Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TENTANG VIRUS COVID – 19 / CORONA

Disusun oleh:
Nama : Cindy Virla Rahmalia
Kelas : X Keperawatan

SMK KHAIRAH UMMAH


JL. Letjen S. Parman desa pabuaran kidul kec. Pabuaran kab. Cirebon
Telp.Fax (0231) 8665105
TAHUN AJARAN 2019/2020
COVID-19). Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-
CoV-2.[1] COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada
bulan Desember 2019 setelah beberapa orang mengalami pneumonia tanpa sebab yang jelas
dan prosedur perawatan dan vaksin yang diberikan ternyata tidak efektif. Kemunculan
penyakit diduga berhubungan dengan pasar grosir makanan laut Huanan yang menjual hewan
hidup. Sedikitnya 70% urutan genom SARS-CoV-2 sama seperti SARS-CoV.
Per 18 Maret 2020, minimum 213.541 kasus telah terkonfirmasi, di antaranya terjadi di
daratan Tiongkok. Jumlah penderita yang meninggal mencapai 8.790. Kasus kematian
terbesar di luar Tiongkok terjadi di Iran, Italia dan Korea Selatan.
Di Tiongkok dan di seluruh dunia, otoritas kesehatan masyarakat berupaya menahan
penyebaran penyakit ini. Pemerintah Tiongkok telah membatasi perjalanan, mengarantina,
dan membatasi orang-orang untuk keluar dari rumah, yang memengaruhi lebih dari 170 juta
orang. Sejumlah negara telah mengeluarkan peringatan perjalanan ke Wuhan, Hubei, dan
Tiongkok pada umumnya. Wisatawan yang telah mengunjungi Tiongkok Daratan telah
diminta untuk memantau kesehatan mereka setidaknya selama dua pekan. Siapa pun yang
menduga bahwa mereka telah terinfeksi disarankan untuk memakai masker pelindung dan
mencari nasihat medis dengan memanggil dokter dan tidak langsung mengunjungi klinik
kesehatan.] Bandar udara dan stasiun kereta api menerapkan pemeriksaan suhu tubuh,
pernyataan kesehatan, dan plakat informasi untuk mengidentifikasi pembawa virus. Banyak
acara Tahun Baru Imlek dan tempat-tempat wisata ditutup untuk mencegah orang-orang
berkumpul secara massal, termasuk Kota Terlarang di Beijing dan pameran kuil tradisional.
Pihak berwenang di 24 dari 31 provinsi, kota, dan wilayah Tiongkok, memperpanjang liburan
tahun baru hingga 10 Februari ...dan memerintahkan sebagian besar tempat kerja agar tidak
buka sampai tanggal tersebut. Wilayah-wilayah ini menyumbang 80% produk domestik bruto
dan 90% ekspor Tiongkok.] Hong Kong menaikkan tingkat respons penyakit menularnya ke
level tertinggi dan menyatakan keadaan darurat, menutup sekolah hingga bulan Maret, dan
membatalkan perayaan tahun baru imlek.

Pandemi koronavirus 2019–2020


Peta persebaran kasus COVID-19 di
seluruh dunia:
  1000+ Kasus terkonfirmasi
  100-999 Kasus terkonfirmasi
  10-99 Kasus terkonfirmasi
  1-9 Kasus terkonfirmasi
Penyakit Penyakit koronavirus
2019 (COVID-19)
Galur Virus SARS-CoV-2
Lokasi Seluruh dunia
Asal Wuhan, Hubei,
Republik Rakyat
Tiongkok
Kasus 213.541
terkonfirmasi
Kasus pulih 84.314
Kematian 8.790

Wabah ini telah dinyatakan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia (PHEIC) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 30 Januari 2020.Pernyataan
ini adalah deklarasi keenam yang dilakukan oleh WHO sejak pandemi flu babi 2009.
Xenophobia dan rasisme terhadap orang-orang keturunan Tiongkok dan Asia Timur terjadi
sebagai akibat dari wabah COVID-19, dengan ketakutan dan permusuhan terjadi di beberapa
negara. Misinformasi tentang koronavirus yang menyebar terutama melalui internet membuat
WHO menyatakan "infodemik" pada 2 Februari 2020.

