Anda di halaman 1dari 23

Makalah Memberikan Enema

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu : Ns.Tatiana Siregar

Disusun Oleh

KELAS B

Penyusun makalah :

Edwina Retha Maharani 2010701041

Rima Siti Fadila 2010701043

Risma Aprelia 2010701056

KELAS B

DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UPN VETERAN JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Memberikan Enema ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen Keperawatan Dasar. Selain itu, Makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Tatiana Siregar selaku dosen


Keperawatan Dasar yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 14 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar belakang...........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah......................................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................7
PEMBAHASAN.....................................................................................................................7
A. Pengertian Enema (Huknah)........................................................................................7
B. Jenis Enema (Huknah)..................................................................................................7
C. Indikasi dan Kontraindiaksi Enema (Huknah)...........................................................8
D. Tujuan Enema (Huknah)..............................................................................................8
E. Manfaat Enema (Huknah)............................................................................................9
F. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemberian enema Hukmah/Tinggi....................10
G. SOP MEMBERIKAN ENEMA MODEL HUKNAH TINGGI DAN RENDAH
KEPADA PASIEN...........................................................................................................12
H. CARA MEMBERIKAN ENEMA MODEL TUBE/SUPPOSITORIA (SOP)........17
BAB III.................................................................................................................................18
PENUTUP............................................................................................................................18
KESIMPULAN................................................................................................................18
SARAN..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................19

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan


penting dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan
untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa – sisa
metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi kedalam dua
jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feses /
nondigestibel waste serta sampah metabolisme yang di buang baik bersama feses
ataupun melalui saluran lain seperti urine, CO2, H2O, nitrogen. Eliminasi terbagi
atas dua jenis yaitu eliminasi fecal (Feses) dan eliminasi urine (buang air kecil).

Pemenuhan kebutuhan eliminasi terdiri dari kebutuhan eliminasi alvi


(berhubungan dengan defekasi) dan kebutuhan eliminasi uri (berhubungan dengan
berkemih) (Hidayat & Uliyah, 2005). Eliminasi produk sisa pencernaan yang
teratur merupakan aspek yang penting untuk fungsi normal tubuh. Perubahan
eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem gastrointestinal dan sistem
tubuh lainnya seperti obstipasi, inkontinesia, retensi urine dan lain-lain. Fungsi
usus bergantung pada keseimbangan beberapa faktor, pola dan kebiasaan
eliminasi bervariasi diantara individu.

Hingga kini berbagai inovasi bentuk enema dan jenis enema dibuat
dengan tujuan untuk mempermudah dalam cara pemberian, faktor kenyamanan
dan simpel. Beberapa prosedur yang dapat dilakukan, diantaranya pemenuhan
eliminasi alvi dengan pispot pada pasien yang tidak mampu melakukan secara
mandiri, melakukan hukna redah, huknah tinggi, pemberian gliserin per rektal,
evakuasi manual kebutuhan eliminasi dengan urinal pada pasien yang tidak

4
mampu melakukan secara mandiri dan pemasangan kateter kondom (Hidayat &
Uliyah, 2005)

Pada permulaannya tindakan enema atau huknah dikenal dengan nama


Clyster (abad ke 17 M) menggunakan clyster syringe yang terdiri dari tabung
syrine, pipa anus dan batang pendorong. Clyster digunakan sejak abad ke 17 (atau
sebelumnya) hingga abad ke 19, kemudian digantikan dengan syringe balon,
bocks, dan kantong. Pada awal era modern Francis Mauriceau dalam The
Diseases of Women with Child mencatat para bidan memberikan enema pada
wanita hamil menjelang melahirkan.

Pada abad ke 20, enema atau huknah digunakan secara luas di negara
tertentu seperti Amerika serikat, saat itu enema merupakan ide yang sangat baik
untuk cuci kolon pada kasus fever, menjelang partus dengan tujuan untuk
mengurangi keluarnya feses saat partus. Beberapa kontroversi diperdebatkan
penggunaan enema untuk mempercepat proses melahirkan dengan menstimulasi
terjadinya kontraksi, pada akhirnya enema atau huknah dengan tujuan ini dilarang
karena para obstetrik menggunakan oxytocin sebagai penggantinya selain
dikarenakan para ibu hamil merasa tidak nyaman dengan tindakan enema ini.

