Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KEPERAWATAN MATERNITAS

ASKEP IBU POSTPARTUM

Dosen Pengampu : Ns. Dora Samaria, Skep, Mkep

Disusun oleh :

Irena Adibah 2010701069

Shafa Cahya Kamila 2010701055

Devi Agsutina 2010701060

Latifah Rahmah Andini 2010701076

Rizky amallia 2010701066

Cindi Tiana Harahap 2010701039

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yaitu ibu dosen Desmawati, SKp.
MKep. Sp.Mat, PhD selaku dosen dari mata kuliah Keperawatan Anak karena telah
membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini.

Penulis dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan maternitas. Penulis
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan informasi tentang konsep
post partum dan asuhan keperawatan post partum.

Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Selain itu,
penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
tercapainya tujuan dari penulisan makalah ini.

Bogor, 9 September 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................4
2.1 KONSEP POST PARTUM............................................................................................4
2.1.1 Definisi post partum................................................................................................4
2.1.2 Tujuan perawatan masa postpartum........................................................................4
2.1.3 Komplikasi postpartum...........................................................................................4
2.1.4 Tahapan-Tahapan Masa Post Partum......................................................................5
2.1.5 Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum.........................................................5
2.1.6 Perubahan Psikologi Masa Nifas.............................................................................9
2.1.7 Kunjungan Masa Nifas..........................................................................................10
2.1.8 Penatalaksanaan....................................................................................................10
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................................11
2.1.10 Asuhan Keperawatan...........................................................................................11
BAB III........................................................................................................................21
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................21
3.2 Saran............................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60%
terjadi pada masa nifas. Dalam angka kematian ibu (AKI) adalah penyebab
banyaknya wanita meninggal dari suatu penyebab adalah kurangnya perhatian pada
wanita post partum (Maritalia, 2012). Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun
2015, tiga faktor kematian Ibu melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%,
dan infeksi 11%. Menurut Kementerian Kesehatan RI, sebagai upaya penurunan AKI,
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe
motherhood

initiative, sebuah program yang memastikan semua wanita mendapatkan perawatan


yang dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
Upaya tersebut dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu di tahun 1996 oleh
Presiden Republik Indonesia. Pada tahun 2012 Kementerian Kesehatan meluncurkan
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka
menurunkan Angka Kematian Ibu dan neonatal sebesar 25%. Upaya percepatan
penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar setiap ibu mampu mengakses
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan,
perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika
terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan
pelayanan keluarga berencana.

Angka Kematian Ibu (AKI) termasuk indikator terpenting dari derajat kesehatan
masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu
penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan (tidak
termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan dan dalam

1
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per
100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Ibu (AKI) berdasarkan Badan Pusat
Statistik (BPS) tahun 2013 sebesar 177. Untuk kematian ibu di Kalimantan Timur
mengalami penurunan dari tahun 2013 sejumlah 113 kematian, turun pada 2014
menjadi 104 kasus kematian, tahun 2015 menjadi 100 kasus kematian, dan lebih
turun lagi pada tahun 2016 menjadi 95 kasus kematian Ibu. (Dinas Kesehatan
Kalimantan Timur, 2016).

Asuhan keperawatan pasca partum atau masa nifas untuk membantu ibu baru dan
keluarganya berhasil beradaptasi pada masa transisi setelah kelahiran anak dan
tuntutan menjadi orangtua. Penekanan asuhan keperawatan pada masa ini adalah pada
pengkajian dan modifikasi faktor faktor yang mempengaruhi pemulihan ibu dari masa
nifas untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum,
banyak perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara),
Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia),
Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan
Emotion (emosi). Kemampuannya untuk mengemban peran perawatan bayi baru
lahir, dan transisi peran dan kemampuan fungsional ibu serta keluarganya.
Berdasarkan uraian diatas penulis memutuskan untuk membuat makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


