Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ANC PADA NY.

N DI RUANGAN AN-
NISA RUMAH SAKIT SEHAT TERPADU DOMPET DHUAFA

Disusun oleh:

Latifah Rahmah Andini

2010701076

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

2021/2022
BAB I

KONSEP DASAR

1. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem reproduksi pria dibagi menjadi dua yaitu genitalia eksternal dan genitalia
internal. Genitalia eksternal terdiri dari penis dan skrotum. Genitalia internal terdiri
dari testis dan organ-organ penunjangnya, seperti epididimis, duktus deferens (vans
deferens), vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, glandula prostatica (kelenjar
prostat), dan glandula bulbouretralis (kelenjar cowper). (Fatmawati, 2017)

1. Penis berfungsi sebagai alat kopulasi. Penis terdiri dari jaringan oto, jaringan
spons yang lembut, pembuluh darah, dan jaringan saraf. Organ ini diselimuti oleh
selaput tipis yang nantinya akan dioperasi pada saat khitan/ sunat.(Fatmawati,
2017)
2. Skrotum merupakan jaringan kutis dan subkutis yang terletak di belakang dari
penis dan dibawah simfisis pubis. Skrotum berisi sepasang testis dan bagian-
bagian lainnya. Skrotum berfungsi sebagai pelindung testis serta mengatur suhu
sesuai untuk spermatozoa. Terdapat dua skrotum yaitu skrotum kanan dan
skrotum kiri. Skrotum kanan dan kiri dibatasi oleh sekat yang berupa jaringan
ikat dan otot polos (otot dartos). Otot dartos ini berfungsi untuk menggerakan
skrotum sehingga dapat mengerut dan mengendur.(Fatmawati, 2017)
3. Testis merupakan kelenjar eksokrin (sitogenik) karena pada pria deawasa
menghasilkan spermatozoa, dan disebut juga kelnjar endoktrin karena
menghasilkan hormon untuk pertumbuhan genitalia eksternal. Testis (gonad
jantan) berbentuk oval dan terletak di dalam skrotum. Fungsi testis yaitu alat
untuk memproduksi sperma dan hormon kelamin (testosteron).
4. Epididimis berupa saluran panjang yang berbelok keluar dari testis. Epididmis
dibagi menjadi tiga yaitu kaput epididimis, korpus epididimis, dan kauda
epididimis. Epididimis berfungsi untuk tempat penyimpanan sperma sementara
sampai sperma matang dan bergerak maju menuju vans deferens.
5. Duktus deferens (van deferens) Merupakan lanjutan dari epididimis yang berupa
saluran panjang dan lurus mengangkut sperma ke vesika seminalis. Vans
deferens tidak menempel pada testis dan ujung salurannya terdapat di dalam
glandula prostatica. Fungsi dari van deferrens yaitu saluran jalannya sperma dari
epididimis menuju vesika seminalis.
6. Vesika seminalis Adalah organ yang berbetuk kantong bergelembung dan
menghasilkan cairan semen/seminal. Berjumlah sepasang dan terletak di bawah
dan atas kantung kemih (vesika urinaria). Fungsi vesika seminalis yaitu tempat
untuk menampung sperma.
7. Duktus ejakulatorius Merupakan saluran pendek dan menghubungkan vesika
seminalis dan uretra. Fungsi saluran untuk mengeluarkan sperma agar ke dalam
uretra.
8. Glandula Prostatica (kelenjar prostat) Kelenjar ini melingkari bagian atas uretra
dan terletak di bagian bawah kantung kemih , kelenjar prostat menghasilkan
getah yang mengandung kolesterol, garam, dan fosfolipid yang berperan untuk
kelangsungan hidup sperma. Fungsi kelenjar prostat yaitu mengeluarkan cairan
basa yang menetralkan sekresi vagina yang asam, memicu pembekuan semen
untuk menjaga sperma tetap berada dalam vagina pada saat penos dikeluarkan.
9. Glandula Cowper (kelenjar cowper) Kelenjar yang salurannya langsung menuju
uretra. Kelenjar ini menghasilkan getah yang bersifat basa (alkali). Kelenjar ini
befungsi mengeluarkan mucus untuk pelumasan.

Sistem reproduksi wanita dibagi menjadi dua yaitu genitalia eksternal dan genitalia
internal. Genitalia ekstrernal terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora,
klitoris. Genitalia internal terdiri dari vagina, hymen, serviks, tuba fallopi, fimbria,
Infundibulum , uterus, dan ovarium.

