Anda di halaman 1dari 37

Makalah Keperawatan Anak

Dosen : Ns. Rokhaidah, M.Kep.Sp. Kep. An

Di susun oleh :

Latifah Rahmah Andini 2010701076


rizky amallia 2010701066
Gita Christin R 2010701046

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL


VETERAN JAKARTA
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
Februari 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu Ns. Rokhaidah, M.Kep.Sp.
Kep. An selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan Anak karena telah membantu
kelancaran dalam pembuatan makalah ini.
Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak.
makalah ini dibuat dengan judul “PERKEMBANGAN ANAK”. Penulis berharap
dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang sejarah keperawatan
di Indonesia maupun di dunia.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Selain itu, penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca
dan tercapainya tujuan dari penulisan makalah ini.

Bogor, 17 Agustus 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi .............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup Masalah ................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Imunisasi ......................................................................................................... 3
2.2 Prosedur skrining perkembangan anak:
A. Perhitungan antropometri (pengukuran BB, TB, LLA, LK dan IMT) ......13
B. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak .......................................19
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................24
3.2 Saran.................................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan
generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk
menurunkan angka kematian bayi dan anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak
dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia
18 (delapan belas) tahun. Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan untuk mampu
menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan anak
adalah Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka
Kematian Balita (AKABA) (Kemenkes RI, 2014).
Tingkat kesehatan pada bayi perlu mendapatkan perhatian mengingat bayi atau anak
sebagai generasi penerus bangsa. Salah satu upaya untuk menjadikan generasi yang
sehat yaitu dengan mengurangi tingkat morbiditas dan mortalitas pada anak. Selain
itu juga dibutuhkan suatu upaya kesehatan yang konsisten (Soetjiningsih, 2012).
Imunisasi lengkap merupakan upaya kesehatan yang paling efektif dalam melindungi
anak dari wabah, kecacatan dan kematian. Melengkapi lima imunisasi dasar pada
anak dapat terbebas dari penyakit infeksi yang bisa dicegah dengan imunisasi (PD3I)
(Permenkes RI 2013).
Pemberian imunisasi dasar sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang
bayi. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hal yang sangat penting bagi
makhluk hidup yaitu sebagai upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan
melestarikan keturunan. Pertumbuhan dan perkembangan secara umum memiliki
pengertian yang sama namun secara khusus keduanya berbeda (Yuniarti, 2015).

1.2 Ruang Lingkup Masalah


1. Imunisasi
2. Prosedur Skiring Tumbuh Kembang Anak: Mengukur Antropometri Anak dan
Stimulasi Pertumbuhan dan Perkembangan

1
1.3 Tujuan
1. Agar mahasiswa keperawatan dapat meneliti lebih dalam mengenai hubungan
imunisasi dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi.
2. Agar mahasiswa keperawatan menjadi lulusan yang professional dalam
bidang maternitas
3. Agar pembaca dapat mengerti pentingnya imunisasi terhadap tumbuh
kembang bayi
4. Agar pembaca lebih peduli terhadap kesehatan anak karena tumbuh kembang
anak berpengaruh untuk bangsa dan negara
5. Agar para orang tua lebih bijak dalam menjalankan pola asuh kepada anaknya
6. Agar para orang tua lebih memperhatikan setiap tumbuh dan kembang anaknya
7. Agar mahasiswa, pembaca dan orang tua menyadari tumbuh kembang anak
berpengaruh besar untuk bangsa dan negara di masa depan
8. Agar pembaca mengetahui hal hal yang dibutuhkan anak dalam tumbuh
kembang
BAB II

PEMBAHASAN

1. Imunisasi
A. Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit. (Ranuh, 2008). Begitu juga dengan pendapat (Atikah, 2010).
Pengertian lain imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Agar tubuh membuat zat anti untuk
merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan
(misalnya vaksin BCG, DPT dan campak) dan melalui mulut (misalnya vaksin polio).
(Hidayat, 2008).