 Konsep post partum
 Asuhan Keperawatan Post partum
1.3 Tujuan
 Penulis mampu memberikan dan menerapkan Asuhan Keperawatan Ibu Post
Partum
 Mengkaji Ibu dengan post partum
 Merumuskan dan menetapkan diagnosa keperawatan pada Ibu post partum
 Menyusun perencanaan keperawatan yang sesuai dengan Ibu post partum

2
 Melakukan implementasi keperawatan pada ibu post partum spontan
 Mengevaluasi Ibu post partum spontan
 Studi kasus ini diharapkan dapat mengaplikasikan dan menambah wawasan
ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menerapkan asuhan
keperawatan pada ibu post partum

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP POST PARTUM


2.1.1 Definisi post partum
Post partum atau masa nifas disebut juga Puerperium. Masa nifas didefinisikan
sebagai periode selama dan tepat setelah kelahiran 6 minggu berikutnya saat terjadi
persalinan normal (Hughes, 1972 dalam Chunnigham, 2006). Masa nifas
(puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, Y, 2010). Selama kurang lebih 6
minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010). Menurut
Saleha (2009) periode masa postpartum (puerperium) adalah periode waktu selama 6-
8 minggu setelah persalinan

2.1.2 Tujuan perawatan masa postpartum


 Mencegah hemoragi (Padila, 2014).
 Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan, dan eliminasi
(Padila, 2014).
 Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi,
KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta perawatan bayi
sehari-hari (Marni, 2011).

2.1.3 Komplikasi postpartum

Perdarahan yaitu darah yang keluar lebih dari 500-600 ml dalam masa 24 jam setelah
anak lahir menurut Eny dan Diah (2009). Robekan jalan lahir atau ruptur perineum
sekitar klitoris dan uretra dapat menimbulkan perdarahan hebat dan mungkin sangat

4
sulit untuk diperbaiki. Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan yang berlebihan
jika mengenai arteri atau vena yang besar.

Infeksi masa postpartum (puerpuralis) adalah infeksi pada genitalia setelah


persalinan, ditandai dengan kenaikan suhu hingga mencapai 38ºC atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan dengan mengecualikan 24 jam pertama.
Infeksi postpartum mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuk
kuman-kuman atau bakteri ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan
postpartum (Mitayani, 2011). Infeksi postpartum dapat disebabkan oleh adanya alat
yang tidak steril, luka robekan jalan lahir, perdarahan, preeklamsia, dan kebersihan
daerah perineum yang kurang terjaga.

2.1.4 Tahapan-Tahapan Masa Post Partum


Pada masa nifas ini dibagi menjadi 3 tahapan menurut Bobak (2004) yaitu :

1) Peurperium dini (immediate puerperium) Pada waktu 0-24 jam post partum,
yaitu masa kepulihan yang dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan juga
berjalan-jalan. Dianggap telah bersih dan boleh melakukan hubungan suami
istri apabila setelah 40 hari
2) Puerpurium intermedial (early puerperium) Pada waktu 1-7 hari post partum,
yaitu masa dimana kepulihan secara menyeluruh dari organ-organ reproduksi.
3) Remote puerperium (later puerperium) Pada waktu 1-6 minggu post partum,
yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
yang sempurna terutama bila selama hamil atau pada waktu persalinan
mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu, bulanan, tahunan.

2.1.5 Perubahan Fisiologis Pada Masa Post Partum


Pada perubahan fisiologis masa nifas ini, terdiri atas beberapa sistem yaitu termasuk
Breast (payudara), Uterus (rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih),
Lochia (secret rahim), Episiotomy (episiotomi/perinium), Lower Extremity
(ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).

5
1) Involusi Rahim

Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat menurundari sekitar
1000 gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa nifas.
Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum kehamilan.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret Rahim (lokhia) tampak
merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4 hari lokhia menjadi
lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh lokhea tampak berwarna putih atau
kekuning kuningan (lokhia alba).