1. Mons pubis Merupakan jaringan lemak yang mengelilingi tulang kemaluan.


Jumlah jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang pada setelah
menopause. Setelah dewasa, mons pubis ini tertutup oleh rambut kemaluan yang
kasar. Fungsi dari mons pubis adalah melindungi organ seksual dan reproduksi
bagian dalam.
2. Labiya mayora jika dilihat dari luar , labiya mayor dilapisi oleh kuliat yang
mengandung banyak kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas.
Permukaan dalam labiya mayor licin dan tidak mengandung rambut. Fungsi
labiya mayor sebagai pelindung organ internal dari sistem reproduksi wanita.
3. Labiya minora terletak di dalam labiya mayora dan berada di sekitar pembukaan
vagina, serta ukurannya lebih tips dan lebih kecil. Fungsi labiya minora sebgai
pelindung vagina dan uretra.
4. Klitoris merupakan tonjolan kecil yang terletak di depan vulva. Klitoris
merupakan pusat rangsangan.
5. Vagina secara anatomi, vagina berbentuk tabung dan membentuk sudut ± 60o
dengan bidang horizontal. Vagina merupakan saluran yang menghubungkan
uterus dengan tubuh bagian luar. Fungsi vagina yaitu organ kopulasi dan jalan
keluarnya bayi. Di dalam vagina terdapat selaput dara.
6. Himen (Muara vagina) merupakan lipatan mukosa yang menutup sebagian dari
inroitus vagina. Himen tidak dapat dirobek disebut sebagai hymen imperforatus
7. Serviks atau mulut rahim, memproduksi cairan lendir (mucus). Apabila waktu
ovulasi, mucus menjadi banyak, elastik dan licin yang membantu spermatozoa
mencapai uterus.
8. Tuba Fallopi (Saluran Telur) tuba Fallopi Adalah sepasang saluran yang berada
pada kanan dan kiri rahim sepanjang 10 cm vang menghubungkan uterus dengan
ovarium melalui fimbriae. Ujung yang satu dari tuba fallopi akan bermuara di
uterus sedangkan ujung yang lain merupakan ujung bebas dan terhubung ke
dalam rongga abdomen.Ujung yang bebas berbentuk seperti umbai yang
bergerak bebas. Ujung ini disebut fimbria dan berguna untuk menangkap sel telur
saat dilepaskan oleh ovarium (indung telur). Dari fimbria, telur akan digerakkan
oleh rambut-rambut halus yang terdapat di dalam saluran telur menuju ke dalam
rahim.Fungsi dari tuba fallopi adalah tempat terjadinya fertilisasi dan jalan bagi
sel ovum yang telah ditangkap fimbria.
9. Fimbria serabut lembut yang terdapat di bagian pangkal ovarium dan berdekatan
dengan ujung saluran oviduk. Fungsinya yaitu untuk menangkap sel ovum yang
telah matang dan dikeluarkan oleh ovarium.
10. Infundibulum bagian ujung oviduk yang berbentuk corong dan dekat dengan
fimbria. Fungsinya untuk menampung sel ovum yang telah ditangkap oleh
fimbria.
11. Rahim (uterus) memiliki fungsi sebagai tempat pertumbuhan embrio. Bentuknya
seperti buah pear, berongga, dan berotot. Sebelum hamil beratnya 30 – 50 gram
panjang 9cm dan lebar 6cm namun, saat hamil mampu membesar sekitar 100
gram. Uterus terdiri dari 3 lapisan:
12. Lapisan parametrium, yaitu lapisan terluar dan berhubungan dengan rongga
perut
13. Lapisan myometrium untuk mendorong bayi keluar saat perslainan
14. Lapisan endometrium yaitu tempat menempelnya sel telur yang dibuahi. Bila
tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan meluruh yang dinamakan
menstruasi. Siklus menstruasi datang sekitar 28 hari, namun setiap perempuan
berbeda.
15. Ovarium terletak pada kiri dan kanan ujung tuba (fimbriaelumbai-urmbai) dan
terletak di rongga panggul. Ovarium merupakan kelenjar yang memproduksi
hormon estrogen dan progresteron. Ukurannya 3x3x2 cm, tiap ovarium
mengandung 150.000-200.000 folikel primordial. Sejak pubertas setiap bulan
secara bergantian ovarium melepas satu ovum dari folikel degraaf (folikel yang
telah matang), peristiwa ini disebut ovulasi. Fungsi ovarium sebagai organ
eksokrin dan endokrin karena mampu menghasilkan ovum pada saat pubertas
dan dapat menghasilkan hormon estrogen dan progesteron.

2. PENGERTIAN
Pemeriksaan kehamilan atau Antenatal Care (ANC) merupakan asuhan yang
diberikan saat hamil sampai sebelum melahirkan. Antenatal care adalah perawatan
selama masa kehamilan sebagai suatu manajemen kehamilan di mana ibu dan
anaknya diharapkan sehat dan baik (Wiknjosastro, 2002 dikutip dari Ningsih, 2012).
Antenatal care merupakan pengawasan sebelum persalinan terutama di tujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Selama antenatal care dilakukan
pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada ibu.

Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dilanjutkan
dengan nidasi atau implantasi yang berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan
(Sarwono, 2011)

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang hampir selalu terjadi setelah
bertemunya sperma dan ovum, tumbuh dan berkembang didalam uterus selama 259
hari atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho,2014).

3. ETIOLOGI
Proses kehamilan terdiri dari ovulasi yaitu proses pelepasan ovum yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal yang kompleks, terjadi migrasi spermatozoa dan ovum, terjadi
konsepsi dan pengembangan zigot, terjado nidasi (implantasi) pada uterus,
pembentukan plasenta, tumbuh kembang konsepsi sampai aterm
(Prawirohardjo,2017)

1. Fertilisasi
a. Tahap penembusan korona radiata Dari 200-300 juta hanya 300-500
yang sampai di tuba faloppi yang bisa menembuh korona radiata
karena sudah mengalami proses kapasitasi.
b. Penembusan zona pellusida Spermatozoa lain ternyata bisa menempel
di zona pellusida, tetapi hanya satu terlihat mampu menembus oosit.
c. Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma Setelah menyatu
maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom diploid (44
autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX untuk
wanita dan XY untuk laki-laki
2. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (dalam 30 jam), 4 sel, 8
sel, sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut membelah
membentuk morula (dalam 14 hari) . saat morula masuk rongga rahim , cairan
mulai menembus zona pellusida masuk kedalam ruang antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga/blastokel sehingga disebut blastokista
(dalam 4-5hari). Sel bagian dalam disebut embrioblas dan sel luar disebut
trofoblast. Zona pellusda akhirnya menghilang sehingga trofoblasat akhirnya
bisa masuk ke endometrium dan siap berimplantasi (5-6 hari) dalam bentuk
balstoksta tingkat lanjut.
3. Konsepsi
Menurut Manuaba (2010:77-79), keseluruhan proses konsepsi berlangsung
seperti uraian dibawah ini:
a. Ovum yang dilepaskan dalam proses ovulasi, diliputi oleh karena
radiata yang mengandung persediaan nutrisi.
b. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metafase ditengan sitoplasma
yang disebut vitelus.
c. Dalam perjalanan, korona radiata makin berkurang pada zona
pellusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada
zona pelusida.
d. Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempat yang palimg luas
yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel yang mempunyai silia.
Ovum mempunyai waktu hidup terlama di ampulla tuba.
e. Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam.
Spermatozoa menyebar, masuk melalui kanallis servikalis dengan
kekuatan sendiri. Pada kavum uteri, terjadi proses kapasitasi, yaitu
pelepasan lipoprotein dari sperma sehingga mampu mengadakan
fertilisasi. Spermatozoa melanjutkan perjalanan menuju tuba fallopi.
Spermatozoa hidup selama tiga hari di dalam genetalia interna.
Spermatozoa akan mengelilingi ovum yang telah siap dibuahi serta
mengikis korona radiata dan zona pellusida dengan proses enzimatik:
hialuronise. Melalui “stomata”, spermatozoa memasuki ovum.
Setelah kepala spermatozoa masuk kedalam ovum, ekornya lepas dan
tertinggal diluar. Kedua inti ovum dan inti spermatozoa bertemu
dengan membentuk zigot.
4. Nidasi/implantasi
Yaitu penanaman sel telur yang sudag dibuahi (pada stadium blastokista)
kedalam dinding uterus pada awal kehamilan. Biasanya terjadi pada pars
superior korpus uteri bagian anterior/posterior. Pada saat implantasi selaput
lendiri rahim sedang berada di fase sekretorik (2-3 hari setelah ovulasi). Pada
saat inim kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi berkelok-kelok. Jaringan
ini mengandung banyak cairan (Marjati,dkk,2010:37). Pertumbuhan dan
perkembangan blastula terus berlangsung, blastula dengan vili korealisnya
yang dilapisi sel trofoblast telah siap untuk mengadakan nidasi. Proses
penanaman blastula yang disebut nidasi atau implantasi terjadi pada hari ke-6
sampai hari ke-7 setelah konsepsi. Pada saat tertanamnya blastula kedalam
endometrium, mungkin terjadi perdarahan disebut tanda Hartman
(Manuaba,2010:82)
5. Plasentasi
Plasentasi adalah proses pembentukan struktur dan jenis plasenta. Setelah
nidasi embrio kedalam endrometrium, plasentasi dimulai. Pada manusia
plasentasi berlangsung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi
(Saifuddin,2010:109)
6. Periode Embrionik
Sejak konsepsi perkembangan konseptus terjadi sangat cepatyaitu zigot
mengalami pembelahan menjadi morula (terdiri atas 16 sel blastomer),
kemudian menjadi blastokis (terdapat cairan ditengah) yang mencapai uterus,
kemudian sel-sel mengelompok, berkembang menjadi embrio (sampai minggu
ke-7).Setelah minggu ke-10 hasil konsepsi disebut janin
(saifuddin,2010:157).Tahap perkembangan ini didominasi oleh pembentukan
kepala. Ciri wajah makin terlihat jelas. Telinga, mata, hidung, dan leher sudah
terbentuk secara normal. Pada tahap ini juga terbentuk lengan yang diawali
dengan pembentukan jari-jari. Daerah kepala dan jantung akan mengalami
pembesaran. Hati juga tumbuh dengan cepat sehingga mendominasi organ-
organ perut. Ekor akan memendek dan paha akan mengalami perkembangan.
Emberio pada akhir periode ini disebut fetus (Purnomo dkk,2009).