B. Tujuan Imunisasi
Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi agar dapat
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang
sering berjangkit. Secara umun tujuan imunisasi menurut Atikah, 2010, antara lain:

1. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular


2. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
3. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas
(angka kematian) pada balita.

Imunisasi dapat mencegah penyakit menular pada sekelompok masyarakat (populasi)


atau bahkan menghilangkan suatu penyakit tertentu dari dunia, menurut Ranuh, 2008.
Penyakit- penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak
(measles), polio dan tuberculosis, menurut Notoatmodjo, 2003.

C. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi untuk anak dapat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh
penyakit, dan kemungkinan cacat atau kematian. Manfaat imunisasi untuk ibu dan
ayah/keluarganya menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Manfaat imunisasi berpengaruh bagi negara yaitu memperbaiki tingkat
kesehatan, karena kesehatan anak akan mempengaruhi masa depannya menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara. Karena efek
penyakit, kekurangan gizi, kemiskinan akan mengganggu perkembangannya di masa
depan.

D. Jenis Imunisasi
1. Imunisasi aktif
Pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahakan (vaksin) agar nantinya sistem
imun tubuh berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini,
sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh
imunisasi aktif adalah imunisasi polio dan campak.

Komponen vaksin aktif dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,
eksotoksin yang didetoksifikasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein
pembawa seperti polisakarida, dan vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-
komponen organisme dari suatu antigen. Pengawet, stabilisator atau antibiotik.
Merupakan zat yang digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba. Bahanbahan yang
digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa digunakan. Cairan pelarut dapat
berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang digunakan sebagai
media tumbuh antigen, misalnya antigen telur, protein serum, dan bahan kultur sel.
Adjuvan, terdiri dari garam alumunium yang berfungsi meningkatkan sistem imun
dari antigen. Ketika antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan
perlawanan juga, dalam hal ini semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggi
peningkatan antibodi tubuh.

2. Imunisasi pasif
suatu proses meningkatkan kekebalan tubuh dengan cara pemberian zat
imunoglobulin, yaitu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat
berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta)
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum).
Suntikan tetanus juga dapat diberikan pada pasien yang mengalami luka kecelakaan.
Imunisasi pasif yang didapatkan bayi berasal dari ibunya melalui plasenta selama
dikandungan, misalnya ibunya memiliki antibodi campak maka bayi juga memiliki.

E. Macam- Macam Nama Suntikan Imunisasi


1. Imunisasi Bacillus Celmette-Guerin (BCG),
Vaksin BCG adalah tuberculosis bacillus
yang telah dilemahkan. Untuk pencegahan
TBC yg disebabkan Mycobacterium
tuberculosis complex. Bakteri ini dapat
menyerang berbagai organ tubuh, seperti
paru- paru (paling sering terjadi), kelenjar getah bening, tulang, sendi, ginjal, hati,
atau selaput selaput otak (yang terberat). Bakteri ini sangat kecil ukurannya sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berkembang. Vaksin
BCG tidak hanya mencegah resiko TBC, namun juga komplikasi yang mungkin
terjadi pada orang yang mengalami TBC. Komplikasi tersebut seperti:
 Hemomtasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipofolemik atau tersumbatnya jalan
nafas.
 Lobus yang tidak berfungsi akibat retraksi bronchial.
 Pneumotorak spontan (adanya udara di dalam rongga pleura)
 Insufiensi kardio pulmoner
Dosis 0,05 cc untuk bayi dan 0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG
dilakukan pada bayi usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2
atau 3 bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa. menggunakan suntikan
intrakutan, agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek
yang sangat halus (10 mm, ukuran 26).

