Anda di halaman 1dari 54

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN : INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG
PERAWATAN RS POHUWATO

MOHAMAD FAUJAN SALEH


NIM : N211240

Preceftor lahan Preceftor institusi

(CINDRA, S.kep, Ns) (SAHARULLAH, S.Kep, Ns, M.Kes)

PRODI PROFESI NERS


STIKES GRAHA EDUKASI MAKASSAR
ANGKTAN TAHUN 2021 - 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN : INFEKSI SALURAN KEMIH
DI RUANG PERAWATAN
A. MEDIS
1. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
suatu keadaan adanya infasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus
Tessy, 2001).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).

Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau
tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428).

2. Anatomi Fisiologi
Gambar I Sistem Perkemihan (sumber anatomi fisiologi)

a. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat
langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2
buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal
laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap –
tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerolus dan
kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat
kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler glumerolus) yang bentuknya
besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau
pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah
antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian
tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus
proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi
saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa
Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik
kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus
kontortus distal.
1) Bagian - Bagian Ginjal
Bila sebuah ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
Gambar II Ginjal (sumber anatomi fisiologi)

a) Kulit Ginjal (Korteks)


Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan
penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan
darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang
tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus
dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus
dengan simpai bownman disebut badan malphigi
Penyaringan darah terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara
glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam
darah akan masuk kedalam simpai bownman. Dari sini maka zat –
zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan
dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

b) Sumsum Ginjal (Medula)


Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang
disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan
puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian
dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya
disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli
dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks
yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul
ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai
bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah
mengalami berbagai proses.
c) Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)
Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal,
berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan
ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor,
yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks
minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari
Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke
ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula
urinaria).
2) Fungsi Ginjal:
a) Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen, misalnya amonia.
b) Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya
gula dan vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri
dan zat warna).
c) Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.
d) Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan
kelebihan asam atau basa.
3) Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan
bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata,
arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi
kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan
dikelilingi oleh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya
terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan
simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava
inferior.

4) Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang
merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam
hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.

b. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Gambar III Dinding Ureter (sumber anatomi fisiologi)

Lapisan dinding ureter terdiri dari :


a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5
menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung
kemih (vesika urinaria).

Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh


ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis
masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus
psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada
tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
c. VESIKULA URINARIA (Kandung Kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul.
Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan ligamentum vesika umbikalis medius.
1) Bagian vesika urinaria terdiri dari :
Gambar IV Vesika Urinaria (sumber anatomi fisiologi)

a) Fundus, yaitu bagian yang mengahadap kearah belakang dan


bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale
yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferent, vesika seminalis dan
prostate.
b) Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
c) Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan
ligamentum vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium


(lapisan sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan
lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).

2) Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).


Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres
reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ±
250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi).
Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan
pada saat yang sama terjadi relaksasi spinter internus, diikuti oleh
relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan
kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan
relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut – serabut para
simpatis. Kontraksi spinter eksternus secara volunter bertujuan untuk
mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat
terjadi bila saraf – saraf yang menangani kandung kemih uretra
medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi
inkontinensia urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan
retensi urine (kencing tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako
lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar
berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.
Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan
ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan
membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi
penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari
umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung
kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang
arteri umbilikalis.

d. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra berjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagian penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.

Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis berjalan miring


sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada wanita
terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa
merupakan pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan
sebelah dalam).Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina
(antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran
ekskresi.

3. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
a. Kandung kemih (sistitis)
b. Uretra (uretritis)
c. Prostat (prostatitis)
d. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.

2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa
macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini
terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:

a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batuk, reflex vesiko


uretral obstruksi, atoni kandung kemih, paraplegia, kateter kandung
kencing menetap dan prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK.
c. Gangguan daya tahan tubuh
d. Infeksi yang disebabkan karena organisme virulen sperti prosteus spp
yang memproduksi urease.
(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. 2001)

4. Etiologi
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto.2001)

5. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:

a. Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor


anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek
daripada laki-laki sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor
tekanan urine saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke
dalam traktus urinarius (pemeriksaan sistoskopik, pemakaian kateter),
adanya dekubitus yang terinfeksi.
b. Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu: sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada
beberapa hal yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu: adanya bendungan total urine
yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dan lain-lain.

(Price, Sylvia Andrson.1995)

Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:

a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan


kandung kemih yang tidak lengkap atau kurang efektif.
b. Mobilitas menurun
c. Nutrisi yang sering kurang baik
d. System imunnitas yng menurun
e. Adanya hambatan pada saluran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat tersebut mengakibatkan
distensii yang berlebihan sehingga menimbulkan nyeri, keadaan ini
mengakibatkan penurunan resistensi terhadap invasi bakteri dan residu
kemih menjadi media pertumbuhan bakteri yang selanjutnya akan
mengakibatkan gangguan fungsi ginjal sendiri, kemudian keadaan ini secara
hematogen menyebar ke suluruh traktus urinarius. Selain itu, beberapa hal
yang menjadi predisposisi ISK, antara lain: adanya obstruksi aliran kemih
proksimal yang menakibtakan penimbunan cairan bertekanan dalam pelvis
ginjal dan ureter yang disebut sebagai hidronefroses. Penyebab umum
obstruksi adalah: jaringan parut ginjal, batu, neoplasma dan hipertrofi
prostate yang sering ditemukan pada laki-laki diatas usia 60 tahun. (Parsudi,
Imam A.1999).

