Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN EVIDENCE BASED PRACTICE

I. PENDAHULUAN
Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata
manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan berbagai
kegiatan. Gangguan terhadap penglihatan ditemukan mulai dari gangguan ringan
hingga gangguan berat yang dapat mengakibatkan kebutaan (Riset Kesehatan
Dasar, 2013).
Kesehatan mata sangatlah penting karena penglihatan tidak dapat
digantikan dengan apapun, maka mata memerlukan perawatan yang baik.
Kebutaan yang diakibatkan karena katarak merupakan masalah kesehatan secara
global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan
penglihatan dapat mengakibatkan kebutaan dan kehilangan fungsi mata. Penyakit
umum pada mata dapat digolongkan dalam beberapa kelompok, salah satu
penyebab dari kebutaan di seluruh dunia adalah katarak. Katarak adalah dimana
keadaan suatu lensa mata yang pada awalnya jernih menjadi keruh (Sidarta, dalam
Wahyuningtyas, 2016).
Katarak yang merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di
dunia diperkirakan jumlah penderita kebutaan katarak di dunia saat ini sebesar 17
juta orang dan akan meningkat menjadi 40 juta pada tahun 2020. Sedangkan di
Indonesia jumlah penderita katarak mencapai 2,4 juta orang. Pertambahan
penderita katarak setiap tahun sekitar 240 ribu. Pertumbuhan penderitanya sudah
melebihi angka 1% dari jumlah penduduk. Berdasarkan data Riset Kesehatan
dasar (Riskesdas) Tahun 2013, prevalensi katarak semua umur tahun 2013 adalah
1,8 persen, sedangkan di Provinsi Lampung prevalensi katarak adalah 1,5%
(Kemenkes RI, 2013).
Penatalaksanaan pengobatan untuk katarak adalah dengan ekstraksi lensa.
Operasi katarak merupakan operasi yang sering dilakukan diseluruh dunia, karena
operasi merupakan pengobatan utama terapi katarak. Tujuan operasi katarak
adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.
Indikasi utama operasi katarak paling umum adalah keinginan pasien sendiri
untuk memperbaiki fungsi penglihatannya. Pembedahan pada operasi katarak
dilakukan dengan mengeluarkan lensa dengan memecah atau merobek kapsul
lensa anterior sehingga masa lensa dan kortek lensa dapat dikeluarkan baik
melalui luka maupun dengan cara penyedotan (Ilyas dan Yulianti, 2012).
Nyeri merupakan salah satu keluhan tersering pada pasien setelah
mengalami pembedahan seperti pada operasi katarak. Pasien umumnya
mengalami nyeri 1-2 jam pertama pasca bedah, yaitu ketika pengaruh anastesi
sudah hilang (Rilla, 2014). Selain nyeri yang dirasakan pasien katarak, kadang
kecemasan juga sering dikaitkan dengan proses pembedahan katarak. Data di
Indonesia, sekitar 80% dari pasien yang akan menjalani pembedahan melaporkan
mengalami kecemasan. Kecemasan dapat berakibat pada peningkatan tekanan
darah ataupun gula darah pasien operasi. Persiapan yang baik selama periode
operasi membantu menurunkan resiko operasi dan meningkatkan pemulihan pasca
bedah.
Penatalaksanaan nyeri paska bedah dapat dilakukan secara farmakologis
dan non farmakologis. Secara farmakologis mencakup pemberian obat-obatan
seperti analgetik dan analgesik. Kelebihan dari penanganan farmakologis ini
adalah rasa nyeri dapat diatasi dengan cepat namun pemberian obat-obatan kimia
jangka waktu lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan
pemakainya, seperti gangguan pada ginjal. Cara non farmakologis untuk
mengatasi nyeri dapat dilakukan menggunakan tekhnik distraksi, diantaranya
distraksi visual, taktil, relaksasi pernafasan, audioterapi, dan intelektual (Rilla,
2014). Teknik relaksasi didasarkan kepada keyakinan bahwa tubuh berespon pada
cemas yang merangsang pikiran karena nyeri atau kondisi penyakitnya. Relaksasi
merupakan kebebasan fisik dan mental dari ketegangan dan stress. Teknik ini
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri,
stress fisik dan emosi pada nyeri.
Ada bentuk teknik relaksasi selain relaksasi nafas dalam, yaitu salah
satunya adalah teknik relaksasi dengan imajinasi terbimbing (guided imagery).
Teknik relaksasi imajinasi terbimbing (guided imagery) merupakan penggunaan
imajinasi dengan sengaja untuk memperoleh relaksasi dan menjauhkan dari
sensasi yang tidak diinginkan.
II. ANALISIS JURNAL
Judul :
- EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM DAN
DZIKIR TERAPI TERHADAP NYERI POST OP KATARAK
- PENGARUH TEHNIK RELAKSASI GUIDE IMAGERY
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERASI
KATARAK
- ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K DENGAN GANGGUAN
- SISTEM SENSORI VISUAL: PRE DAN POST OPERASI
KATARAK DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH BOYOLALI

