Anda di halaman 1dari 25

ISSU ETIK DALAM

PALIATIF CARE
 1. sikap peduli terhadap pasien , termasuk sensitivitas dan
empati terhadap kesehatan dan penderitaan pasien
 2. menganggap pasien sebagai seorang individu
PRINSIP  3. pertimbangkan kebudayaan, factor etnis, ras, agama dan

PELAKSANA factor budaya lainnya dapat mempengaruhi penderitaan pasien


 4. persetujuan pasien , mutlak harus dilakukan
AN PALIATIF  5. memilih tempat dilakukannya perawatan
CARE  6. komunikasi
 7. aspek klinis : perawatan yang sesuai dengan stadium dan
prognosis penyakit
 8. perawatan komprehensif dan terkoordinasi dari berbagai
bidang profesi
 9. kualitas perawatan yang sebaik mungkin
 10. perawatan yang berkelanjutan
Lanjutan…  11. mencegah terjadinya kegawatan
 12. bantuan kepada perawat
 13. pemeriksaan ulang
 1. autonomi (otonomi)
 Respek terhadapa nilai-nilai yang dianut oleh pasien dan
memberikan kesempatan untuk menentukan keputusan untuk
dirinya
PRINSIP ETIK  2. non maleficence (tidak merugikan )
DALAM  Tidak menimbulkan bahaya fisik dan psikologis
PERAWATAN  3. Veracity (kejujuran )
PALIATIF  Nilai yang diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk
menyampaikan kebenaran pada setiap pasien , informasi harus
akurat , komprehensif dan objeltif
 4. beneficience (berbuat baik )
 5. justice (keadilan )
 Nilai ini direfleksikan dalam praktik professional ketika tim
perawatan paliatif bekerja untuk terapi yang benar sesuai
hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk
Lanjutan… memperoleh kualitas pelayanan kesehatan
 6. kerahasiaan (confidentiality)
 Informasi yang berkaitan dengan masalah kesehatan pasien
bersifat rahasia yang boleh diketahui oelh pasien dan orang
yang diijinkan oleh pasien untuk mengetahuinya.
 7. Akuntabilitas
 Prinsip yang berhubungan erat dengan fidelity yang berarti
tanggung jawab pasti pada setiap tindakan dan dapat digunakan
untuk menilai orang lain.
 “ayah saya tidak minum secara adequat, kenapa anda tidak
memberikannya minum ?
 Isu etik
 Beneficence :akankan pemberian cairan artificial menolong
Contoh 1 pasien ?
 Non-maleficence : akan diberikan atau tidak diberikan cairan
artificial dapat merugikan pasien?
 Autonomi: apakah pasien menginginkan pemberian drip?
 “Berapa lama lagi saya akan meninggal ? “
 Autonomi : apakah setiap keadaan /kondisi diberitahukan
kepada pasien
 Pertanyaan diatas berkaitan dengan prognosis

Contoh 2  Biasanya pasien sering mengatakan bahwa mereka tidak diberi


tahu apapun tentang keadaannya oleh petugas kesehatan /dokter
ini bias terjadi karena benar-benar tidak di informasikan atau
pasien menggunakan mekanisme ‘denial’ terhadap berita buruk
 “jangan katakana pada ibu saya tentang diagnosanya, saya lebih
tahu ibu saya dari pada anda”
 Autonomi : apakah pasien tidak membutuhkan informasi yang
benar tentang dirinya seperti yang di pikirkan klg nya?
Contoh 3  Beneficence : apakah akan menolong pasien apabila ia tahu
diagnosanya ?
 Non-mal eficence : apakah akan merugikan pasien apabila ia
tahu diagnosanya ?
 “Saya ingin dilaksanakan resusitasi yang lengkap terhadap saya
apabila terjadi kegagalan pada jantung atau paru-paru saya “
 Autonomi ; apakah pasien mempunyai hak untuk meminta
diberikan tindakan pada dokter atau perawat?
 Beneficence : apakah pasien sangat ingin dilakukan resusitasi
Contoh 4 terhadapnya /
 Non maleficence : apakah melakukan resusitasi terhadap pasien
merugikan pasien itu sendiri ?
 Justice : apakah akan berguna bagi pasien untuk dilakukan
resusitasi di ICU
 Sejarah Eutanasia
 Rasjidi, (2010) Kata eutanasia berasal dari bahasa " Yunani
yaitu "eu" (baik) and "thanatos" (maut, kematian) yang
apabila digabungkan berarti "kematian yang baik".
Hippokrates pertama kali menggunakan istilah "eutanasia" ini