Pathway ISK

Organisme patogen:
ex. E. coli

Faktor Anatomi

Hematogen,
Limfatogen,Organ sekitar
yang terinfeksi
Ascending

Pertahanan Lokal
Tubuh Inadekuat Koloni kuman di Uretra

Bakteri pili 1, pili P

Alat DC Masuk VU Menempel di


VU

Ureter Ginjal

Infeksi Saluran Kemih

6. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
a. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
b. Spasme pada area kandung kemih dan suprapubis
c. Hematuria
d. Nyeri punggung dapat terjadi
Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
a. Demam
b. Menggigil
c. Nyeri panggul dan pinggang
d. Nyeri ketika berkemih
e. Malaise
f. Pusing
g. Mual dan muntah
(Smeltzer, Suzanne C.2001)

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.

e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif: maka
pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten. (Smeltzer, Suzanne C.2001)
8. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,
factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera
ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi
keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malah
membahanyakan
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan? (Smeltzer,
Suzanne C.2001)
9. Prognosis
Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus
dan penyebab terjadinya infeksi tersebut. (Nugroho, Wahyudi.2000)

10. Komplikasi
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang
multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.
b. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi
jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat
dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan
dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi
prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
c. ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat,
Cerebral palsy, fetal death.
d. Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
e. Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
f. Abses perinefrik (Smeltzer, Suzanne C.2001)
11. Pencegahan
a. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,
infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri ,
bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara
membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan
antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah
berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari
ISK.
b. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran
bakteri melalui sistem urine.
c. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk
buang air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung
kemih atau ISK.
d. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat
flush setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan
seksual.
e. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri
berbahaya dalam sistem saluran kemih.
f. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab
dan berpotensi berkembang biaknya bakteri. (Parsudi, Imam A.1999)

B. ASUHAN DASAR KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh
b. Riwayat atau adanya faktor-faktor resiko:
1) Adakah riwayat infeksi sebelumnya?
2) Adakah obstruksi pada saluran kemih?
c. Adanya factor yang menjadi predisposisi pasien terhadap infeksi
nosokomial.
1) Bagaimana dengan pemasangan kateter foley?
2) Imobilisasi dalam waktu yang lama.
3) Apakah terjadi inkontinensia urine?
d. Pengkajian dari manifestasi klinik infeksi saluran kemih
1) Bagaimana pola berkemih pasien? untuk mendeteksi factor
predisposisi terjadinya ISK pasien (dorongan, frekuensi, dan jumlah)
2) Adakah disuria?
3) Adakah urgensi?
4) Adakah hesitancy?
5) Adakah bau urine yang menyengat?
6) Bagaimana haluaran volume orine, warna (keabu-abuan) dan
konsentrasi urine?
7) Adakah nyeri-biasanya suprapubik pada infeksi saluran kemih
bagian bawah
8) Adakah nyeri pangggul atau pinggang-biasanya pada infeksi
saluran kemih bagian atas
9) Peningkatan suhu tubuh biasanya pada infeksi saluran kemih
bagian atas.
e. Pengkajian psikologi pasien:
1) Bagaimana perasaan pasien terhadap hasil tindakan dan
pengobatan yang telah dilakukan? Adakakan perasaan malu atau
takut kekambuhan terhadap penyakitnya.
(Doenges, Marilyn E. 1999)

2. Diagnosa Keperawatan Yang Timbul


a. Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan sruktur traktus urinarius lain.
b. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
c. Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
d. Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
e. Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
(Doenges, Marilyn E. 1999)

3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab
nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan
istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk
relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra

f. Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 nkali per


hari.
Rasional: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung
kemih dan naik ke saluran perkemihan.
g. Kolaborasi:
 Konsul dokter bila: sebelumnya kuning gading-urine kuning, jingga
gelap, berkabut atau keruh. Pla berkemih berubah, sring berkemih
dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah
berkemih. Nyeri menetap atau bertambah sakit
Rasional: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan
jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas

 Berikan analgesic sesuia kebutuhan dan evaluasi keberhasilannya


Rasional: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi
nyeri
h. Berikan antibiotic. Buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk air
segar . Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Rasional: akibta dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan
membentu membilas saluran berkemih

Dx 2:
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi
jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi:
 Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

 Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin: tingkatkan


masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk
meningkatkan aam urin.
Rasional: aam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan
masukan sari buah dapt berpengaruh dalm pengobatan infeksi
saluran kemih.

Dx 3:
Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
Kriteria Evaluasi: suhu 36-370 C, nadi dan respirasi dalam rentan normal,
tidak ada perubahan warna kulit dan pusing.
Intervensi:
a. Observasi suhu tubuh pasien.
Rasional: mengetahui apakah pasien mengalami hipertermi.
b. Monitor warna kulit dan suhu kulit.
Rasional: mengetahui apakah pasien mengalami hipertermi.
c. Tingkatkan cairan intake dan nutrisi.
Rasional: menyeimbangkan suhu tubuh pasien.
d. Ajarkan untuk mengompres pada lipatan paha dan axial.
Rasional: menurunkan panas tubuh pasien.
e. Kolaborasi dengan farmasi dalam pemberian parasetamol.
Rasional: menurunkan panas tubuh pasien yang hipertermi.