Pada masa John Donne Elegy XVIII, pada masa itu kaum pria
menyalahgunakan tindakan enema dengan melukai selaput dara pengantin wanita
menggunakan clyster. Clyster juga tercatat pada periode sado-masochistic, pada
masa itu mereka menggunakan enema sebagai tindakan disipliner. Khususnya
wanita dihukum menggunakan clyster berukuran besar untuk periode tertentu,
sebagai contoh ditemukan dalam The Prussian Girl oleh P.N Dedeaux. Clyster
merupakan pengobatan yang banyak digemari oleh orang berada dan terhormat di
dunia barat hingga abad ke 19. William Laighton dari Portsmouth, New
Hampshire merupakan orang pertama yang mendapat hak paten untuk kursi
enema pada 8 agustus 1846 (Cintya, 2011).

5
Untuk menangani masalah eliminasi pasien, perawat harus memahami
eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau menghambat
eliminasi. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati privasi dan
kebutuhan emosional pasien. Tindakan yang dirancang untuk meningkatkan
eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian enema ?

2. Apa saja Jenis-jenis enema ?

3. Apa indikasi dan kontradiksi pemberian enema ?

4. Apa saja tujuan enema ?

5. Apa saha manfaat enema ?

6. Apa saja alat-alat yang dibutuhkan dalam pemberian enem Huknah


tinggi/rendah?

7. Bagaimana cara memberikan enema model Tube/Suppositoria (SOP)?

8. Bagaimana cara memberikan enema model Huknah Tinggi dan rendah


(SOP)?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari enema

2. Mengetahui inidikasi dan kontra indikasi enema

3. Mengetahui jenis-jenis cairan enema

4. Mengetahui tujuan enema

6
5. Mengetahui manfaat enema

6. Mengetahui alat-alat yang dibutuhkan dalam pemberian enema Huknah


tinggi/rendah

7. Mengetahui cara memberikan enema model Tube/Suppositoria (SOP)

8. Mengetahui cara memberikan enema model Huknah Tinggi dan rendah


(SOP)

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Enema (Huknah)

Enema adalah tindakan memasukkan cairan ke dalam usus melalui rektum,


sehingga cairan tersebut dapat mengalir balik atau tertahan. Istilah ini biasanya
didahului dengan nama cairan enema yang digunakan. Lebih lanjut enema dapat
diberi nama menurut fungsi cairan tersebut. Enema untuk evakuasi biasanya dibuat
secara komersial dalam kemsan kecil-kecil sebagai enema disposabel: zat kimia yang
ada dalam enema tersebut akan menarik ke dalam usus sehingga meningkatkan
pembilasan dan kontraksi peristaltik usus distal. Jenis enema yang dibiarkan tertahan
dalam usus sering digunakan adalah kortison (Sue Hinchliff, 1999).

Enema ( huknah ) adalah memasukkan larutan yang berfungsi sebagai


pencahar ke dalam rektum dan kolon ( Asmadi, 2008). Alasan utama enema ialah
untuk meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltik. Pemberian eneme
dapat digunakan untuk melunakkan fases yang telah menjadi impikasi atau untuk
mengosongkan rectum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostic atau pembedahan.
Enema juga diberikan sebagai alat transportasi obat-obatan yang menimbulkan efek
lokal pada mukosa rektum.

8
B. Jenis Enema (Huknah)

Jenis-jenis enema antara lain (Hidayat & Uliyah, 2005):

1. Enema tinggi: Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon asenden
dengan menggunakan kanula usu. Umumnya dilakukan untuk persiapan operasi.

2. Enema rendah: Memasukan cairan hangat melalui anus sampai ke kolon desenden
dengan menggunakan kanula rektal melalui anus. Huknah rendah dilaksanakn
sebelum operasi dan pasien yang mengalami obstipasi. Selama tindakan ini posisi
klien dipertahankan miring ke kiri.