Analisis Jurnal Uraian


P Dalam jurnal ini, populasi atau problem yang ditemukan yaitu
pasien pre dan post katarak.
I - Intervensi yang diberikan pasien untuk mengatasi nyeri
post operasi katarak adalah teknik relaksasi nafas dalam.
- Intervensi yang diberikan pada pasien dalam mengatasi
kecemasan preoperasi adalah tehnik relaksasi guide
imagery.
Responden yang mendapatkan teknik relaksasi nafas dalam
mendapatkan rasa nyaman dan tenang sewaktu diberikan
terapi sehingga responden merasakan rasa nyeri yang
diterimanya berkurang dan kecemasan berkurang.
C Dalam penelitian ini ada pembanding yaitu tehnik relaksasi
guide imagery yang diintervensikan kepada pasien pre operasi
katarak. Untuk menurunkan nyeri post operasi katarak
digunakan juga terapi dzikir, karena terapi dzikir untuk
kesehatan memiliki manfaat yang sangat besar, karena dzikir
kepada Allah akan menumbuhkan energy yang sangat luar
biasa. Dzikir selain berdampak terhadap kesehatan jasmani
dan rohani, dzikir juga dapat menyembuhkan berbagai
penyakit fisik, seperti tekanan darah tinggi, rasa nyeri, dan
yang lainnya.
O Hasil penelitian pemberian intervensi yaitu tindakan relaksasi
nafas dalam dapat mempengaruhi skala nyeri, hal ini dilihat
dari yang menunjukkan bahwa penurunan skala nyeri
kelompok eksperimen yang diberikan intervensi (relaksasi
nafas) lebih besar daripada kelompok kontrol yang tidak
diberikan intervensi (relaksasi nafas dalam). Kelompok
eksperimen memiliki penurunan skala nyeri yang lebih
signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hasil penelitian tentang teknik guide imagery berpengaruh
terhadap penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi katarak. Dengan menerapkan teknik relaksasi dengan
guided imagery secara benar maka perasaan seseorang akan
merasa tenang sehingga dapat menurunkan tingkat kecemasan
pada pasien pre-operasi.
T Waktu penelitian dilaksanakan rentang tahun 2012-2018