Perubahan Hormon Selama Kehamilan

Plasenta pada kehamilan akan menghasilkan sejumlah besar hormon, yaitu human
chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, progesteron dan human chorionic
somatomammotropin. Keempat hormon tersebut penting untuk berlangsungnya
kehamilan normal. Plasenta, yang mengambil alih produksi hormon kehamilan dari
korpus luteum, merupakan bagian yang dinamakan unit fetoplasenta. Plasenta
mencapai struktur matur pada akhir trimester pertama kehamilan. Unit fungsionalnya
adalah vili korionik, terdiri dari inti tengah berupa jaringan ikat longgar, dilapisi
kapiler yang berhubungan dengan sirkulasi fetus. Di sekitar inti terdapat dua lapisan
trofoblas, yang lapisan dalam yang terdiri dari sel-sel sitotrofoblas dan lapisan luar
berupa sinsitium. Plasenta bukan hanya merupakan organ endokrin, namun juga
menyediakan nutrisi bagi fetus yang sedang berkembang dan membuang zat sisa
fetus. Unit fetoplasenta memproduksi banyak hormon yang dilepaskan oleh aksis
hipotalamus-hipofisis-gonad.

Ketika ovum mengalami fertilisasi dan terimplantasi, korpus luteum tidak mengalami
regresi, namun terus mensekresikan progesteron, dan pada hari ke 10 sampai 12
setelah ovulasi, sinsitiotrofoblas mulai mensekresikan human chorionic
gonadotrophin (hCG) ke dalam ruang antarvili. Sebagian besar tes kehamilan
didasarkan pada tes deteksi hCG, yang mengambil alih peran hormon luteinisasi (LH)
dan mestimulasi produksi progesteron, 17- hidroksiprogesteron, dan estradiol oleh
korpus luteum. Kadar hCG plasma mencapai puncak antara minggu ke 9 dan ke 10
kehamilan, ketika fungsi luteal mulai berkurang, dan pada minggu ke 20 baik fungsi
luteal maupun hCG plasma telah berkurang.

Hormon hCG merupakan glikoprotein yang mempunyai berat molekul sekitar 39.000
dan mempunyai fungsi yang sama dengan hormon lutein yang disekresikan oleh
kelenjar hipofisis. Fungsi terpenting hormon ini adalah mencegah involusi korpus
luteum pada akhir siklus bulanan wanita. Sebaliknya, hormon ini menyebabkan
korpus luteum menyekresikan lebih banyak lagi hormon progesteron dan estrogen.
Estrogen dan progesteron mencegah menstruasi dan menyebabkan endometrium terus
tumbuh dan menyimpan nutrisi dalam jumlah besar dan tidak dibuang menjadi darah
menstruasi. Di bawah pengaruh hCG, kopus luteum di ovarium ibu menjadi kira-kira
dua kali dari ukuran awalnya menjelang satu bulan atau lebih setelah kehamilan
dimulai. Plasenta, seperti korpus luteum, menyekresikan estrogen dan progesteron.
Penelitian histokimia dan fisiologi menunjukan bahwa kedua hormon ini juga
disekresikan oleh sel-sel sinsial trofoblas plasenta.Menjelang akhir usia kehamilan,
pembentukan estrogen plasenta semakin meningkat menjadi 30 kali kadar produksi
wanita tidak hamil. Estrogen yang disekresikan plasenta tidak disintesis secara de
novo dari zat-zat dasar dalam plasenta. Sebaliknya hampir seluruhnya dibentuk dari
senyawa steroid androgen, dehidroepiandrosteron dan 16 -
hidroksidehidroepiandrosteron, yang dibentuk di kelenjar adrenal ibu juga kelanjar
adrenal fetus (kelenjar androgen fetus sangat besar, sekitar 80% terdiri dari zona fetus
yang menyekresikan dehidroepiandrosteron). Androgen yang lemah ini kemudian di
transport oleh darah ke plasenta dan diubah oleh sel-sel trofoblast menjadi estradiol,
estron dan estriol.