C. Indikasi dan Kontraindiaksi Enema (Huknah)

1. Indikasi Enema

a. Konstipasi

b. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur

c. Penggunaan laxative yang berlebihan.

d. Peningkatan stress psikologis

e. Impaksi fases (tetahannya feses)

f. persiapan pra operasi

g. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi

h. pasien dengan malaena

2. Kontraindikasi Enema

a. Hemoroid yang berdarah

9
b. Keganasan kolon atau rektum

c. diare

d. Post operasi

e. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal,tumor rektum dan
kolon.

D. Tujuan Enema (Huknah)

Enema atau huknah dilakukan untuk mengobati penyakit ringan seperti sakit
perut, kembung namun pada perkembangannya digunakan untuk berbagai tujuan
yang berbeda seperti telah diuraikan dalam sejarah dilakukannya tindakan ini. Pada
akhirnya setelah ilmu pengetahuan medis berkembang dengan adanya penelitian dan
ditemukannya berbagai peralatan medis, penggunaan enema saat ini jauh lebih
spesifik dari masa awal keberadaannya.

1. Tujuan Enema tinggi

a. Membantu mengeluarkan fases akibat konstipasi atau impaksi fekal

b. Membantu defaksi yang normal sebagai bagian dari program latihan defakasi
(bowel training program)

c. Tindakan pengobatan / pemeriksaan diagnostik.

2. Tujuan enema rendah

a. Menggosongkan usus pada pra-pembedahan untuk mencegah ha-hal yang tidak


diinginkan selama operasi berlangsung, seperti buang air besar.

10
b. Merangsang buang air besar atau merangsang peristaltik usus untuk
mengeluarkan feses karena kesulitan untuk defekasi (pada pasien sembelit).

E. Manfaat Enema (Huknah)

1. Merangsang gerakan usus besar, berbeda dengan laxative. Perbedaan utama


terletak pada cara penggunaannya, laxative biasanya diberikan per oral sedangkan
enema diberikan langsung ke rectum hingga kolon. Setelah seluruh dosis enema
hingga ambang batas daya tampung rongga kolon diberikan, pasien akan buang air
bersamaan dengan keluarnya cairan enema ke dalam bedpan atau di toilet. , larutan
garam isotonik sangat sedikit mengiritasi rektum dan kolon, mempunyai
konsentrasi gradien yang netral. Larutan ini tidak menarik elektrilit dari tubuh –
seperti jika menggunakan air biasa – dan larutan ini tidak masuk ke membran kolon
– seperti pada penggunaan phosphat. Dengan demikian larutan ini bisa digunakan
untuk enema dengan waktu retensi yang lama, seperti melembutkan feses pada
kasus fecal impaction.

2. Membersihkan kolon bagian bawah (desenden) menjelang tindakan operasi


seperti sigmoidoscopy atau colonoscopy. Untuk kenyamanan dan mengharapkan
kecepatan proses tindakan enema dapat diberikan disposibel enema dengan
konsentrasi lebih kental berbahan dasar air yg berisikan sodium phospat atau
sodium bikarbonat.

3. Sebagai jalan alternatif pemberian obat. Hal ini dilakukan bila pemberian obat
per oral tidak memungkinkan, seperti pemberian antiemetik untuk mengurangi rasa
mual, beberapa anti angiogenik lebih baik diberikan tanpa melalui saluran
pencernaan , pemberian obat kanker, arthritis, pada orang lanjut usia yang telah
mengalami penurunan fungsi organ pencernaan, menghilangkan iritable bowel
syndrome menggunakan cayenne pepper untuk squelch iritasi pada kolon dan
rectum dan untuk tujuan hidrasi.

11
4. Pemberian obat topikal seperti kortikosteroid dan mesalazine yang digunakan
untuk mengobati peradangan usus besar.