Kontraindikasi pemberian BCG:


 Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun, seperti
eksim, furunkulosis, dan sebagainya.
 Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang menderita
TBC

2. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheria. Penularannya bisa


karena kontak langsung dengan penderita melalui bersin atau batuk atau kontak tidak
langsung karena adanya makanan yang terkontaminasi bakteri difteri. Penderita akan
mengalami beberapa gejala seperti demam lebih kurang 38 0 C, mual, muntah, sakit
waktu menelan dan terdapat pseudomembran putih keabu-abuan di faring, laring dan
tonsil, mudah berdarah, leher membengkak. Penginfeksian selanjutnya jika racun
difteri menyabar
berupa menglami tekanan darah rendah, sehingga efek jangka panjangnya akan
terjadi kardiomiopati, gagal jantung dan miopati perifer. Cutaneus dari bakteri difteri
menimbulkan infeksi sekunder pada kulit penderita. Selaput tersebut dapat
menyebabkan kesusahan menelan, bernapas, dan bahkan bisa mengakibatkan mati
lemas.

Pertusis adalah penyakit batuk rejan/beruntun disertai


muntah, bila terjadi sedikit saja rangsangan akan
terjadi batuk yang hebat, terjadi 1-3 bulan yang
disebabkan oleh kuman Bordetella Perussis. Pada
bayi batuk tidak khas, “whoops” tidak ada tetapi
sering disertai penghentian napas sehingga bayi
menjadi biru
(Muamalah, 2006). komplikasi seperti pendarahan, kejang-kejang, radang paru-paru,
koma, pembengkakan otak, kerusakan otak permanen, dan kerusakan paru-paru
jangka panjang, hingga kematian.

Tetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman Clostridium tetani.
Pada bayi penularan disebabkan karena pemotongan tali puat tanpa alat yang steril
atau dengan cara tradisional dimana alat pemotong dibubuhi ramuan tradisional
yang terkontaminasi spora kuman tetanus. Pada anak-anak atau orang dewasa bisa
terinfeksi karena luka yang kotor atau luka terkontaminasi spora kuman tetanus,
kuman ini paling banyak terdapat pada usus kuda dan dari spora yang tersebar luas
di tanah, debu dan
kotoran hewan. Penderita akan mengalami kejang-kejang baik pada tubuh maupun
otot mulut sehingga mulut tidak bisa dibuka, pada bayi air susu ibu tidak bisa masuk
dan ditandai dengan disertai perut papan dan opistotonus (badan lengkung) pada
umur diatas 1 bulan, selanjutnya penderita mengalami kesulitan menelan dan
kekakuan pada leher dan tubuh. Kuman tetanus mengeluarkan racun yang dapat
merusak sel darah merah, sel darah putih dan syaraf. biasanya terjadi pada hari ke 3
atau ke 4 dan berlangsung 7-10 hari.

Pemberian imunisasi DPT ini melalui suntikan


intramuscular dengan dosis 0,5 cc. Pemberian
vaksin DPT dilakukan tiga kali mulai bayi
umur 2 bulan sampai 11 bulan dengan interval
4 minggu. Imunisasi ini diberikan 3 kali karena
pemberian pertama antibodi dalam tubuh
masih
sangat rendah, pemberian kedua mulai meningkat dan pemberian ketiga diperoleh
cukupan antibodi. efek samping ringan dan berat, efek ringan seperti terjadi
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat
bayi menangis hebat kerana kesakitan selama kurang lebih empat jam, kesadaran
menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan syok.

3. Imunisasi campak/ measles atau rubella


Penyakit ini disebabkan oleh virus campak.
Penyebaran lewat udara. Gejala campak bila
terdapat demam tinggi terus menerus 38,50 o C
atau lebih disertai batuk, pilek, nyeri menelan,
mata merah dan silau bila kena cahaya
(fotofobia), seringkali diikuti diare. Pada hari
ke
4-5 demam, timbul ruam kulit, didahului oleh
suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula.
Tahapan campak:
 Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam yang
diikuti dengan batuk, pilek, farings merah, nyeri menelan, stomatitis, dan
konjungtivitis
 Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam mukulo-papular yang
bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas rambut
kebelakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan akhirnya ke
ekstremitas.
 Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah tiga hari ruam berangsur-angsur
menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit menjadi kehitaman dan
mengelupas yang akan menghilang setelah 1-2 minggu.

Vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat dilakukan pada umur 9-11 bulan,
dengan dosis 0,5 CC. Sebelum disuntikan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan
dengan pelarut steril yang telah tersedia yang derisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian
suntikan diberikan pada lengan kiri atas secara subkutan. Efek samping Hingga 15 %
pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari yang dapat
terjadi
8-12 hari setelah vaksinasi.
Kontraindikasi pemberian vaksin campak yaitu tidak boleh dilakukan pada orang
yang mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita gangguan
respon imun karena leukimia, autoimun dan limfoma.
4. Imunisasi polio

Pemberian vaksin polio dapat dikombinasikan dengan vaksin DPT. 2 macam vaksin
polio:
 Inactivated Polio Vaccine (IPV = Vaksin Salk), mengandung virus polio yang
telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
 Oral Polio Vaccine (OPV = Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang
telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen
(Trivalen Oral Polio Vaccine; TOPV) efektif melawan semua bentuk polio,
sedangkan bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan satu jenis polio.

Struktur virus ini sangat sederhana, hanya terdiri dari RNA genom dalam sebuah
caspid tanpa pembungkus. Ada 3 macam serotipe pada virus ini, tipe 1 (PV1), tipe 2
(PV2), dan tipe 3 (PV3), ketiganya sama-sama bisa menginfeksi tubuh dengan gejala
yang sama. Penularan berasal dari fekal lalu ke oral. Sanitasi yang buruk dan
kontaminasi makanan. virus lebih menyerang dan menghancurkan sistem syaraf
motorik, hal ini menimbulkan kelemahan otot dan kelumpuhan/lumpuh layu akut.
Gejala 28 demam, nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama.
Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi. Faktor-faktor yang dapat
meningkatkan terserang

10
10
poliomyelitis antara lain dikarenakan malnutrisi, tonsilektomi, kurangnya sanitasi
lingkungan, karena suntikan dan juga virus bisa ditularkan melalui plasenta ibu,
sedangkan antibodi yang diberikan pasif melalui plasenta tidak dapat melidungi bayi
secara adekuat.

Dosis polio diberiakan sejak lahir 4 kali


(polio I, II, III dan IV) dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi
ulangan diberikan 1 tahun setelah
imunisasi polio IV. Kemudian saat masuk
SD (5-6 tahun)
dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin
Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 ml) melalui oral.
Kontraindikasi pemberian imunisasi polio tidak boleh dilakukan pada orang yang
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian polio pada anak yang sedang sakit.

5. Imunisasi hepatitis B

Bayi-bayi yang terjangkit virus hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan
pada hati. Virus hepatitis B ditemukan didalam cairan tubuh orang yang terjangkit
termasuk darah, ludah dan air mani. Virus hepatitis B biasanya disebarkan melalui
kontak dengan cairan tubuh (darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau dari
ibu ke anak pada saat melahirkan. contoh apabila luka pada tubuh kita telah
terkontaminasi cairan yang dikeluarkan oleh penderita hepatitis B berupa gigitan,
darah, dan hubungan seksual. Individu yang termasuk dalam beberapa kriteria, seperti
para pengguna narkoba suntik, pasangan seks orang yang terinfeksi hepatitis, bayi
yang dilahirkan dari ibu yang terifeksi hepatitis, orang yang suka berganti-ganti
pasangan seks, laki-laki homoseksual merekalah orang orang yang beresiko terkena
hepatitis B.

Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning
dan muntah serta demam, urine menjadi kuning dan sakit perut.

Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11


bulan melalui injeksi intramuskular. Vaksin
juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang
dimasa kecilnya belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu orang –orang yang berada
dalam rentan risiko hepatitis B sebaiknya juga diberi vaksin ini. tusukan jarum pada
anterolateral paha secara intremuskular. Nama jarum suntik imunisasi hepatitis yaitu
Profilled Injection Device (PID).
Kontraindikasi vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat yang
disertai kejang.