Selama kehamilan, jumlah estrogen yang besar akan menyebabkan pembesaran


uterus, pembesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara ibu, juga
pembesaran genitalia eksterna wanita. Estrogen juga merelaksasikan ligamentum
pelvis sehingga persendian sakroiliaka menjadi relatif lentur dan simpisis pubis
menjadi elastis. Sebagian peningkatan estrogen menyebabkan peningkatan volume
darah ibu sesaat sebelum aterm sekitar 30% di atas normal, bersama dengan
peningkatan aldosteron yang menyebabkan retensi cairan di ginjal. Konsentrasi
progesteron meningkat secara progresif selama kehamilan. Selain disekresikan dalam
jumlah cukup banyak oleh korpus luteum pada awal kehamilan, progesteron juga
disekresikan dalam jumlah banyak oleh plasenta, peningkatan terjadi sekitar 10 kali
lipat selama kehamilan.

Pengaruh progesteron yaitu:

1. Menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di endometrium uterus, dan sel ini


berperan penting dalam nutrisi embrio awal.
2. Menurunkan kontraktilitas uterus gravid, sehingga mencegah kontraksi uterus
yang menyebabkan abortus spontan.
3. Membantu perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelum implantasi, karena
progesteron secara khusus meningkatkan sekresi tuba fallopii dan uterus ibu
untuk menyediakan bahan nutrisi sesuai untuk perkembangan morula dan
blastokista.
4. Membantu estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi Hormon
human chorionic somatomammotropin, disekresikan oleh plasenta sekitar
minggu ke lima kehamilan. Hormon ini merupakan protein yang mempunyai
berat molekul kira-kira 38.000. sekresi hormon ini meningkat secara progresif
sepanjang usia kehamilan berbanding langsung dengan berat plasenta.
Hormon ini mempunyai fungsi yang sama dengan prolaktin, oleh karena itu
awal nama hormon ini adalah human placental lactogen. Selain itu hormon
human chorionic somatomammotropin mempunyai fungsi serupa dengan
hormon pertumbuhan walaupun kerjanya lemah. Fungsi lainnya yaitu
penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan glukosa pada ibu,
sehingga membuat jumlah glukosa yang tersedia untuk fetus lebih besar.
4. PATOFISIOLOGIS
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur (ovum) dari indung telur (ovulasi),
yang di tangkap oleh umbai-umbai (fimbriae) dan masuk ke dalam sel telur, cairan
semen tumpah ke dalam vagina dan berjuta-juta sel sperma bergerak memasuki
rongga rahim lalu masuk ke saluran telur. Pembuahan sel telur oleh sperma biasanya
terjadi di bagian yang mengembang oleh tuba falofi.

Disekitar sel telur banyak berkumpul sperma yang mengeluarkan ragi untuk
mencairkan zat-zat yang melindungi ovum. Kemudian pada tempat yang paling
mudah dimasuki, masuklah salah satu sel sperma dan kemudian bersatu dengan sel
telur. Peristiwa ini disebut pembuahan (konsepsi/fertilitas).

Ovum yang telah dibuahi ini segera membelah diri sambil bergerak (oleh rambut
getar tuba), menuju ruang rahim, peristiwa ini disebut nidasi (implantasi). Dari
pembuahan sampai nidasi diperlukan waktu 6 – 7 hari. Untuk menyuplai darah ke sel-
sel makanan bai mudligah dan janin, dipersiapkan uri (plasenta) jadi dapat dikatakan
bahwa untuk setiap kehamilan harus ada ovum (sel telur), spermatozoa (sel sperma),
pembuahan (konsepsi/fertilitas), nidasi dan plasenta.