Pada bulan Desember 2019, terjadi sekelompok kasus "radang paru-paru (pneumonia) yang
tidak diketahui penyebabnya" yang dihubungkan dengan pasar grosir makanan laut Huanan.
Pasar ini memiliki ribuan kios yang menjual berbagai hewan, seperti ikan, ayam, burung
pegar, kelelawar, marmut, ular berbisa, rusa bintik, dan binatang liar lainnya. Setelah virus
korona diketahui sebagai penyebab penyakit ini, kecurigaan pun muncul bahwa virus korona
baru ini bersumber dari hewan.
Sebagian besar virus korona bersirkulasi di antara hewan, tetapi enam spesies di antaranya
berevolusi dan mampu menginfeksi manusia, seperti yang terlihat pada sindrom pernapasan
akut berat (SARS), sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS), dan empat virus korona lain
yang menyebabkan gejala pernapasan ringan seperti pilek. Keenamnya dapat menular dari
manusia ke manusia.
Pada tahun 2002, dengan musang sebagai sumber virus, wabah SARS dimulai di daratan
Tiongkok dan menjalar hingga ke Kanada dan Amerika Serikat dengan bantuan beberapa
penular super dan adanya penerbangan internasional. Akibatnya, lebih dari 700 orang
meninggal di seluruh dunia. Kasus SARS terakhir dilaporkan pada tahun 2004. Pada saat itu,
pemerintah Tiongkok dikritik oleh WHO karena bersikap lamban dalam menangani virus
tersebut. Sepuluh tahun setelah SARS, penyakit virus korona terkait unta arab, yaitu MERS,
mengakibatkan lebih dari 850 orang tewas di 27 negara. Wabah virus korona dari Wuhan
dikaitkan dengan pasar yang menjual hewan untuk dikonsumsi, sehingga penyakit tersebut
diduga berasal dari hewan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa wabah virus korona
baru akan mirip dengan wabah SARS.[36][40] Kekhawatiran tersebut diperburuk oleh adanya
perkiraan bahwa sejumlah besar wisatawan akan berlibur pada Tahun Baru Imlek, yang
dimulai pada 25 Januari 2020.

Dua puluh penerbangan terbanyak dari wuhan sebelum terjadinya wabah .

Daftar negara dan teritori pandemi penyakit koronavirus 2019–2020


Hingga 18 Maret 2020
Dugaan kasus pertama dilaporkan pada tanggal 31 Desember 2019. Gejala awal mulai
bermunculan tiga pekan sebelumnya pada tanggal 8 Desember 2019. Pasar ditutup tanggal 1
Januari 2020 dan orang-orang yang mengalami gejala serupa dikarantina. Kurang lebih 700
orang yang terlibat kontak dengan terduga pengidap, termasuk +400 pekerja rumah sakit,
menjalani karantina. Seiring berkembangnya pengujian PCR khusus untuk mendeteksi
infeksi, 41 orang di Wuhan diketahui mengidap virus korona SARS-CoV-2, dua orang di
antaranya suami-istri, salah satunya belum pernah ke pasar, da dan tiga orang merupakan
anggota satu keluarga yang bekerja di toko ikan. Korban jiwa mulai berjatuhan pada 9
Januari dan 16 januari 2020.
Kasus yang dikonfirmasi di luar daratan Tiongkok termasuk 3 wanita dan 1 pria di Thailand,
dua pria di Hong Kong, dua pria di Vietnam, satu pria di Jepang, satu wanita di Korea
Selatan, satu pria di Singapura, satu wanita di Taiwan dan satu pria di Amerika Serikat.
Angka-angka ini didukung oleh para ahli seperti Michael Osterholm.

