Anda di halaman 1dari 16

PENERAPAN TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF UNTUK

MENGURANGI KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERATIF


TN. M DENGAN FRAKTUR TIBIA FIBULA DEXTRA DI RUANG
SERUNI RSU KABUPATEN TANGERANG

A. Pengertian Relaksasi Otot Progresif

Teknik relaksasi otot progresif merupakan sebuah terapi relaksasi

yang dilakukan kepada pasien-pasien yang mengalami penegangan

pada otot-otot tertentu dengan mengombinasikan dengan nafas dalam

dan serangkaian seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu.

Teknik relaksasi otot progresif dapat mengatasi masalah

kecemasan. Relaksasi ini dapat digunakan untuk menenangkan pikiran

dan melepaskan ketgangan. Salah satu teknik yang dapat digunakan

untuk mengurangi masalah kecemasan yang dialami seseorang dengan

menggunakan teknik relaksasi otot progresif (Suyamto, 2009) dalam

(Cahyo, dkk, 2019).

Teknik relaksasi otot progresif merupakan sebuah teknik relaksasi

yang dapat dilakukan dengan cara pasien menegangkan dan

melemaskan otot secara berurutan serta memfokuskan perhatian pada

beberapa perbedaan perasaan yang dialami antara saat otot rileks dan

saat otot tersebut tegang (Kozier, B, Erb, 2011) dalam (Cahyo, dkk,

2019).

Relaksasi otot progresif dapat membantu seseorang merasa rileks

ketika mengalami masalah kecemasan. Hal ini di tegaskan oleh


penelitian yang dilakukan oleh (Pailek et al, 2013) dalam (Cahyo, dkk,

2019).

Menurut (Praptini et al, 2009) dalam (Cahyo, dkk, 2019) dalam

penelitiannya menegaskan bahwa pengaruh teknik relaksasi otot

progresif dapat menghambat peningkatan saraf simpatetik, sehingga

hormon penyebab disregulasi tubuh dapat dikurangi jumlahnya. Sistem

saraf parasimptik, yang memiliki fungsi kerja yang berlawanan dengan

saraf simpatik, akan memperlambat atau memperlemah kerja alat-alat

internal tubuh. Akibatnya, terjadi penurunan detak jantung, irama

napas, tekanan darah, ketegangan otot, tingkat metabolisme, dan

produksi hormon dari penyebab stres dan kecemasan. Seiring dengan

penurunan tingkat hormon penyebab stres dan kecemasan, maka

seluruh badan mulai berfungsi pada tingkat lebih sehat dengan lebih

banyak energi untuk penyembuhan (healing), penguatan (restoration),

dan peremajaan (rejuvanation).

Menurut (Pratama, 2017) dalam (Cahyo, 2019) mengatakan bahwa

latihan relaksasi otot progresif yang dikombinasikan dengan teknik

pernapasan yang dilakukan secara sadar dan menggunakan diafragma,

dapat memungkinkan abdomen terangkat dan dada mengembang penuh.

Teknik pernapasan tersebut dapat memberikan sebuah pijatan pada

jantung yang menguntungkan akibat naik turunnya diafragma,

membuka sumbatan-sumbatan dan memperlancar aliran darah ke

jantung serta meningkatkan aliran darah ke seluruh tubuh. Aliran darah


yang meningkatkan juga dapat meningkatkan nutrein dan O2.

Peningkatan O2 di dalam otak akan merangsang peningkatan sekresi

serotonin sehingga membuat tubuh menjadi tenang dan mengurangi

kecemasan.

B. Tujuan Dari Terapi Reaksasi Otot Progresif

1. Menurunkan ketegangan otot

2. Menurunkan kecemasan

3. Mengurangi nyeri leher dan punggung

4. Menurunkan tekanan darah

5. Frekuensi jantung dan laju metabolik

6. Mengurangi disritmia jantung, kebutuhan oksigen

7. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi stres

8. Mengatasi insomnia, depresi, kelelahan, iritabilitas, spasme otot,

fobia ringan, gagap ringan

9. Membangun emosi positif

C. Indikasi Di Berikannya Relaksasi Otot Progresif

(Setyoadi dan Kushariyadi, 2011) mengatakan bahwa indikasi dari

dilakukannya terapi relaksasi otot progresif diantaranya:

a. Seseorang yang mengalami insomnia

b. Seseorang yang sering mengalami stres

c. Seseorang yang mengalami kecemasan

d. Seseorang yang mengalami depresi

a. Seseorang yang sedang menjalankan perawatan tirah baring (bedrest)


D. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Saat Melakukan Terapi

a. Tidak di anjurkan untuk menegangkan otot secara berlebihan

sehingga dapat menyebabkan cedera pada diri sendiri

b. Berikan waktu sekitar 20-5- detik untuk membuat otot-otot terasa

rileks.

c. Posisi tubuh perlu diperhatikan serta kenyamanan selama

dilakukannya terapi dengan mata tertutup, dan jangan anjurkan untuk

posisi berdiri

d. Kelompok otot di tegangkan selama dua kali tegangan

e. Dahulukan pada area kanan bagian tubuh dua kali hitungan,

kemudian dilanjutkan pada area kiri tubuh

f. Pastikan bahwa seseorang yang melakukan terapi benar benar

merasakan relaks.
D. Evidence Based Practice

ANALISA PICOT

No. Judul Jurnal Problem Intervention Comparison Outcome Time


1. Pengaruh Teknik Populasi yang Penerapan teknik Tidak ada Rata-rata skor kecemasan -
Relaksasi Otot digunakan dalam relaksasi otot sebelum diberikan terapi
Progresif penelitian ini adalah progresif terhadap relaksasi otot progresif
Terhadap 58 pasien yang penurunan adalah 54,17 dengan
Kecemasan Pada menjalani kecemasan pada standar deviasi 5,427,
Pasien Pre Operasi pembedahan elektif di pasien pre operasi. dan skor kecemasan
(Rihiantoro et al., ruang bedah, dengan terendah adalah 46 serta
2019) jumlah sampel skor kecemasan tertinggi
sebanyak 30 adalah 65. Sedangkan
responden. setelah terapi relaksasi
otot progresif rata-rata
skor kecemasan sebesar
50,33 dengan standar
deviasi 4,999, dan skor
kecemasan terendah
adalah 43 serta skor
kecemasan tertinggi
adalah 59.
Hasil p-value sebesar
(0,000) < α (0,05)
sehingga dapat
disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang
antara skor kecemasan
sebelum terapi relaksasi
otot progresif dan skor
kecemasan sesudah terapi
relaksasi otot progresif.
Ini menunjukan bahwa
terdapat pengaruh terapi
relaksasi otot progresif
terhadap kecemasan
pasien pre operasi.
2. Pengaruh Sampel dalam Penerapan teknik Tidak ada Pengaruh teknik relaksasi -
Tindakan penelitian ini adalah relaksasi otot otot progresif didapatkan
Relaksasi Otot sebagian penderita progresif di poli data sebelum dilakukan
Progresif Untuk katarak yang mata royal teknik relaksasi otot
Mengurangi dilakukan tindakan medical, dental progresif yang tingkat
Kecemasan Pada operasi katarak di poli dan eye center kecemasannya ringan
Pasien Pre Operasi mata Royal clinic sebanyak 18 responden
Katarak medical, dental, dan (60,0%), tingkat
(Liestyaningrum eye center Surabaya. kecemasan sedang
& Suhardiningsih, sebanyak 12 responden
2019) (40,0%), dan sesudah
dilakukan teknik
relaksasi otot progresif
didapatkan bahwa tingkat
kecemasan normal
sebanyak 8 responden
(26,7%), tingkat
kecemasan ringan
sebanyak 18 responden
(60,0%), tingkat
kecemasan sedang
sebanyak 4 responden
(13,3%).
Dari hasil pengujian
statistik menggunakan uji
Wilcoxon signed rank
test, diperoleh p = 0.000
atau p > 0.005 yang
artinya H1 diterima hal
ini berarti ada perubahan
tingkat kecemasan
sebelum dan sesudah
intervensi teknik
relaksasi otot progresif
3. Pengaruh Sampel pada Relaksasi otot Tidak ada Hasil uji Marginal -
Relaksasi Otot penelitian ini adalah progresif terhadap Homogenity
Progresif 25 responden penurunan tingkat Didapatkan nilai p 0,000
Terhadap preoperasi diruang kecemasan pada (<0,05)
Penurunan Wijaya Kusuma pasien pre-operasi Sehingga dapat diambil
Tingkat RSUD.Dr. R. di Ruang Wijaya kesimpulan
Kecemasan Pada Soeprapto Cepu Kusuma RSUD Bahwa ada pengaruh
Pasien Pre Operasi relaksasi otot
Di Ruang Wijaya Progresif terhadap
Kusuma Rsud Dr. penurunan tingkat
R Soeprapto Cepu Kecemasan pada pasien
(Liestyaningrum preoperasi di
& Suhardiningsih, Ruang Wijaya Kusuma
2019) RSUD Dr. R
Soeprapto Cepu.
4 Pengaruh Pemberian Populasi pada Terapi relaksasi Tidak ada Berdasarkan hasil uji
Terapi Relaksasi penelitian ini adalah otot progresif statistik paired sample T
Otot Progresif seluruh pasien yang test didapatkan nilai p =
Terhadap tingkat akan menjalani operasi 0,002 (p < 0,05) dapat
Kecemasan Pada di RSU PKU disimpulkan bahwa terapi
Pasien Pre Operasi MUHAMMADIYAH relaksasi otot progresif
Di Rsu Pku BANTUL di ruang berpengaruh terhadap
Muhammadiyah rawat inap kelas III tingkat kecemasan pada
Bantul ( harni tri bangsal dewasa pasien yang akan menjalani
astute & ruhyana, berjumlah 137. Besar
2015) sample yang di tetapkan operasi.
pada penelitian ini
sebanyak 20 sampel.
5 Pengaruh relaksasi Sample pada penelitian Relaksasi otot terdapat kelompok Berdasarkan hasil dari
progresif dan aroma ini terdiri dari 15 pasien progresif kontrol yang penelitian ini pada
lavender terhadap kelompok kontrol dan diberikan aroma kelompok perlakuan
penurunan 15 pasien eksperimen terdapat perbedaan rata rata
terapi lavender
kecemasan pada yang diberi relaksasi kecemasan pre-post test,
sebagai pembanding
pasien pre operasi otot progresif dan pada kelompok kontrol
dengan spinal aromaterapi lavender tidak terdapat perbedaan
anastesi dipilih menggunakan rata rata pada kecemasan
accidental sampling
Berdasarkan analisa jurnal diatas dapat disimpulkan teknik