Dx.4
Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Kriteria Evaluasi: klien bebas dari gejala infeksi, jumlah leukosit dalam
batas normal, status imun normal dan menunjukkan perilaku hidup sehat.

Intervensi:
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi.
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya.
b. Inspeksi membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, dan
drainase.
Rasional: mengetahui tanda infeksi lebih dahulu.

c. Dorong istirahat yang cukup.


Rasional: istirahat cukup dapat mengurangi terjadinya infeksi.
d. Ajarkan pasien dan keluarga tanda-gejala infeksi.
Rasional: agar pasien dan keluarga memahami saat terjadi tanda-
gejala infeksi.
e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional:mengurangi adanya infeksi oleh bakteri.

Dx.5
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.

Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic:
tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap
rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah
berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda
penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari
sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “I” DENGAN DIAGNOSA
MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Selasa , 14 September 2021
Jam : 08.15 WIB

IDENTITAS
A. Klien
1. Nama : Tn. y
2. Umur : 30 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Status perkawinan : Sudah Kawin
6. Pendidikan : SMP
7. Pekerjaan : Tidak bekerja
8. Suku/kebangsaan : Gorontalo/Indonesia
9. Alamat :Desa Buntulia Kec. Buntulia Kab.Pohuwato
10. Diagnosa medis : Abdominal pain ISK
11. Nomor CM : 06 – 64 - 16
12. Tanggal masuk RS : 13 September 2021

B. Keluarga / Penanggung Jawab


1. Nama : Tn.S
2. Umur : 43 th
3. Alamat : Dusun Anggaran Kab.Pohuwato
4. Hubungan dengan klien : Anak Kandung

I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan Klien
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
- Faktor Pencetus
Klien mengatakan sering menahan kencing dan kebiasaan
kurang minum.
- Awal Serangan
Klien mengatakan 2 hari yang lalu klien merasa mual dan
muntah disertai demam dan nyeri saat b.a.k.
- Faktor yang memperberat
Klien mengatakan jika b.a.k terarasa nyeri pada saluran kencing,
- Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah
Keluarga klien mengatakan pada saat muncul keluhan klien
langsung di bawa berobat ke praktek dokter.
- Pengkajian Nyeri :
P: nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu akibat
kebiasaan sering menahan kencing, dan terdapat nyeri tekan
saat dilakukan palpasi ringan pada abdomen bawah ( kuadran
III dan IV)
Q : nyeri cenut-cenut seperti tertusuk benda tajam.
R : Nyeri menetap di abdomen bagian bawah (kuadran 3 dan 4)
S : Skala nyeri 5 (skala rentang 1-10 )
T : Nyeri datang secara tiba-tiba, dan semakin memburuk saat
digunakan untuk beraktivitas
2. Riwayat Kesehatan Lalu
- Penyakit yang pernah diderita
Keluarga klien menyatakan bahwa klien pernah jatuh sehingga
klien mengalami gangguan saraf
- Tindakan atau operasi yang pernah dijalani
Klien sebelumnya pernah rawat inap di rumah sakit

- Riwayat alergi :
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap,
obat, makanan ataupun minuman.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Keluarga klien menyatakan klien tidak memiliki riwayat
keturunan hipertensi, diabetes mellitus dan jantung.
- Keluarga klien menyatakan tidak ada keluarga yang memiliki
penyakit menular .
II. POLA KEBIASAAN KLIEN
A. Aspek Fisik-biologis
1. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
 Klien mengatakan makan 3 kali sehari porsi besar, teratur,
dengan menu nasi, sayur, dan lauk.
 Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan
tertentu.
 Klien mengatakan minum 4-6 gelas perhari (± 1920¿
b. Selama Sakit
 Klien menerima diet BNDM (Bubur Nasi Diabetes Mellitus))
 Klien mengatakan selama sakit makan sedikit demi sedikit
karena jika langsung banyak klien merasa mual
 Klien mengatakan tidak ada penurunan nafsu makan
 Klien tidak memiliki gangguan dalam menelan makanan
dan tidak memiliki kesulitan untuk mengunyah
 Klien mengatakan selama sakit hanya minum ± 1 liter
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
Klien b.a.b teratur dan lancar 1 kali sehari. Warna
feses kuning dan berbentuk padat lunak. Klien tidak pernah
memakai obat pencahar untuk melancarkan b.a.b. Klien b.a.k
sebanyak 5-6 kali dengan warna urine kuning dan berbau khas
urine.

b. Selama Sakit
Klien mengatakan bahwa selama sakit tidak ada
perubahan pada pola b.a.b maupun b.a.k-nya. Klien
mengatakan b.a.b teratur 1 x sehari dengan warna feses
kuning, padat lunak. Klien mengatakan sering b.a.k 6-8 kali
namun hanya keluar sedikit (anyang-anyangan) dan ketika
b.a.k terasa nyeri.
3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur
a. Sebelum sakit
1) Keadaan aktifitas sehari-hari
Klien mengatakan dapat beraktifitas secara normal,
mandiri tanpa dibantu dengan orang terdekatnya
2) Keadaan Pernafasan
Klien mengatakan bernafas dengan normal dan tidak
ada gangguan. Tidak ada retraksi otot pernapasan
3) Kebutuhan Istirahat danTidur
Klien mengatakan tidur malam 7-8 jam, dengan
nyenyak tidak terbangun oleh gangguan, dan istirahat
siang 1-2 jam/hari.
b. Selama Sakit
1) Keadaan aktifitas
Klien mengatakan selama sakit merasa lemas sehingga
aktivitasnya dibantu keluarga
2) Keadaan pernafasan
Klien mengatakan sering batuk di malam hari sehingga
terasa sesak
3) Kebutuhan istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola tidur.
Klien dapat tidur dengan nyenyak tidak terbangun oleh
gangguan.

4. Pola Kebersihan Diri


a. Sebelum sakit
Klien melakukan perawatan mandiri tanpa dibantu oleh
keluarga. Klien mandi 2-3x/hari dengan sabun, sikat gigi 2 x
sehari, dan keramas 1 x seminggu.
b. Selama Sakit
Pemenuhan kebutuhan personal hygiene seluruhnya
dibantu oleh keluarga. Klien mandi hanya dilap saja oleh
keluarga, tidak pernah keramas.

B. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
1. Konsep Diri
- Harga diri
Pasen tetap berpegang teguh menjalankan prinsip sesuai
norma.
- Body image
Klien mengatakan lemah dan tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya
- Peran diri
Klien di keluarga berperan sebagai ayah
- Aktualisasi diri.
Klien mengatakan selama sakit hanya berbaring di tempat tidur
sehingga tidak bisa banyak melakukan aktifitas dan sudah
setahun terakhir ini klien tidak bekerja
2. Intelektual
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit ISK yang
dideritanya. Klien mengatakan tidak mengetahui gejala awal
tentang penyakit ISK yang dideritanya.

3. Hubungan Interpersonal
a. Sebelum sakit
Hubungan keluarga dan lingkungan rumah dengan klien baik
b. Selama sakit
Hubungan keluarga dan tim kesehatan dengan klien baik
4. Support Sistem
Keluarga memberikan dukungan dengan cara menjaga dan
membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selama
klien rawat inap di RSUD klien selalu dijaga keluarganya..
5. Aspek mental-emosional
Nada bicara klien sedikit lemah dan kurang jelas
6. Aspek Intelegensi
Klien pernah mengalami jatuh sehingga memiliki gangguan saraf
7. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
antara keluarga
8. Hubungan Sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan baik.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan umum : tampak lemas
3. Status Gizi:
TB : 156 cm
BB : 61 kg
BB (kg) =
61 =
IMT= 2 25,07 kg/m2 (tergolong normal
TB(m¿¿ 2)¿ (1.56)
tinggi/gemuk, batas normal IMT 18-25 kg/m2)
4. Tanda – tanda vital:
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Suhu tubuh : 35,6 0C
Nadi : 76 x /menit
Respirasi : 20 x /menit
B. Pemeriksaan secara sistematik (sepalo-caudal)
1. Kepala
a. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih dan tidak ada luka
maupun ketombe, tidak teraba massa/benjolan,
b. Pertumbuhan rambut: rambut tidak rontok, rambut beruban

c. Mata :
- Mata klien bersih, konjungtiva merah muda, sklera putih,
kelopak mata simetris
- Refleks cahaya baik (isokor)
- Penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
- Nilai GCS :
Motorik :123456
Verbal :12345
Buka mata :1234
Jumlah : 15
d. Telinga :
Bentuk telinga normal, utuh, tidak ada cairan yang keluar dari
telinga, telinga bersih dan fungsi pendengaran baik.
e. Hidung :
Posisi septum di tengah, tidak ada sekret yang keluar dari hidung
klien. Klien tidak mengeluh nyeri pada hidung dan fungsi
pembauan berfungsi normal.
f. Mulut dan tenggorokan :
Klien mampu berbicara secara normal tetapi kurang jelas
pelafalannya. Membran mukosa basah dan nafas tidak bau.
Terdapat dahak pada pangkal tenggorokan, sulit keluar, suara
serak

2. Leher
Trachea berada di tengah, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe

3. Dada
a. Inspeksi
Pergerakan dada pada saat bernapas bersamaan, tidak tampak
retraksi otot bantu pernapasan, klien bernapas dengan
pernapasan diafragma,

b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada saat dilakukan palpasi, gerakan paru
kanan dan paru kiri saat mengembang simetris, traktil fremitus di
setiap intercosta sama, lebih redup pada aksis paru
c. Perkusi
Pada paru kanan terdengar suara resonan pada ICS 1-4, suara
sonor pada ICS 5; pada paru kiri terdengar resonan pada ICS 1
dan sonor pada ICS 2-5.
d. Auskutasi
Terdengar suara ronkhi
4. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk agak cembung, tidak terdapat bekas luka, tidak ada
spider navi, tidak ada jaundice dan tidak ada benjolan.
b. Auskultasi
Auskultasi Terdengar bunyi peristaltic 20 kali/ menit (dalam batas
normal)
c. Perkusi
Terdengar suara timpani pada kuadran II, III, IV
Terdengar suara dall pada kuadran I.
d. Palpasi
Tidak teraba pembesaran hati, tidak terdapat nyeri tekan pada
pada Mc Burney. Terdapat nyeri palpasi ringan pada kuadran 3
dan 4, teraba distensi kandung kemih.
5. Ekstremitas
Penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memilikii
nilai 0 – 5) :
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan
tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
a. Atas
Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit sawo
matang, turgor kulit baik, terpasang infus pada tangan sebelah
kiri dangan RL 16 tpm. Skala Lovett’s 3.
b. Bawah :
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan, warna kulit sawo
matang, turgor kulit baik, skala Lovett’s 2.