Pada 17 Januari, sebuah kelompok Imperial College London di Inggris menerbitkan perkiraan
bahwa terdapat 1.723 kasus (interval kepercayaan 95%, 427–4.471) dengan timbulnya gejala
virus tersebut pada 12 Januari 2020. Perkiraan ini didapat berdasarkan pola penyebaran awal
dari virus 2019-nCoV ke Thailand dan Jepang. Mereka juga menyimpulkan bahwa
"penularan dari manusia ke manusia yang berkelanjutan tidak harus dikesampingkan"..Ketika
kasus-kasus selanjutnya terungkap, mereka kemudian menghitung ulang bahwa "terjadi 4.000
kasus 2019-nCoV di Kota Wuhan … mulai timbul gejala pada 18 Januari 2020".
Pada 20 Januari, Tiongkok melaporkan peningkatan tajam dalam kasus ini dengan hampir
140 pasien baru, termasuk dua orang di Beijing dan satu di Shenzhen. Per 3 Maret, jumlah
kasus yang dikonfirmasi laboratorium mencapai 93.000 kasus, yang terdiri dari lebih dari
80.000 kasus di daratan Tiongkok, dan sisanya di beberapa negara lainnya
Kematian

Per 18 Maret 2020, terjadi 8.790 kasus kematian yang dikaitkan dengan COVID-19. Menurut
NHC Tiongkok, sebagian besar dari mereka yang meninggal adalah pasien yang lebih tua -
sekitar 80% kematian yang tercatat berasal dari mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan
75% memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada termasuk penyakit kardiovaskular dan
diabetes.
Kasus kematian pertama yang dilaporkan adalah seorang pria berusia 61 tahun pada 9
Januari 2020 yang pertama kali dirawat di rumah sakit Wuhan pada 27 Desember 2019.
Kasus kematian pertama di luar Tiongkok terjadi di Filipina, dimana seorang pria warga
negara Tiongkok berusia 44 tahun menderita pneumonia parah dan meninggal pada 1
Februari. Pada 8 Februari 2020, diumumkan bahwa seorang warga Jepang dan seorang warga
Amerika Serikat meninggal akibat virus di Wuhan. Mereka adalah orang asing pertama yang
tewas akibat virus korona. Kasus kematian pertama di luar Asia terjadi di Paris, Prancis pada
15 Februari 2020, ketika seorang turis Tiongkok berusia 80 tahun dari Hubei meninggal
setelah dirawat di rumah sakit sejak 25 Januari.

Penyebab
Filogenetik dan taksonomi
Virus korona baru awalnya disimbolkan 2019-nCoV oleh WHO, dengan huruf n yang berarti
novel atau baru, dan CoV yang berarti coronavirus atau virus korona. Virus ini tergolong
dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae, dan genus Betacoronavirus (Beta-CoV).
Genus betacoronavirus terdiri atas empat garis keturunan (subgenus), di mana 2019-nCoV
bersama dengan SARS-CoV digolongkan dalam garis keturunan B (subgenus Sarbecovirus).
Virus 2019-nCoV merupakan spesies ketujuh dalam keluarga Coronaviridae yang mampu
menginfeksi manusia, selain 229E, NL63, OC43, HKU1, MERS-CoV, dan SARS-CoV. Pada
11 Februari 2020, Komite Internasional Taksonomi Virus (ICTV) memberi nama virus ini
koronavirus sindrom pernapasan akut berat 2 (Severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2, disingkat SARS-CoV-2) yang merupakan galur dalam spesies SARS-CoV.