relaksaksi otot progresif direkomendasikan dalam relaksaksi dan latihan

fisik guna menurunkan tingkat kecemasan pasien pre-operasi. Relaksaksi

yang dilakukkan dapat melancarkan tekanan darah dan menurunkan

tingkat stress sehingga kadar glukosa darah akan terkontrol dengan baik.

Kelebihan teknik ini; mudah diaplikasikan sehari-hari, tidak memerlukan

alat-alat, gerakan yang digunakan sederhana, dan tidak hanya dapat

menurunkan kadar glukosa tetapi juga tekanan darah dan tingkat stress.

E. Prosedur Intervensi Keperawatan Mandiri Berdasarkan EBP

Prosedur tindakan relaksaksi otot progresif untuk menurunkan kadar

glukosa darah berdasarkan Evidence Based Practice sebagai berikut :

1. Memilah pasien sesuai kriteria inklusi yang telah ditentukan

2. Monitor awal mengukur kadar gula darah sewaktu, kodisi fisik, tingkat

stress dsb yang menunjang kelengkapan data yang akan dianalisis dan

dokumentasikan

3. Melakukan tindakan relaksaksi sesuai dengan SOP berdasarkan

penelitian

 Persiapan Alat

Alat pelindung diri berupa handscoon bersih dan bantal

 Persiapan Pasien

1. Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur dan pengisian lembar

persetujuan terapi pada pasien


2. Posisikan tubuh pasien secara nyaman

3. Lepaskan aksesoris yang digunakan seperti kacamata, jam

tangan dan sepatu

4. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain yang

sifatnya mengikat ketat

 Persiapan Lingkungan

1. Lingkungan yang tenang dan sunyi.

 Tahap Pra Interaksi

1. Mencuci tangan

 Tahap Orientasi

1. Memberikan salam sebagai salah satu salam terapeutik

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada

pasien/keluarga

3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum tindakan

prosedur dilaksanakan

 Fase kerja
Tindakan Relaksaksi Otot Progresif
1. Kerutkan dahi dan alis hingga mengerut lalu lemaskan