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:

 Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
 Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormone
esterogen saat pelepasan plasenta.
 Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
 Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot
uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
2) Uterus

Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat.
Dinding belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan
rongga bagian tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama sselama 2 hari pertama

6
setelah pelahiran, namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi.
(Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

3) Uterus tempat plasenta

Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam
kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir
minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka
bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak
pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak
meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium
baru di bawah permukaan luka. Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi
plasenta selama sekitar 6 minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini
berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh
darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak
dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).

4) Afterpains

Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan dengan berbagai


intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui, saat kelenjar
hipofisis posterioir melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin
menyebabkan kontraksi saluran lakteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum
atau air susu, dan menyebabkan otot otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpains dapat
terjadi selama kontraksi uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari
rongga uterus. (Martin, Reeder, G.,Koniak, 2014).

5) Vagina

Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum kehamilan,


jaringan suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada tonus semula.

6) Perubahan sistem pencernaan

7
Biasanya Ibu mengalami obstipasi (sembelit/BAB kurang dari 3x seminggu/kesulitan
BAB) setelah persalinan. Hal ini terjadi karena pada waktu melahirkan sistem
pencernaan mendapat tekanan menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan,
dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk. 2009).

7) Sistem kardiovaskuler

Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada pembuluh
darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah.
Kerja jantung dan volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2
minggu masa nifas.

8) Perubahan Sistem Perkemihan

Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon
terhadap penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema
leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami tekanan kepala janin selama persalinan.
Protein dapat muncul di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus
(Rukiyah, 2010).

9) Kembalinya haid dan ovulasi

Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali pada 6
sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun ovulasi
mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu yang menyusui bayi,
penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas untuk
menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.

10) Perubahan Sistem Muskuloskeletal

Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014).

11) Perubahan Tanda-tanda Vital

8
 Suhu tubuh : Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit
(37,50C-380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan yang berlebihan, dan kelelahan (Trisnawati, 2012)
 Nadi : Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari denyut
nadi normal orang dewasa (60-80x/menit).
 Tekanan darah: biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah
tinggi atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia.
 Pernafasan, frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok (Rukiyah, 2010)

2.1.6 Perubahan Psikologi Masa Nifas


Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari setelah kelahiran.
“perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor factor emosional dan
hormonal. Dengan rasa pengertian dan penentraman dari keluarga dan dokter,
perasaan ini biasanya membaik tanpa akibat lanjut. Reva Rubin (1997) dalam Ari
Sulistyawati (2009) membagi periode ini menjadi 3 bagian, antara lain:

 Taking In (istirahat/penghargaan), sebagai suatu masa keter-gantungan


dengan ciri-ciri ibu membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,
menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan bersikap sebagai
penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan. Disebut
fase taking in, karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan
memerlukan perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama pada
dirinya sendiri. Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif
terhadap lingkungannya disebabkan kare-na factor kelelahan. Oleh karena itu,
ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Di samping itu,
kondisi tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
 Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih), terjadi hari ke 3-10 post
partum. Terlihat sebagai suatu usaha ter-hadap pelepasan diri dengan ciri-ciri

9
bertindak sebagai pengatur penggerak untuk bekerja, kecemasan makin
menguat, perubah-an mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas
keibuan. Pada fase ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan
dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala
sesuatu secara mandiri. Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan
kesehatan bagi dirinya dan juga bagi bayinya. Pada fase ini ibu berespon
dengan penuh semangat untuk memperoleh kesempatan belajar dan berlatih
tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki keinginan untuk merawat bay-
inya secara langsung. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya), fase
ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung setelah 10 hari postpartum. Periode ini biasanya setelah pulang
kerumah dan sangat dipengaruhi oleh waktu dan perhatian yang diberikan
oleh keluarga. Pada saat ini ibu mengambil tugas dan tanggung jawab
terhadap per-awatan bayi sehingga ia harus beradaptasi terhadap kebutuhan
bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan
sosial.

