Anda di halaman 1dari 23

EFEKTIVITAS RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN AROMATERAPI

LAVENDER TERHADAP KECEMASAN PASIEN PRE OPERATIF DI RSU


MARTHA FRISKA BRAYAN

EFFECT OF DEEP BREATHING RELAXATION TECHNIQUES WITH


AROMATHERAPY LAVENDER AGAINT ANXIETY PATIENTS
PREOPERATIVE IN PUBLIC HOSPITALS MARTHA
FRISKA BRAYAN MEDAN

NIKO HUTAMA MANALU


Mahasiswa Sarjana Keperawatan Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia

Email : nikohutamamanalu@gmail.com

ABSTRAK

Kecemasan pada pasien yang akan dilakukan operasi dapat mengakibatkan kegagalan
operasi. Salah satu mengatasi kecemasan yaitu dengan cara teknik relaksasi nafas dalam
dengan aromaterapi lavender. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh teknik relaksasi
nafas dalam dengan aromaterapi lavender terhadap kecemasan pasien pre operatif di RSU
Martha Friska Brayan Medan. Penelitian menggunakan Quasy experiment, rancangan One-
Group pre and post test design. Dengan sampel 23 responden dan teknik pengambilan sampel
yang digunakan adalah Purposive Sampling. Instrumen penelitian ini menggunakan
kuesinoer. Berdasarkan hasil penelitian tingkat kecemasan responden sebelum dilakukan
teknik relaksasi nafas dalam dengan aromaterapi lavender, cemas ringan (17,4%), cemas
sedang (39,1%), dan cemas berat (43,5%). Setelah dilakukan terapi relaksasi nafas dalam,
cemas ringan (43,5%) dan cemas sedang (56,5%). Hasil uji wilcoxon, dengan nilai z =-
4,202a, ada pengaruh signifikan teknik relaksasi nafas dalam dengan aromaterapi lavender
terhadap kecemasan pasien pre operatif di RSU Martha Friska Brayan dengan nilai p value =
0.000 (p <0.05). Penelitian ini dapat digunakan oleh pasien pre operatif dalam mengatasi
kecemasan yang dialami

Kata Kunci : Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Aromaterapi Lavender, Kecemasan, Pre
Operatif,

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 1


ABSTRACT
Anxiety in patients will be operation can cause failure operation. One overcome by means of
anxiety the techniques of relaxation a deep breath with aromatherapy lavender. This study
aims to know the influence of techniques of relaxation his breath for with aromatherapy
lavender to anxiety patients pre operative in public hospitals martha friska brayan medan. The
research uses quasy experiment, design one-group pre and post test design. From 23
respondents and techniques the sample used is purposive sampling. Research instruments it
uses kuesinoer. Based on the research done before the anxiety respondents done techniques of
relaxation a deep breath with aromatherapy lavender, mild anxiety (17,4%), anxious being
(39,1%), and anxiety heavy (43,5%). Through therapy relaxation a deep breath, mild anxiety
(43,5%) and anxiety being (56,5%). Test wilcoxon, with the z = -4,202a, there are significant
impact techniques of relaxation a deep breath with aromatherapy lavender of anxiety patients
pre operative in public hospitals martha friska brayan worth p value = 0.000 (p>0.05). This
research can be used by patients pre operative in addressing anxiety experienced.

Keywords : Aromatherapy Lavender, Anxiety, Pre Operative, Deep Breathing Relaxation


Techniques

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 2


PENDAHULUAN
Preoperatif adalah fase dimulai peningkatan denyut jantung. Dan
ketika keputusan untuk menjalani jantung berkontraksi lebih kuat
operasi atau pembedahan dibuat dan dimana volume darah akan
berakhir ketika pasien di pindahkan didistribusikan kembali dengan cara
kemeja operasi (Smeltzer an Bare vasokontriksi atau penyempitan
2002 dalam Anik, 2014). Tindakan pembuluh darah pada kulit, lambung,
pembedahan merupakan salah satu ginjal. Peningkatan volume darah
bentuk upaya terapi yang dapat akan meningkatkan curah jantung
mendatangkan ancaman integritas (cardiac Output) dan aliran darah
tubuh dan jiwa seseorang. pada otot-otot tubuh menyebabkan
Pembedahan yang direncanakan otot menjadi tegang. Bronkhus
dapat menimbulkan respon fisiologis berdilatasi dan meningkatkan denyut
maupun psikologi pada pasien. pernafasan sehingga meningkatkan
Respon psikologis yang biasanya oksigenisasi. Mekanisme yang
terjadi pada pasien pre operasi memberikan energi meliputi
adalah kecemasan. Kecemasan peningkatan pelepasan glukosa dan
preoperatif merupakan suatu respon penurunan produksi insulin.
psikologis maupun fisiologis (Maryunani, 2014).
individu terhadap suatu keadaan Sedangkan Penelitian yang dilakukan
yang tidak menyenangkan, atau oleh peneliti yang dilakukan Arwani
reaksi atas situasi yang dianggap dkk pada pasien pre operatif anestesi
mengancam (Trisnawati, 2004). spinal sebelum pemberian
Perbedaan intensitas kecemasan aromaterapi lavender bahwa
tergantung pada keseriusan ancaman responden yang mengalami cemas
dan efektivitas dari operasi-operasi sebanyak 40 responden dimana
keamanan yang dimiliki seseorang. mayoritas cemas berat 16 orang
Kecemasan pre operasi merupakan (40,0%), sedang 11 orang (27,5%),
suatu respon antisipasi terhadap cemas ringan 7 orang (17,5%),
suatu pengalaman yang dianggap (Arwani, 2013). Oleh karena itu,
pasien sebagai suatu ancaman diperlukan intervensi keperawatan
terhadap perannya dalam hidup, mandiri guna menurunkan
integritas tubuh, atau bahkan kecemasan. Salah satu intervensi
kehidupan itu sendiri. Sudah yang dapat di berikan untuk
diketahui bahwa pikiran bermasalah menurunkan kecemasan yaitu teknik
secara langsung mempengaruhi relaksasi nafas dalam, dan teknik lain
fungsi tubuh, karenanya penting seperti hipnoterapi, masase,
artinya untuk mengidentifikasi acupressure, Aromatherapy, yoga
ansietas yang dialami pasien dan sentuhan terapeutik (Bobak,
(Brunner & Suddarth, 2001 dikutip 2004, dalam Widyastuti 2014).
Ariati, 2012). Relaksasi merupakan kebebasan
Dampak kecemasan bagi pasien pre mental dan fisik dari ketegangan dan
operatif dimana tubuh akan berespon stress, karena dapat mengubah
secara fisiologis terhadap ancaman persepsi kognitif dan motivasi afektif
aktual maupun potensional, dalam pasien. Mekanisme relaksasi nafas
menghadapi pembedahan yaitu dalam terdiri dari sistem saraf pusat
dimana hipotalamus akan dan sistem saraf otonom. Sistem
mengendalikan respon saraf pusat berfungsi mengendalikan
neurohormonal, sehingga terjadi gerakan-gerakan yang dikehendaki,

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 3


misalnya gerakan tangan, kaki, leher, dalam turun menjadi 33,40 dengan
dan jari-jari pada saat tubuh selisih mean sebesar 8,3.
melakukan tugas tertentu. Metode lainnya yang memungkinkan
Sebaliknya, sistem saraf otonom untuk diberikan pada pasien pre
berfungsi mengendalikan gerakan- operasi adalah pemberian
gerakan yang otomatis (self Aromaterapi yang digunakan melalui
governing), misalnya otot-otot halus cara inhalasi atau dihirup akan
(pengontrol pupil 3 dan akomodasi masuk ke sistem limbik dimana
lensa mata, dan gairah seksual), nantinya aroma akan diproses
proses kardiovaskuler, dan aktivitas sehingga kita dapat mencium
berbagai kelenjar dalam tubuh baunya. Pada saat kita menghirup
(Carlson, 1994 dalam putra, 2004). suatu aroma, komponen kimianya
Sistem saraf otonom ini terdiri dari akan masuk ke bulbus olfactory,
dua subsistem yaitu sistem saraf kemudian ke limbic sistem pada
simpatetis dan sistem saraf otak. Limbic adalah struktur bagian
parasimpatetis yang kerjanya saling dalam dari otak yang berbentuk
berlawanan. Sistem saraf simpatetis seperti cincin yang terletak di bawah
lebih banyak aktif ketika tubuh cortex cerebral. Tersusun ke dalam
membutuhkan energi. Misalnya pada 53 daerah dan 35 saluran atau tractus
saat terkejut, takut, cemas, atau yang berhubungan dengannya,
berada dalam keadaan tegang. Pada termasuk amygdala dan hipocampus.
kondisi seperti ini, sistem syaraf Sistem limbic sebagai pusat nyeri,
akan memacu aliran darah ke otot- senang, marah, takut, depresi, dan
otot skeletal, meningkatkan detak berbagai emosi lainnya. Sistem
jantung dan kadar gula. Sebaliknya, limbic menerima semua informasi
system saraf parasimpatetis dari sistem pendengaran, sistem
mengontrol aktivitas yang penglihatan, dan sistem penciuman.
berlangsung selama penenangan Sistem ini juga dapat mengontrol dan
tubuh, misalnya penurunan denyut mengatur suhu tubuh, rasa lapar, dan
jantung setelah fase ketegangan dan haus. Amygdala sebagai bagian dari
menaikkan aliran darah ke sistem sistem limbic bertanggung jawab
gastrointestinal (Carlson, 1994 atas respon emosi kita terhadap
dalam putra, 2004). Hasil penelitian aroma. Hipocampus bertanggung
Purnomo dkk (2013) diketahui jawab atas memori dan pengenalan
bahwa sebelum perlakuan nafas terhadap bau juga tempat dimana
dalam, sebagian besar responden bahan kimia pada aromaterapi
mengalami cemas sedang dan berat merangsang gudang-gudang
yaitu sebanyak 14 (46,7%) penyimpanan memori otak kita
responden, kemudian setelah terhadap pengenalan bau-
perlakuan diperoleh tingkatan paling bauan.(Dewi, 2010). Berdasarkan
cemas adalah cemas sedang yaitu 16 hasil penelitian Witarsa dkk (2013)
(53,3%) responden. diketahui hasil diperoleh data bahwa tingkat
rata-rata skor rentang cemas sebelum kecemasan responden sebelum
dilakukan relaksasi dengan dengan diberikan aromaterapi inhalasi yaitu
nafas dalam sebesar 41,70, setelah tidak ada responden (0%) yang tidak
dilakukan relaksasi dengan nafas mengalami cemas dan mengalami

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 4


cemas berat, 22 responden (73%) Tujuan Umum Mengetahui
mengalami cemas ringan, dan 8 efektivitas teknik relaksasi nafas
responden (27%) yang mengalami dalam dengan aromaterapi lavender
cemas sedang. Setelah diberikan terhadap kecemasan pada pasien pre
aromaterapi inhalasi sebanyak empat operatif di Di RSU Martha Friska
kali perlakuan, diperoleh data bahwa Brayan Medan. Manfaat dari
sebanyak 16 responden (53%) tidak penelitian ini Sebagai informasi
mengalami cemas, 10 responden tambahan untuk perawat/tenga medis
(33%) mengalami cemas ringan, 4 untuk melakukan tindakan
responden (14%) mengalami cemas keperawatan pada pasien pre operatif
sedang, dan tidak ada responden dalam mengatasi kecemasan dengan
(0%) yang mengalami cemas berat. teknik relaksasi nafas dalam dengan
Dari data yang diperoleh peneliti dari aromaterapi lavender.
catatan medik di RSU Martha Friska
Medan, pasien pre operatif mulai METODE PENELITIAN
bulan januari 2015 sampai dengan Desain penelitian adalah quasi
Desember 2015 berjumlah 4793 eksperiment dengan model
pasien. Dari hasil wawancara yang di rancangan pre post test only one
lakukan peneliti di RSU Martha group yaitu menggunakan satu
Friska Medan pada 8 orang pasien kelompok. Dalam penelitian ini ,
dimana 3 orang pasien mengatakan peneliti memilih pasien pre operatif
cemas dan takut saat akan yang menjadi sampel penelitian.
menghadapi operasi dan hasil Melakukan pengkajian kecemesan
observasi 5 orang pasien tangan pada pasien pre operatif dan di
gemetar, sulit berfikir dan akral berikan tindakan teknik relaksasi
dingin pasien hal ini mempengaruhi nafas dalam dengan aromaterapi
pasien yang akan menghadapi lavender.
operasi. Dalam penanganan Populasi penelitian adalah seluruh
kecemasan yang ada selama ini pasien yang akan melakukan operasi
hanya sekedar edukasi di sampaikan di RSU Martha Friska Brayan
terhadap pasien mengenai tidakan Medan. Data awal pada bulan
sebelum operasi, yaitu Januari-Desember 2015 sebanyak
menyampaikan kepada pasien supaya 4793 orang. Dengan rata-rata jumlah
menenangkan diri tidak tegang pada operasi per bulan 399 orang. Sampel
saat melakukan operasi. pada penelitian ini adalah semua
Peneliti tertarik untuk melakukan responden yang akan melakukan
penelitian dengan cara Operasi Mayor di RSU Martha
menggabungkan kedua intervensi Friska Brayan Medan. Tehnik
tersebut dalam menurunkan pengambilan sampel yang digunakan
kecemasan pasien pre operatif yaitu dalam penelitian ini adalah purposive
Relaksasi Nafas Dalam Dengan Sampling, dimana pengambilan
Aromaterapi Lavender. Dapat di sampel yang berdasarkan atas suatu
harapkan untuk merubah kecemasan pertimbangan tertentu seperti sifat-
pasien yang akan menggangu sifat populasi ataupun ciri-ciri yang
jalannya operasi. sudah diketahui sebelumnya
(Notoadmodja : 2010)

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 5


Kriteria sampel pada penelitian ini Dalam anyak keadaan peneliti telah
adalah seluruh pasien pre operatif mengantisipasi kemungkinan subjek
yang memenuhi kriteria inklusi dan terpilih yang drop out , loss to follow
ekslusi sebagai berikut : up, atau subjek yang tidak taat. Bila
a. Kriteria Inklusi: dari awal telah ditetapkan bahwa
1) Pasien yang belum pernah kelompok subjek tersebut tidak akan
memiliki pengalaman operasi dianalisis, maka perlu dilakukan
sebelumnya. Pasien yang koreksi terhadap besar sampel yang
melakukan operasi mayor di dihitung, dengan menambahkan
RSU Martha Friska Brayan jumlah subjek agar besar sampel
Medan. tetap terpenuhi. Untuk ini tersedia
2) Pasien dapat berkomunikasi formula sederhana untuk
dengan baik sebelum operasi. penambahan subjek sebagai berikut
b. Kriteria Ekslusi : (Sastroasmoro, 2010) :
1) Pasien sito / keadaan darurat n = n / (1- f)
Besar sampel menggunakan rumus n = 21 / (1 0,1)
pengambilan sampel Sastroasmoro n = 21/ 0.9
(2010) n = 23 Responden

=[ ]2
univariat digunakan untuk
1,28 0,18 menjelaskan karakteristik dari
=[ ]2 responden penelitian dan kecemasan
0,05
pasien dalam bentuk nilai distribusi
0,2304 frekuensi. Umur, jenis kemalin,
=[ ]2
0,05 pendidikan, suku, pekerjaan, status
perkawinan.
= (4,608)2
= 21,23 = 21 Bivariat Penelitian ini diuji
menggunakan program
Keterangan : komputerisasi melalui uji wilcoxon
N :Besar Sampel dengan = 0,05 efektivitas relaksasi
Z :Nilai Z Pada Derajat Kemaknaan nafas dalam dengan aromaterapi
(Biasanya 90% = 1,28) lavender di RSU Martha Friska
S :Simpangan Baku Nilai Rerata Brayan Medan Bila p < 0.05 berarti
Dalam Populasi, S (dari Pustaka) ada pengaruh yang relaksasi nafas
d :Tingkat Ketetapan Absolut Yang dalam dengan aromaterapi lavender
Di Inginkan : 10%, 5%, 1%. di RSU Martha Friska Brayan
Medan.

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 6


HASIL DAN PEMBAHASAN orang (30.4%), pekerjaan Lainnya
A. Analisa Univariat sebanyak 9 orang (39.1%), status
Tabel 4.1 perkawinan menikah sebanyak 17
Distribusi Frekuensi orang (73.9%).
Karakteristik Responden Pre
Operatif Di RSU Martha Friska
Brayan Medan Tahun 2016 Tabel 4.2
(n=23 orang) Distribusi Frekuensi Kecemasan
Sebelum Pemberian Relaksasi
n (%)
Nafas Dalam Dengan Aromaterapi
Umur
< 17 tahun 1 4.3 Lavender (n=23 Orang)
18-40 tahun 5 21.7
> 40 tahun 17 73.9
Jenis Kelamin
Laki-Laki 14 60.9
Kecemasan Pre n %
Perempuan 9 39.1
Operatif
Pendidikan
Cemas Ringan 4 17.4
SMP 3 13.0
Cemas Sedang 9 39.1
SMA 14 60.9
Cemas Berat 10 43.5
D3 1 4.3
S1 3 13.0
S2 2 8.7
Suku Berdasarkan Tabel 4.2 Di atas dapat
Batak Toba 7 30.4 diketahui bahwa Pasien Pre operatif
Simalungun 1 4.3 di RSU Martha Friska Brayan
Melayu 1 4.3 mayoritas cemas berat 10 orang
Aceh 1 4.3
Karo 3 13.0
(43.5%).
Minang 1 4.3
Jawa 6 26.1
Mandailing 1 4.3
Tabel 4.3
Nias 2 8.7 Distribusi Frekuensi Kecemasan
Pekerjaan Setelah Pemberian Relaksasi Nafas
PNS 4 17.4 Dalam Dengan Aromaterapi
Ibu Rumah 3 13.0 Lavender (n=23 Orang)
Tangga 15 65.2
Wiraswasta 1 4.3
Polri Kecemasan Pre n %
Status Operatif
Perkawinan 3 13.0 Cemas Ringan 10 43.5
Belum Menikah 17 73.9
Cemas Sedang 13 56.5
Menikah 3 13.0
Janda/Duda Cemas Berat 0 0

Berdasarkan Dari tabel 4.1 di atas,


diketahui kelompok umur mayoritas Berdasarkan Tabel 4.3 Di atas dapat
>40 tahun sebanyak 17 orang
(73.9%), jenis kelamin Laki-Laki dilihat bahwa Pasien Pre operatif di
sebanyak 14 orang (60.9%), RSU Martha Friska Brayan Setelah
Pendidikan SMA sebanyak 14 orang
(60.9%), suku Batak toba sebanyak 7

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 7


Pemberian Relaksasi Nafas Dalam relaksasi nafas dalam dengan
Dengan Aromaterapi aromterapi lavender yaitu cemas berat
Lavender mayoritas cemas sedang 13 10 orang (43,5), cemas sedang 9
orang (56.5%). orang (39,1), cemas ringan (17,4) dan
rata-rata sesudah intervensi relaksasi
1. Analisis Bivariat nafas dalam dengan aromterapi
Analisis bivariat untuk melihat lavender berubah menjadi cemas
pengaruh perlakuan relaksasi nafas sedang 13 orang (56,5) cemas ringan
dalam dengan aromaterapi lavender 10 orang (43,5).
terhadap kecemasan pre operatif di
Rumah Sakit Martha Friska Brayan Hasil analisis uji Wilcoxon, diketahui
Medan. nilai p=0.000 (p<0.05), yang artinya
ada Pengaruh relaksasi nafas dalam
Tabel 4.4
Perbedaan Kecemasan Pre Operatif dengan aromterapi lavender pada
Sebelum Dan Sesudah Pemberian
Relaksasi Nafas Dalam Dengan
pasien pre operatif di RSU Martha
Aromaterapi Lavender (n=23 Orang) Friska Brayan. Hal ini menunjukkan

Ringan Sedang Berat


terdapat perubahan kecemasan

n % n % n % sebelum dan sesudah intervensi


Sebelum 4 17,4 9 39,1 10 43,5
relaksasi nafas dalam dengan
Setelah 10 43,9 13 56,5 0 0
aromterapi lavender (Ha: Diterima).

Berdasarkan Tabel 4.4 dapat


diketahui bahwa setelah diberikan A. Pembahasan

terapi relaksasi nafas dalam dengan 1. kecemasan sebelum diberikan

aromaterapi lavender, 10 orang (43,5) teknik relaksasi nafas dalam

responden pada kecemasn berat dengan aromaterapi lavender di

berubah menjadi kecemasan sedang, RSU Martha Friska Brayan Medan

9 orang (39,1) responden pada 2016.

kecemasan sedang berubah menjadi


ringan, 10 orang (43,9) responden Hasil penelitian menunjukkan bahwa
hasil ukur kecemasan pasien pre
pada menjadi kecemasan ringan.
Kecemasan sebelum intervensi operatif sebelum diberikan intervensi

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 8


relaksasi nafas dalam dengan berlebihan yang akan berakibat
aromaterapi lavender dimana dari 23 meningkatkan tekanan darah, dada
responden mayoritas berada di cemas sesak, serta emosi tidak stabil. Akibat
berat yaitu 10 orang (43.5%) Dimana dari kecemasan pasien pre operasi
dari hasil kuesioner sebelum yang sangat hebat maka ada
intervensi rata-rata responden kemungkinan operasi tidak bisa
menjawab mengalami gugup, dilaksanakan, karena pada pasien
gemetar, ketakutan, khawatir, tidak yang mengalami kecemasan sebelum
tenang karna akan menjalani operasi. operasi akan muncul kelainan seperti
tekanan darah yang meningkat,
Pasien yang cemas sering mengalami sehingga apabila tetap dilakukan
ketakutan dan perasaan tidak tenang operasi akan dapat mengakibatkan
seperti ketakutan terhadap hal yang penyulit terutama dalam
tidak diketahui, misalnya pada menghentikan perdarahan, dan
pembedahan anestesi, nyeri, konsep bahkan setelah operasi pun akan
diri, dan bahkan kematian (Muttaqin mengganggu proses penyembuhan.
& Sari, 2009). Kecemasan dapat
menimbulkan adanya perubahan Menurut Taylor (2006, dalam
secara fisik maupun psikologi. Dari Suardana dan Simarmata, 2013)
Frekuensi Responden Yang cemas di kecemasan merupakan suatu
RSUD RA Kartini Jepara bahwa pengalaman subjektif mengenai
responden yang mengalami cemas ketegangan mental yang
yang sebanyak 60 responden yang menggelisahkan sebagai reaksi umum
terdiri dari cemas ringan sebanyak 3 dan ketidakmampuan menghadapi
orang (5,0%), cemas sedang sebanyak masalah atau adanya rasa tidak aman.
28 orang (46,7%) dan cemas berat Perasaan yang tidak menyenangkan
sebanyak 29 orang (48,3%) umumnya menimbulkan gejalagejala
(Kristiwati, 2013). fisiologis (seperti gemetar,
Menurut Efendy (2008, dalam Gea, berkeringat, detak jantung meningkat,
2014) keadaan cemas, tubuh akan dan lain-lain) dan gejala psikologis
memproduksi hormon kortisol secara (seperti panik, tegang, bingung, tak

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 9


dapat berkonsentrasi, dan merasa khawatir berlebihan, gugup
sebagainya),. menejalani operasi, disertai rasa takut
dan tampak gelisah karena akan
Pada pasien Pre-operatif banyak dioperasi. Hal ini merupakan hal yang
faktor pemicu kecemasan, adanya sering terjadi bagi setiap individu
ketidak pastian atau hal-hal yang yang akan menjalani operasi karena
tidak jelas mengenai lingkungan mempunyai persepsi bahwa operasi
rumah sakit, prosedur pre operatif, adalah hal yang mengancam dan
prosedur intra-operatif, dan peristiwa menakutkan.
yang terjadi saat post-operatif.
Persepsi yang menimbulkan konflik 2. kecemasan setelah diberikan
terjadi jika pengalaman operasi yang teknik relaksasi nafas dalam
akan dilaluinya berbeda dengan apa dengan aromaterapi lavender di
yang dipikirkannya, dan adanya RSU Martha Friska Brayan
kesalah pahaman akibat jika diberikan Medan 2016
informasi yang tidak akurat, jika
istilah-istilah yang digunakan tidak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dimengert, (Puspita, 2014). hasil ukur kecemasan pasien setelah
diberikan teknik relaksasi nafas dalam
Menurut aumsi peneliti, rata-rata dengan aromaterapi lavender dapat
individu yang akan menjalani operasi dilihat pada gambaran perubahan
atau mengalami kecemasan, baik kecemasan menunjukkan perubahan
cemas ringan, cemas sedang, hingga dari 23 responden mayoritas berada
cemas berat tergantung respon pada cemas sedang 13 orang (56,5%),
individu itu sendiri. Hasil peniliti Dimana dari hasil kuesioner setelah
menadapatkan Pasien pre operatif perlakuan intervensi rata-rata
mayoritas mengalami kecemasan responden menjawab mengalami
berat sebelum perlakuan, kecemasan perubahan dari gugup, gemetar,
yang dialami pasien pre operatif ketakutan, khawatir, tidak tenang
sesuai dengan pernyataan yang ada, karna akan menjalani operasi.
dimana kebanyakan responden

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 10


Relaksasi nafas dalam merupakan nyeri antara lain lavender
kebebasan mental dan fisik dari (koensoemardiyah, 2009).
ketegangan dan stress, kerena dapat
mengubah persepsi kognitif dan Hasil penelitian didukung oleh
motivasi afektif pasien. Teknik (Kristiyawati, 2013) pasien pre
relaksasi membuat pasien dapat operatif sebelum perlakuan nafas
mengontrol diri ketika terjadi rasa dalam, sebagian besar responden
tidak nyaman atau nyeri, stress fisik mengalami cemas berat dan sedang
dan emosi pada nyeri. Beberapa yaitu sebanyak 14 (46,7%) responden,
penelitian telah menunjukkan bahwa kemudian setelah perlakuan diperoleh
relaksasi nafas dalam sangat efektif tingkatan paling cemas adalah cemas
dalam menurunkan kecemasan dan sedang yaitu 16 (53,3%) responden.
nyeri pasca operasi (Brunner & diketahui hasil rata-rata skor rentang
Suddart, 2001 Dalam Gea, 2014). cemas sebelum dilakukan relaksasi
Dengan melakukan penanmbahan dengan dengan nafas dalam sebesar
aromaterapi semakin membuat 41,70, setelah dilakukan relaksasi
perasaan pasien menjadi menurun dan dengan nafas dalam turun menjadi
tenang. Dimana aromaterapi 33,40 dengan selisih mean sebesar
merupakan suatu metode dalam 8,3.
relaksasi yang menngunakan minyak
essensial dalam pelaksanaanya Hasil penelitian pendukung
berguna untuk meningkatkan menunjukkan distribusi frekuensi
kesehatan fisik, emosi, dan spirit yaitu sebelum diberikan intervensi
seseorang (koensoemardiyah, 2009). (pre test) aromaterapi lavender, rata-
Berbagai efek minyak essensial/ salah rata intensitas nyeri yang dirasakan
satunya adalah menurunkan intensitas responden adalah 7,65 dengan rincian
nyeri dan tingkat kecemasan. sebanyak 17 orang (85 %) merasakan
Minuyak essensial atau minyak astiri nyeri berat, 3 orang (15 %)
yang bersifat merasakan nyeri sedang, dan tidak
menurunkan/menghilangkan rasa ada yang merasakan nyeri ringan dan
sangat berat (tidak terkontrol).

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 11


Sementara setelah diberikan rasa nyaman kepada pasien. Dengan
intervensi aromaterapi lavender (post demikian mampu menurunkan
test), rata-rata intensitas nyeri kecemasan pasien.
responden yaitu 4,65 dengan rincian
sebanyak 1 orang (5 %) merasakan 3. Perbedaan Kecemasan setelah
nyeri berat, 2 orang (10 %) diberikan teknik relaksasi nafas
merasakan nyeri ringan, 17 orang (85 dalam dengan aromaterapi
%) merasakan nyeri sedang. Jadi lavender di RSU Martha Friska
dapat disimpulkan bahwa intensitas Brayan Medan 2016
nyeri setelah diberikan aromaterapi
lavender lebih rendah daripada Hasil uji Wilcoxon ada pengaruh
intensitas nyeri sebelum diberikan signifikan teknik relaksasi nafas
aromaterapi lavender (Karlina Dkk, dalam dengan aromaterapi lavender
2014). terhadap kecemasan pasien pre-
operatif di RSU Martha Friska
Menurut asumsi peneliti, setelah Brayan Medan yaitu rata-rata
diberikan tehnik relaksasi nafas dalam mengalami kecemasan dalam tingkat
dengan aromaterapi lavender cemas dari 23 responden mayoritas
kecemasan responden mengalami berada di cemas berat yaitu 10 orang
perubahan dari mayoritas cemas berat (43.5%) Dan setelah diberikannya
menjadi cemas sedang. Tehnik tindakan relaksasi nafas dalam
relaksasi nafas dalam dengan dengan aromaterapi lavender
aromaterapi lavender kecemasan mayoritas berada pada cemas sedang
dapat menghilangkan ketegangan 13 orang (56,5%) dimana dapat
otot-otot tubuh maupun pikiran dan dinilai dari hasil kuesioner sebelum
memberikan ketenangan dan intervensi dan sesudah intervensi.
mengurangi stress dan memberikan
rasa rileks, aromaterapi lavender akan Hasil uji wilcoxon, menunjukkan
memberikan rangsangan ke otak bahwa ada pengaruh relaksasi nafas
sehingga akan bisa mengontorol dalam dengan aromaterapi lavender
emosional. Sehingga memberikan terhadap kecemasan pasien pre

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 12


operatif di RSU Martha Friska cemas sebelum dilakukan relaksasi
Brayan Medan dengan nilai p dengan dengan nafas dalam sebesar
value=0.000 Z=-4,202 diamana 41,70, setelah dilakukan relaksasi
pengaruh kuat (p<0.05). Hasil dengan nafas dalam turun menjadi
penelitian ini menunjukkan bahwa 33,40 dengan selisih mean sebesar
ada perubahan setelah melakukan 8,3. (Kristiyawati, 2013).
penggabungan dengan pemberian
relaksasi nafas dalam dengan Berdasarkan hasil penelitian
aromaterapi lavender pada kecemasan diperoleh data bahwa tingkat
pre operasi. kecemasan responden sebelum
diberikan aromaterapi lavender
Hasil penelitian ini didukung dari inhalasi yaitu tidak ada responden
Frekuensi Responden Yang cemas di (0%) yang tidak mengalami cemas
RSUD RA Kartini Jepara bahwa dan mengalami cemas berat, 22
responden yang mengalami cemas responden (73%) mengalami cemas
yang sebanyak 60 responden yang ringan, dan 8 responden (27%) yang
terdiri dari cemas ringan sebanyak 3 mengalami cemas sedang. Setelah
orang (5,0%), cemas sedang sebanyak diberikan aromaterapi inhalasi
28 orang (46,7%) dan cemas berat sebanyak empat kali perlakuan,
sebanyak 29 orang (48,3%) diperoleh data bahwa sebanyak 16
(Kristiyawati, 2013). responden (53%) tidak mengalami
cemas, 10 responden (33%)
Hasil penelitian mendukung, pasien mengalami cemas ringan, 4
pre operatif sebelum perlakuan nafas responden (14%) mengalami cemas
dalam, sebagian besar responden sedang, dan tidak ada responden (0%)
mengalami cemas berat dan sedang yang mengalami cemas berat. Witarsa
yaitu sebanyak 14 (46,7%) responden, dkk (2013).
kemudian setelah perlakuan diperoleh
tingkatan paling cemas adalah cemas Dari hasil penelitian, tingkat
sedang yaitu 16 (53,3%) responden. kecemasan awal (pre test) pada
diketahui hasil rata-rata skor rentang kelompok perlakuan diperoleh bahwa

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 13


sebanyak 4 orang (50%) dalam pada kelompok kontrol dengan
kategori cemas berat, 3 orang (37,5%) memberikan Efektifitas Waktu
dalam kategori cemas sedang, dan 1 Penerapan Teknik Relaksasi Nafas
orang dalam kategori cemas ringan Dalam (N. A. Puspita) 7 intervensi 4
(12,5%), sedangkan pada saat akhir jam sebelum pasien masuk ruang
(post test) tidak ada yang mengalami operasi, didapatkan p-value 0,000
cemas berat, 4 orang (50%) cemas disimpulkan bahwa ada pengaruh
sedang, 1 orang (12,5%) cemas intervensi keperawatan yang
ringan dan 3 orang (37,5%) tidak diberikan 4 jam sebelum pasien
mengalami cemas.Maka dapat masuk ruang operasi terhadap
dianalisis dengan uji analisis penurunan kecemasan pre operasi.
Wilcoxon dengan tingkat kemaknaan
p < 0,05, seperti terdapat pada Terjadinya kecemasan pada klien
lampiran didapatkan nilai p = 0,011 < yang akan dilakukan operasi karena
0,05 sehingga dapat diartikan bahwa tindakan yang akan dilakukan. Pada
pada kelompok perlakuan ada saat dilakukan tindakan pembedahan
perbedaan penurunan tingkat dengan anestesi spinal merupakan
kecemasan yang signifikan antara suatu ancaman potensial maupun
sebelum dan sesudah diberikan aktual pada seseorang, sehingga dapat
aromaterapi(Merdikawati, 2013). membangkitkan reaksi stress
fisiologis maupun psikologis, dan
Penelitian ini didukung oleh merupakan pengalaman yang sulit
penelitian yang dilakukan Suprapto, bagi hampir semua klien, sehingga
Utami, dan Supriati (DalamPuspita, tidak mengherankan apabila pasien
2014) menunjukkan bahwa intervensi dan keluarga menunjukkan perilaku
keperawatan mandiri yang diberikan yang mengarah pada terjadinya
4 jam sebelum pasien menjalani kecemasan, Salah satu cara untuk
operasi efektif terhadap penurunan menurunkan kecemasan adalah
kecemasan pre operasi. Hal ini sesuai dengan pemberian aromaterapi.
dengan penelitian yang peneliti Beberapa penelitian menunjukkan
lakukan di RSUD Tugurejo Semarang bahwa dengan menghirup

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 14


aromaterapi mampu menurunkan mengendalikan fungsi denyut jantung
tingkat kecemasan seseorang (Davis, sehingga membuat tubuh rilek
dkk, 2005 dalam Arwani, 2013 ). (Muttaqin, 2009).

Respon paling umum pada pasien Dengan melakukan nafas dalam


pra-operasi salah satunya adalah secara perlahan, tubuh akan menjadi.
respon psikologi (kecemasan), secara rileks akan diteruskan ke hipotalamus
mental pasien yang akan menghadapi untuk menghasilkan Corticotropin
pembedahan harus dipersiapkan Releasing Factor (CRF) dan
karena selalu ada rasa cemas dan selanjutnya merangsang kelenjar
takut terhadap penyuntikan, nyeri pituitary untuk meningkatkan
luka, anesthesia, bahkan terdapat produksi Proopioidmelanocortin
kemungkinan cacat atau mati (POMC) sehingga produksi
(Apriansyah, Romadani, dan enkephalin oleh medulla adrenal
Andrianovita, 2014). meningkat dan juga menghasilkan
Menarik nafas dalam secara teratur endorphin neurotransmitter yang
dapat meningkatkan dan memperbaiki membuat rileks (Guyton and Hall,
pengiriman oksigen ke seluruh organ 2007 dalam Ariati 2012).
tubuh. Rutin menarik nafas dalam
telah terbukti menurunkan tekanan Relaksasi nafas dalam merupakan
darah. Hal ini dikarenakan nafas kebebasan mental dan fisik dari
dalam merupakan suatu usaha untuk ketegangan dan stress, karena dapat
inspirasi dan ekspirasi sehingga mengubah persepsi kognitif dan
berpengaruh terhadap peregangan motivasi afektif pasien. Teknik
kardiopulmonari (Anonim, 2012 relaksasi membuat pasien dapat
dalam kristiyawati, 2013). mengontrol diri ketika terjadi rasa
Peregangan tersebut akan memicu tidak nyaman atau nyeri, stress fisik
peningkatan reflek baroreseptor yang dan emosi pada nyeri. Beberapa
dapat merangsang saraf parasimpatis penelitian telah menunjukkan bahwa
dan menghambat pusat simpatis. relaksasi nafas dalam sangat efektif
Saraf parasimpatik berfungsi dalam menurunkan kecemasan dan

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 15


nyeri pasca operasi (Brunner ditransmisikan melalui saluran
&Suddart, 2001dalam Gea, 2014). olfactory ke dalam system limbik.
Hal ini akan merangsang memori dan
Hal ini dengan penambahan respon emosional. Hipotalamus
aromaterapi akan semakin berperan sebagai relay dan regulator,
memberikan rasa nyaman terhadap memunculkan pesan pesan yang
pasien, dengan melakukan harus disampaikan ke bagian lain otak
penggabungan dapat menjadi efektif serta bagian badan yang lain. Pesan
dalam penurunan kecemasan. yang diterima itu kemudian diubah
Denganpenggabungan aromaterapi menjadi tindakan yang berupa
lavender merupakan salah satu teknik pelepasan senyawa elektrokimia yang
pengobatan dengan menggunakan menyebabkan euphoria, relaks, atau
bau-bauan minyak esensial sedatif (Satuhu & Yuliani, 2012).
aromaterapi. Aromaterapi yang
digunakan pada individu yang Hasil lain yang menunjang yaitu pada
mengalami kecemasan yaitu berupa kelompok eksperimen terjadi
aromaterapi lavender. Minyak penurunan kecemasan setelah di
lavender mempunyai banyak potensi berikan aromaterapi inhalasi lavender
karena memiliki beberapa kandungan sebesar 4.33. hasil analisa penurunan
seperti monoterpenehidrokarbon, ini dengan menggunakan dependent T
camphene, limonene, geraniol test diperoleh nilai P value= 0.000
lavandulol, nerol dan sebagian besar (p<=0.05). (Anastasya S, 2015dalam
mengandung linalool dan linalool Karlina 2014).
asetat dengan jumlah sekitar 30-60%
dari total berat minyak, dimana Hasil penelitian ini sesuai dengan
linalool adalah kandungan aktif utama penelitian yang pernah dilakukan
sebagai rileksasi untuk mengurangi bertujuan mendeskripsikan manfaat
kecemasan (Nuraini, 2014) aromaterapi lavender terhadap
penurunan nyeri persalinan ibu pada
Ketika molekul menempel pada silia, kala I fase aktif. 23 Namun,
suatu pesan elektrokimia akan perbedaan penelitian sebelumnya

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 16


dengan penelitian ini adalah dari pesan-pesan ke bagian otak serta
desain penelitian sebelumnya yang bagian tubuh yang lain. Pesan yang
digunakan adalah desain deskriptif diterima kemudian diubah menjadi
observasional sehingga tidak tindakan berupa pelepasan hormon 56
didapatkan nilai kemaknaan pengaruh 57 10 melatonin dan serotonin yang
aromaterapi terhadap penurunan menyebabkan euporia, relaks atau
nyeri. (Eri Puji Kumalasari,2012). sedative (Koensoemardiyah,2009)

Minyak lavender yang mengandung Rata-rata kecemasan sebelum dan


linalool menjadi salah satu setelah diberikan aromaterapi inhalasi
aromaterapi yang banyak digunakan, lavender. Hasil yang diperoleh p
secara inhalasi (dihirup) atau value = 0,000 p< (0.05), maka dapat
menggunakan teknik pijat pada kulit. disimpulkan ada perbedaan
Dampak positif aromaterapi terhadap kecemasan sebelum dan sesudah di
penurunan tingkat kecemasan akan berikan aromaterapi sedangkan
lebih dirasakan apabila diberikan perbedaan ratarata keemasan post test
secara langsung (inhalasi) karena kelompok eksperimen dan kelompok
hidung/penciuman mempunyai kontrol. Hasil analisa memperoleh p
kontak langsung dengan bagian- value= 0,000 p<(0.0.05) dan dapat
bagian otak yang bertugas disimpulkan terdapat perbedaan rata-
merangsang terbentuknya efek yang rata kecemasan antara kelompok
ditimbulkan aromaterapi. ekeperimen dan kelompok kontrol
(Anastsia S Dkk 2015).
Aromaterapi lavender bekerja
merangsang sel saraf penciuman dan Asumsi peneliti, tehnik relaksasi
nafas dalam dengan aromaterapi
mempengaruhi sistem kerja
lavender sangat membantu
limbic.Sistem limbik merupakan menurunkan kecemasan pada pasien
yang akan menjalankanm tindakan
pusat nyeri, senang, marah, takut,
operasi. Namun, beberapa factor yang
depresi, dan berbagai emosi lainnya. dapat mempengaruhi keberhasilan
terapi ini adalah umur dan kesiapan
Hipotalamus yang berperan sebagai
responden untuk menerima informasi
relay dan regulator, memunculkan yang di sampaikan. Dengan

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 17


digabungkannya dua terapi dapat umum sawerigading palopo
sangat membantu menurunkan
2012. Skripsi dipublikan
kecemasan pada pasien pre operasi.