2. Prosedur Skrining Perkembangan Anak


A. Pengukuran Antropometri (TB, BB, LK, LLA, IMT)
Anthoropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran
tubuh. Satu metode yang digunakan untuk menilai ukuran, proporsi, dan komposisi
menilai ukuran, proporsi, dan komposisi tubuh manusia atau sebagai indikator status
gizi. Faktor-faktor yang mempengaruhi antropometri yaitu usia, jenis kelamin:
Ukuran tubuh laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan, kecuali utk beberapa
bagian tubuh tertentu (lingkar dada dan pinggul), Ras dan Etnis: memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan lainnya, postur dan posisi tubuh: ukuran
tubuh dipengaruhi oleh posisi tubuh saat akan melakukan aktivitas tertentu
(structural dan functional body dimensions), pekerjaan: semakin berat pekerjaannya
struktur tubuh lebih besar.
Pengukuran antropometri di Indonesia berdasarkan standar perhitungan:
 PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
2 TAHUN 2020 TENTANG STANDAR ANTROPOMETRI ANAK
 Standar antropometri anak (0-5 tahun): WHO Child Growth Standards 2005
 Standar antropometri anak (5-18 tahun): The WHO Reference 2007

1. Pengukuran antropometri pada bayi

 Mengukur berat badan bayi menggunakan baby scale, untuk bayi kurang dari
2 tahun dan pemeriksaan dilakukan terlentang maka caranya:
1. Baby scale ditempatkan ditempat yang datar dan pastikan jarumnya di
angka 0
2. Letakkan bayi tanpa sehelai pakaian dengan posisi telentang
3. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x dan dicari
rata- rata nya
 Mengukur tinggi badan bayi menggunakan microtois,
Untuk bayi umur kurang dari 2 tahun dan dilakukan terlentang menggunakan
microtois. Untuk bayi umur kurang dari 2 tahun dan bisa berdiri menggunakan
meteran di tembok yang biasanya bergambar
dengan satuan cm kemudian pengukuran
ditambah 0,7cm. Untuk bayi umur lebih dari 2
tahun dan dilakukan terlentang maka
pengukuran dikurang 0,7cm. Untuk bayi umur
lebih dari 2 tahun dan bisa berdiri menggunakan
meteran dengan satuan cm yang biasanya ada di
tembok.

Cara pengukuran dengan microtois:


1. Dilakukan terlentang
2. Kepala bayi harus lurus (minta bantuan asisten perawat)
3. Kedua kaki bayi tegak
4. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya
 Mengukur lingkar kepala bayi, menggunakan meteran, caranya:

1. Ukur mulai dari atas alis melingkari atas telinga ke bagian kepala yang
paling menonjol hingga bertemu titik awal
2. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya
 Mengukur lingkar lengan atas bayi, menggunakan pita LLA, caranya:

1. Tentukan lengan bayi yang tidak terlalu aktif digunakan dan bentuk tangan
bayi siku-siku
2. Ambil titik akronion dan radialis lalu ambil garis tengahnya
3. Lengan bayi diluruskan
4. Ukur lingkar lengan dari garis tengah yang sudah ditentukan tersebut
5. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya

2. Pengukuran antropometri pada anak

 Mengukur berat badan anak menggunakan healt scale, caranya:


1. Pastikan jarum healt scale di angka 0
2. Anak tidak boleh mengenakan sepatu
3. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya
 Mengukur tinggi badan anak menggunakan healt scale, caranya:

1. Anak tidak boleh menggunakan sepatu dan topi


2. Pengukuran dilakukan pada saat anak menarik nafas (intruksikan anak
menarik nafas)
3. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya
 Mengukur lingkar kepala anak, menggunakan meteran, caranya:

1. Ukur mulai dari atas alis melingkari atas telinga ke bagian kepala yang
paling menonjol hingga bertemu titik awal
2. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya
 Mengukur lingkar lengan atas anak, menggunakan pita LLA, caranya:
1. Tentukan lengan anak yang tidak terlalu aktif digunakan dan bentuk
tangan anak siku-siku
2. Ambil titik akronion dan radialis lalu ambil garis tengahnya
3. Lengan anak diluruskan
4. Ukur lingkar lengan dari garis tengah yang sudah ditentukan tersebut
5. Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat dilakukan 3x lalu dicari
rata- ratanya
 Mengukur lingkar pinggang, perut, dan pinggul pada anak menggunakan pita
meteran, caranya:

Untuk mengukur pingang titik pengukuran dari krista dan iga (yang paling
kecil lingkarnya), untuk mengukur perut titik pengukuran dari krista, iga dan
umbilikus (dibawah pinggang), dan untuk pengukuran pinggul titik dari
lingkar yang paling lebar. Lalu Catat hasil pengukuran dan pengukuran dapat
dilakukan
3x lalu dicari rata-ratanya.

2. Perhitungan Antropometri dan IMT pada bayi dan anak


Perhitungan menurut KepMenKes RI No.1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang STANDAR
ANTROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
Kuncinya: BB/U, BB/PB, BB/TB, PB/U, TB/U, IMT/U.
Untuk anak usia dibawah 2 tahun meggunakan PB (Panjang Badan) dan belum bisa dihitung
IMT nya. Sedangkan untuk anak usia diatas 2 tahun menggunakan TB (Tinggi Badan) dan
sudah bisa dihitung IMT nya.
Rumus Z-Score= nilai si bayi atau anak – nilai Median dari buku rujukan : nilai SD dari
buku rujukan – nilai Median
Rumus Z-Score= nilai si bayi atau anak – nilai Median dari buku rujukan : nilai Median -
nilai SD dari buku rujukan

Untuk perhitungan IMT yaitu:


IMT = (BB kg : [TB x TB : 10000])
Z-Score IMT= hasil perhitungan IMT – nilai Median : nilai SD dari buku rujukan – nilai
Median
Z-Score IMT= hasil perhitungan IMT – nilai Median : nilai Median - nilai SD dari buku
rujukan

Jika hasil pengurangan nilai si bayi atau anak – nilai Median dari buku rujukan adalah
posotif maka nilai SD – nilai median
Jika hasil pengurangan pengurangan nilai si bayi atau anak – nilai Median dari buku rujukan
adalah negative maka nilai median – nilai SD
Berikut DATA – DATA dari BUKU RUJUKAN KepMenKes 2010:
Sedangkan berikut ini DATA DARI PMK No.2/2020

Berikut contoh cara menghitung:


Seorang bayi laki laki usia 3 bulan memiliki BB= 5,8 kg dan PB=61 cm. hitunglah standar
ideal gizi anak tersebut.
Jawab: boleh menggunakan buku rujukan sesuai BB/U, PB/U, atau BB/PB

Kita gunakan yang BB/U dahulu.


z-score= nilai si bayi atau anak – nilai Median dari buku rujukan
z score= 5,8 – 6,4 = -0,6
z score= nilai si bayi atau anak – nilai Median dari buku rujukan : nilai Median - nilai SD
dari buku rujukan
z score= -0,6 : (6,4-5,7)
z score= -0,6 : 0,7 = -0,57
hasil BB/U = -0,57 dalam buku standar pengukuran BB/U nilai -0,57 termasuk dalam rentang -2 SD
sampai 2 SD yang artinya GIZI BAIK.
B. Stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak

tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan dan sulit dipisahkan. Pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, atau ukuran, yang bisa diukur dengan ukuran berat
(gram, kilogram) dan ukuran panjang (cm, meter). sedangkan perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dari
seluruh bagian tubuh sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk
juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil berinteraksi
dengan lingkungannya.

faktor utama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak, yaitu:

 Faktor genetik Faktor genetik ini yang menentukan sifat bawaan anak tersebut.
Kemampuan anak merupakan ciri-ciri yang khas yang diturunkan dari orang
tuanya.
 Faktor lingkungan Yang dimaksud lingkungan yaitu suasana di mana anak itu
berada. Lingkungan yang baik akan menunjang tumbuh kembang anak,
sebaliknya lingkungan yang kurang baik akan menghambat tumbuh
kembangnya.
Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, yaitu:
 Kebutuhan fisik-biomedis (”ASUH”)
Meliputi pangan/gizi, perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI,
penimbangan yang teratur, pengobatan, pemukiman yang layak, kebersihan
perseorangan, sanitasi lingkungan, pakaian, rekreasi, kesegaran jasmani.
 Kebutuhan emosi/kasih sayang (”ASIH”)
Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan
kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik,
mental, atau psikososial.
 Kebutuhan akan stimulasi mental (”ASAH”)

20
20
Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian,
kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.