2.1.7 Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali, kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2010).

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:

 Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.


 Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan
makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara
ibu dan anak.

10
 Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya tertentu.

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Laboratorium
Pada post partum yang biasa di ukur yaitu kadar Hb, hematokrit, kadar
leukosit, golongan darah
2. Pemeriksaan urine
Pengambilan sampel urin dilakukan dengan megggunakan cateter atau
dengan teknik pengambilan bersih spesimen ini dikirim ke laboratorium
untuk dilakukan urinalisis rutin atau kultur dan sensitivitas terutama jika
kateter indwelling di pakai selama pasca inpartum. Selain itu catatan prenatal
ibu harus dikaji untuk mementukana status dan rhesus dan kebutuhan therapy
yang mungkin.

2.1.10 Asuhan Keperawatan


Kasus
Ibu nifas usia 25 tahun P3A0, melahirkan anak perempuan pukul 10.30 WIB,
BB 3250 grm, PB 50 cm. Ibu mengeluh nyeri episiotomi, ASI belum keluar,
payudara terasa penuh. Hasil pemeriksaan TFU sejajar pusat, Td : 120/80
mmHg, Nd: 86 X/ menit, Sh: 37oC, Lokea rubra. Ibu mengatakan belum tahu
cara menyusui yang benar dan merasa cemas bila perutnya tidak langsing
kembali. Perawat melakukan pemeriksaan fisik.

1) Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. DS: Agen Pencedera Nyeri akut
o Pasien mengeluh nyeri fisik (D.0077)

DO:

11
o Terdapat luka episiotomy
o Tampak merasa nyeri

2. DS: Ketidakadekuatan Menyusui tidak


o Pasien mengatakan reflex menghisap efektif (D.0029)
payudara terasa penuh bayi
o Pasien mengatakan ASI
belum keluar
o Pasien mengatakan tidak
tahu cara menyusui yang
benar

DO:
o Tampak tidak ada ASI
yang keluar
o Payudara pasien teampak
penuh ASI
3. DS: Ancaman terhadap Ansietas
o Pasien mengatakan bahwa konsep diri (D.0080)
ia merasa khawatir dengan
tubuhnya

DO:
o Pasien tempak takut
dengan perubahan
tubuhnya

4. DS: Kurang terpapar Defisit


o Pasien mengatakan tidak informasi pengetahuan
tahu cara menyusui yang tentang cara

12
benar menyusui yang
benar
DO: (D. 0111)
o Pasien tempak
kebingungan cara
menyusui yang benar

2) Diagnosa Keperawatan
i. Nyeri akut b.d Agen Pencedera fisik d.d pasien mengeluh nyeri, pasien
tampak nyeri
ii. Menyusui tidak efektif b.d Ketidakadekuatan reflex menghisap bayi
d.d ASI belum keluar, pasien tidak tahu cara menyusui yang benar
iii. Ansietas b.d Ancaman terhadap konsep diri d.d Pasien mengatakan
merasa takut tubuhnya tidak langsing lagi
iv. Defisit pengetahuan tentang cara menyusui yang benar b.d kurang
terpapar informasi d.d Pasien mengatakan tidak tahu cara menyusui
yang benar

3) Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Luaran Intervensi

13
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan Manajemen nyeri (I.
Agen Pencedera Tindakan keperawatan 08238)
fisik d.d pasien selama 3x24 jam , Observasi :
mengeluh nyeri, tingkat nyeri menurun - Identifikasi
pasien tampak dengan kriteria hasil lokasi,
nyeri (L.08066) : karakteristik,
- Keluhan nyeri durasi,
menurun frekuensi,
kualitas,
intensitas nyeri
- Identifikasi
skala nyeri
- Identifikasi
factor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri.
Terapeutik :
- Berikan tenik
non
farmakologis
untuk
mengurangi
nyeri (missal :
kompres
hangat/dingin,
hypnosis
akupressur,
aromaterapi, da

