas dari drainage purulen dengan tanda awal penyembuhan,
penyembuhan, uterus lunak/tidak uterus lunak/tidak nyeri tekan, nyeri tekan, dengan
aliran dengan aliran dan karakter dan karakter lochea normal.
3) Bebas dari infeksi, tidak demam, tidak ada bunyi nafas adventisius dan urine jernih
kuning pucat.

Intervensi Rasional
1. Anjurkan dan gunakan teknik mencuci 1. Membantu mencegah dan membatasi
tangan dengan cermat dan pembuangan penyebaran infeksi.
pengalas kotoran, pembalut perineal,
dan linen terkontaminasi dengan tepat.

2. Tinjau ulang Hb/Ht prenatal :


perhatikan adanya yang 2. Anemia, diabetes, dan  persalinan yang
kondisi
mempredisposisikan klien pada infeksi persalinan yang lama sebelum lama

pasca operasi. sebelum kelahiran sesarea


meningkatkan resiko infeksi dan
perlambatan  penyembuhan.

3. Kaji status nutrisi klien


3. Klien yang BB-nya 20 % di  bawah
berat no  bawah berat normal atau y
rmal atau yang anemia atau malnutrisi
lebih rentan terhadap infeksi pasca
partum.

4. Mencegah dehidrasi, memaksimalkan

4. Anjurkan masukan cairan oral dan diet volume sirkulasi dan aliran urine.

tinggi protein, vitamin C dan besi. Protein dan vitamin C diperlukan untuk
pembentukkan  pembentukkan kolagen;
kolagen; besi diperlukan untuk sintesis
Hb.

5. Rembesan dapat menandakan


hematoma, gangguan penyatuan
jaringan atau dehisens luka,
5. Inspeksi balutan abdominal terhadap
memerlukan intervensi lanjut.
eksudat atau rembesan.

6. Perlambatan involusi meningkatkan


resiko endometritis. Perkembangan
nyeri tekan ekstrim menandakan
kemungkinan  jaringan  jaringan
6. Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus;
plasenta plasenta tertahan tertahan atau
perhatikan involusi atau adanya nyeri
infeksi.
tekan uterus ekstrem.
7. Secara normal lochea berbau amis;
namun pada endometritis rabas
mungkin  purulen dan  purulen dan
berbau busuk berbau busuk dan dapat
gagal menunjukkan kemajuan dari
7. Perhatikan jumlah dan bau rabas
lokhea rubra menjadi serosa sampai
lochea atau perubahan  pada kemajuan
alba.
kemajuan normal dari rubra menjadi
serosa.
8. Untuk mencegah masuknya kuman
melalui perlukaan  jalan lahir.

9. Untuk mencegah infeksi akibat insisi


8. Lakukan teknik septic dan aseptic dan pengeluaran feces dan isi lambung.
pada pemasangan alat forsep atau
vakum.
9. Lakukan persiapan pre operasi dengan
mencukur daerah insisi pembedahan,
pengosongan kolon dan kandung
kemih, serta puasa untuk pengosongan
lambung.

Implementasi
Lakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.

Evaluasi
Evaluasi keperawatan di sesuaikan dengan kriteria hasil dan tujuan yang ada

Anda mungkin juga menyukai