Perkembangan masa balita merupakan kemampuan berbahasa, kreativitas, sosial,


emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga
dibentuk pada masa ini. Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara
pemeriksaan perkembangan secara berkala, apakah sesuai dengan umur atau telah
terjadi penyimpangan dari perkembangan normal.
Empat parameter yang dipakai dalam menilai perkembangan anak adalah:
1. Gerakan motorik kasar (pergerakan dan sikap tubuh).
2. Gerakan motorik halus (menggambar, memegang suatu benda dll).
3. Bahasa (kemampuan merespon suara, mengikuti perintah, berbicara spontan).
4. Kepribadian/tingkah laku (bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya).

Perkembangan pada masa anak perlu dirangsang oleh orang tua agar anak dapat
tumbuh dan berkembang secara optimal dan sesuai umurnya. Stimulasi adalah
perangsangan (penglihatan, bicara, pendengaran, perabaan) yang datang dari
lingkungan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat
berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak mendapat stimulasi.
Pemberian stimulasi akan lebih efektif apabila memperhatikan kebutuhankebutuhan
anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya. Pada tahap perkembangan awal
anak berada pada tahap sensori motorik. Pemberian stimulasi visual pada ranjang bayi
akan meningkatkan perhatian anak terhadap lingkungannya, bayi akan gembira
dengan tertawa-tawa dan menggerak-gerakkan seluruh tubuhnya. Tetapi bila
rangsangan itu terlalu banyak, reaksi dapat seba;liknya yaitu perhatian anak akan
berkurang dan anak akan menangis. Pada tahun-tahun pertama anak belajar
mendengarkan. Stimulus verbal pada periode ini sangat penting untuk perkembangan
bahasa anak pada tahun pertama kehidupannya. Kualitas dan kuantitas vokal seorang
anak dapat bertambah dengan stimulasi verbal dan anak akan belajar menirukan kata-
kata yang didengarnya. Tetapi bila simulasi auditif terlalu banyak (lingkungan ribut)
anak akan mengalami kesukaran dalam membedakan berbagai macam suara.
Stimulasi visual dan verbal pada permulaan perkembangan anak merupakan stimulasi
awal yang penting, karena dapat menimbulkan sifat-sifat ekspresif misalnya
mengangkat alis, membuka mulut dan mata seperti ekspresi keheranan, dll. Selain itu
anak juga memerlukan stimulasi taktil, kurangnya stimulasi taktil dapat menimbulkan
penyimpangan perilaku sosial, emosional dan motorik. Perhatian dan kasih sayang
juga merupakan stimulasi yang diperlukan anak, misalnya dengan bercakap-cakap,
membelai, mencium, bermain dll.. Stimulasi ini akan menimbulkan rasa aman dan
rasa percaya diri pada anak, sehingga anak akan lebih responsif terhadap
lingkungannya dan lebih berkembang. Pada anak yang lebih besar yang sudah
mampu berjalan dan berbicara, akan senang melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap lingkungannya. Motif ini dapat diperkuat atau diperlemah oleh
lingkungannya melalui sejumlah rekasi yang diberikan terhapap perilaku anak
tersebut. Misalnya anak akan belajar untuk mengetahui perilaku mana yang membuat
ibu senang/mendapat pujian dari ibu, dan perilaku mana yang mendapat marah dari
ibu. Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang responsif akan memperlihatkan
perilaku eksploratif yang tinggi. Stimulasi verbal juga dibutuhkan pada tahap
perkembangan ini. Dengan penguasaan bahasa, anak akan mengembangkan ide-
idenya melalui pertanyaan-pertanyaan, yang selanjutnya akan mempengaruhi