5. Pemeriksaan radiologi seperti pemberian barium enema. Enema berisi barium


sulphat , pembilasan dengan air atau saline dilakukan setelah selesai dengan tujuan
untuk mengembalikan fungsi normal dari kolon tanpa komplikasi berupa konstipasi
akibat pemberian barium sulphat.

F. Alat-alat yang dibutuhkan dalam pemberian enema Hukmah/Tinggi

Pemberian melalui selang rektal dengan wadah enema pada enema rendah dan
enema tinggi.

a. Volume larutan hangat

1) Dewasa : 700-1000ml, dengan suhu 40,5-43ºC

2) Anak – anak :

a) Bayi : 150-250ml

b) Usia bermain (toddler): 250-350ml

c) Usia sekolah : 300-500ml

d) Remaja : 500-700 ml

Cat : Suhu cairan yang digunakan untuk anak-anak adalah 37,7ºC, sedang untuk
dewasa dihangatkan 40,5-43ºC

b. Vaseline atau jeli

c. Wadah enema (huknah)

12
d. Selang rektal dengan ujung bulat.

1) Dewasa : No.22-30 G French(fr)

2) Anak – anak : No.12-18 fr

e. Selang menghubungkan selang rektal ke wadah (selang irrigator)

f. Klem pengatur pada selang

g. Termometer air untuk mengukur suhu larutan

h. Perlak pengalas

i. Selimut mandi

j. Kertas toilet

k. Pispot

l. Waslap, handuk serta sabun

m. Masker

n. Sarung tangan sekali pakai

o. Tiang intravena

13
p. Bengkok

G. SOP MEMBERIKAN ENEMA MODEL HUKNAH TINGGI DAN RENDAH


KEPADA PASIEN

 Definisi
Enema atau Huknah adalah tindakan memasukkan cairan kedalam rectum dan
kolon melalui lubang anus.
 Indikasi

a. Konstipasi

b. Kebiasaan buang air besar yang tidak teratur

c. Penggunaan laxative yang berlebihan.

d. Peningkatan stress psikologis

e. Impaksi fases (tetahannya feses)

f. persiapan pra operasi

g. untuk tindakan diagnostik misalnya pemariksaan neurologi

h. pasien dengan malaena

 Kontraindikasi

14
a. Hemoroid yang berdarah

b. Keganasan kolon atau rektum

c. Diare

d. Post operasi

e. Pasien dengan gangguan fungsi jantung atau gagal ginjal,tumor rectum dan
kolon.

 Tujuan

1. Sebagai tindakan pengobatan

2. Merangsang BAB

3. Melunakkan feses

 Persiapan alat

1. Selimut mandi dan kain penutup

2. Perlak pengalas

3. Spuit gliserin

4. Bengkok

5. Gliserin dalam tempatnya yang di rendam air panas

6. Mangkuk kecil

7. Pispot

8. Tirai

9. Tisu

10. Waslap 2 buah

15
11. Baskom 2 buah

12. Handuk

13. Sabun

 Prosedur Kerja

a. Jelaskan prosedur pada klien

b. Jaga privasi klien dengan memasang tirai

c. Pasang selimut mandi dan tarik selimut tidur

d. Lepaskan pakaian bagian bawah

e. Atur posisi klien, untuk klien dewasa miring ke kiri dengan lutut kanan fleksi,
sedangkan pada bayi dan anak rekumben dorsal yang di bawahnya di beri
pispot

f. Pasang alas dan perlaknya

g. Teteskan gliserin pada punggung tangan untuk memeriksa kehangatan


kemudian tuangkan ke dalam mangkuk kecil

h. Isi spuit dengan gliserin sebanyak 10 – 20cc kemudian keluarkan udara

i. Setelah kilen berada pada posisi miring, tangan kiri dan kanan mendorong
bokong ke atas sambil memasukkan spuit perlahan-lahann hingga ke rektum
lalu pasang bengkok