Genom SARS-CoV-2 telah berhasil diisolasi. Virus ini memiliki RNA dengan panjang
sekitar 30 ribu pasangan basa. Urutan genom menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki
tingkat kesamaan dengan SARS-CoV sebesar 79,5% dan dengan virus korona kelelawar
sebesar 96%. Sejumlah genom SARS-CoV-2 telah diisolasi dan dilaporkan dari Institut
Nasional untuk Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Virus, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC Tiongkok), Institut Biologi Patogen, dan Rumah Sakit
Jinyintan Wuhan.
Penyebaran
Angka reproduksi dasar untuk penularan virus dari manusia ke manusia diperkirakan antara 2
dan 4. Jumlah tersebut menggambarkan berapa banyak makhluk hidup yang baru terinfeksi
yang kemungkinan menularkan virus dalam populasi manusia. Virus korona baru telah
dilaporkan mampu mengirimkan rantai hingga empat orang sejauh ini. Pada 22 Januari 2020,
para ilmuwan dari Universitas Peking, Universitas Kedokteran Tradisional Tiongkok
Guangxi, Universitas Ningbo dan Sekolah Tinggi Teknik Biologi Wuhan menerbitkan sebuah
artikel setelah melihat "manusia, kelelawar, ayam, landak, trenggiling, dan dua spesies
ular",yang menyimpulkan bahwa "2019-nCoV tampaknya merupakan virus rekombinan
antara koronavirus kelelawar dan koronavirus yang asalnya tidak diketahui"... dan ..."ular
adalah reservoir hewan satwa liar yang paling mungkin untuk virus 2019-nCoV" yang
kemudian menyebar ke manusia. Beberapa ilmuwan lain berpendapat bahwa 2019-nCoV
dikembangkan sebagai hasil dari "virus gabungan antara kelelawar dan ular. Artikel pracetak
yang dipublikasikan pada tanggal 23 Januari 2020 di jurnal bioRxiv yang ditulis oleh peneliti
dari Institut Virologi Wuhan, Rumah Sakit Jinyintan Wuhan, Universitas Akademi Sains
Tiongkok dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit menyatakan bahwa virus korona
ini kemungkinan berasal dari kelelawar, karena analisis mereka menunjukkan bahwa 2019-
nCoV 96% identik di tingkat genom secara keseluruhan dengan koronavirus kelelawar.
Hasil penelitian telah menunjukkan bahwa virus 2019-nCoV masuk ke tubuh manusia
melalui Reseptor ACE 2, sama seperti virus SARS.

Pencegahan dan pengendalian

Pemeriksaan kesehatan di Bandara Internasional Pudong


2019-nCoV saat ini tidak memiliki pengobatan yang efektif atau vaksin, meskipun upaya
untuk mengembangkan beberapa obat sedang dilakukan. Gejala-gejalanya antara lain demam,
kesulitan bernapas dan batuk, yang digambarkan sebagai gejala "Influenza". Untuk mencegah
infeksi, WHO merekomendasikan "mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan
hidung ketika batuk dan bersin … [dan] hindari kontak dekat dengan siapa pun yang
menunjukkan gejala penyakit pernapasan (seperti batuk dan bersin)." Meskipun tidak ada
perawatan khusus untuk virus korona manusia pada umumnya, Pusat Pengendalian dan
Pencegahan Penyakit AS menyarankan bahwa warga yang terinfeksi virus ini dapat
meredakan gejalanya dengan minum obat flu biasa, minum cairan, dan istirahat. Beberapa
negara mengharuskan warganya untuk melaporkan gejala mirip flu ke dokter mereka,
terutama jika mereka pernah mengunjungi daratan Tiongkok.
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah
virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut
COVID-19. Virus Corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,
pneumonia akut, sampai kematian.
Infeksi virus ini disebut COVID-19 dan pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina, pada
akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan cepat dan telah menyebar ke wilayah lain di
Cina dan ke beberapa negara, termasuk Indonesia.
Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem pernapasan. Pada banyak
kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru
(pneumonia), Middle-East Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory
Syndrome (SARS).
Gejala Virus Corona
Infeksi virus Corona atau COVID-19 bisa menyebabkan penderitanya mengalami gejala flu,
seperti demam, pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan sakit kepala; atau gejala penyakit infeksi
pernapasan berat, seperti demam tinggi, batuk berdahak bahkan berdarah, sesak napas, dan
nyeri dada.
Namun, secara umum ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus
Corona, yaitu:
 Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius)
 Batuk
 Sesak napas
Menurut penelitian, gejala COVID-19 muncul dalam waktu 2 hari sampai 2 minggu setelah
terpapar virus Corona.
Kapan harus ke dokter
Segera ke dokter bila Anda mengalami gejala infeksi virus Corona (COVID-19) seperti yang
disebutkan di atas, terutama jika gejala muncul 2 minggu setelah kembali dari daerah yang
memiliki kasus COVID-19 atau berinteraksi dengan penderita infeksi virus Corona.
Bila Anda mungkin terpapar virus Corona namun tidak mengalami gejala apa pun, Anda
tidak perlu pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri, cukup tinggal di rumah selama 14
hari dan membatasi kontak dengan orang lain.
Penyebab Virus Corona
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu kelompok virus
yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar kasus, coronavirus hanya
menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini
juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East
Respiratory Syndrome (MERS), dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).
Ada dugaan bahwa virus Corona awalnya ditularkan dari hewan ke manusia. Namun,
kemudian diketahui bahwa virus Corona juga menular dari manusia ke manusia.
Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
 Tidak sengaja menghirup percikan ludah dari bersin atau batuk penderita COVID-19
 Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu setelah menyentuh
benda yang terkena cipratan air liur penderita COVID-19
 Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19, misalnya bersentuhan atau berjabat
tangan
Virus Corona dapat menginfeksi siapa saja, tetapi efeknya akan lebih berbahaya atau bahkan
fatal bila terjadi pada orang lanjut usia, ibu hamil, orang yang sedang sakit, atau orang yang
daya tahan tubuhnya lemah.