perkembangan kognitifnya (kecerdasan). Pada masa sekolah, perhatian anak mulai
keluar dari lingkungan keluarganya, perhatian mulai teralih ke teman sebayanya.
Akan sangat menguntungkan apabila anak mempunyai banyak kesempatan
untuk
bersosialisasi dengan lingkungannya. Melalui sosialisasi anak akan memperoleh lebih
banyak stimulasi sosial yang bermanfaat bagi perkembangan sosial anak. prioritas
untuk anak adalah makanan, perawatan kesehatan, dan bermain. Makanan yang baik,
pertumbuhan yang adekuat, dan kesehatan yang terpelihara adalah penting, tetapi
perkembangan intelektual juga diperlukan. Bermain merupakan ”sekolah” yang
berharga bagi anak sehingga perkembangan intelektualnya optimal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Imunisasi serta pola asuh, asah, dan asih merupakan kebutuhan anak dalam tumbuh
kembang yang optimal. Tidak hanya dari segi intelektual tapi dalam tumbuh kembang
anak membutuhkan kesehatan yang memadai karena efek penyakit/cedera, malnutrisi,
kurang gizi/stunting dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Salah satunya di buat
imunisasi sebagai bentuk fasilitas kesehatan yang sangat penting dan mendasar
karena diberikan sejak awal kelahiran hingga usia anak dan dewasa sebagai
pencegahan penyakit, kecacatan bahkan kematian. Tidak hanya kebutuhan segi
kesehatan saja, kebutuhan anak dalam tumbuh kembang salah satunya bermain. Oleh
karena jangan melarang anak bermain pada usia bayi hingga anak anak karena
itu merupakan kebutuhannya agar berkembang secara optimal, biarkan mereka
bereksplorasi dan mengasah motoriknya namun tetap di dampingi dan dibatasi hal
yang negative, serta interaksi antara anak dan orang tua sangat penting sejak didalam
janin hingga kelahirannya agar stimulus yang dia dapat dapat mengasah intelektual
dan motoriknya. Oleh karena itu selalu memperhatikan tumbuh kembang anak
melalui screening gizi. Segala segi telah dikerahkan untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak karena hasil didikan sejak kecil akan berpengaruh untuk negara
apakah dirinya menjadi individu yang berkontrubusi untuk negara atau justru
merugikan negara di masa depan.
B. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan bidang keperawatan anak dapat memahami dan
menjadi bekal untuk menjadi perawat yang professional yang dapat mengedukasi
seluruh orang tua dan berkontribusi dalam pembentukkan tumbuh kembang anak
termasuk memfasilitasi kesehatan serta kebutuhan lainnya yang dibutuhkan anak
dalam tumbuh kembang dengan memahami pentingnya tumbuh kembang anak serta
memperhatikan kebutuhan anak dalam setiap tumbuh kembangnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah.2010.Imunisasi dan Vaksinasi.Bantul:Yogyakarta Nuha Medika
Elmina.,,R.2020.Pemeriksaan Antropometri Bayi dan Dewasa. Diakses dari
https://www.youtube.com/watch?v=-LWhqMmPmlY
Hidayat 2008.Buku Saku Praktikum:Perawatan Anak.Jakarta:EGC.Hal 12-13
Kania.,N.2006.STIMULASI TUMBUH KEMBANG ANAK. Diakses dari
file:///C:/Users/User/Downloads/stimulasi_tumbuh_kembang_anak_optimal.
pdf
KepMenKes RI No.1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang STANDAR
ANTROPOMETRI PENILAIAN STATUS GIZI ANAK
Notoatmodjo.2003.Ilmu Kesehatan masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta
Permenkes RI.2020.Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak.Jakarta:Menteri Kesehatan RI
Ranuh.2008.Pedoman Imunisasi di Indonesia Edisi Ketiga.Jakarta: Badan Penerbit
Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anda mungkin juga menyukai