C. Pemeriksaan penunjang
a) Elektrokardiografi (EKG)
Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil : Sinus rhytm 88 x/menit
b) Pemeriksaan Darah
Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan

Hematologi
Leukosit 15,7 4,6-10,6 10e3/ul
Eritrosit 3,75 4,50-6,00 10e3/ul
Hb 10,9 13,0-18,0 g/dl
Ht 31,5 42,0-52,0 %
MCV 84,0 81-99 fl
MCH 29,1 27-31 pg
MCHC 34,6 33-37 gr/dl
RDW-CV 14,3 11,0-16,0 %
Trombosit 156 150-450 10e3/dl
Hitung Jenis
Basophil 0 0-1 %
Eosinophil 2 0-5 %
Neutrofil Staf 0 0-3 %
Netrofil Segmen 88 40-74 %
Limphosit 10 18-48 %
Monosit 0 0-8 %
Gula Darah
Gula Darah Sewaktu 170 70-140 mg/dl
Hati
SGOT 17 <37 mg/dl
SGPT 25 <42 mg/dl
Ginjal
Ureum 36 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,8 <1,1 mg/dl

c) Pemeriksaan Thoraks PA (AP)


Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil : Pulmo dan besar cardio normal

d) Pemeriksaan Urine
Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Urinalisa
Warna-kekeruhan Kuning keruh Kunung-Jernih
pH 6,0 5,0-6,5
BJ 1,020 1,005-1,030
Keton Negatif Negatif
Protein Positif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilin Positif Positif
Bilirubin Negatif Negatif
Urinalisa (Sedimen)
Leukosit Positif (25-35)/LP Positif (0-2)/LP
Eritrosit Positif (0-2)/LP Negatif (0)/LP
Epithel Positif (3-5)/LP Positif (0-2)/LP
Slinder Hyalin Negatif Negatif
Silinder leukosit Negatif Negatif
Silinder granula Negatif Negatif
Kristal Oxalat Negatif Negatif
Kristal Urat Negatif Negatif
Kristal Tripel Negatif Negatif
Kristal Amorf Negatif Negatif
Trichomonas Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
e) Pengobatan yang didapat saat ini
- Infus RL : Futrolit 1:1, 20 tpm
- Terapi obat :
No Jenis Nama Obat Dosis Rute
1 Tablet Pamol 4 x 500 mg Oral
2 Tablet Scopamin 1 x 10 mg Oral
3 Tablet Anemolat 3 x 1 mg Oral
4 Tablet CaCO3 3 x 400 mg Oral
5 Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg IV
6 Injeksi Ondancentron 40 mg (k/p) IV
7 Injeksi Ketorolac 2 x 20 mg IV
8 Infus Ciprofloxacin 2 x 400 mg IV
Analisis Data
Nama Klien : Tn. Y
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1 Ds : Nyeri Proses penyakit
Klien mengatakan nyeri pada perut
bagian bawah
Klien mengatakan ketika b.a.k
terasa nyeri.
Do :
- Hasil urinalisis :
Leukosit = Positif (25-35)/LP
Eritrosit = Positif (0-2)/LP
Epithel = Positif (3-5)/LP
- Terdapat nyeri palpasi ringan pada
kuadran 3 dan 4.
- Pengkajian nyeri :
P: nyeri perut bagian bawah sejak
2 hari yang lalu akibat
kebiasaan sering menahan
kencing, dan terdapat nyeri
tekan saat dilakukan palpasi
ringan pada abdomen bawah
( kuadran III dan IV)
Q : nyeri cenut-cenut seperti
tertusuk benda tajam.
R : Nyeri menetap di abdomen
bagian bawah (kuadran 3 dan
4)
S : Skala nyeri 5 (skala rentang 1-
10)
T : Nyeri datang secara tiba-tiba,
dan semakin memburuk saat
digunakan untuk beraktivitas
2 Ds : Gangguan Infeksi saluran
- Klien mengatakan sering b.a.k 6- eliminasi urine kemih
8 kali namun hanya keluar
sedikit-sedikit
- Klien merasa anyang-anyangan
Do :
Warna urine kuning keruh berbau
khas urine
3 Ds : Defisit Kurangnya
- Klien mengatakan tidak pengetahuan sumber
mengetahui tentang penyakit tentang kondisi informasi
ISK yang dideritanya. dan kebutuhan
- Klien mengatakan tidak pengobatan
mengetahui gejala awal
tentang penyakit ISK yang
dideritanya.
Do : -

Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan k lien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, klien mengatakan ketika b.a.k
terasa nyeri, Hasil urinalisis : Leukosit = Positif (25-35)/LP, Eritrosit = Positif
(0-2)/LP, Epithel = Positif (3-5)/LP, terdapat nyeri palpasi ringan pada kuadran
3 dan 4, pengkajian nyeri :P: nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu
akibat kebiasaan sering menahan kencing, dan terdapat nyeri tekan saat
dilakukan palpasi ringan pada abdomen bawah ( kuadran III dan IV), Q : nyeri
cenut-cenut seperti tertusuk benda tajam, R : Nyeri menetap di abdomen
bagian bawah (kuadran 3 dan 4), S : Skala nyeri 5 (skala rentang 1-10), T :
Nyeri datang secara tiba-tiba, dan semakin memburuk saat digunakan untuk
beraktivitas.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih ditandai
dengan klien mengatakan sering b.a.k 6-8 kali namun hanya keluar sedikit-
sedikit, klien merasa anyang-anyangan, warna urine kuning keruh berbau
khas urine.
3. Defisit pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan kurangnya
sumber informasi klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit ISK
yang dideritanya, klien mengatakan tidak mengetahui gejala awal tentang
penyakit ISK yang dideritanya.
Perencanaan Keperawatan
Nama Klien : Tn. Y
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK

No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1 Hari, tanggal: Selasa ,14 Hari, tanggal: Selasa ,14 Hari, tanggal: Selasa ,14
September 2021, 08.00 September 2021, 08.00 WIB September 2021, 08.00
WIB Setelah dilakukan tindakan WIB
- Nyeri berhubungan keperawatan selama 3 x 24 o Lakukan pengkajian
dengan proses jam nyeri berkurang atau nyeri meliputi lokasi Status nyeri klien untuk

penyakit ditandai hilang dengan kriteria hasil : karakteristik, duraasi, menentukan pilihan keefektifan
- Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan intervensi
dengan klien
- Melaporkan bahwa nyeri presipitasi.
mengatakan nyeri pada
berkurang o Monitoring Vital sign Perubahan tekanan darah, nadi,
perut bagian bawah,
- Skala nyeri berkurang batas normal dan respirasi mengidentifikasi
klien mengatakan ketika
menjadi 0 (dari 1-10) TD : Sistole (100-140) kondisi keadaan klien
b.a.k terasa nyeri, Hasil
- Menyatakan rasa nyaman Diastole (60-90) mmHg
urinalisis : Leukosit =
setelah nyeri berkurang N : 60-80 x/menit
Positif (25-35)/LP,
Paraf RR : 16-20 X/menit
Eritrosit = Positif (0-
2)/LP, Epithel = Positif Suhu ; 36-37̊ C
(3-5)/LP, terdapat nyeri o Berikan waktu istirahat Klien dapat istirahat dengan
palpasi ringan pada yang cukup dan tingkat tenang dan dapat merilekskan
kuadran 3 dan 4, aktivitas yang dapat otot-otot
pengkajian nyeri :P: ditoleran.
nyeri perut bagian o Ajarkan tehnik nafas Nafas dalam merupakan latihan
bawah sejak 2 hari yang dalam yang efektif dan efisien untuk
lalu akibat kebiasaan meningkatkan suplai oksigen
sering menahan sehingga dapat menurunkan
kencing, dan terdapat tegangan otot dam nembuatnya
nyeri tekan saat menjadi rileks.
dilakukan palpasi ringan o Kolaborasi pemberian Analgetik berfungsi sebagai
pada abdomen bawah, antibiotic sesuai bakteriostatik (menekan
Q : nyeri cenut-cenut s=dengan program pertumbuhan bakteri)
seperti tertusuk benda terapi
tajam, R : Nyeri o Kolaborasi pemberian Analgetik memblok lintasan
menetap di abdomen obat analgetik sesuai nyeri
bagian bawah (kuadran dengan program terapi.
3 dan 4), S : Skala nyeri Paraf
5 (skala rentang 1-10), T
: Nyeri datang secara
tiba-tiba, dan semakin
memburuk saat
digunakan untuk
beraktivitas.
Paraf

2 Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan o Kaji keluhan buang air Untuk mengetahui masalah
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 kecil eliminasi dan menentukan
infeksi saluran kemih jam gangguan eliminasi urine tindakan yang tepat
ditandai dengan klien dapat teratasi dengan kriteria o Observasi karakteristik Ketidaknormalan karakteristik
mengatakan sering b.a.k hasil : urine urine mengidentifikasi adanya
6-8 kali namun hanya - Kandung kemih kosong gangguan pada system
keluar sedikit-sedikit, klien secara penuh perkemihan
merasa anyang-anyangan, - Tidak ada spasme o Bantu klien dalam Memudahkan proses b.a.k
warna urine kuning keruh bladder posisi nyaman untuk
berbau khas urine. - Klien menyatakan tidak b.a.k.
Paraf anyang-anyangan o Ajarkan perawatan menjaga kebersihan dan
Paraf perianal yang benar mengurangi infeksi

