Anda di halaman 1dari 10

Format Penilaian Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH


Program Studi Keperawatan

Judul: Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (AST) Pengambilan darah Vena

Nama Pasien : S Nama Praktikan: Gabriela Pulin Putri

Usia : 4 0 Tahun NIM :-


No. Rekam Medis : 00-34-50-54 Nama Pembimbing:
Diagnosa Medis :CA Rektum
Mengetahui,
Ruang Rawat
AST 1
Tanggal Masuk : 8 September 2023
TanggalTindakan : 11 September 2023
No Kriteria Bobot/Nilai
Mahasiswa

1 Data Subjekif: 10

 Pasien mengatakan tubuhnya terasa lemas (suara terdengar tidak begitu jelas
dan sangat lemas)
 Pasien mengatakan (dibantu keluarga saat dikaji) sering mengalami pusing,
pusing dapat timbul saat berbaring dikasur, pusing berkurang bila dibawa
tidur/istirahat, pasien mengatakan rasa pusingnya seperti ”kliengan” dikening
kepala, skala nyeri 2/1, pasien mengatakan pusing saat pindah posisi seperti
posisi bed dengan kepala yang terlalu tinggi
 Pasien mengatakan mual saat meminum susu dan pasien juga merasa mual
saat sedang berbaring
Memaparkan data yang diungkapkan oleh pasien/ keluarga yang mendukung
penegakkan diagnosis keperawatan

2 Data Objektif: 10

 Tanda Tanda Vital

Tekanan darah: 119/89 mmHg


Nadi : 118 Bpm
Suhu : 36,0
Saturasi : 99%
Pernapasan : 19 X/mnt
BB : 35 Kg
TB : 155 cm

 Wajah pasien tampak pucat (pada bagian bibir dan kongjungtiva)


 Pasien lemas sehingga terbatas untuk melakukan aktivitas fisik
 Pasien terlihat muntah namun hanya memuntahkan saliva di plastik
 Pasien terpasang DC, terdapat darah pada selang DC dan urine bag pasien
(urin bercampur darah, kapasitas darah sekitar 30% dari keseluruhan cairan
didalam urin bag dan darah sehingga warna cairan kecoklatan, pada bagian
selang terdapat beberapa gumpalan darah)
 Perdarahan hanya didapati pada bagian urin bag dan selang kateter
 Pada Hasil Pemeriksaan darah didapati hasil Hemoglobin 8,7 (nilai normal
12,0-16,0), hematocit 24,6% (nilai normal 37%-47%), RBC 3,06 10^6 (nilai
normal 4,20-5,40 10^6)

Memaparkan data dari hasil observasi, pemeriksaan fisik, data penunjang, dan
terapi yang didapatkan pasien yang mendukung penegakkan diagnosis keperawatan

3 Diagnosa Keperawatan (PE): 10

Resiko infeksi d.d leukopenia

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Merumuskan diagnosa sesuai dengan standar bahasa diagnosa keperawatan, diser


tai etiologi yang berdasarkan kondisi pasien (disertai sumber: SDKI/NANDA)

4 Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan 10


menurut teori):

 Melakukan kontrak waktu dengan klien


 Menyiapkan alat dan bahan lengkap (alkohol swab, micropore, turniqet,
tabung darah warna ungu 2 warna merah 1, plastik kuning, plastik hitam, IMR
pasien, stiker nama pasien, form pengambilan darah, needle untuk
pengambilan darah)
 Mengkaji ulang data-data penting (subjektif dan objektif yang pasien rasakan)
 Menyiapkan lingkungan (privacy klien)
 Mencuci tangan 6 langkah menggunakan handsainitazer
 Menentukan vena brakialis pada lengan sebelah kanan
 Mengikatkan turniquet pada bagian atas vena brakialis tempat pengambilan
darah (3 jari dari letak pengambilan darah)
 Menswab menggunakan alkohol swab pada vena brakialis dengan teknik dari
dalam keluar secara melingkar
 Meminta pasien mengepalkan tangan dengan jempol dibagian dalam
 Meminta pasien rileks, tidak menarik tangan saat dilakukan pengambilan
darah
 Mengambil darah dengan menusukan jarum 30 derajat pada bagian vena
brakialis, letakan tabung pada jarum, isi tabung sesuai dengan garis yang
tertera pada tabung
 Pengambilan darah selesai, deep bagian bekas tusukan menggunakan alkohol
swab, tunggu hingga 5 menit sampai darah tidak mengalir
 Pasangkan fisrt aid pada bagian bekas penusukan
 Mengevaluasi respon klien setelah dilakukan tindakan pengambilan darah
 Merapihkan pasien serta area lingkungan pasien
 Mencuci tangan 6 benar
 Merapihkan alat dan menutup kembali sampiran tempat tidur pasien

(Solagracia & Rochana, 2017)