Fisiologi Perubahan Semua Sistem Tubuh

1. Trimester I
a. Sistem Reproduksi
1) Vagina dan Vulva
Akibat pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami
perubahan pula.Sampai minggu ke-8 terjadi hipervaskularisasi
mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah, agak
kebiruan (lividae) tanda ini disebut tanda chatwick.Warna portio
pun tampak lividae.
2) Serviks Uteri
Serviks pada Kehamilan juga mengalami perubahan karena
hormon esterogen.
3) Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah
pengaruh estrogen dan progesteron.
4) Ovarium
Pada permulaan kehamilan masih terdapat korpus luteum
gravidatum, korpus luteum graviditatis berdiameter kira-kira 3
cm, kemudian dia mengecil setelah plasenta terbentuk.
5) Mamae
Mamae akan membesar dan tegang akibat hormon
somatomamotropin, estrogen, dan progesteron, akan tetapi belum
mengeluargan ASI.
6) Sistem Endokrin
Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting terjadi untuk
mempertahankan kehamilan, pertumbuhan normal janin, dan
pemulihan pascapartum (nifas).
7) Sistem Kekebalan
Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita
tersebut lebih rentan terhadap inveksi vagina. Sistem pertahanan
tubuh ibu selama kehamilan akan tetap utuh, kadar
immunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah.
8) Traktus urinarius/Perkemihan
Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan
sehingga timbul kencing.Keadaan ini hilang dengan tuanya
kehamilan, bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul
9) Traktus digestivus/Pencernaan
Perubahan rasa tidak enak diulu hati disebabkan karena perubahan
posisi lambung dan aliran balik asam lambung ke esofagus bagian
bawah.
10) Sirkulasi Darah/Cardiovaskule
Sirkulasi darah ibu dalam kehamilan dipengaruhi oleh adanya
sirkulasi ke plasenta, uterus yang membesar dengan pembuluh-
pembuluh darah yang membesar pula, mammae dan alat lain yang
memang berfungsi berlebihan dalam kehamilan.
11) Muskuloskeletal
Perubahan muskuloskeletal akibat peningkatan kadar hormon
estrogen dan progesteron, terjadi relaksasi dari jaringan ikat,
kartilago, dan ligament juga meningkatkan jumlah cairan
synovial.
12) Integumen/Kulit
Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis
menyebabkan timbulnya beberapa perubahan dalam sistem
integumen selama masa kehamilan.
13) Metabolisme
Pada wanita hamil basal metabolic rate (BMR) meninggi.BMR
meningkat hingga 15-20% yang umumnya terjadi pada triwulan
terakhir.
14) Sistem pernafasan
Adaptasi ventilasi dan struktural selama masa hamil bertujuan
menyediakan kebutuhan ibu dan janin.Kebutuhan oksigen ibu
meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan
peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara.
15) Sistem syaraf
Hanya sedikit yang diketahui tentang perubahan fungsi sistem
neurologi selama masa hamil, selain perubahan-perubahan
neurohormonal hipotalamik hipofisis.

2. Trimester II
a. Sistem Reproduksi
1) Vulva dan vagina
Karena hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan
terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh
darah alat genetalia membesar
2) Serviks uteri
Konsistensi serviks menjadi lunak dan kelenjar-kelenjar diserviks
akan berfungsi lebih akan mengeluarkan sekresi lebih banyak.
3) Uterus
Pada kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh
ruang amnion yang terisi janin dan istimus menjadi bagian korpus
uteri.
4) Ovarium
Pada usia kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan
menggantikan fungsi korpus luteum graviditatum
5) Payudara/Mamae
Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari putting susu dapat keluar
cairan berwara putih agak jernih disebut colustrom.
b. Sistem pencernaan
Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruhhormon progesteron yang
meningkat.Selain itu perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan
uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ
dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, kearah atas dan
lateral.
c. Sistem respirasi
Karena adanya penurunan tekanan CO2 seorang wanita hamil sering
mengeluhkan sesak nafas sehingga meningkatkan usaha bernafas
d. Sistem kardiovaskuler
Pada usia kehamilan 16 minggu, mulai jelas kelihatan terjadi proses
hemodilusi. Setelah 24 minggu tekanan darah sedikit demi sedikit naik
kembali pada tekanan darah sebelum aterm.
e. Sistem Traktus Urinarius
Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai berkurang,
karena uterus sudah mulai keluar dari rongga panggul.
f. Sistem musculoskeletal
Selama trimester kedua mobilitas persendian akan berkurang terutama
pada daerah siku dan pergelangan tangan dengan meningkatnya retensi
cairan pada jaringan konektif/jaringan yang berhubungan disekitarnya.
g. Sistem integument
Akibat peningkatan kadar hormon estrogen dan progesteron, kadar MSH
pun meningkat.
h. Sistem Endokrin
Adanya peningkatan hormon estrogen dan progesteron serta
terhambatnya pembentukan FSH dan LH.
i. Kenaikan berat badan Kenaikan berat badan 0,4-0,5 kg perminggu selama
sisa kehamilan