o Kolaborasi dengan Untuk memenuhi kebutuhan


keluarga untuk cairan dan menjaga hidrasi
mengatur minum klien,
air putih ±2 liter per
hari
Paraf
3. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan tindakan o Kaji tingkat Untuk mengetahui kesiapan
tentang kondisi dan keperawatan selama 3 x 24 pengetahuan klien klien dan keluarga dalam
kebutuhan pengobatan jam pengetahuan klien tentang penyakit yang pemenuhan kebutuhan belajar
kurangnya sumber tentang penyakit yang diderita
informasi klien dideritanya meningkat
mengatakan tidak dengan kriteria hasil :
mengetahui tentang - Menyatakan pemahaman
penyakit ISK yang tentang proses penyakit
dideritanya, klien dan pengobatan
mengatakan tidak Paraf o Berikan informasi Memberikan dasar pengetahuan
mengetahui gejala awal tentang proses pada klien yang memungkinkan
tentang penyakit ISK penyakit, program membuat pilihan berdasarkan
yang dideritanya. pengobatan, jadwal, informasi.
Paraf dan kemungkinan efek .
samping.
Paraf
Implementasi dan Evaluasi

Nama Klien : Tn. Y


No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hari, tanggal : Selasa, 14 September 2021
No.
Tindakan Evaluasi
Dx
1. 08.10 Mengkaji intensitas, lokasi, dan faktor yang memperberat S:
atau meringankan nyeri - Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah,
08.20 Memberikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas dan ketika b.a.k terasa semakin nyeri.
yang dapat ditoleran - Klien mengatakan masih nyeri
08.30 Melatih teknik relaksasi napas dalam O:
09.00 Memberikan Ciprofloxaxin 400 mg infuse 30 tpm - Pengkajian nyeri :
10.00 Memberikan injeksi IV ketorolac 20 mg P: nyeri masih terasa pada abdomen bawah,
11.00 Mengukur tekanan darah, nadi, dan resprasi, dan suhu kuadran 3 dan 4
Q : nyeri cenut-cenut seperti tertusuk benda tajam.
R : Nyeri menetap di abdomen bagian bawah
(kuadran 3 dan 4)
S : Skala nyeri 3 (skala rentang 1-10)
T : Nyeri dirasakan terutama saat b.a.k.
- Vital sign :
TD : 130/90 mmHg
N : 76 x/menit
S : 35,6 0C
RR : 20 x/menit
A : Nyeri belum teratasi. Skala nyeri turun dari 5
menjadi 3
P:
Lanjutkan intervensi kaji nyeri, monitor vitall sign,
injeksi ketorolac 20mg/12 jam, berikan Ciprofloxaxin
400 mg infuse 30 tpm setiap 12 jam
Rencana USG abdomen besok tanggal 16 Desember
2014, Puasa jam 22.00 WIB
Paraf

2. 08.10 Mengkaji keluhan buang air kecil S : Klien mengatakan merasa ingin buang air kecil
08.20 Mengobservasi karakteristik urin tetapi yang keluar hanya sedikit-sedikit
08.15 Menganjurkan minum banyak 2-3 liter O : Urine berwarna kuning keruh, bau khas urine,
08.15 Menganjurkan keluarga untuk membantu klien dalam sehari klien minum ±1,5 liter dan urine yang
mendapatkan posisi nyaman ketika b.a.k
08.15 Menganjurkan untuk tidak menahan kencing ketika telah keluar ± 500 ml
merasa ingin berkemih A : Masalah belum teratasi. Klien belum mampu
mengosongkan kandung kemih secara tuntas
P : Lanjutkan intervensi, monitor input yang masuk
dan urine yang keluar
Paraf

3. 11.00 Mengkaji tingkat pemahaman klien dan keluarga tentang S:


penyakit yang diderita - Klien mengatakan mengerti tentang apa yang harus
11.30 Menjelaskan secara ringkas tentang penyakit yang diderita dilakukannya, yaitu tidak boleh menahan kencing
11.35 Menjelaskan kepada keluarga dan klien mengenai tindakan dan minum air putih yang banyak
yang bisa dilakukan untuk mengatasi gangguan eliminasi - Keluarga mengatakan akan memonitor minum klien
seperti tidak boleh menahan kencing dan banyak minum 2-3 liter per harinya
O : Klien dalam sehari minum air putih ±1,5 liter
A : Klien dan keluarga mau mengikuti saran yang
diberikan agar klien minum air putih ± 2-3 liter dan tidk
menahan kencing
P : Lanjutkan intervensi, berikan pendidikan
kesehatan tentang Infeksi Saluran Kemih
Paraf
Implementasi dan Evaluasi