Pengobatan Virus Corona


Infeksi virus Corona atau COVID-19 belum bisa diobati, tetapi ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan dokter untuk meredakan gejalanya dan mencegah penyebaran virus, yaitu:
 Merujuk penderita COVID-19 untuk menjalani perawatan dan karatina di rumah sakit
yang ditunjuk
 Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai kondisi penderita
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk istirahat yang cukup
 Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih untuk menjaga
kadar cairan tubuh
Komplikasi Virus Corona
Pada kasus yang parah, infeksi virus Corona bisa menyebabkan beberapa komplikasi serius
berikut ini:
 Pneumonia
 Infeksi sekunder pada organ lain
 Gagal ginjal
 Acute cardiac injury
 Acute respiratory distress syndrome
 Kematian

Pencegahan Virus Corona


Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus Corona atau COVID-19.
Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik adalah dengan menghindari faktor-faktor yang
bisa menyebabkan Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
 Hindari bepergian ke tempat-tempat umum yang ramai pengunjung.
 Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
 Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer yang mengandung
alkohol minimal 60% setelah beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
 Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci tangan.
 Hindari kontak dengan hewan, terutama hewan liar. Bila terjadi kontak dengan
hewan, cuci tangan setelahnya.
 Masak daging sampai benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
 Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin, kemudian buang tisu ke
tempat sampah.
 Hindari berdekatan dengan orang yang sedang sakit demam, batuk, atau pilek.
 Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan lingkungan.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar
virus Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
 Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
 Periksakan diri ke dokter hanya bila Anda mengalami gejala atau keluhan.
 Usahakan untuk tinggal terpisah dari orang lain untuk sementara waktu. Bila tidak
memungkinkan, gunakan kamar tidur dan kamar mandi yang berbeda dengan yang
digunakan orang lain.
 Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk Anda sampai Anda
benar-benar sembuh.
 Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang sedang sedang
sakit.
 Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi, serta perlengkapan
tidur dengan orang lain.
 Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat umum atau sedang
bersama orang lain.
 Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau bersin, lalu segera
buang tisu ke tempat sampah.