j. Masukkan spuit gliserinsepanjang 7-10 cm untuk orang dewasa, 5-7,5 cm


untuk anak-anak, dan 2,5-3,75 cm untuk bayi

k. Masukkan gliserin perlahan-lahan sambil menganjurkan klien untuk menarik


nafas panjang dan dalam

l. Cabut spuit dan letakkan dalam bengkok

16
m. Bantu klien BAB, jika keadaaan umum klien baik maka bantu klien ke toilet,
namun jika keadaan umum klien umum lemah maka posisikan klien pada tirah
baring dengan memasang pispot

n. Ambil pispot

o. Bersihkan daerah perineal pada klien yang BAB dengan pispot :

p. Bersihkan dengan tisu

q. Ambil waslap dan bersihkan dengan sabun pada daerah perineal

r. Bilas dengan air bersih

s. Keringkan dengan handuk

t. Tarik alas dan perlak

u. Ganti selimut mandi dengan selimut tidur

v. Bantu klien untuk mengenakan pakaian bawah

w. Buka tirai

x. Rapikan alat kemudian cuci tangan

y. Dokumentasikan warna dan konsistensi feses serta adanya distens abdomen

z. Minta klien untuk beristirahat sebentar

aa. Anjurkan klien untuk minum sedikit air

bb. Ulangi langkah e-j sampai semua area tersumbat yang dipilih telah
terdrainase. Setiap tindakan tidak lebih dari 30-60 menit

cc. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

dd. Dokumentasikan hasil tindakan dalam catatan keperawatan

FASE-FASE

17
ORIENTASI
Perawat: "Halo selamat pagi bapak/ibu perkenalkan saya perawat Rerima"
Perawat: "bagaimana kabar nya bapak/ibu apakah hari bapak/ibu baik?
Perawat: "baik bapak/ibu tujuan saya datang untuk melakukan kontrak kepada
ibu/bapak untuk memberikan enema, enema itu merupakan cairan agar dapat
melunakan feses. Agar feses yang bapak/ibu keluarkan menjadi lunak dan tidak
sakit dan juga dapat merangsang BAB. waktunya tidak lama hanya sekitar 30 menit
apakah bapak/ibu bersedia?
Perawat : "Baik kalau ibu bersedia pukul 09.00 saya akan kembali lagi ya , baik
saya permisi.

TERMINASI
a.Evaluasi
3)Subjektif : “Baik, Ibu, Kita sudah selesai, apa yang ibu rasakan setelah saya
melakukan pemberian enema ?”
4)Objektif : “Sekarang bab ibu sudah lancar ya, dan feses ibu juga sudah lunak”
b.Rencana tindak lanjut :
“Baik bu, karena saya sudah selesai membantu ibu, saya kembali ke ruangan dulu.
Saya harap ibu bisa kooperatif ya selama dirawat, ibu harus membiasakan minum
air putih yang cukup, makan yang berserat, istirahat yang cukup dan hindari stress
supaya bab ibu teratur. Apakah Ibu mengerti ?”.
c.Kontrak yang akan datang
4)Topik : “Baiklah bu, untuk selanjutnya saya akan memberikan suntikan
melalui selang infus ibu sebagai obat rutin yang harus dimasukkan”
5)Waktu : “Waktunya jam 10.00 ya bu, tidak lama hanya sekitar 5 menit”
6)Tempat : “ibu istirahat saja ditempat tidur”

H. CARA MEMBERIKAN ENEMA MODEL TUBE/SUPPOSITORIA (SOP)


A. Persiapan Peralatan

18
1. Kartu atau formulir obat, buku catatan pengobatan
2. Supositoria rektal
3. Jeli pelumas
4. Sarung tangan bersih sekali pakai
5. Tisu

B. Persiapan Pasien

1. Kaji program pengobatan dokter untuk mengetahui nama obat, dosis dan rute
obat.
2. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
3. Jelaskan prosedur pada pasien
4. Jaga privasi pasien dengan menutup pintu atau menarik gorden
5. Pastikan pencahayaan cukup