Nama Klien : Tn. Y


No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hari, tanggal : Rabu, 15 September 2021
No.
Tindakan Evaluasi
Dx
1. 08.00 Mengukur suhu aksila klien S:
08.10 Memberikan Tramadol 1g 30 Klien mengatakan nyeri telah
tpm berkurang, perut sudah tidak
09.00 Mengantar USG Abdomen sakit, tapi nyeri terasa pada
09.30 Mengantar pulang dari USG daerah pinggul kanan
Abdomen kembali ke bangsal O:
09.45 Mengkaji intensitas, lokasi, dan - Klien tampak menggil, suhu
faktor yang memperberat atau pukul 08.00 38,20C
meringankan nyeri - Tramadol 1g telah diberikan
09.55 Memberikan Ciprofloxaxin 400 30 tpm
mg infuse 30 tpm - Pengkajian nyeri :
10.00 Memberikan injeksi IV ketorolac P: nyeri terasa pada daerah
20 mg pinggul kanan
11.00 Mengukur tekanan darah, nadi, Q : nyeri cenut-cenut seperti
dan resprasi, dan suhu aksila tertusuk benda tajam.
11.45 Memberikan obat oral Pamol 4 x R : Nyeri menetap pada
500 mg daerah pinggul kanan
S : Skala nyeri 2 (skala
rentang 1-10)
T: Nyeri datang tiba-tiba,
nyeri memburuk jika b.a.k.
- Vital sign :
TD : 110/60 mmHg
N : 80 x/menit
S : 38 0C
RR : 18 x/menit
- Hasil USG abdomen : Batu
Staghon dengan pyelitis
duplex dan cystitis
A : Muncul masalah hipertermi.
Masalah nyeri teratasi sebagian.
Skala nyeri turun dari 3 menjadi
2
P:
Anjurkan minum banyak 2-3 liter
Berikan kompres hangat bila
pasien menggigil
Berikan obat oral Pamol 4 x 500
mg
Lanjutkan intervensi kaji nyeri,
monitor vitall sign, Injeksi
ketorolac 20mg/12 jam, berikan
Ciprofloxaxin 400 mg infuse 30
tpm setiap 12 jam
Konsul dengan dokter tentang
hasil USG Abdomen
Paraf

2. 11.00 Mengkaji keluhan buang air S : Klien mengatakan tidak


kecil merasa anyangan-anyangan,
11.10 Mengobservasi karakteristik tetapi b.a.k hanya keluar sedikit.
urine O : Urine berwarna kuning
13.00 Mengobservasi input air dan keruh, bau khas urine, klien
output urine yang dikeluarkan b.a.k. ±6-7 kali dalam sehari,
dalam sehari klien minum ±1,5
liter dan urine yang keluar ± 1 l
A : masalah teratasi sebagian
klien mengalami retensi urin
P : Lanjutkan intervensi, monitor
input yang masuk dan urine
yang keluar
Paraf

3. 11.00 Mengkaji tingkat pemahaman S:


klien dan keluarga tentang Keluarga klien mengakan ingin
penyakit yang diderita mengetahui lebih lanjut
11.30 Menjelaskan secara ringkas mengenai hasil USG abdomen
tentang penyakit yang diderita klien
11.35 Menjelaskan kepada keluarga O:
bahwa kenaikan suhu tubuh Keluarga klien mampu
merupakan salah satu tanda menyebutkan penyebab klien
infeksi karena klien mengalami mengalami kenaikan suhu
ISK obat penurun panas tetap A : keluarga belum mengetahui
diberikan seecara jelas penyebab
penyakit ISK yang diderita klien

P : Lanjutkan intervensi, berikan


pendidikan kesehatan tentang
Infeksi Saluran Kemih,
Paraf

Implementasi dan Evaluasi


Nama Klien : Tn. Y
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa Medis : Abdominal pain ISK
Hari, tanggal : Kamis, 16 September 2021
No.
Tindakan Evaluasi
Dx
1. 08.00 Mengukur suhu aksila klien S : Klien mengatakan sudah
08.30 Menganjurkan klien untuk tidak nyeri pada pinggul
minum air putih yang banyak 2-3 ataupun perutnya, klien
liter mengatakan tidak merasa
09.45 Mengkaji intensitas, lokasi, dan demam
faktor yang memperberat atau O :
meringankan nyeri - Skala nyeri 0
09.55 Memberikan Ciprofloxaxin 400 - Vital sign :
mg infuse 30 tpm TD : 110/80 mmHg
10.00 Memberikan injeksi IV ketorolac N : 84 x/menit
20 mg S : 36,4 0C
11.00 Mengukur tekanan darah, nadi, RR : 20 x/menit
dan resprasi, dan suhu aksila A : Hipertermi teratasi,nyeri
11.45 Memberikan obat oral Pamol 4 x hilang dengan terapi obat
500 mg P : Lanjutkan intervensi kaji
nyeri, monitor vital sign, injeksi
ketorolac 20mg/12 jam, berikan
Ciprofloxaxin 400 mg infuse 30
tpm setiap 12 jam
Paraf
2. 11.00 Mengkaji keluhan buang air S : Klien mengatakan b.a.k.
kecil lancer,tidak merasa anyang-
11.10 Mengobservasi karakteristik anyangan,
urine O : Urine berwarna kuning, bau
13.00 Mengobservasi input air dan khas urine, klien b.a.k. ±6-8 kali
output urine yang dikeluarkan dalam sehari, dalam sehari klien
minum ±1,5 liter air putih dan
urine yang keluar ± 1 l
A : Retensi urine teratasi
P : Hentikan intervensi
Paraf
3. 11.00 Mengkaji tingkat pemahaman S:
klien dan keluarga tentang Keluarga klien mengetahui
penyakit yang diderita penyakit ISK yang diderita klien
11.30 Menjelaskan secara ringkas O:
tentang penyakit yang diderita Keluarga klien berespons aktif
11.35 Menjelaskan kepada keluarga dengan menanyakan mengenai
mengenai penyakit ISK klien penanganan klien
dilihat dari USG Abdomen A : Pengetahuan keluarga klien
tentang penyakit yang diderita
klien meningkat
P : Hentikan intervensi
Paraf

Anda mungkin juga menyukai