DAFTAR PUSTAKA Arwani, sriningsih, hartono,(2013)


pengaruh pemberian
Anik, M., (2014) Asuhan aromaterapi terhadap tingkat
keperawatan perioperatif Kecemasan pasien sebelum
preoperasi. Jakarta: TIM. operasi dengan anestesi spinal
diRs tugu semarang
Apriansyah, A, Romadoni, S &
Andrianovita, D. ( 2014 ). Dewi, AP., (2010) Aromaterapi
Hubungan antara tingkat Lavender Sebagai Media Relaksasi.
kecemasan pre-operasi
dengan derajat nyeri pada Fatmawati, DP, (2016) Pengaruh
pasien post section caeserea Relaksasi Progresif Dan
di rumah sakit Aromaterapi Lavender
muhammadiyah palembang. Terhadap Penurunan
Kecemasan Pada Pasien Pre
Aprianto, D., Purnomo, E.C., Operasi Dengan Spinal
Kristiyawati. (2013). Anastesi
Efektitivitas teknik relaksasi
imajinasi terbimbing dan Gea, N.K., (2013). Pengaruh
nafas dalam terhadap Relaksasi Nafas Dalam
penurunan kecemasan pada Terhadap Penuruan Tingkat
pasien pre operasi. Kecemasan Pasien Pre
Operasi di RSUD Kota
Ariati, D. (2012). Pengaruh teknik Bekasi.
relaksasi lima jari terhadap
penurunan tingkat kecemasan
pada pasien preoperasi
apendiktomi di rumah sakit

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 18


Hawari, D. (2014) Manajemen Stres, menghadapi operasi di RSUP
Cemas, dan Depresi. Jakarta. Fatmawati.
FK UI.
http://www.pengertianmenurutparaahl Kusumaningtyas, D (2015).
i.net/pengertian-teknik- Pemberian Aromaterapi
purposive-sampling-menurut- Lanvender Terhadap
para-ahli/ Penurunan Tingkat Nyeri
Pada Asuhan keperawatan
Kamal, S., Pinilih, S.S, (2013) Ny. S Dengan Gastristis Di
Efektifitas Deep Breathing Ruang Mawar II RSUD
Relaxation Terhadap Ansietas karangnyar.
Mahasiswa Dalam Pra http://stikeskusumahusada.ac.
Pembelajaran Klinik Prodi id/digilib/files/disk1/28/01-
Diii Keperawatan Di gdl-diahkusuma-1355-1-
Universitas Muhammadiyah ktidiah.pdf.
Magelang.
Mardiani, I.Y., Ismonah., Supriyadi.,
Karlina, reksohusodo, widayati, (2014) perbedaan efektifitas
(2014). Pengaruh pemberian teknik relaksasi benson dan
aromaterapi lavender secara nafas dalamterhadap tingkat
inhalasi terhadap penurunan kecemasan pasien pre
intensitas nyeri persalinan operasi bedah abdomen di
fisiologis pada primipara RSUD Kota Salatiga.
inpartu kala satu fase aktif di
bpm fetty fathiyah kota Merdikawati, Wihastuti, yuliantu,
mataram (2013) aromaterapi bunga
lavender dengan tingkat
Kuraesin, N.D., (2009). Faktor-faktor kecemasan Remaja putri saat
yang mempengaruhi tingkat pre menstrual syndrome
kecemasan pasien yang akan

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 19


Nugroho, c., Prasetyo, d., (2010) menjalani hemodialisis di
hubungan pengetahuan RSUD WANGAYA
keluarga tentang pre operasi DENPASAR.
Dengan tingkat kecemasan
keluarga Pada klien pre Putra,AA., Ramdhani N., (2004)
operasi. jurnal akp no. 5, 1 pengembagan multimedia
januari 30 juni 2012. relakasi.

Puspita, Armiyati, Arif,(2014) Shirley, P., Len P.,(1997)


Efektifitas Waktu Penerapan Aromaterapi bagi profesi
Teknik Relaksasi Nafas Dalam kesehatan. Jakarta: EGC.
Terhadap Penurunan
Kecemasan Pada Pasien Pre Sitanggang, W.,(2014). Efektivitas
Operasi Bedah Mayor Teknik Relaksasi Nafas Dalam
Abdomen Di Rsud Tugurejo dan Aromaterapi Mawar
Semarang. Terhadap Penurunan
Intensitas Nyeri Persalinan
Puspita, N.A., Armiyati, Y., Arif,. S. Kala I.
(2014) Efektifitas waktu
penerapan teknik relaksasi Solehati, T., Kosasih, CE. (2015)
nafas dalam terhadap Konsep dan aplikasi relaksasi
penurunan kecemasan pada dalam keperawatan martinitas.
pasien pre operasi bedah Bandung: ADITAMA.
mayor abdomen di RSUD
Tugurejo Semarang. Suardana, P, Simarmata N, (2013)
hubungan antara motivasi
Putra, P.P, Witarsa, .M.S, (2014) belajar dan kecemasan pada
Pengaruh aromaterapi siswa kelas vi sekolah dasar
inhalasi terhadap penurunan Di denpasar menjelang ujian
tingkat kecemasan pasien nasional.
gagal ginjal kronik Yang

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 20


Suryani, S., Asdar, F., Iksan, M., Kristiwati,SP, Purnomo, (2013).
(2012) Faktor-Faktor Yang Efektifitas teknik relaksasi
Berhubungan Dengan imajinasi terbimbing Dan
Terjadinya Peningkatan nafas dalam terhadap
Tekanan Darah Pada Pasien penurunan kecemasan Pada
Pre Operasi Laparatomi Di pasien pre operasi.
Rumah Sakit Umum Islam
Faisal Makassar. Volume 1 Yuliani,D.(2015) Hubungan antara
Nomor 1 Tahun 2012 ISSN : dukungan keluarga terhadap
2302-2531 tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi Mayor di
Tamsuri, A., (2006) konsep dan pku muhammadiyah
penatalaksanaan nyeri. gombong.
Jakarta: EGC.

Uskenat, M.D., Puguh, S., Solechan,


A.,(2014) Perbedaan tingkat
kecemasan pada pasien pre
operasi dengan general
anestesi sebelum dan sesudah
diberikan relaksasi otot
progresif di RS Panti Wilasa
Citarum Semarang.

Widiarti, A.W. Suhardi (2015)


Kecemasan Menghadapi
Skripsi Dengan
Menggunakan Aromaterapi
Inhalasi.

Efektivitas Relaksasi Nafas Dalam Dengan, (N. H. Manalu 2016) 21

Anda mungkin juga menyukai