Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM PERKEMIHAN : INFEKSI SALURAN KEMIH DI RUANG
PERAWATAN RS POHUWATO
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri
pada saluran kemih. (Enggram, Barbara, 1998).
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah
adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius, dengan atau
tanpa disertai gejala. (Smeltzer & Bare, 2002, 1428).
2. Anatomi Fisiologi
Gambar I Sistem Perkemihan (sumber anatomi fisiologi)
a. GINJAL
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di
belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat
langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis), jumlahnaya ada 2
buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.
Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal
laki – laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap –
tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen
vaskuler terdiri atas pembuluh-pembuluh darah yaitu glomerolus dan
kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler terdapat
kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang
terdapat pada medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler glumerolus) yang bentuknya
besar dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau
pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah
antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian
tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus
proksimal karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi
saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa
Henle atau loop of Henle, karena membuat lengkungan tajam berbalik
kembali ke korpuskel renal asal, kemudian berlanjut sebagai tubulus
kontortus distal.
1) Bagian - Bagian Ginjal
Bila sebuah ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal
terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal
(medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).
Gambar II Ginjal (sumber anatomi fisiologi)
4) Persyarafan Ginjal
Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang
merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2(dua) macam
hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison.
b. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen
dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Gambar III Dinding Ureter (sumber anatomi fisiologi)
d. URETRA
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih
yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Pada laki- laki uretra berjalan berkelok – kelok melalui tengah – tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang pubis
kebagian penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :
a. Uretra Prostaria
b. Uretra membranosa
c. Uretra kavernosa
Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling
dalam), dan lapisan submukosa.
3. Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih, antara lain:
a. Kandung kemih (sistitis)
b. Uretra (uretritis)
c. Prostat (prostatitis)
d. Ginjal (pielonefritis)
Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut, dibedakan menjadi:
1. ISK uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa
macam antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock. ISK ini
terjadi bila terdapat keadaan-keadaan sebagi berikut:
4. Etiologi
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran urin
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
(Tessy Agus, Ardaya, Suwanto.2001)
5. Patofisiologi
Infeksi Saluran Kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik
dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung
dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama
terjadinya ISK, asending dan hematogen. Secara asending yaitu:
Pada usia lanjut terjadinya ISK ini sering disebabkan karena adanya:
Pathway ISK
Organisme patogen:
ex. E. coli
Faktor Anatomi
Hematogen,
Limfatogen,Organ sekitar
yang terinfeksi
Ascending
Pertahanan Lokal
Tubuh Inadekuat Koloni kuman di Uretra
Ureter Ginjal
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting
adanya ISK. Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment
air kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis
baik berupa kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap
sebagai criteria utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase leukosit positif: maka
pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,
klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan
ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi
akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renal
atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atau
evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten. (Smeltzer, Suzanne C.2001)
8. Penatalaksanaan
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens
antibacterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari traktus urinarius
dengan efek minimal terhaap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) pada usia lanjut dapat dibedakan atas:
a. Terapi antibiotika dosis tunggal
b. Terapi antibiotika konvensional: 5-14 hari
c. Terapi antibiotika jangka lama: 4-6 minggu
d. Terapi dosis rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi. Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri persisten di awal infeksi,
factor kausatif (mis: batu, abses), jika muncul salah satu, harus segera
ditangani. Setelah penanganan dan sterilisasi urin, terapi preventif dosis
rendah.
Penggunaan medikasi yang umum mencakup: sulfisoxazole (gastrisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrim, septra), kadang
ampicillin atau amoksisilin digunakan, tetapi E. Coli telah resisten terhadap
bakteri ini. Pyridium, suatu analgesic urinarius juga dapat digunakan untuk
mengurangi ketidaknyamanan akibat infeksi.