C. Langkah-Langkah

1. Kenali pasien/identitas pasien atau tanyakan namanya langsung.


2. Bandingkan label obat dengan buku catatan pengobatan sekali lagi
3. Bantu pasien dalam posisi miring (Sims) dengan tungkai bagian atas fleksi ke
depan.
4. Jaga agar pasien tetap terselimuti dan hanya area anal saja yang terlihat.
5. Ambil supositoria dari bungkusnya dan beri pelumas pada ujung bulatnya
dengan jeli. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan
dominan Anda.
6. Minta pasien untuk menarik nafas perlahan melalui mulut dan untuk
melemaskan spingter ani.
7. Tarik bokong pasien dengan tangan non dominan Anda. Dengan jari telunjuk
yang tersarungi, masukkan perlahan supositoria melalui anus, spingter anal
internal dan mengenai dinding rektal atau sekitar 10 cm pada orang dewasa
dan 5 cm pada anak-anak dan bayi.
8. Keluarkan jari Anda dan usap area anal pasien dengan tisu.
9. Minta pasien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit.
10. Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses letakkan lampu
pemanggil dalam jangkauan pasien sehingga pasien dapat mencari bantuan
untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi.
11. Lepas sarung tangan dengan membalik bagian dalam ke luar dan buang dalam
wadah yang telah disediakan.
12. Cuci tangan Anda.

19
13. Catat obat yang telah diberikan dalam catatan pemberian obat.
Petunjuk Praktis Penggunaan Obat SUPOSITORIA dari BPOM RI
1. Cuci tangan terlebih dahulu.
2. Buka pembungkus obat (jangan dibuka jika supositoria terlalu lunak).
3. Jika supositoria terlalu lunak sebaiknya didinginkan dulu dalam kondisi masih
dalam kemasan (masukkan dalam termos pendingin atau dipegang di bawah
aliran air dingin), kemudian setelah agak keras keluarkan dari kemasannya.
4. Lembutkan bagian tepi yang mungkin tajam dengan dihangatkan dalam
tangan.
5. Lembabkan supositoria dengan air dingin.
6. Berbaring miring pada salah satu sisi dan tekuk satu lutut ke arah badan dan
angkat lutut (lihat gambar).
7. Masukkan obat kedalam anus secara perlahan dengan bagian yang bulat
terlebih dahulu, dilanjutkan dengan bagian belakangnya.
8. Tetap berbaring selama beberapa menit.
9. Cuci tangan.
10. Usahakan untuk tidak melakukan buang air besar selama 1 jam.
11. Dokumentasi

20
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Enema atau huknah adalah suatu tindakan memasukan suatu larutan ke
dalam rektum dan kolon sigmoid. Tindakan ini diberikan untuk meningkatkan
defekasi dengan merangsang peristaltic. Obat-obatan kadang diberikan dengan
enema untuk mengeluarkan efek lokal pada mukosa rectal. Pemberian enema
dapat digunakan untuk melunakkan fases yang telah menjadi impikasi atau untuk
mengosongkan rektum dan kolon bawah untuk prosedur diagnostic atau
pembedahan.

Enema dibedakan menjadi dua jenis yaitu enema tinggi dan enema rendah.
Kedua jenis enama tersebut memiliki tujuan dan manfaat berbeda sesuai dengan
kegunaan masing-masing. Indikasi melakukan enema antara lain konstipasi,
kebiasaan buang air besar yang tidak teratur, persiapan pra operasi dan lain-lain.
Kontraindikasi dalam melakukan enema antara lain hemoroid yang berdarah dan
post operasi.

21
SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan
jauh dari sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis
meminta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep dan Aplikasi kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba
Medika.

Cintya. (2011). KDM Enema. (online). https://www.scribd.com. Diakses tanggal 15


desember 2020

Hidayat & Uliyah. (2005) . BUKU SAKU PRAKTIKUM KEBUTUHAN DASAR


MANUSIA. Jakarta: EGC

Hinchliff, Sue. (1999). Kamus Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.

22
Sari. (2011). Keperawatan Huknah. (Online).
http://nindanurmalasari.blogspot.co.id/2011/12/huknah.html . Diakses tanggal 15
desember 2020

23

Anda mungkin juga menyukai