3. Trimester III
a. Sistem reproduksi
Uterus Pada trimester III istimus lebih nyata menjadi bagian korpus uteri dan
berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR).
b. Sistem Traktus uranius
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan
sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan
kembali.
c. Sistem respirasi
Pada 32 minggu ke atas karena usus – usus tertekan uterus yang membesar ke
arah diafragma sehingga diafragma kurang leluasa bergerak mengakibatkan
kebanyakan wanita hamil mengalami terajat kesulitan bernafas.
d. Kenaikan berat badan
Terjadi kenaikkan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal
kehamilam sampai akhir kehamilan adalah 11-12 kg.
e. Sirkulasi darah
Hemodilusi penambahan volume darah sekitar 25% dengan puncak pada usia
kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrit mencapai level terendah pada
minggu 30-32 karena setelah 34 minggu masa RBC terus meningkat tetapi
volume plasma tidak.
f. Sistem Muskuloskeletal
Sendi pelvic pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak. Perubahan tubuh
secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan
cara berjalan wanita berubah secara menyolok (Yuni Kusmiyati
dkk,2010;h.55-69).
5. MANIFESTASI KLINIS
1. Tanda-tanda Presumtif Kehamilan
a. Amenorea (Terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan
tidak terjadi pembentukan folikel degraaf dan ovulasi. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir menggunakan perhitungan rumus
Neagle, dapat ditentukan perkiraan persalinan.
b. Mual dan muntah (emesis). Pengaruh esterogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan, mual dan
muntah terutama dipagi hari disebut morning sickness. Dalam batas yang
fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual muntah, nafsu makan
berkurang.
c. Ngidam. Wanita hamil sering makan makanan tertentu, keinginan
demikian disebut ngidam.
d. Sinkope atau pingsan. Terjadimya gangguan sirkulasi ke daerah kepala
(sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat menimbulkan sinkope
atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16minggu.
e. Payudara tegang. Pengaruh estrogen-progesterondan somattrotopin
menimbulkan deposit lemak, air,dan garam pada payudara. Payudara
membesar dan tegang, ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit
terutama pada hamil pertama.
f. Sering miksi (berkemih). Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung
kemih terasa penuh dan sering miksi. Pada triwulan kedua, gejala ini
sudah menghilang.
g. Konstipasi atau obstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat
peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
h. Pigmentasi Kulit. Keluarnya melanophorne stimulating hormone dan
pengaruh hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit disekitar pipi
(cloasma gravidarum), pada dinding perut ( striae lividae,striae nigrae,
linea alba makin hitam), serta sekitar payudara (hyperpigmentation areola
mammae), puting susu semakin menonjol, pembuluh darah menifes
sekitar payudara akan keluar.
i. Epulsi. Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil
j. Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Oleh karena pengaruh
dari estrogen dan progesteron, terjadi penampakan pembuluhn darah
vena, terutama bagi mereka yang mempupnya bakat. Penampakan
pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis,
serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang
setelah persalinan.
2. Tanda tidak pasti kehamilan
a. Rahim membesar sesuai dengan tuanya kehamilan
b. Pada pemeriksaan dalam dijumpai tanda hegar, tanda piscasek, kontraksi
braxton hicks, teraba ballotement.
c. Pemeriksaan tes biologis kehamilan, tetapi sebagian kemungkinan palsu.
3. Tanda Pasti Kehamilan
a. Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat didengar dengan stetoskop laenec pada minggu ke 17-18. Pada
orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonic (Doppler),
denyut jantung janin dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu
ke12. Auskultasi pada janin dilakukan dengan mengidentifikasi bunyi-
bunyi yang lain seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu.
b. Gerakan janin didalam Rahim
Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada
kehamilan 18 minggu. Sedangkan pada multigravida pada kehamilan 16
minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu
(Jannah,2012:122)
c. Teraba bagian-bagian janin
Bagian-bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa
dengan cara palpasi leopold pada akhir trimester kedua.
d. Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG
(Jannah,2012:123)
6. KOMPLIKASI
1. Komplikasi pada trimester I
a. Abortus Berakhirnya kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau
umur kehamilan kurang dari 20 minggu (Irianti B, 2014 hal : 72)
1) Komplikasi pada abortus :
a) Perdarahan : dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari
sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfuse darah
apabila pengeluaran darah semakin meningkat.
b) Syok : pada abortus dapat terjadi karena perdarahan dank arena
infeksi.
c) Infeksi : dapat terjadi pada genetalia eksterna dan vagina
terdapat flora normal, khususnya pada genetalia eksterna
(Irianti B, 2014 hal 77).
2) Klasifikasi abortus :
a) Abortus imminens : keadaan berupa bercak dengan atau tanpa
merasa mules pada bagian perut bagian bawah. Pada keadaan
ini apabila bidan dapat melakukan penanganan dengan tepat
maka kehamilan akan dapat dipertahankan. Penatalaksanaan :
dilakukan pemeriksaan inspeksi genetalia interna, terlihat
ostium uteri tertutup.
b) Abortus insipiens : pengeluaran hasil konsepsi yang tidak dapat
dicegah, dimana peristiwa tersebut sedang berlangsung yang
disertai dengan rasa mules yang meningkat dan perdarahan
yang bertambah. Penatalaksanaan : dilakukan pemeriksaan
inspekulo akan terlihat ostium uteri terbuka dan kantung
kehamilan menonjol ataupun terlihat aliran darah.
c) Abortus inkomplit : pengeluaran sebagian hasil konsepsi
dengan meninggalkan sisa konsepsi dalam rahim sehingga
menimbulkan keluhan perdarahan dan nyeri pada perut bagian
bawah. Darah yang dikeluarkan disertai dengan jaringan dan
tidak akan berhenti hingga sisa konsepsi dikeluarkan.
Penatalaksanaan : pada abortus inkomplit dilakukan
penanganan curetase untuk mengeluarkan sisa konsepsi yang
berada dalam rahim. Jika sisa konsepsi tidak dikeluarkan akan
dapat menimbulkan infeksi pada ibu.
d) Abortus komplit : merupakan pengeluaran hasil konsepsi dari
cavum uteri secara keseluruhan, biasanya terjadi pada
kehamilan awal, pada saat plasenta belum terbentuk sehingga
memungkinkan hasil konsepsi keluar seluruhnya. Perdarahan
yang terjadi akan meningkat seiring dengan mules yang terjadi
hingga hasil konsepsi keluar seluruhnya dan ostium uteri akan
tertutup sehingga perdarahan akan berangsur berhenti. (Irianti
B, 2014 hal 74).
b. Kehamilan ektopik yaitu kehamilan yang terjadi diluar rongga rahim, dimana
ovum yang telah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat lain. Kehamilan
ektopik paling sering dijumpai pada tuba falopi, ovarium, serviks, atau tempat
lain di rongga perut (Irianti B, 2014 hal : 78).
c. Molahidatidosa yaitu kelainan tropoblas pada kehamilan dimana sel-sel villi
korialis berkembang membentuk gelombang-gelombang putih (seperti
anggur), berisi cairan yang akan menyebabkan kegagalan dalam pembentukan
janin (Irianti B, 2014 hal : 81).
2. Komplikasi pada trimester II
a. Nyeri perut Nyeri perut merupakan timbulnya rasa nyeri pada perut bagian
bawah, tengah dan atas. Perbedaan letak rasa nyeri yang timbul merupakan
penentu apakah keluhan terjadi bersifat fisiologis maupun patologis (Irianti B,
2014 hal : 100).
b. Keputihan Pada masa kehamilan merupakan bagian dari perubahan fisiologis
yang terjadi. Perlu diwaspadai apabila terdapat gejala terasa panas pada alat
genital, berbau, berwarna kehijauan, hal tersebut perlu dicurigai infeksi
menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seksual yang disebabkan
oleh jamur (IriantiB,2014 hal : 103).
c. Ukuran uterus Perubahan uterus yang terjadi seiring bertambahnya usia
kehamilan, uterus akan membesar secara simetris dengan pertumbuhan janin
dan plasenta. Kelainan pembesaran ukuran uterus dapat mengindikasikan
terjadinya molahdatidosa, pertumbuhan janin terhambat, makrosomnia,
kehamilan ganda, atau kelainan cairan ketuban (IriantiB,2014 hal : 108).
d. Preeklampsi ringan Memiliki tanda gejala yaitu terjadinya tekanan darah
diastole >90 mmHg dan systole >140 mmHg. Disertai dengan protein urine +
hingga ++ (karena kpekatan urine sangat bervariasi, sehingga mempengaruhi
kadar protein dalam urine) (IriantiB,2014 hal : 119).
e. Preeklampsi berat Memiliki tanda dan gejala, yaitu peningkatan tekanan darah
>160 mmHg pada sistolik dan > 110 mmHg diastolik, protein urine +++
hingga ++++. Oedema pada ekstrenitas dan wajah (IriantiB,2014 hal : 120).
f. Eklampsi merupakan keadaan preeklampsi yang disertai dengan pnurunan
tingkat kesadaran dan disertai reaksi kejang. Keadaan tersebut dapat terjadi
pada usia kehamilan di atas 20 minggu dan pada lebih dari 23 hari
pascapersalinan (IriantiB,2014 hal : 121).
3. Komplikasi pada trimester III
a. Perdarahan antepartum Perdarahan pervaginam pada kehamilan di atas 28
minggu atau lebih. Karena perdarahan antepartum terjadi pada usia kehamilan
lebih dari 28 minggu, maka sering disebut atau digolongkan perdarahan
trimeter III (Manuaba:2010).
b. Plasenta previa adalah plasenta dengan implantasi di sekitar segmen bawah
rahim, sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.
Plasenta previa dibagi menjdi 4 yaitu plasenta previa letak rendah, plasenta
previa marginalis, plasenta previa parsialis dan plasenta previa totalis.
Penatalaksanaan sebagai bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa
dapat melakukan rujukan agar dapat dilakukan penanganan lebih lanjut yang
dilengkapi dengan pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan
(Manuaba, 2013 hal : 248).
c. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Lepasnya
plasenta sebelum waktunya dapat menyebabkan akumulasi antara plasenta
dan dinding rahim yang dapat menimbulkan gangguan atau penyulit pada ibu
maipun janin (Manuaba, 2013 hal : 254). Penatalaksanaan pada solusio
plasenta bidan harus mampu melakukan penanganan awal dengan melakukan
rujukan yang dilengkapi dengan pemasangan infus, tanpa melakukan
pemeriksaan dalam (Manuaba, 2013 hal : 258).
7. PENATALAKSANAAN MEDIS

Anda mungkin juga menyukai