Eutanasia pada sumpah Hippokrates yang ditulis pada masa 400-300 SM.
Sumpah tersebut berbunyi: "Saya tidak akan menyarankan dan
atau memberikan obat yang mematikan kepada siapapun
meskipun telah dimintakan untuk itu". Dalam sejarah hukum
Inggris yaitu common law sejak tahun 1300 hingga saat
"bunuh diri" ataupun "membantu pelaksanaan bunuh diri" tidak
diperbolehkan.
 Euthanasia adalah dengan sengaja tidak melakukan sesuatu
untuk memperpanjang hidup seorang pasien atau sengaja
melakukan sesuatu untuk memperpendek hidup atau
mengakhiri hidup seorang pasien, dan ini dilakukan untuk
kepentingan pasien sendiri.

Eutanasia dalam  Kode Etik Kedokteran Indonesia menggunakan euthanasia


dalam tiga arti:
pengertian dan  a. Berpindahnya ke alam baka dengan tenang & aman tanpa
kode etik di penderitaan, buat yang beriman dengan nama Tuhan di bibir.
Indonesia  b. Waktu hidup akan berakhir, diringankan penderitaan si sakit
dengan memberi obat penenang.
 c. Mengakhiri penderitaan & hidup seorang sakit dengan
sengaja atas permintaan pasien sendiri & keluarganya.
 Menurut Profesor Leenen dalam Achadiat (2007) ada 4 betuk
golongan pseudo-euthanasia ialah :
 a. Pengakhiran perawatan medik karena gejala mati otak atau
batang otak.

Pseudo-  b. Pasien menolak perawatan atau bantuan medik terhadap

Euthanasia dirinya.
 c. Berakhirnya kehidupan akibat keadaan darurat karena kuasa
tidak terlawan (force majure).
 d. Penghentian perawatan/pengobatan/bantuan medik yang
diketahui tidak ada gunanya.
 a. Eutanasia pasif : Menghentikan/mencabut segala tindakan atau
pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia .
Eutanasia ini dikategorikan sebagai tindakan eutanasia negatif
yang tidak menggunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif
untuk mengakhiri kehidupan pasien. Tindakan pada eutanasia
pasif ini adalah dengan secara sengaja tidak memberikan bantuan
Jenis-jenis medis untuk memperpanjang hidup pasien. Misalnya tidak

eutanasia dan memberikan bantuan oksigen bagi pasien yang mengalami


kesulitan dalam pernapasan atau tidak memberikan obat-obat baik
kesadaran antibioti, vasopressor, vasoaktif, atau analgetik.

pelakunya  Eutanasia pasif ini seringkali secara terselubung dilakukan oleh


kebanyakan rumah sakit. Penyalahgunaan eutanasia pasif bisa
dilakukan oleh tenaga medis, maupun keputusasaan keluargan
karena ketidak sanggupan menanggung beban biaya pengobatan
atau alasan lain.
 Eutanasia aktif Menurut Sutarno (2012) Eutanasia aktif tidak
langsung : Tindakan medik untuk meringankan penderitaan
pasien, namun mengetahui adanya resiko dapat memperpendek
atau mengakhiri hidup pasien pelaku menyadari.Eutanasia aktif
langsung (mercy killing) : Tindakan medis secara terarah yg
akan mengakhiri hidup pasien, atau memperpendek hidup
pasien, pelaku menyadari.
 Berdasarkan hukum di Indonesia maka etanasia adalah sesuatu
perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada
peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344
Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa
”Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas
Penerapan Hukum permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata
Positif Pada Kasus dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12
Eutanasia di Indonesia tahun”.
 Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal
338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan
memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan etanasia. Dengan
demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita
memang tidak mengizinkan tindakan etanasia oleh siapa pun.
 Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun
hak tersebut merupakan anugerah Allah kepada manusia.Hanya
Allah yang dapat menentukan kapan seseorang lahir dan kapan
ia mati (QS 22: 66; 2: 243).Oleh karena itu, bunuh diri

Eutanasia diharamkan dalam hukum Islam


 "Dan belanjakanlah (hartamu) di jalan Allah, dan
dalam ajaran janganlahkamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam

Islam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah


menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2: 195), dan
dalam ayat lain disebutkan, "Janganlah engkau membunuh
dirimu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah
"Janganlah kamu saling berbunuhan."
 Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir
al-maut (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan
kematian seseorang dengan sengaja tanpa merasakan sakit,
karena kasihsayang, dengan tujuan meringankan penderitaan si
sakit, baik dengan cara positif maupun negatif.
 taisir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan
memudahkan kematian sisakit—karena kasih sayang—yang
dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan instrumen(alat).
Eutanasia  Memudahkan proses kematian secara aktif (eutanasia positif)
Positif adalah tidak diperkenankan oleh syara'. Sebab dalam tindakan
ini seorang dokter melakukan suatu tindakan aktif dengan
tujuan membunuh si sakit dan mempercepat kematiannya
melalui pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk
pembunuhan yang haram hukumnya,
 Eutanasia negatif disebut dengan taisir al-maut al-munfa'il.
Pada eutanasia negatif tidak dipergunakan alat-alat atau
langkah-langkah aktif untuk mengakhiri kehidupan si sakit,
tetapi ia hanya dibiarkan tanpa diberi pengobatan untuk
memperpanjang hayatnya.
 Di antara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama
Eutanasia syara' ialah bahwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak
Negatif wajib hukumnya menurut jumhur fuqaha dan imam-imam
mazhab. Bahkan menurut mereka, mengobati atau berobat ini
hanya berkisar pada hukum mubah. Dalamhal ini hanya
segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang dikatakan
oleh sahabat-sahabat Imam Syafi'i dan Imam Ahmad
sebagaimana dikemukakan oleh Syekhul Islam Ibnu Taimiyah,
dan sebagian ulama lagi menganggapnya mustahab (sunnah).
 American Heart Association (AHA) mengganti istilah DNR
(Do Not Resuscitate) dengan istilah DNAR (Do Not Attempt
Resuscitate)
 artinya adalah suatu perintah untuk tidak melakukan resusitasi
terhadap pasien dengan kondisi tertentu, atau tidak mencoba
usaha resusitasi jika memang tidak perlu dilakukan, sehingga
DNR pasien dapat menghadapi kematian secara alamiah,
 sedangkan istilah DNR (Do Not Resuscitate) mengisyaratkan
bahwa resusitasi yang dilakukan akan berhasil jika kita
berusaha (Burns et al , 2003 dalam Brewer, 2008).
 Morrison et al (2010), perintah untuk tidak melakukan
resusitasi (DNAR) diberikan oleh dokter berlisensi atau
pernyataan penolakan resusitasi merupakan permintaan tertulis
pasien atau keluarganya dan harus ditandatangani pada format
PROSES baku yang dituangkan dalam informed consent,

PEMBERIAN  Diputuskan setelah melalui proses konsultasi dengan dokter


yang berwenang, artinya bahwa pasien/keluarganya dapat
PERINTAH ‘ menerima dan memahami informasi yang akurat tentang
DNAR’ kondisi, prognosis, jenis tindakan medik yang diusulkan,
tindakan alternatif lain, risiko, dan manfaat dari tindakan medis
tersebut.
 Yuen et al (2010) dalam Breault (2011) memberikan beberapa
standar yang harus dilakukan pada saat diskusi menentukan
keputusan DNAR yaitu
 Dokter harus menentukan penyakit/kondisi pasien,
menyampaikan tujuan, memutuskan prognosa, potensi manfaat
dan kerugian dari resusitasi (CPR),

STANDAR  memberikan rekomendasi berdasarkan penilaian medis tentang


manfaat/kerugian CPR,
 Dokter penanggung jawab harus hadir dalam diskusi,
mendokumentasikan isi diskusi, dan alasan pasien/keluarga
dalam pengambilan keputusan.
 Keputusan penolakan resusitasi (DNAR) menurut Brewer
(2008) melibatkan tiga prinsip moral yang dapat dikaji oleh
perawat, yaitu
 autonomy, beneficience, dan nonmalefecience,

PRINSIP  ketiga prinsip tersebut merupakan dilema etik yang menuntut


perawat berpikir kritis, karena terdapat dua perbedaan nilai
MORAL ETIK terhadap profesionalisme dalam memberikan asuhan
keperawatan, secara profesional perawat ingin memberikan
pelayanan secara optimal, tetapi disatu sisi terdapat pendapat
yang mengharuskan penghentian tindakan.
 Menurut ANA (2004) dalam Treas dan Wilkinson (2010)
dikatakan bahwa, perawat sebaiknya memperhatikan dan
berperan aktif terhadap perkembangan kebijakan DNAR di
institusi tempat mereka bekerja, dan diharapkan dapat berkerja
sama dengan dokter selaku penanggung jawab masalah DNAR.
PERAN  Perawat berperan sebagai pemberi edukasi kepada pasien dan
PERAWAT keluarga tentang keputusan yang mereka ambil dan
memberikan informasi yang relevan terkait perannya sebagai
advokat bagi pasien dalam memutuskan cara mereka untuk
menghadapi kematian.

Anda mungkin juga menyukai