14
Teknik
imajinasi
terbimbing)
- Kontrol
lingkungan yang
memperberat
rasa nyeri
(missal : suhu
ruangan,
pencahayaan,
dan kebisingan)
Edukasi :
- Jelaskan
penyebab ,
periode, dan
pemicu nyeri
- Anjurkan
Teknik non
farmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
2. Menyusui tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
efektif b.d Tindakan keperawatan (I.12393)
Ketidakadekuatan selama 3x24 jam , Observasi :
reflex menghisap status menyusui - Identifikasi
bayi d.d ASI belum membaik dengan kesiapan dan
keluar, pasien tidak kriteria hasil kemampuan
tahu cara menyusui (L.03029) : menerima
yang benar - Perlekatan bayi informasi

15
pada pasyudara - Identifikasi
ibu meningkat tujuan atau
- Kemampuan keinginan
memposisikan menyusui
bayi dengan Terapeutik :
benar - Sediakan materi
- Suplai ASI dan nedia
adekuat Pendidikan
meningkat Kesehatan.
- Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan
sesuai
kesepakatan
- Dukung ibu
meningkatkan
kepercayaan diri
dalam
menyusui.
Edukasi :
- Berikan
konseling
menyusui
- Jelaskan
manfaat
menyusui bagi
ibu dan bayi
- Ajarkan 4 posisi
menyusui dan
perlekatan (jatch

16
on) dengan
benar.
- Ajarkan
perawatan
payudara
antepartum
dengan
mengkompres
dengan kapas
yang telah
diberikan
minyak kelapa.
- Ajarkan
perawatan
payudara
postpartum
(misal :
memerah ASI,
pijat payudara,
dan pijat
oksitosin)
3. Ansietas b.d Setelah dilakukan Reduksi Ansietas
Ancaman terhadap Tindakan keperawatan (I.09314)
konsep diri d.d selama 3x24 jam , Observasi ;
Pasien mengatakan tingkat ansietas - Identifikasi saat
merasa takut menurun dengan tingkat ansietas
tubuhnya tidak kriteria hasil (L. 09093) berubah (misal :
langsing lagi : kondisi, waktu,
- Verbalisasi stressor)
khawatir akibat - Monitor tanda-

17
kondisi yang tanda ansietas
dihadapi (verbal-
menurun nonverbal)
- Perilaku gelisah Terapeutik :
menurun - Ciptakan
suasana
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan.
- Pahami situasi
yang membuat
ansietas
- Gunakan
pendekatan
yang tenang dan
meyakinkan.
- Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu
kecemasan
Edukasi :
- Anjurkan
keluarga untuk
tetap bersama
pasien
- Latih kegiatan
pengalihan
untuk
mengurangi

18
ketegangan.
4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi Kesehatan (I.
tentang cara Tindakan keperawatan 12383)
menyusui yang selama 3x24 jam , Observasi :
benar b.d kurang tingkat pengetahuan - Identifikasi
terpapar informasi meningkat dengan kesiapan dan
d.d Pasien kriteria hasil (L.12111): kemampuan
mengatakan tidak - Verbalisasi menerima
tahu cara menyusui minat dalam informasi
yang benar belajar Terapeutik :
meningkat - Sediakan materi
- Kemampuan dan media
menjelaskan Pendidikan
suatu topik Kesehatan
meningkat - Jadwalkan
- Pertanyaan Pendidikan
tentang masalah Kesehatan
yang dihadapi sesuai
menurun. kesepakatan
- Berikan
kesempatan
untuk bertanya
Edukasi :
- Jelaskan factor
resiko yang
dapat
mepengaruhi
Kesehatan.
4) Implementasi Keperawatan
Tanggal No. Implementasi Hasil Paraf
dx

19
05/09/202 1 - Identifikasi lokasi, DS: Latifah
1
karakteristik, durasi, o Pasien masih mengeluh
10.00
frekuensi, kualitas, nyeri
intensitas nyeri
- Berikan tenik non DO:
farmakologis yaitu o Terdapat luka
kompres hangat dan episiotomy yang belum
- Kontrol lingkungan kering/pulih
yang memperberat o Tampak merasa nyeri
rasa nyeri (missal :
suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan)
05/09/202 1 - Teknik imajinasi DO:
1
terbimbing dan - Pasien fokus
11.00
pemberian terhadap teknik
aromaterapi imajinasi
terbimbing yang
diberikan sehingga
rasa nyeri pasien
teralihkan
sementara
- Terdapat luka
episiotomy yang
belum kering/pulih
05/09/202 3 - Ciptakan suasana DS: Latifah
1
terapeutik untuk - Pasien mengatakan
12.00
menumbuhkan paham dan percaya
kepercayaan. motivasi yang
- Gunakan pendekatan diberikan perawat

20
yang tenang dan bahwa tubuhnya
meyakinkan. khususnya perut
- Motivasi akan kembali
mengidentifikasi seperti sebelumnya
situasi yang memicu DO:
kecemasan - Pasien tampak
- Anjurkan keluarga senang dan tidak
untuk tetap bersama merasa cemas lagi
pasien
05/09/202 2,4 - Identifikasi kesiapan DS: Latifah
1
dan kemampuan o Pasien mengatakan tidak
13.00
menerima informasi tahu cara menyusui yang
- Sediakan materi dan benar
media Pendidikan o Pasien mengatakan siap
Kesehatan diberikan informasi
- Jadwalkan
Pendidikan DO:
Kesehatan sesuai o Pasien tampak
kesepakatan kebingungan cara
- Berikan konseling menyusui yang benar
menyusui

05/09/202 2,4 - Jelaskan manfaat DS: Latifah


1
menyusui bagi ibu o Pasien mengatakan
14.00-
15.00 dan bayi payudara masih terasa
- Ajarkan 4 posisi penuh
menyusui dan o Pasien mengatakan ASI
perlekatan (jatch on) belum keluar setelah
dengan benar. diajarkan memerah ASI,
- Ajarkan perawatan pijat payudara, dan pijat
payudara postpartum oksitosin

21
(misal : memerah o Pasien mengatakan
ASI, pijat payudara, manfaat menyusui untuk
dan pijat oksitosin) gizi bayinya, kesehatan
- Berikan kesempatan payudara dan pemulihan
untuk bertanya uterus setelah dijelaskan

DO:
o Pasien dapat
menyimpulkan manfaat
menyusui dengan benar
dan tepat setelah
dijelaskan
o Pasien mengulang
gerakan memerah ASI,
pijat payudara, dan pijat
oksitosin dengan runtut
dan benar
o Pasien menyebutkan 4
posisi menyusui dan
perlekatan dengan lancar
dan benar
o Pasien bertanya
mengapa ASI nya tidak
kunjung keluar
o Tampak tidak ada ASI
yang keluar
o Payudara pasien tampak
penuh ASI

22
5) Evaluasi
Tanggal No. Evaluasi Paraf
dx
05/09/202 1 S: Latifah
1
- Pasien masih mengeluh nyeri
16.00
O:
- Terdapat luka episiotomy yang belum
kering/pulih
- Tampak merasa nyeri
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Identifikasi factor yang memperberat dan
memperingan nyeri.
- Berikan tenik non farmakologis yaitu akupressur
- Jelaskan penyebab , periode, dan pemicu nyeri
- Anjurkan Teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
05/09/202 2 S: Latifah
1
- Pasien mengatakan payudara terasa penuh
16.00
- Pasien mengatakan ASI belum keluar setelah
diajarkan memerah ASI, pijat payudara, dan
pijat oksitosin
O:
- Tampak tidak ada ASI yang keluar
- Payudara pasien tampak penuh ASI
A: Masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
- Dukung ibu meningkatkan kepercayaan diri
dalam menyusui.
- Ajarkan perawatan payudara antepartum dengan

