Kelompok 1
Kelas 7B
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat rahmat, hidayat-Nya ,suatu
kebahagian yang tiada terkira ,suatu keagungan dari sang pencipta allah SWT
melalui tangan dan pikiran penulis insyaallah dengan izinnya penulis dapat
menyelesaikan serta menyajikan makalah Keperawatan Kritis yang membahas
tentang “Proses Keperawatan Kritis Pada System Pencernaan Obstruksi Illeus”
walaupun masih sangat sederhana.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah, ini demi pengembangan
kreatifitas penulis dan kesempurnaan makalah ini, penulis menunggu kritik dan saran
dari pembaca, baik dari segi isi serta pemaparannya. Harapan penulis semoga pada
makalah yang akan datang dapat diperbaiki.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada para
pembaca,amin.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus
(Sylvia A, Price, 2012). Hal ini dapat terjadi dikarenakan kelainan didalam lumen
usus, dinding usus atau benda asing diluar usus yang menekan, serta kelainan
vaskularisasi pada suatu segmen usus yang dapat menyebabkan nekrosis segmen usus
(Indrayani, 2013).
Berdasarkan data dari World Health Organization tahun 2008, diperkiakan
penyakit saluran cerna tergolong 10 besar penyakit penyebab kematian didunia.
Indonesia menempati urutan ke 107 dalam jumlah kematian yang disebabkan oleh
penyakit saluran cerna didunia tahun 2004, yaitu 39,3 jiwa per 100.000 jiwa (World
Health Organization, 2008). Setiap tahunnya, 1 dari 1000 penduduk dari segala usia
didiagnosis ileus. Obstruksi usus sering disebut juga ileus obstruksi yang merupakan
kegawatan dalam bedah abdomen yang sering dijumpai. Ileus obstruksi merupakan
60-70% seluruh kasus akut abdomen yang bukan apendiksitis akut
(Sjamsulhidajat dan De Jong, 2008)
Obstruksi ileus merupakan kegawatan dalam bedah abdominal yang sering
dijumpai. Sekitar 20% pasien datang kerumah sakit datang dengan keluhan nyeri
abdomen karena obstruksi pada saluran cerna, 80% terjadi pada usus halus.
Obstruksi ileus adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana
menghambat proses pencernaan secara normal (Sjamsuhidayat, 2006). Inside dari ileus
obstruksi pada tahun 2011 diketahui mencapai 16% dari populasi dunia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Obstruksi Illeus?
2. Apa Etiologi Obstruksi Illeus?
3. Apa Klasifikasi Obstruksi Illeus?
4. Apa Manifestasi Obstruksi Illeus?
5. Bagaimana Patofisiologi Obstruksi Illeus?
6. Apa pemeriksaan Penunjang Obstruksi Illeus?
7. Bagaimana Asuhan Keperawatan Obstruksi Illeus?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Obstruksi Illeus
2. Untuk Mengetahui Etiologi Obstruksi Illeus
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Obstruksi Illeus
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Obstruksi Illeus
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Obstruksi Illeus
6. Untuk Mengetahui pemeriksaan Penunjang Obstruksi Illeus
7. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Obstruksi Illeus
BAB II
PEMBAHASAN
Muntah
Defisit Nutrisi
G. Pemeriksaan Penunjang Obstruksi Illeus
1. Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
2. Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatansigmoid yang tertutup.
3. Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah,
peningkatanhitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadarserum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
4. Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolic.
BAB III
ASKEP TEORI
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2. Keluhan utama pasien
Nyeri pada daerah luka post operasi.
3. Riwayat penyakit sekarang (sesuai pola PQRST)
a. P : Apa yang menyebabkan timbulnya keluhan.
b. Q :Bagaiman keluhan dirasakan oleh pasien, apakah hilang, timbul atau terus-
menerus.
c. R : Di daerah mana gejala dirasakan
d. S : Seberapa keparahan yang dirasakan pasien dengan memakai skala numeric 1
s/d 10.
e. T :Kapan keluhan timbul, sekaligus factor yang memperberat dan memperingan
keluhan
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Dapat ditemukan tanda-tanda generalisata dehidrasi, yang menakup
kehilangan turgor kulit maupun mulut dan lidah kering. Pada abdomen dilihat
adanya distensi, parut abdomen, hernia dan masa abdomen. Terkadang dapat
dilihat gerakan peristaltik usus yang bisa berkolerasi dengan mulainya nyeri
kolik yang disertai mual muntah. Penderita tampak gelisah dan menggeliat
sewaktu serangan kolik (Sabiston, 1995;Sabara, 2007).
b. Palpasi
Pada palpasi bertujuan mencari adanya tanda iritasi peritoneumapapun
atau nyeri tekan, yang mencakup ‘defancedmusculair’ involunter ataupun
rebound dan pembengkakan atau massa yang abnormal (Sabiston, 1995;Sabara,
2007).
c. Auskultasi
Pada ileus obstruktif pada auskultasi terdengar kehadiran
episodik gemerincing logam bernada tinggi dan gelora(rush’) diantara
masatenang. Tetapi setelah beberapa hari dalam perjalanan penyakit dan usus
diatas telah berdilatasi, maka aktivitas peristaltik (bising usus) bisa tidak ada
ataupun menurun parah. Tidak adanya nyeri usus bisa juga dalam ileus
obstruksi strangulata (Sabiston, 1995).
Bagian akhir yang diharuskan dari pemeriksaan adalah pemeriksaan
rektumdan pelvis. Ia bisa membangkitkan penemuan massa atau tumor serta
tidak adanya feses di dalam kubah rektum menggambarkan ileus obstruktif
usushalus. Jika darah makroskopik atau feses postif banyak ditemukan di
dalamrektum, maka sangat mungkin bahwa ileus obstruktif didasarkan atas
lesiintrinsik di dalam usus (Sabiston, 1995). Apabila isi rektum
menyemprot; penyakit Hirdchprung (Anonym, 2007)
B. Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d intake yang tidak adequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus yang d.d adanya mual, muntah, demam dan
diaforesis.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrisi.
3. Gangguan pola eliminasi: konstipasi b.d disfungsi motilitas usus..
4. Nyeri b.d distensi abdomen
5. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
6. Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit
C. Intervensi
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit b.d intake yang tidak adequat dan
ketidakefektifan penyerapan usus halus yang d.d adanya mual, muntah, demam dan
diaforesis.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan tanda – tanda
kekurangan cairan (dehidrasi) dapat berkurang.
Kriteria Hasil:
a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ Urine normal, HT
normal
b. Tekanan darah, nadi,suhu tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda dehidrasi
d. Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab
Intervensi:
1. Observasi :
a. Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
b. Monitor status dehidrasi
c. Monitor tanda – tanda vital
d. Monitor tingkat HB dan Hematrokrit
e. Monitor masukan makanan/ cairan dan hitung intake kalori harian
f. Monitor mual muntah
2. Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian cairan IV
Kriteria Hasil:
a. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
b. Serum albumin meningkat
c. Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi
d. Nyeri abdomen menurun
e. Berat badan semakin mambaik
Intervensi:
1. Observasi :
a. Tinjau faktor - faktor individual yang mempengaruhi kemampuan untuk
mencerna makanan, mis: status puasa,mual, ileus paralitik setelah selang
dilepas.
b. Auskultasi bising usus; palpasi abdomen lalu catat
c. Monitor berat badan pasien
d. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2. Terapeutik :
a. Sajikan makanan secara menarik dan masih hangat
3. Kolaborasi :
a. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan.
3. Nyeri akut b.d distensi abdomen
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan nyeri abdomen
dapat semakin menurun
Kriteria Hasil:
a. Keluhan nyeri semakin menurun
b. Gelisah dapat menurun
c. Ketegangan otot menurun
d. Tekanan darah semakin membaik.
Intervensi:
1. Observasi :
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas
nyeri
b. Identifikasi skala nyeri
2. Terapeutik :
a. Berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa nyeri (mis: kompres
hangan / dingin, tarik nafas dalam, terapi bermain, terapi musik)
3. Edukasi :
a. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian analgetik.
Pembedahan
Ileus obstruktif yang terjadi pada usus halus umumnya dapat ditatalaksana secara
konservatif, namun ileus obstruktif yang terjadi pada usus besar umumnya terjadi
akibat dari sumbatan keganasan dan membutuhkan operasi segera. Tujuan dari
tindakan pembedahan adalah untuk membebaskan sumbatan, mereseksi jaringan
usus yang tidak viable, dan mengurangi kejadian enterotomi.
Teknik pembedahan dapat dilakukan dua cara yaitu laparotomi eksploratif dan
laparoskopi. Tinjauan Cochrane menyatakan bahwa tindakan laparoskopi lebih tidak
invasif dan beberapa studi menyatakan efektif untuk ileus obstruksi, tetapi tingkat
mortalitas dan morbiditas dibandingkan laparotomi masih memerlukan studi lebih
lanjut.
Pasien diharuskan untuk berhenti merokok atau minum alkohol beberapa minggu
sebelum tindakan laparotomi dilakukan. Konsumsi obat-obatan seperti aspirin, ibuprofen,
vitamin E, warfarin, clopidogrel, atau ticlopidine juga harus dihentikan seminggu sebelum
jadwal tindakan untuk menghindari kesulitan pembekuan darah disekitar area operasi.
Beberapa saran tambahan yang mungkin diberikan sebelum melakukan tindakan laparotomi
untuk menghindari infeksi usus meliputi:
Mengonsumsi makanan berserat tinggi seperti sayur, buah, roti, dan sereal gandum
sehari atau dua hari sebelum operasi dilakukan.
Mengonsumsi obat pencahar untuk membersihkan usus. Obat ini akan memicu diare.
Pada saat pemulihan, asupan nutrisi yang baik perlu diperhatikan agar tidak
membebani fungsi pencernaan. Jika pasien tidak mampu mengonsumsi makanan atau
minuman apa pun, dokter akan memberikan cairan infus sebagai pengganti makanan.
Segera konsultasikan dengan dokter jika pasien merasakan demam dan nyeri hebat setelah
operasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nn. Y dirawat di RSUD Majalengka dengan keluhan mendadak nyeri perut, tidak bisa
buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji klien masih mengalami nyeri perut, nyeri berat
dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari perut sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke
bagian atas, disertai dengan muntah 2 kali, tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri
timbul setiap 3-5 menit, nyeri bertambah jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan
nyeri berkurang dalam posisi setengah duduk (semi fowler).
Di rumah klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam 04.30 dan jarang tidur siang. Sudah
3 hari di RS kien tidak bisa BAB dan flatus, BAK melalui chateter, warna urin kekuningan,
jumlah ± 900 cc/24 jam. Di rumah sakit klien menggunakan obat untuk merangsang BAB/
pencahar (dulcolax supp, per rectal).
Waktu : 28/12/2012
Tempat : Ruang Nusa Indah
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. Y
Umur : 15 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Pendidikan : SMP
Alamat : Desa Silihwangi Kab. Majalengka
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 26/12/2012
Cara Masuk Rumah Sakit : Masuk melalui UGD
Diagnosa Medis : Illeus Obstruktif Partial
Alasan dirawat : Perut nyeri, kembung, muntah , tidak
bisa buang air besar dan flatus
Keluhan Utama : Nyeri perut
Upaya yang telah dilakukan : Langsung di bawa ke UGD Rumah
Sakit Umum Daerah Majalengka
Terapi/Operasi yang pernah dilakukan : IVFD RL 15 tetes/menit
Cefatoxim 2 x 1 gr, per IV
Ranitidin 2 x 1 ampul, per IV
Metronidazol 3 x 500 mg, per IV
Ketorolac 2 x 1 ampul, per IV
Dulcolak supp 0-0-1, per rectal
2. RIWAYAT KEPERAWATAN
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Nn. Y dirawat di RSUD Majalengka sejak 2 hari yang lalu, klien
langsung dibawa ke UGD RSUD Majalengka dengan keluhan mendadak nyeri
perut, tidak bisa buang air besar dan flatus. Pada saat dikaji klien masih
mengalami nyeri perut, nyeri berat dengan skala 7 (1-10), nyeri melilit dari
perut sekitar pusar (supra umbilikus) menyebar ke bagian atas, disertai dengan
muntah 2 kali, tidak bisa buang air besar (BAB) dan flatus, nyeri timbul setiap
3-5 menit, nyeri bertambah jika tidur terlentang atau dalam posisi miring, dan
nyeri berkurang dalam posisi setengah duduk (semi fowler).
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada riwayat operasi dan sakit pada saluran pencernaan
sebelumnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Kakek dari ibu menderita penyakit hipertensi, tidak ada anggota yang
menderita penyakit keturunan (herediter) lainya, dan tidak ada anggota
keluarga yang mempunyai penyakit/kelainan bawaan lahir (congenital).
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan
: Klien : Meninggal
: Tinggal satu rumah
4) Keadaan Kesehatan Lingkungan
Menurut klien, merasa nyaman dengan lingkungan fisik maupun
sosialnya. Klien tinggal di pedesaan. Rumah klien bersifat permanen dengan
lantai keramik. Luas rumah kurang lebih 90 m2 yang terdiri dari 3 kamar tidur,
ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi. Ventilasi dan
pencahayaan rumah melalui jendela kaca yang bisa dibuka tutup. Sumber air
minum dari sumur pompa, sarana pembuangan air limbah menggunakan septik
tank.
5) Riwayat Kesehatan Lainya
Tidak ada riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif.
si 1 piring -
makan
e. Makana Mie instan & baso -
n yang menimbulkan
alergi
f. Makana
n yang disukai
2 CAIRAN
a. Intake
Oral
Jenis Air putih Puasa
Jumlah ±1500-2000cc/hari -
Intra vena
Jenis - Asering
b. Out put
± 1200 cc/hari ± 900 cc/hari
Urine
± 800 cc/hari -
Keringat, dll
- ± 400cc/hari
Cairan NGT
3. Pola Eliminasi
Sudah 3 hari di RS Klien tidak bisa BAB dan flatus, BAK melalui
catheter, warna urin kekuningan, jumlah ± 900 cc/24 jam. Di rumah
sakit klien menggunakan obat untuk merangsang BAB/pencahar
(dulcolax supp, per rectal).
4. Pola Aktifitas dan Latihan
Di RS sehari-hari hanya berbaring di tempat tidur, klien
mengatakan badanya terasa lemas, klien tampak lemah. Di rumah klien
sekolah dari jam 6.00 sampai dengan jam 14.00 dan langsung pulang ke
rumah. Penggunaan alat bantu (-), kesulitan gerak (-).
Di rumah klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam 04.30 dan
jarang tidur siang. Di RS klien tidur jam 22.00 sampai dengan jam
05.00. Gangguan tidur (-).
Di rumah klien berolah raga setiap hari minggu dengan lari pagi
bersama teman-temannya. Apabila mempunyai waktu luang, klien
sering bepergian dengan teman-temannya. Klien merasa lebih santai
ketika menggunakan waktu luangnya.
4. DIAGNOSTIC TEST
A. Laboratorium
JENIS
Tanggal HASIL NILAI NORMAL ANALISA
PEMERIKSAAN
27/12/2012 HB 12,4 12-18 Normal
Leukosit 7800 4000-10.000 Normal
LED 40 0-20 Tinggi
SGOT 20 s/d 29 Normal
SGPT 18 s/d 29 Normal
Natrium 137 135-145 Normal
Kalium 4,2 3,5-5,5 Normal
B. Radiologi :
Kesan : Terdapat distribusi gas pada lambung, usus halus, colon sigmoid dan
rectum.
C. TERAPI :
Melalui traktus
spinotalamikus antero
lateralis
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri abdomen
dipersepsikan
Kehilangan H2O
dan elektrolit
Volume ECF
menurun
Resiko hipovolemik
A. Kesimpulan
Ileus obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya
aliran normal isi usus sedangkan peristaltiknya normal. (Reeves,2005).
Ileus obstruksi adalah gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus pada trakt
usintestinal ( Price & Wilson, 2007). Obstruksi ileus adalah gangang bisa disebabkan
oleh adanya mekanik sehingga terjadi askumuli cairan dan gas di lumen usus. Faktor –
faktor penyebab dari obstruksi illius diantaranya Adhesi ( perlekatan usus halus ),
Tumor primer usus halus, Batu empedu, Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi
sekunder sampai inflamasi akut,dll.
Diklasifikasikan menjadi 2 yaitu : Obstruksi paralitik (ileus paralitik) adalah
Peristaltik usus di hambat sebagian akibat pengaruh toksin atau trauma yang
mempengaruhi kontrol otonom pengerakan usus. Dan yang kedua Obstruksi mekanik
yaitu digolongkan sebagai obstruksi mekanik simpleks (satu tempat obstruksi)
dan obstruksi lengkung tertutup (paling sedikit 2 obstruksi). Dengan tanda gejala yang
di timbulkan yaitu: Nyeri tekan pada abdomen, Muntah, Konstipasi (sulit BAB),
Distensi abdomen, Bising usus tenang, Pemeriksaan laboratorium sering kali normal,
BAB darah dan lendir tetapi tidak ada feces dan flatus. Pemeriksaan penunjang yang
digunakan yaitu Sinar X, Barium enema, Laboratorium.
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Alih bahasa Agung
waluyo, dkk, Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Lewis Heitkemper Diksen, (2007). Medical Surgical Nursing. Volume 2. St. Louis
Missouri:Mosby Elsevier
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsip Kritis Proses – Proses Penyakit . Edisi 6,
Volume1.Jakarta: EGC
Rahayu Rejeki indrayani, bahar asril.Buku Ajar IlmuPenyakit Dalam. Jakarta :
DepartemenPendidikan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jilid III edisi IV ;2007. 1405-1410
Rice A. silvia & wilson M` lorraine, (2007). patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit Edisi 6, Volume 1. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI
https://www.academia.edu/36224572/LAPORAN_PENDAHULUAN_ILEUS_OBSTRU
KTIF_docx, diaksespada tanggal 26 September 2020.
https://www.scribd.com/document/254691114/Makalah-Seminar-Ileus-Obstruksi,
diaksespada tanggal 26 September 2020.
https://www.alodokter.com/laparotomi-ini-yang-harus-anda-ketahui
diaksespada tanggal 09 Oktober 2020.