III. PEMBAHASAN
Katarak merupakan kondisi terjadinya kekeruhan pada lensa mata.
Kejadian katarak sering ditemukan pada masa lansia dan biasanya terjadi karena
proses penuaan. Angka kejadian kasus katarak termasuk tertinggi yang dapat
menyebabkan kebutaan.
Hasil asuhan keperawatan pada pasien katarak terdapat beberapa diagnosa
yang diangkat seperti nyeri akut berhubungan dengan agens injury fisik, dan
kecemasan berhubungan dengan krisis situasional.
Pada pembahasan ini, penulis mengangkat masalah katarak dan diambil 3
jurnal yang berkaitan dengan intervensi yaitu teknik relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi nyeri post operasi dan mengurangi kecemasan.
Berdasarkan jurnal menyebutkan bahwa nyeri post operasi katarak
berkurang setelah diberikan teknik nafas dalam. Teknik relaksasi nafas dalam
bertujuan untuk menahan terbentuknya respon stress, terutama dalam sistim saraf
dan hormone, teknik relaksasi nafas dalam tidak saja menyebabkan efek yang
menyenangkan fisik tetapi juga menyenangkan fikiran (Potter & Perry, 2010).
Teknik relaksasi nafas menyebabkan terjadinya impuls listrik sehingga
merangsang sistim limbic yang merangsang sistim saraf pusat dan kelenjar
hipofise yang menyebabkan terjadinya peningkatan hormone endoprine dan
penurunan hormone adrenaline sehingga meningkatkan konsentrasi dan
mempermudah mengatur nafas, oksigen didalam darah meningkat dan
menimbulkan perasaan nyaman, tenang dan bahagia. Perasaan nyaman, tenang
dan bahagia menyebabkan vasodilator pembuluh darah sehingga oksida nitrit
meningkat dan elastisitas pembuluh darah meningkat yang menyebabkan volume
darah menurun sehingga terjadi penurunan tekanan darah yang menyebabkan
punurunan rasa nyeri (Budiyanto, dkk (2015).
Dalam jurnal selanjutnya membahas tentang pengaruh teknik guided
imagery dalam penurunan tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi katarak,
hasil penelitian ini menyebutkan bahwa teknik relaksasi dengan guided imagery
akan memberikan relaksasi terhadap perasaan cemas dan takut yang dirasakan
responden pada saat pre-operasi. Guided imagery akan meningkatkan perasaan
tenang dan damai serta memberikan kenyamanan bagi fikiran. Hal tersebut akan
menciptakan kesan-kesan yang dapat membawa ketenangan fikiran serta
membuang fikiran negatif atau pikiran menyimpang yang ditimbulkan akibat
rencana operasi. Dengan menerapkan teknik relaksasi dengan guided imagery
secara benar maka perasaan seseorang akan merasa tenang sehingga dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien pre-operasi.

IV. SIMPULAN DAN SARAN


Terapi relaksasi nafas dalam terhadap penurunan skala nyeri pada pasien
post operasi katarak dan teknik guided imagery dalam penurunan tingkat
kecemasan pada pasien pre-operasi katarak.

V. DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningtyas, S.P. (2016). Hubungan tingkat pengetahuan tindakan
Phacoemulsifikasi dengan kecemasan pada pasien katarak dirumah sakit
mata solo. Publikasi ilmiah. 4 mei 2016. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Diperoleh tanggal 8 Oktober 2017 melalui
http://www.eprints.ums.ac.id/
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta.
Ilyas, S., & Yulianti, S. (2012). Ilmu penyakit mata. Ed 5. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Rilla, E.V., Ropi, H., Sriati, A. (2014). Terapi murottal efektif menurunkan
tingkat nyeri dibanding terapi musik pada pasien pasca bedah. Jurnal
Keperawatan Indonesia. Vol 17, No 2, 74-80. Diperoleh tanggal 2 Oktober
2017 dari http://www.jki.ui.ac.id/
Potter, P.A & Perry, A. G. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik. Vol 2. Jakarta: EGC
VI. LAMPIRAN
3 Jurnal.
1. Yuniarti, Darwin, Nurul Huda (2018). Efektifitas Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Dan Dzikir Terapi Terhadap Nyeri Post Op Katarak.
Jurnal. Universitas Riau.
2. Budi Antoro, Gustop Amatiria. (2017). Pengaruh Tehnik Relaksasi
Guide Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Pasien Preoperasi
Katarak. Jurnal Keperawatan, Volume XIII, No. 2, Oktober 2017 ISSN
1907 - 0357
3. Suranto. (2012). Asuhan keperawatan pada ny. K dengan gangguan
sistem sensori visual: pre dan post operasi katarak di Ruang
Flamboyan Rumah Sakit Umum Daerah Boyolali. Jurnal Naskah
Publikasi.

Anda mungkin juga menyukai