Empon-empon
Guru besar Universitas Airlangga (UNAIR), Chairul Anwar Nidom, menawarkan pendekatan
berbeda. Ia mengusulkan masyarakat agar mengonsumsi empon-empon untuk membantu
melindungi diri dari Covid-19.
"Empon-empon" adalah istilah yang biasa dipakai para ibu rumah tangga di pedesaan untuk
bumbu-bumbu yang biasanya terdiri dari jahe, temulawak, kunyit, lengkuas, kunir, sereh, dan
sebagainya. Nidom dan para peneliti di Profesor Nidom Foundation pernah menguji empon-
empon untuk mengatasi gejala yang diakibatkan virus flu burung Menurut Nidom,
kebanyakan orang yang menderita flu burung meninggal dunia karena paru-parunya rusak
berat atau pneumonia.
Jakarta - Top 3 Tekno berita hari ini, Jumat 6 Maret 2020, dimulai dari artikel berisi
keterangan dari Wakil Ketua Tim Dokter Infeksi Khusus RS Hasan Sadikin
Bandung, Anggraini Alam. Dia mengungkap bahwa satu orang terinfeksi virus
corona COVID-19 bisa menularkannya kepada 3-4 orang lain. Pada beberapa kasus seperti
di Korea Selatan bahkan bisa sampai 11 orang.
Berita terpopuler kedua adalah asteroid berukuran kira-kira setengah Gunung Everest
meluncur ke arah Bumi bulan depan. Para ilmuwan mengatakan objek yang disebut 52768
(1998 OR2, karena ditemukan pada 1998 lalu) itu diperkirakan tidak akan menabrak Bumi
sehingga potensi bencana global terhindarkan.
Lainnya, jurnal ilmiah yang cukup terkemuka mencabut kembali makalah penelitian yang
pernah dimuatnya pada tahun lalu. Makalah penelitian itu mengklaim bahwa perubahan
iklim terjadi karena siklus Matahari dan bukan oleh aktivitas manusia.

Beijing - Beberapa surat kabar dan media massa telah melaporkan klaim para ilmuwan China
bahwa Virus Corona saat ini (COVID-19) mungkin berasal dari kelelawar yang disimpan di
laboratorium pemerintah China di Wuhan. Surat kabar dan media massa asal Inggris seperti
Daily Mail, Express, The Sun, Daily Star dan Mirror ikut melaporkan tentang klaim tersebut. 
Laporan tersebut adalah makalah nyata yang diterbitkan oleh para ilmuwan China, tetapi
penting untuk memahami konteksnya sebelum menafsirkannya. Makalah ini belum ditinjau
oleh rekan ilmuwan lainnya, dan tidak menawarkan bukti jelas bahwa wabah tersebut
memang berasal di laboratorium. Laporan itu hanya mengusulkan klaim ilmuwan sebagai
suatu kemungkinan, seperti dikutip dar Full Fact, Selasa (18/2/2020).
Para ilmuwan menulis tentang jalur kemungkinan antara kelelawar yang terinfeksi (yang
telah diidentifikasi sebagai kemungkinan asal penyakit) dan pasar makanan laut di mana
wabah COVID-19 dilaporkan bermula.
Para ilmuwan yang menuliskan laporan tersebut menyimpulkan bahwa dua hal yang
memungkinkan terinfeksinya kelelawar di pasar, merupakan suatu logika yang tidak masuk
akal dan tidak mungkin terjadi.
Yang pertama adalah bahwa kelelawar terbang ke pasar dari habitat aslinya. Mereka
meragukan ini dan mengatakan bahwa kelelawar yang membawa virus itu ditemukan lebih
dari 900 kilometer jauhnya dari Wuhan. Tampaknya adil untuk mengatakan bahwa Wuhan
bukanlah habitat alami spesies kelelawar khusus ini.
Jalur kedua yang mereka diskusikan adalah bahwa kelelawar itu dijual di pasar dan dimakan
sebagai makanan. Mereka mengatakan bahwa menurut laporan lokal, kelelawar tidak
dimakan di Wuhan. Para peneliti menyarankan bahwa fasilitas penelitian yang dekat dengan
pasar makanan laut mungkin merupakan mata rantai yang hilang. Menggunakan peta online,
penulis menyimpulkan bahwa ada laboratorium yang melakukan penelitian tentang kelelawar
sekitar 280 meter dan 12 kilometer dari pasar.

Anda mungkin juga menyukai