23
mengkompres dengan kapas yang telah
diberikan minyak kelapa
- Ajarkan kembali perawatan payudara
postpartum (misal : memerah ASI, pijat
payudara, dan pijat oksitosin)
05/09/202 3 S: Latifah
1
- Pasien mengatakan paham dan percaya motivasi
16.00
yang diberikan perawat bahwa tubuhnya
khususnya perut akan kembali seperti
sebelumnya

O:
- Pasien tampak senang dan tidak merasa cemas
lagi
A: Masalah teratasi
P: intervensi dihentikan
05/09/202 4 S: Latifah
1
- Pasien tampak fokus mendengarkan dan dapat
16.00
menyimpulkan serta mengulang kembali
gerakan dan materi yang diajarkan dengan benar
- Pasien tampak interaktif saat diberikan edukasi
O:
- Pasien dapat menyimpulkan manfaat menyusui
dengan benar dan tepat setelah dijelaskan
- Pasien mengulang gerakan memerah ASI, pijat
payudara, dan pijat oksitosin dengan runtut dan
benar
- Pasien hafal menyebutkan 4 posisi menyusui
dan perlekatan dengan lancar dan benar

A: Masalah teratasi

24
P: intervensi dihentikan

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Anggraini, Y, 2010). Selama
kurang lebih 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya
alat kandungan pada keadaan yang normal. (Ambarwati E,R,Diah,W, 2010).

Masa nifas perlu mendapat perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu yang
dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya.
Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2015, tiga faktor adalah perdarahan 28%,
eklampsia 24%, dan infeksi 11%. Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Neonatal
sebesar 25%. Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin
agar setiap ibu mampu mengakses pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan
khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi.

25
3.2 Saran
Setelah membaca materi terkait dengan konsep Asuhan pada Ibu Post partum, di
harapkan Mahasiswa dapat Memahami untuk perawatan pasien dengan post partum
normal, Mahasiswa dapat senantiasa memberikan motivasi dan dukungan kepada
pasien dalam melatih untuk mobilisasi dan perawatan diri secara mandiri, serta
meningkatkan pengetahuan pada ibu post partum.

26
DAFTAR PUSTAKA

Lanang, Veronika Ose (2020) Asuhan Keperawatan Komprehensif Pada Ny.A.W.H


dengan Post Operasi Mandibulektomi di ruang Asoka RSUD Prof. Dr. W.Z.
Johannes Kupang. diakses melalui http://repository.poltekeskupang.ac.id/1450/ pada
tanggal 05 september 2021

Della, Arista Wibawati (2020) . ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST


PARTUM PRIMIPARA YANG DI RAWAT DIRUMAH SAKIT  diakses melalui
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1361/3/3.%20Chapter%202.doc.pdf pada tanggal 5
september 2021

Leoanak, Delviyanti Sherly (2020) Asuhan Keperawatan Pada Ny. S.L Dengan Post


Partum Normal Di Ruangan Flamboyan Rsud Prof. Dr.W.Z. Johannes Kupang.

Bobak,M.Irene.2004. Perawatan Maternitas dan Gynekologi.Bandung: VIA PKP


Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba
Medika.

Mochtar, Rustam.1998.Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC : Jakarta

Saifuddin dkk .2006.Buku Panduan Praktis Kesehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta:Tridasa Printer Saleha,

Siti.2009.Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, P. 2008.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka

Suherni. Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.

Bahiyatun. 2009. Buku Ajar asuhan Kebidanan Nifas normal. Jakata: EGC.

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 21, Alih Bahasa : Andry
Hartono dan Joko Suyono. Jakarta : EGC.

iv
Sister School Program. 2004. Modul Asuhan Keperawatan Post Partum Mata Ajar
Keperawatan Maternitas. Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.

Anda mungkin juga menyukai