kembali secara perlahan selama 10 detik

2. Pejamkan mata sekuat-kuatnya hingga ketegangan otot-otot

daerah mata terasa menegang

3. Katupkan mulut sambil merapatkan gigi sekuat-kuatnya

kedepan

4. Buat huruf O pada bibir lalu ditarik sekuat-kuatnya kedepan


5. Tekan kepala kearah punggung hingga terasa tegang pada otot

leher

6. Tekuk dan turunkan dagu hingga menyentuh dada

7. Menggenggam tangan sambil membuat sebuah kepalan

8. Menekuk kedua pergelangan tangan kebelakang secara

perlahan-lahan

9. Menggenggam kedua tangan dan membawa kepalan tersebut

ke pundak

10. Mengangkat kedua bahu kearah telinga setinggi-tingginya

11. Mengangkat tubuh dari sandaran lalu busungkan dada

12. Menarik perut sekuat-kuatnya hingga terasa tegang

13. Menarik perut sekuat-kuatnya

 Fase terminasi

1. Menanyakan perasaan pasien

2. Lakukan pengecekan ulang setelah tindakan dilakukan

3. Evaluasi
F. KESIMPULAN

Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan bahwa peneliti mendapatkan hasil evaluasi
sebagai berikut :

Masalah keperawatan Ansietas

S: Klien mengatakan sudah merasa lebih tenang dan siap menghadapi operasi nanti

O:

- Klien tampak mengikuti teknik relakasis otot progresif dengan baik


- Klien tampak lebih tenang dan rileks, gelisah dan tegang menurun
- TD : 110/80 mmHg
- N: 89 x/menit
- RR : 19x/menit
- S: 36,3C

A: Masalah Teratasi
P: Hentikan Intervensi
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terapi teknik relaksasi otot progresif dapat membuahkan hasil
yang cukup signifikan baik secara subjektif dan juga secara objektif yang dapat diamati.
DAFTAR PUSTAKA

Andini, D., & Hanriko, R. (2016). Sefalgia kronik dan hemiparese sinistra e.e. space
occupying lesion. J Medula Unila, 5(1), 45-49.
American Association of Neurological. (2020). Brain Tumors. Retrieved from
https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/
BrainTumors
Brunner & Suddarth .(2013). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan medikal bedah : manajemen klinis
untuk hasil yang. Jakarta: Salemba Medika
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Gemilang, J. (2013). Buku Pintar Manajemen stres dan Emosi. Yogyakarta Mantra
Books
Hawari, D. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta : FKUI
Herodes, R. (2010). Anxiety and Depression in Patient.
Isaacs, A. (2005). Panduan belajar: keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Jakarta:
EGC
Kaplan & Sadock. (2007). Sinopsis Psikiatri : Ilmu Pengetahuan Psikiatri Klinis. (Jilid
1). Jakarta: Bina Rupa Aksara.
Meagher, R. J., & Lutsep, H. L. (2013). Subdural Hematoma.
Perry, Patricia A., & Potter, Anne Griffin. (2005). Fundamental Keperawatan buku I
edisi 7. Jakarta : Salemba Medika
Ramdani, H. (2012). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan
Tekanan Darah Klien Hipertensi Primer di Kota Malang. Malang.
Setyoadi, K. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada Klien Psikogeriatrik.
Jakarta : Salemba Medika Stuart, G.W & Laraia, M.T (2005). Principles and
practice of psychiatric nursing. (7th edition). St Louis: Mosby
Stuart, G. W. (2006). Buku saku keperawatan jiwa. Jakarta: EGC Suliswati., Payopo,
Tijie, Anita., Maruhawa, Jeremia., Sianturi, Yenny., Sumijatun. (2005). Konsep
dasar keperawatan jiwa. Jakarta: EGC
Sustrani, L., Alam, S., Hadibroto, I. (2004). Hipertensi. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama Anggota IKAPI
Townsend, C.M. (2005). Essentials of psychiatric mental health nursing. (3th Ed.).
Philadelphia: F.A. Davis Company
Videbeck, S.,L. (2006). Psychiatric mental health nursing. (3rd edition). Philadhelpia:
Lippincott Williams & Wilkins. Videbeck, S.,L.(2008), Buku ajar keperawatan
jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai