Anda di halaman 1dari 7

Format Penilaian Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH


Program (AST)
Judul: Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan Studi Pemberian
Keperawatan
medikasi SC (Neukine)

Nama Pasien : LYS Nama Praktikan: Gabriela Pulin Putri

Usia : 4 7 Tahun NIM :-


No. Rekam Medis : 00-19-80-23 Nama Pembimbing:Ns. Judheliena,
M.Kep,.MB
Diagnosa Medis : CA Paru
Ruang Rawat Mengetahui,
AST 1
Tanggal Masuk : 4 September 2023
TanggalTindakan : 5 September 2023
No Kriteria Bobot/Nilai
Mahasiswa

1 Data Subjekif: 10

 Pasien mengatakan beberapa kali mengalami sesak napas


 Pasien mengatakan sering mengalami pusing dikepala, pusing timbul bila
klien beranjak dari baring ke duduk, pusing berkurang bila dibawa baring,
pasien mengatakan rasa pusingnya seperti ”puyeng”dikepala, pusing hanya di
kepala saja, skala nyeri 2/, pasien mengatakan pusing saat pindah posisi dari
baring ke tidur (sering namun tidak setiap saat).
 Pasien mengatakan gampang lelah dan gampang terpancing emosi

Memaparkan data yang diungkapkan oleh pasien/ keluarga yang mendukung


penegakkan diagnosis keperawatan

2 Data Objektif: 10

 Tanda Tanda Vital

Tekanan darah: 99/66 mmHg


Nadi : 81 Bpm
Suhu : 36,9
Saturasi : 99%
Pernapasan : 20 X/mnt
 Wajah pasien tampak pucat
 Terdapat hematoma pada bagian anterbrakhium dextra
 Hasil pemeriksaan lab menunjukkan leukosit 3,0 (10^3/ul) sedangkan nilai
normalnya adalah 5-10 (10^3/ul).
 Pada IMR pasien dokter merespkan neukin 2X1 (dalam satu vialnya
mengandung neukin 300 mcg/ml

Memaparkan data dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, data penunjang, dan
terapi yang didapatkan pasien yang mendukung penegakkan diagnosis keperawatan

3 Diagnosa Keperawatan (PE): 10

Resiko infeksi d.d leukositopenia

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Merumuskan diagnosa sesuai dengan standar bahasa diagnosa keperawatan, diser


tai etiologi yang berdasarkan kondisi pasien (disertai sumber: SDKI/NANDA)

4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan 10


menurut teori):

 Melakukan kontrak waktu dengan klien


 Menyiapkan alat dan bahan lengkap (alkohol swab, 1 vial neukine 300
mcg/ml, micropore, bengkok, plastik kuning, handscone, sharpbox,
handsainitazer)
 Mengkaji ulang data-data penting (subjektif dan objektif yang pasien rasakan)
 Menyiapkan lingkungan (privacy klien)
 Melakukakn cuci tangan sebelum kontak dengan pasien 6 benar cuci tangan
 Melakukan identifikasi pasien menyocokkan gelang nama dan IMR pasien
 Menjelaskan dan menginformasikan kepada pasien bahwa akan memberikan
obat subkutan yang akan dilakukan penusukan pada lengan bagian atas dan
memninta persetujuan pasien pada lengan sebelah mana pasien mengizinkan
tindakan tersebut dilakukan
 Melakukan tindakan pemberian obat subcutan, mengukur 3 jari dari pangkal
di lengan sisi atas lateral , menswab area penyuntikan dengan teknik dalam
keluar, bila sudah yakin buka kemasan obat neukin,cubit kulit, masukan jarum
dengan sudut sesuai ukuran tubuh 90◦ suntikan obat ke area yang telah diswab
dan masukan obat secara perlahan, lepas suntikan dan deep dengan alkohol
swab gosok dengan lembut area suntikan hingga 5 detik sampai tidak ada
darah yang keluar.
 Mengevaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan pemberian obat
subcutan
 Merapihkan pasien serta area lingkungan pasien
 Mencuci tangan setelah melakukan tindakan dan kontak dengan pasien
 Merapihkan alat dan menutup kembali sampiran tempat tidur pasien

(Solagracia & Rochana, 2017)

Menyebutkan tindakan-tindakan yang merupakan critical point

5 Dasar Pemikiran: 15

Lung cancer atau kanker paru-paru adalah jenis kanker yang tumbuh pada organ
paru-paru, yaitu di mana terdapat sel-sel kanker yang berkembang secara tidak
terkendali di dalamnya (Kulkarni dkk., 2019). Berdasarkan awal perkembangannya,
kanker paru-paru terbagi menjadi dua jenis, di antaranya yaitu:Kanker paru primer,
adalah kanker yang tumbuh dan dimulai dalam organ paru-paru (Kulkarni dkk.,
2019). Kanker paru sekunder, adalah kanker yang tumbuh dalam paru-paru akibat
penyebaran dari area tubuh lain (Kulkarni dkk., 2019). Pengobatan kanker paru-paru
untuk setiap pasien bisa saja berbeda, tergantung dari jenis kanker dan seberapa parah
penyebarannya. Beberapa cara pengobatan kanker paru-paru adalah sebagai berikut:
Operasi, Kemoterapi, Radioterapi, Terapi target, Imunoterapi (Kulkarni dkk., 2019).
Pada pasien L telah dilakukan kemo 3 kali dan akan jalan yang ke 4. Berdasarkan
jurnal Kulkarni dkk (2019). pasien dengan mesothelioma ganas dan kanker paru-paru
non-sel kecil (NSCLC) stadium lanjut menunjukkan penurunan yang cepat dalam
jumlah sel T CD8 + setelah minggu pertama menerima agen berbasis platinum
ditambah dengan paclitaxel atau gemcitabine, dan kemudian jumlah CD8 +limfosit
terus menurun pada tingkat yang lebih lambat sepanjang tiga siklus berikutnya
(Septiawan & Wulandari, 2020). Maka dari itu pada pasien I dilakukan pemeriksaan
darah lengkap untuk mengetahui apakah terjadi penurunan leukosit, dan terbukti pada
hasil Pada pasien Ny.L telah dilakukan pemeriksaan darah lengkap di rumah sakit
yang berbeda dan di dapati hasil pemeriksaan tersebut menunjukkan leukosit 3,0
(10^3/ul) dengan nilai normalnya adalah 5-10 (10^3/ul) (Solagracia & Rochana,
2017). sehingga perlu diberikan neukin untuk merangsang sel darah putih
(Septiawan & Wulandari, 2020). Neukin sendiri adalah sediaan obat dalam bentuk
injeksi, neukin adalah obat yang digunakan untuk merangsang sistem darah putih
atau leukosit serta membantu melawan infeksi (Kulkarni dkk., 2019). Neukin adalah
pemberian obat yang diberikan melalui subkutan. Pemberian obat melalui subkutan
adalah pemberian obat melalui injeksi (Septiawan & Wulandari, 2020) ke area bawah
kulit. Penyuntikan ini dapat dilakukan pada daerah lengan atas sebelah luar, paha
sebelah luar, serta daerah sekitar umbilikus (Septiawan & Wulandari, 2020). Neukin
injeksi juga diindikasikan pada perawatan pasien resiko infeksi pada pasien yang
mendapatkan kemoterapi (Kulkarni dkk., 2019). Pada hasil pemeriksaan tersebut
menunjukkan bahwa leukosit dari pasien tersebut rendah, sehingga dokter
meresepkan neukin 2X1 (dalam satu vialnya mengandung 300 mcg/ml). Dosis neukin
cukup dan sesuai dengan kebutuhan pasien.

Mampu mengidentifikasi alasan dilakukannya tindakan, dan menyertakan konsep


teori (narasi patofisiologi) yang mendukung untuk dilakukan tindakan tersebut
(disertai sumber)

6 Analisa Tindakan Keperawatan: 15

Prinsip pemberian obat subcutan adalah aseptic (Tampubolon, 2018). Berdasarkan


jurnal (Kulkarni dkk., 2019) neukin berfungsi untuk merangsang leukosit, pada
kondisi ini pasien memiliki leukosit yang tidak normal atau rendah sehingga neukin
dapat diberikan kepada pasien agar dapat meranggsang leukosit, selain itu pasien
merupakan pasien CA paru yang sehingga pasien mendapatkan kemo terapi, indikasi
dari neukin pengurangan durasineutropenia dan kejadian demam neutropenia pada
pasien untuk perawatan resiko infeksi ketika mendapatkan kemoterapi. Dosis dari
neukin adalah 5 mcg/kg BB/hr, dosis yang pasien dapat 2x1 (dalam satu vial
mengandung neukin 300 mcg/ml pada dosis ini pasien mendapatkan dosis yang
cukup untuk kebutuhan dalam satu harinya (Kulkarni dkk., 2019).

Sebutkan prinsip tindakan dan apakah dosis/tindakan yang diberikan cukup untuk
pasien? Jelaskan (disertai sumber/ artikel)

7 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10

Bahaya:
 Nyeri tulang meduler
 Mual muntah diare

Pencegahan:

 Melakukan pengkajian apakah pasien mengalami nyeri atau mual


 Mengedukasi pasien bila merasakan nyeri atau mual serta keluhan lainnya
setelah pemberian obat untuk dapat menekan bel dan memanggil perawat
 Bila pasien mengalami nyeri informasikan kepada RMO dan sarankan berikan
pereda nyeri atau antibiotik
 Bila pasien mengalami mual muntah serta diare, informasikan kepada RMO
dan sarankan memberikan obat mual seperti ondasentron atau diagit untuk
diare

(Kulkarni dkk., 2019).

Bahaya:
Mampu mengidentifikasi bahaya apa saja yang akan pasien dapatkan ketika
menerima tindakan tersebut.

Pencegahan:

Mampu mengidentifikasi tindakan pencegahan jika bahaya terjadi.

8 Hasil yang didapat: 10

S : Pasien mengatakan setelah dilakukan tindakan tidak ada keluhan dan merasa
tidak sakit setelah dilakukan penyunikkan dilakukan pada lengan lateral.

O : Pada bagian yang dilakukan penyuntikan tidak ada kemerahan dan tidak ada
pembengkakan

A : Resiko infeksi belum teratasi

P :
 lakukan pemberian obat sesuai IMR pasien
 lakukan pemeriksaan darah lengkap 1x24 jam
 melakukan pencegahan resiko infeksi dirumah sakit dengan melakukan
cuci tangan pada lima momen (sebelum kontak dengan pasien, sebelum
melakukan tindakan kepada pasien, setelah terkena cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien dan setelah dari lingkungan pasien)

Mengevaluasi perubahan pada pasien setelah diberikan intervensi/tindakan dengan


menggunakan SOAP

Note: Evaluasi boleh dilakukan setelah dilakukan tindakan atau beberapa jam
setelah dilakukan tindakan, tergantung tindakan yang dilakukan dapat dievaluasi
dengan segera atau memerlukan waktu beberapa jam.

9 Evaluasi Diri: 5

Kelebihan: berdasarkan tindakan yang saya lakukan kelebihan yang saya dapatkan
adalah saya berhasil menyuntikkan dengan sudut yang tepat sesuai dengan sudut
penyuntikan sc yakni 90֯ sebelum menyuntikkan tidak lupa mencubit bagian lengan
agar obat tepat masuk pada bagian subkutan tidak lupa melakukan swab pada bagian
yang akan dilakukan penyuntikkan serta menggosok secara pelan pada bagian
penyuntikkan setelah selesai dilakukan penyuntikkan dan hal ini saya lakukan secara
mandiri dengan pengawasan kakak perawat di samping saya

Kekurangan: berdasarkan tindakan yang saya lakukan kekurangan yang saya miliki
ketika tindakan tersebut saya lakukan adalah saya menyuntikkan obat terlalu
kebawah lebih dari 3 jari sekitar 4 atau 5 jari kebawah karena tidak tepat menghitung
dengan 3 jari untuk penyuntikkan tersebut.

Refleksi diri mengenai kelebihan dan kekurangan diri saat melakukan tindakan, dan
perbaikan apa selanjutnya yang akan dilakukan.

10 Daftar Pustaka (APA style): 5

Kulkarni, A., Regi, J., & Blood, A. (2019). OP Transcon 2018 Compilation. Asian

Journal of Transfusion Science, 13(3), 2–8.

https://www.proquest.com/scholarly-journals/op-transcon-2018-compilation/

docview/2321410921/se-2?accountid=25704
Septiawan, Y. B., & Wulandari, S. (2020). Efektivitas Pengobatan Dengan Metode

Subkutan dan Topikal. September, 97–102.

https://doi.org/10.25047/proc.anim.sci.2020.14

Solagracia, G. A., & Rochana, N. (2017). Gambaran Pemberian Obat di Instalasi

Gawat Darurat RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang.

http://eprints.undip.ac.id/54758/

Tampubolon, L. (2018). Analisis Penerapan Prinsip Keselamatan Pasien Dalam

Pemberian Obat Terhadap Terjadinya Medication Error di Rawat Inap Rumah

Sakit X Tahun 2018. Jurnal Administrasi Rumah Sakit Indonesia, 4(3), 173–

183. https://doi.org/10.7454/arsi.v4i3.2494

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator

Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Menggunakan minimal 3 literatur (buku/artikel) maksimal 10 tahun terakhir

Total 100

Anda mungkin juga menyukai