Pemakaian obat pada usia lanjut perlu dipikirkan kemungkina adanya:
a. Gangguan absorbsi dalam alat pencernaan
b. Interansi obat
c. Efek samping obat
d. Gangguan akumulasi obat terutama obat-obat yang ekskresinya melalui
ginjal
Resiko pemberian obat pada usia lanjut dalam kaitannya dengan faal ginjal:
a. Efek nefrotosik obat
b. Efek toksisitas obat
Pemakaian obat pada usia lanjut hendaknya setiasp saat dievalusi
keefektifannya dan hendaknya selalu menjawab pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah obat-obat yang diberikan benar-benar berguna/diperlukan/
b. Apakah obat yang diberikan menyebabkan keadaan lebih baik atau malah
membahanyakan
c. Apakah obat yang diberikan masih tetap diberikan?
d. Dapatkah sebagian obat dikuranngi dosisnya atau dihentikan? (Smeltzer,
Suzanne C.2001)
9. Prognosis
Prognosis infeksi saluran kemih adalah baik bila dapat diatasi faktor pencetus
dan penyebab terjadinya infeksi tersebut. (Nugroho, Wahyudi.2000)
10. Komplikasi
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain batu
saluran kemih, obstruksi saluran kemih, sepsis, infeksi kuman yang
multisistem, dan gangguan fungsi ginjal.
b. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi
jangka panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat
dengan terjadinya hipertensi dan gagal ginjal kronik. ISK pada kehamilan
dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati: pielonefritis, bayi
prematur, anemia, Pregnancy-induced hypertension
c. ISK pada kehamilan: retardasi mental, pertumbuhan bayi lambat,
Cerebral palsy, fetal death.
d. Sistitis emfisematosa : sering terjadi pada pasien DM.
e. Pielonefritis emfisematosa syok septik dan nefropati akut vasomotor.
f. Abses perinefrik (Smeltzer, Suzanne C.2001)
11. Pencegahan
a. Beberapa hal paling penting untuk mencegah infeksi saluran kencing,
infeksi kandung kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri ,
bila setelah buang air besar atau air kecil bersihkan dengan cara
membersihkan dari depan ke belakang, dan mencuci kulit di sekitar dan
antara rektum dan vagina setiap hari. Mencuci sebelum dan sesudah
berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang wanita dari
ISK.
b. Minum banyak cairan (air) setiap hari akan membantu pengeluaran
bakteri melalui sistem urine.
c. Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk
buang air kecil juga bisa membantu mengurangi risiko infeksi kandung
kemih atau ISK.
d. Buang air kecil sebelum dan setelah melakukan hubungan seks dapat
flush setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan
seksual.
e. Vitamin C membuat urin asam dan membantu mengurangi jumlah bakteri
berbahaya dalam sistem saluran kemih.
f. Hindari pemakaian celana dalam yang dapat membuat keadaan lembab
dan berpotensi berkembang biaknya bakteri. (Parsudi, Imam A.1999)
3. Intervensi Keperawatan
Dx 1 :
Nyeri dan ketidaknyamanan berhubungan dengan inflamasi dan infeksi
uretra, kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria evaluasi:
Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi panggul
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola
berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil
urinalisis ulang
Rasional: untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau
penyimpangan dari hasil yang diharapkan
b. Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.
Rasional: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab
nyeri
c. Berikan tindakan nyaman, seprti pijatan punggung, lingkungan
istirahat;
Rasional: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.
d. Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus
Relaksasi: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk
relaksasi otot.
e. Berikan perawatan perineal
Rasional: untuk mencegah kontaminasi uretra
Dx 2:
Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria Evaluasi:
Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan berkemih
(urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi:
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya
komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional: peningkatan hidrasi membilas bakteri.
d. Kaji keluhan kandung kemih penuh
Rasional: retensi urin dapat terjadi menyebabkan distensi
jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental:, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit
dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat
f. Kecuali dikontraindikasikan: ubah posisi pasien setiap dua jam
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi:
Awasi pemeriksaan laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin
Rasional: pengawasan terhadap disfungsi ginjal
Dx 3:
Hipertermi berhubungan dengan penyakit.
Kriteria Evaluasi: suhu 36-370 C, nadi dan respirasi dalam rentan normal,
tidak ada perubahan warna kulit dan pusing.
Intervensi:
a. Observasi suhu tubuh pasien.
Rasional: mengetahui apakah pasien mengalami hipertermi.
b. Monitor warna kulit dan suhu kulit.
Rasional: mengetahui apakah pasien mengalami hipertermi.
c. Tingkatkan cairan intake dan nutrisi.
Rasional: menyeimbangkan suhu tubuh pasien.
d. Ajarkan untuk mengompres pada lipatan paha dan axial.
Rasional: menurunkan panas tubuh pasien.
e. Kolaborasi dengan farmasi dalam pemberian parasetamol.
Rasional: menurunkan panas tubuh pasien yang hipertermi.
Dx.4
Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder.
Kriteria Evaluasi: klien bebas dari gejala infeksi, jumlah leukosit dalam
batas normal, status imun normal dan menunjukkan perilaku hidup sehat.
Intervensi:
a. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi.
Rasional: menentukan intervensi selanjutnya.
b. Inspeksi membrane mukosa terhadap kemerahan, panas, dan
drainase.
Rasional: mengetahui tanda infeksi lebih dahulu.
Dx.5
Kurangnya pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi.
Kriteria Evaluasi: menyatakna mengerti tentang kondisi, pemeriksaan
diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.
Intervensi:
a. Kaji ulang prose pemyakit dan harapan yang akan datanng
Rasional: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat
membuat pilihan beradasarkan informasi.
b. Berikan informasi tentang: sumber infeksi, tindakan untuk mencegah
penyebaran, jelaskna pemberian antibiotic, pemeriksaan diagnostic:
tujuan, gambaran singkat, persiapan ynag dibutuhkan sebelum
pemeriksaan, perawatan sesudah pemeriksaan.
Rasional: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi
ansietas dan m,embantu mengembankan kepatuhan klien terhadap
rencan terapetik.
c. Pastikan pasien atau orang terdekat telah menulis perjanjian untuk
perawatan lanjut dan instruksi tertulis untuk perawatn sesudah
pemeriksaan
Rasional: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan
d. Instruksikan pasien untuk menggunakan obat yang diberikan, inum
sebanyak kurang lebih delapan gelas per hari khususnya sari buah
berri.
Rasional: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda
penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari
sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan bakteri
e. Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
perasaan dan masalah tentang rencana pengobatan.
Rasional: Untuk mendeteksi isyarat indikatif kemungkinan
ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan
rencana terapeutik.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Tn “I” DENGAN DIAGNOSA
MEDIS INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )
PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : Selasa , 14 September 2021
Jam : 08.15 WIB
IDENTITAS
A. Klien
1. Nama : Tn. y
2. Umur : 30 tahun
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Status perkawinan : Sudah Kawin
6. Pendidikan : SMP
7. Pekerjaan : Tidak bekerja
8. Suku/kebangsaan : Gorontalo/Indonesia
9. Alamat :Desa Buntulia Kec. Buntulia Kab.Pohuwato
10. Diagnosa medis : Abdominal pain ISK
11. Nomor CM : 06 – 64 - 16
12. Tanggal masuk RS : 13 September 2021
I. RIWAYAT KESEHATAN
A. Kesehatan Klien
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
- Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah
- Faktor Pencetus
Klien mengatakan sering menahan kencing dan kebiasaan
kurang minum.
- Awal Serangan
Klien mengatakan 2 hari yang lalu klien merasa mual dan
muntah disertai demam dan nyeri saat b.a.k.
- Faktor yang memperberat
Klien mengatakan jika b.a.k terarasa nyeri pada saluran kencing,
- Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi masalah
Keluarga klien mengatakan pada saat muncul keluhan klien
langsung di bawa berobat ke praktek dokter.
- Pengkajian Nyeri :
P: nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu akibat
kebiasaan sering menahan kencing, dan terdapat nyeri tekan
saat dilakukan palpasi ringan pada abdomen bawah ( kuadran
III dan IV)
Q : nyeri cenut-cenut seperti tertusuk benda tajam.
R : Nyeri menetap di abdomen bagian bawah (kuadran 3 dan 4)
S : Skala nyeri 5 (skala rentang 1-10 )
T : Nyeri datang secara tiba-tiba, dan semakin memburuk saat
digunakan untuk beraktivitas
2. Riwayat Kesehatan Lalu
- Penyakit yang pernah diderita
Keluarga klien menyatakan bahwa klien pernah jatuh sehingga
klien mengalami gangguan saraf
- Tindakan atau operasi yang pernah dijalani
Klien sebelumnya pernah rawat inap di rumah sakit
- Riwayat alergi :
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap,
obat, makanan ataupun minuman.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
- Keluarga klien menyatakan klien tidak memiliki riwayat
keturunan hipertensi, diabetes mellitus dan jantung.
- Keluarga klien menyatakan tidak ada keluarga yang memiliki
penyakit menular .
II. POLA KEBIASAAN KLIEN
A. Aspek Fisik-biologis
1. Pola Nutrisi
a. Sebelum sakit
Klien mengatakan makan 3 kali sehari porsi besar, teratur,
dengan menu nasi, sayur, dan lauk.
Klien mengatakan tidak memiliki alergi terhadap makanan
tertentu.
Klien mengatakan minum 4-6 gelas perhari (± 1920¿
b. Selama Sakit
Klien menerima diet BNDM (Bubur Nasi Diabetes Mellitus))
Klien mengatakan selama sakit makan sedikit demi sedikit
karena jika langsung banyak klien merasa mual
Klien mengatakan tidak ada penurunan nafsu makan
Klien tidak memiliki gangguan dalam menelan makanan
dan tidak memiliki kesulitan untuk mengunyah
Klien mengatakan selama sakit hanya minum ± 1 liter
2. Pola Eliminasi
a. Sebelum sakit
Klien b.a.b teratur dan lancar 1 kali sehari. Warna
feses kuning dan berbentuk padat lunak. Klien tidak pernah
memakai obat pencahar untuk melancarkan b.a.b. Klien b.a.k
sebanyak 5-6 kali dengan warna urine kuning dan berbau khas
urine.
b. Selama Sakit
Klien mengatakan bahwa selama sakit tidak ada
perubahan pada pola b.a.b maupun b.a.k-nya. Klien
mengatakan b.a.b teratur 1 x sehari dengan warna feses
kuning, padat lunak. Klien mengatakan sering b.a.k 6-8 kali
namun hanya keluar sedikit (anyang-anyangan) dan ketika
b.a.k terasa nyeri.
3. Pola Aktifitas Istirahat-Tidur
a. Sebelum sakit
1) Keadaan aktifitas sehari-hari
Klien mengatakan dapat beraktifitas secara normal,
mandiri tanpa dibantu dengan orang terdekatnya
2) Keadaan Pernafasan
Klien mengatakan bernafas dengan normal dan tidak
ada gangguan. Tidak ada retraksi otot pernapasan
3) Kebutuhan Istirahat danTidur
Klien mengatakan tidur malam 7-8 jam, dengan
nyenyak tidak terbangun oleh gangguan, dan istirahat
siang 1-2 jam/hari.
b. Selama Sakit
1) Keadaan aktifitas
Klien mengatakan selama sakit merasa lemas sehingga
aktivitasnya dibantu keluarga
2) Keadaan pernafasan
Klien mengatakan sering batuk di malam hari sehingga
terasa sesak
3) Kebutuhan istirahat dan tidur
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pola tidur.
Klien dapat tidur dengan nyenyak tidak terbangun oleh
gangguan.
B. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual
1. Konsep Diri
- Harga diri
Pasen tetap berpegang teguh menjalankan prinsip sesuai
norma.
- Body image
Klien mengatakan lemah dan tidak bisa beraktivitas
seperti biasanya
- Peran diri
Klien di keluarga berperan sebagai ayah
- Aktualisasi diri.
Klien mengatakan selama sakit hanya berbaring di tempat tidur
sehingga tidak bisa banyak melakukan aktifitas dan sudah
setahun terakhir ini klien tidak bekerja
2. Intelektual
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit ISK yang
dideritanya. Klien mengatakan tidak mengetahui gejala awal
tentang penyakit ISK yang dideritanya.
3. Hubungan Interpersonal
a. Sebelum sakit
Hubungan keluarga dan lingkungan rumah dengan klien baik
b. Selama sakit
Hubungan keluarga dan tim kesehatan dengan klien baik
4. Support Sistem
Keluarga memberikan dukungan dengan cara menjaga dan
membantu klien dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Selama
klien rawat inap di RSUD klien selalu dijaga keluarganya..
5. Aspek mental-emosional
Nada bicara klien sedikit lemah dan kurang jelas
6. Aspek Intelegensi
Klien pernah mengalami jatuh sehingga memiliki gangguan saraf
7. Pengambilan keputusan
Dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan musyawarah
antara keluarga
8. Hubungan Sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan baik.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran : composmentis
2. Keadaan umum : tampak lemas
3. Status Gizi:
TB : 156 cm
BB : 61 kg
BB (kg) =
61 =
IMT= 2 25,07 kg/m2 (tergolong normal
TB(m¿¿ 2)¿ (1.56)
tinggi/gemuk, batas normal IMT 18-25 kg/m2)
4. Tanda – tanda vital:
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Suhu tubuh : 35,6 0C
Nadi : 76 x /menit
Respirasi : 20 x /menit
B. Pemeriksaan secara sistematik (sepalo-caudal)
1. Kepala
a. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih dan tidak ada luka
maupun ketombe, tidak teraba massa/benjolan,
b. Pertumbuhan rambut: rambut tidak rontok, rambut beruban
c. Mata :
- Mata klien bersih, konjungtiva merah muda, sklera putih,
kelopak mata simetris
- Refleks cahaya baik (isokor)
- Penglihatan baik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan
- Nilai GCS :
Motorik :123456
Verbal :12345
Buka mata :1234
Jumlah : 15
d. Telinga :
Bentuk telinga normal, utuh, tidak ada cairan yang keluar dari
telinga, telinga bersih dan fungsi pendengaran baik.
e. Hidung :
Posisi septum di tengah, tidak ada sekret yang keluar dari hidung
klien. Klien tidak mengeluh nyeri pada hidung dan fungsi
pembauan berfungsi normal.
f. Mulut dan tenggorokan :
Klien mampu berbicara secara normal tetapi kurang jelas
pelafalannya. Membran mukosa basah dan nafas tidak bau.
Terdapat dahak pada pangkal tenggorokan, sulit keluar, suara
serak
2. Leher
Trachea berada di tengah, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba
pembesaran kelenjar limfe
3. Dada
a. Inspeksi
Pergerakan dada pada saat bernapas bersamaan, tidak tampak
retraksi otot bantu pernapasan, klien bernapas dengan
pernapasan diafragma,
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan pada saat dilakukan palpasi, gerakan paru
kanan dan paru kiri saat mengembang simetris, traktil fremitus di
setiap intercosta sama, lebih redup pada aksis paru
c. Perkusi
Pada paru kanan terdengar suara resonan pada ICS 1-4, suara
sonor pada ICS 5; pada paru kiri terdengar resonan pada ICS 1
dan sonor pada ICS 2-5.
d. Auskutasi
Terdengar suara ronkhi
4. Abdomen
a. Inspeksi
Bentuk agak cembung, tidak terdapat bekas luka, tidak ada
spider navi, tidak ada jaundice dan tidak ada benjolan.
b. Auskultasi
Auskultasi Terdengar bunyi peristaltic 20 kali/ menit (dalam batas
normal)
c. Perkusi
Terdengar suara timpani pada kuadran II, III, IV
Terdengar suara dall pada kuadran I.
d. Palpasi
Tidak teraba pembesaran hati, tidak terdapat nyeri tekan pada
pada Mc Burney. Terdapat nyeri palpasi ringan pada kuadran 3
dan 4, teraba distensi kandung kemih.
5. Ekstremitas
Penentuan singkat kekuatan otot dengan skala Lovett’s (memilikii
nilai 0 – 5) :
0 = tidak ada kontraksi sama sekali.
1 = gerakan kontraksi.
2 = kemampuan untuk bergerak, tetapi tidak kuat kalau melawan
tahanan atau gravitasi.
3 = cukup kuat untuk mengatasi gravitasi.
4 = cukup kuat tetapi bukan kekuatan penuh.
5 = kekuatan kontraksi yang penuh.
a. Atas
Anggota gerak lengkap tidak ada kelainan, warna kulit sawo
matang, turgor kulit baik, terpasang infus pada tangan sebelah
kiri dangan RL 16 tpm. Skala Lovett’s 3.
b. Bawah :
Anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan, warna kulit sawo
matang, turgor kulit baik, skala Lovett’s 2.
C. Pemeriksaan penunjang
a) Elektrokardiografi (EKG)
Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil : Sinus rhytm 88 x/menit
b) Pemeriksaan Darah
Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Leukosit 15,7 4,6-10,6 10e3/ul
Eritrosit 3,75 4,50-6,00 10e3/ul
Hb 10,9 13,0-18,0 g/dl
Ht 31,5 42,0-52,0 %
MCV 84,0 81-99 fl
MCH 29,1 27-31 pg
MCHC 34,6 33-37 gr/dl
RDW-CV 14,3 11,0-16,0 %
Trombosit 156 150-450 10e3/dl
Hitung Jenis
Basophil 0 0-1 %
Eosinophil 2 0-5 %
Neutrofil Staf 0 0-3 %
Netrofil Segmen 88 40-74 %
Limphosit 10 18-48 %
Monosit 0 0-8 %
Gula Darah
Gula Darah Sewaktu 170 70-140 mg/dl
Hati
SGOT 17 <37 mg/dl
SGPT 25 <42 mg/dl
Ginjal
Ureum 36 10-50 mg/dl
Kreatinin 1,8 <1,1 mg/dl
d) Pemeriksaan Urine
Tanggal : 13 September 2021
Nama Klien : Tn. Y
Usia : 30 tahun
Alamat : Pohuwato
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Hasil :
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Urinalisa
Warna-kekeruhan Kuning keruh Kunung-Jernih
pH 6,0 5,0-6,5
BJ 1,020 1,005-1,030
Keton Negatif Negatif
Protein Positif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Darah Negatif Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Urobilin Positif Positif
Bilirubin Negatif Negatif
Urinalisa (Sedimen)
Leukosit Positif (25-35)/LP Positif (0-2)/LP
Eritrosit Positif (0-2)/LP Negatif (0)/LP
Epithel Positif (3-5)/LP Positif (0-2)/LP
Slinder Hyalin Negatif Negatif
Silinder leukosit Negatif Negatif
Silinder granula Negatif Negatif
Kristal Oxalat Negatif Negatif
Kristal Urat Negatif Negatif
Kristal Tripel Negatif Negatif
Kristal Amorf Negatif Negatif
Trichomonas Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
e) Pengobatan yang didapat saat ini
- Infus RL : Futrolit 1:1, 20 tpm
- Terapi obat :
No Jenis Nama Obat Dosis Rute
1 Tablet Pamol 4 x 500 mg Oral
2 Tablet Scopamin 1 x 10 mg Oral
3 Tablet Anemolat 3 x 1 mg Oral
4 Tablet CaCO3 3 x 400 mg Oral
5 Injeksi Ranitidin 2 x 50 mg IV
6 Injeksi Ondancentron 40 mg (k/p) IV
7 Injeksi Ketorolac 2 x 20 mg IV
8 Infus Ciprofloxacin 2 x 400 mg IV
Analisis Data
Nama Klien : Tn. Y
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan k lien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah, klien mengatakan ketika b.a.k
terasa nyeri, Hasil urinalisis : Leukosit = Positif (25-35)/LP, Eritrosit = Positif
(0-2)/LP, Epithel = Positif (3-5)/LP, terdapat nyeri palpasi ringan pada kuadran
3 dan 4, pengkajian nyeri :P: nyeri perut bagian bawah sejak 2 hari yang lalu
akibat kebiasaan sering menahan kencing, dan terdapat nyeri tekan saat
dilakukan palpasi ringan pada abdomen bawah ( kuadran III dan IV), Q : nyeri
cenut-cenut seperti tertusuk benda tajam, R : Nyeri menetap di abdomen
bagian bawah (kuadran 3 dan 4), S : Skala nyeri 5 (skala rentang 1-10), T :
Nyeri datang secara tiba-tiba, dan semakin memburuk saat digunakan untuk
beraktivitas.
2. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran kemih ditandai
dengan klien mengatakan sering b.a.k 6-8 kali namun hanya keluar sedikit-
sedikit, klien merasa anyang-anyangan, warna urine kuning keruh berbau
khas urine.
3. Defisit pengetahuan tentang kondisi dan kebutuhan pengobatan kurangnya
sumber informasi klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit ISK
yang dideritanya, klien mengatakan tidak mengetahui gejala awal tentang
penyakit ISK yang dideritanya.
Perencanaan Keperawatan
Nama Klien : Tn. Y
No RM : 06 – 64 - 16
Diagnosa : Abdominal pain ISK
penyakit ditandai hilang dengan kriteria hasil : karakteristik, duraasi, menentukan pilihan keefektifan
- Mampu mengontrol nyeri frekuensi, kualitas dan intervensi
dengan klien
- Melaporkan bahwa nyeri presipitasi.
mengatakan nyeri pada
berkurang o Monitoring Vital sign Perubahan tekanan darah, nadi,
perut bagian bawah,
- Skala nyeri berkurang batas normal dan respirasi mengidentifikasi
klien mengatakan ketika
menjadi 0 (dari 1-10) TD : Sistole (100-140) kondisi keadaan klien
b.a.k terasa nyeri, Hasil
- Menyatakan rasa nyaman Diastole (60-90) mmHg
urinalisis : Leukosit =
setelah nyeri berkurang N : 60-80 x/menit
Positif (25-35)/LP,
Paraf RR : 16-20 X/menit
Eritrosit = Positif (0-
2)/LP, Epithel = Positif Suhu ; 36-37̊ C
(3-5)/LP, terdapat nyeri o Berikan waktu istirahat Klien dapat istirahat dengan
palpasi ringan pada yang cukup dan tingkat tenang dan dapat merilekskan
kuadran 3 dan 4, aktivitas yang dapat otot-otot
pengkajian nyeri :P: ditoleran.
nyeri perut bagian o Ajarkan tehnik nafas Nafas dalam merupakan latihan
bawah sejak 2 hari yang dalam yang efektif dan efisien untuk
lalu akibat kebiasaan meningkatkan suplai oksigen
sering menahan sehingga dapat menurunkan
kencing, dan terdapat tegangan otot dam nembuatnya
nyeri tekan saat menjadi rileks.
dilakukan palpasi ringan o Kolaborasi pemberian Analgetik berfungsi sebagai
pada abdomen bawah, antibiotic sesuai bakteriostatik (menekan
Q : nyeri cenut-cenut s=dengan program pertumbuhan bakteri)
seperti tertusuk benda terapi
tajam, R : Nyeri o Kolaborasi pemberian Analgetik memblok lintasan
menetap di abdomen obat analgetik sesuai nyeri
bagian bawah (kuadran dengan program terapi.
3 dan 4), S : Skala nyeri Paraf
5 (skala rentang 1-10), T
: Nyeri datang secara
tiba-tiba, dan semakin
memburuk saat
digunakan untuk
beraktivitas.
Paraf
2 Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan tindakan o Kaji keluhan buang air Untuk mengetahui masalah
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 24 kecil eliminasi dan menentukan
infeksi saluran kemih jam gangguan eliminasi urine tindakan yang tepat
ditandai dengan klien dapat teratasi dengan kriteria o Observasi karakteristik Ketidaknormalan karakteristik
mengatakan sering b.a.k hasil : urine urine mengidentifikasi adanya
6-8 kali namun hanya - Kandung kemih kosong gangguan pada system
keluar sedikit-sedikit, klien secara penuh perkemihan
merasa anyang-anyangan, - Tidak ada spasme o Bantu klien dalam Memudahkan proses b.a.k
warna urine kuning keruh bladder posisi nyaman untuk
berbau khas urine. - Klien menyatakan tidak b.a.k.
Paraf anyang-anyangan o Ajarkan perawatan menjaga kebersihan dan
Paraf perianal yang benar mengurangi infeksi
2. 08.10 Mengkaji keluhan buang air kecil S : Klien mengatakan merasa ingin buang air kecil
08.20 Mengobservasi karakteristik urin tetapi yang keluar hanya sedikit-sedikit
08.15 Menganjurkan minum banyak 2-3 liter O : Urine berwarna kuning keruh, bau khas urine,
08.15 Menganjurkan keluarga untuk membantu klien dalam sehari klien minum ±1,5 liter dan urine yang
mendapatkan posisi nyaman ketika b.a.k
08.15 Menganjurkan untuk tidak menahan kencing ketika telah keluar ± 500 ml
merasa ingin berkemih A : Masalah belum teratasi. Klien belum mampu
mengosongkan kandung kemih secara tuntas
P : Lanjutkan intervensi, monitor input yang masuk
dan urine yang keluar
Paraf