Menyebutkan tindakan-tindakan yang merupakan critical point

5 Dasar Pemikiran: 15

Kanker rektum adalah penyakit akibat pertumbuhan abnormal sel-sel pada dinding
rektum yang dapat menyebar dan memengaruhi jaringan sekitarnya (Suhartati, 2013).
Kanker rektum adalah jenis kanker yang tumbuh di rektum, yaitu saluran yang
menjadi ujung dari usus besar (Suhartati, 2013). Rektum berada di ujung usus besar
dan berakhir disaluran pendek yang menuju anus (Suhartati, 2013). Penyakit ini
biasanya dimulai dengan kondisi polip prekanker yang umumnya tidak berbahaya.
Namun, pada beberapa kasus, jaringan polip tersebut berkembang menjadi sel kanker.
Sel-sel kanker tersebut dapat menyebar (metastasis) ke beberapa bagian tubuh
lainnya. Pada kasus pasien S, CA rektum sudah sampai pada stadium 4 Ca pain dan
mengalami komplikasi dengan fistula rectovagina, leukopenia, hiponatremia,
hipokloremia, hipoalbumin, trombositopenia.

Kanker merupakan penyakit yang menimbulkan banyak akibat serius pertumbuhan


sel yang tidak normal Jaringan tubuh berubah menjadi sel kanker (Suhartati, 2013).
Dalam pengobatan kanker rektum dapat dilakukan dengan beberapa jenis pengobatan
yang dilakukan yaitu pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi (Suhartati, 2013).

Komplikasi umum pada pasien kanker adalah anemia (Amalia & Tjiptaningrum,
2016). Anemia adalah keadaan yang ditandai dengan berkurangnya hemoglobin
dalam tubuh (Amalia & Tjiptaningrum, 2016). Hemoglobin adalah suatu
metaloprotein yaitu protein yang mengandung zat besi di dalam sel darah merah yang
berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh (Amalia &
Tjiptaningrum, 2016). Penyebab dan mekanisme anemia kanker bersifat kompleks
dan multifaktorial. Anemia pada kanker rektum disebabkan oleh produksi sitokin
tertentu dan perdarahan kronik.1 (Amalia & Tjiptaningrum, 2016). Manifestasi
perdarahan cukup sering terjadi pada pasien dengan kanker, terutama pada kanker
dengan stadium lanjut (Amalia & Tjiptaningrum, 2016). Perdarahan pada pasien
kanker dapat terjadi dengan berbagai macam cara, dari perdarahan tersembunyi
hingga perdarahan makroskopis (Amalia & Tjiptaningrum, 2016). Pada pasien S di
dapati perdarahan pada DC dan urin bag serta warna urin yang kemerahan. Anemia
memiliki pengaruh prognostik negatif, dan koreksi anemia dianggap akan
meningkatkan prognosis; oleh karena itu, sebagian besar pasien diobati dengan
transfusi dan/atau eritropoietin (Amalia & Tjiptaningrum, 2016).

Pada pasien S mengalami perdarahan pada urin sehingga dokter menyarankan untuk
melakukan pemeriksaan darah sebelum melakukan tindakan kemoterapi. Pada
pemeriksaan darah tersebut maka dilakukannya pengambilan darah sebanyak 3
tabung untuk dilakukan pemeriksaan darah lengkap, 2 tabung ungu untuk PRC 300 cc
dan TC, 1 tabung merah untuk pengecekan albumin. Setelah dilakukan pemeriksaan
maka didapati hasil lab adalah Hemoglobin 8,7 (nilai normal 12,0-16,0), hematocit
24,6% (nilai normal 37%-47%), RBC 3,06 10^6 (nilai normal 4,20-5,40 10^6). Hasil
hemoglobin rendah sehingga sebelum pasien dilakukan kemoterapi maka masalah
hemoglobin yang rendah perlu diatasi terlebih dahulu yaitu dengan melakukan
transfusi darah PRC sebanyak 300 cc yang di request kan kepada bank darah karena
dalam pemberian kemoterapi yang menjadi syarat kemoterapi tersebut dapat
diberikan adalah pasien harus memiliki kondisi tubuh yang baik (Anamisa, 2015).

Mampu mengidentifikasi alasan dilakukannya tindakan, dan menyertakan konsep


teori (narasi patofisiologi) yang mendukung untuk dilakukan tindakan tersebut
(disertai sumber)

6 Analisa Tindakan Keperawatan: 15

Tindakan pengambilan darah menggunakan teknik aseptic (Watung, 2019). Pada


pasien S dilakukan pengambilan darah sebanyak 3 tabung. Pada pasien S akan
dilakukan pemeriksaan darah, 2 tabung ungu yang diambil untuk pengambilan PRC
300 cc dan TC PRC, 1 tabung merah untuk pemeriksaan albumin, tabung warna ungu
merupakan antikoagulan yang kuat dan tabung ini digunakan untuk pemeriksaan
darah lengkap dan untuk sampel pengambilan darah di bank darah, tabung merah
digunakan dalam tes antibodi serta obat-obatan, sehingga pengambilan darah
sebanyak 3 tabung ini cukup untuk pemeriksaan Laboratorium (Eni, 2017).

Sebutkan prinsip tindakan dan apakah dosis/tindakan yang diberikan cukup untuk
pasien? Jelaskan (disertai sumber/ artikel)

7 Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10

Bahaya:
 Hematoma
 Data pasien yang tertukar

Pencegahan:

 Memilih vena yang teraba, dan tebal. Saat melakukan penusukan lakukan
dengan yakin dan tidak ragu agar penetrasi jarum dalam vena sempurna dan
tidak terjadi pecahnya pembuluh darah dan pembengkakan (hematoma)
 Melakkukan double cek kambali dengan pasien dengan meminta pasien
menyebutkan nama dan tanggal lahir, mencocokkan stiker nama di gelang
pasien dengan stiker nama yang tertempel dan menunjukkan tabung dengan
stiker nama pasien dan memastikan kepada pasien bahwa stiker nama sudah
sesuai dengan darah yang di ambil.

(Kulkarni dkk., 2019).

Bahaya:

Mampu mengidentifikasi bahaya apa saja yang akan pasien dapatkan ketika
menerima tindakan tersebut.

Pencegahan:

Mampu mengidentifikasi tindakan pencegahan jika bahaya terjadi.

8 Hasil yang didapat: 10

(Dilakukan pada pukul 10.00 setelah tindakan dilakukan)

S : Pasien mengatakan setelah dilakukan tindakan pengambilan darah merasa


sakit karena telah dilakukan penusukan.

O : Pada bagian yang dilakukan penusukkan tidak terdapat pembengkkan dan


kemerahan.

A : Resiko infeksi belum teratasi

P :

 Lakukan pemberian obat sesuai IMR pasien


 lakukan pemeriksaan darah lengkap 1x24 jam (kirim hasil daah ke
Lab)
 melakukan pencegahan resiko infeksi dirumah sakit dengan
melakukan cuci tangan pada lima momen (sebelum kontak dengan
pasien, sebelum melakukan tindakan kepada pasien, setelah terkena
cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien dan setelah dari
lingkungan pasien)
 Rencana pemberian transfusi darah PRC 300 cc
 Rencana irigasi urin menggunakan Watrer for injeksion

Mengevaluasi perubahan pada pasien setelah diberikan intervensi/tindakan dengan


menggunakan SOAP

Note: Evaluasi boleh dilakukan setelah dilakukan tindakan atau beberapa jam
setelah dilakukan tindakan, tergantung tindakan yang dilakukan dapat dievaluasi
dengan segera atau memerlukan waktu beberapa jam.

9 Evaluasi Diri: 5

Kelebihan: Berdasarkan Tindakan yang telah saya lakukan yang menjadi kelebihan
saya disini adalah saya dapat melakukan Tindakan ini dengan percaya diri, tepat pada
pembuluh darah vena, berhasil mengambil 3 tabung darah (ungu 2 dan merah 1)

Kekurangan: berdasarkan tindakan yang saya lakukan kekurangan yang saya miliki
adalah saya masih kurang rapi dan cekatan dalam memindahkan tabung ke kanul
pengambilan darah sehingga ada darah yang menetes mengenai tangan pasien,
perbaikan yang selanjutnya saya lakukan bila hendak melakukan pengambilan darah
adalah lebih berhati-hati dan menerapkan kerapian dan kebersihan pasien.

Refleksi diri mengenai kelebihan dan kekurangan diri saat melakukan tindakan, dan
perbaikan apa selanjutnya yang akan dilakukan.
10 Daftar Pustaka (APA style): 5

Amalia, A., & Tjiptaningrum, A. (2016). Diagnosis dan Tatalaksana Anemia


Defisiensi Besi Diagnosis and Management of Iron Deficiency Anemia.
Majority, 5, 166–169.

Anamisa, D. R. (2015). Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin.


S@Cies, 5(2), 106–110. https://doi.org/10.31598/sacies.v5i2.64

Eni. (2017). jenis-Jenis Tabung Pengambilan Sampel Darah. Angewandte Chemie


International Edition, 6(11), 951–952., Mi, 5–24.

Kulkarni, A., Regi, J., & Blood, A. (2019). OP Transcon 2018 Compilation. Asian
Journal of Transfusion Science, 13(3), 2–8.
https://www.proquest.com/scholarly-journals/op-transcon-2018-compilation/
docview/2321410921/se-2?accountid=25704

Solagracia, G. A., & Rochana, N. (2017). Gambaran Pemberian Obat di Instalasi


Gawat Darurat RSUD KRMT Wongsonegoro Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/54758/

Suhartati, T. (2013). Distribusi Derajat Anemia Pada Pasien Kanker Kolorektal di


RSU DR Soedaraso Pontianak.

Watung, G. I. V. (2019). Hubungan Teknik Aseptik Perawat Dengan Kejadian


Flebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Gmim Pancaran Kasih Manado. Graha Medika Nursing Journal, 2 (1)
(Januari), 27–35. https://journal.iktgm.ac.id/index.php/nursing/article/view/62

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Menggunakan minimal 3 literatur (buku/artikel) maksimal 10 tahun terakhir


Total 100

Anda mungkin juga menyukai