Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


RISIKO BUNUH DIRI
Di Ruang Intensif Pria RSJ Sambang Lihum

Tanggal 3 Desember – 14 Desember 2018

Oleh :

M. Lutfy Abdy Rahman, S.Kep


NIM. 1830913310001

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
RISIKO BUNUH DIRI
Di Ruang Intensif Pria RSJ Sambang Lihum

Tanggal 3 Desember – 14 Desember 2018

Oleh :
M. Lutfy Abdy Rahman, S.Kep
NIM. 1830913310001

Banjarmasin, 3 September 2018


Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Dhian Ririn Lestari, S.Kep,Ns,M.Kep Tri Hernawati Gais, S.Kep., Ns


NIP. 19801215 200812 2 003 NIP. 19791225 200501 2 017
LAPORAN PENDAHULUAN
RISIKO BUNUH DIRI
A. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami risiko untuk menyakiti
diri sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa (Fitria, 2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman
verbal, yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Yosep,
2010).
Perilaku destruktif diri yang mencakup setiap betuk aktivitas bunuh diri, niatnya
adalah kematian dan individu menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan (Stuart
dan Sundeen, 1995).
B. Rentang respon

1. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai contoh
seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai loyalitas
terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
2. Berisiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja ketika
dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
3. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang tepat
(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya yang tidak loyal, maka
seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja seenaknya dan tidak
optimal.
4. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan diri
akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
5. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan nyawanya
hilang.
C. Tanda dan gejala
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien masuk kerumah sakit adalah
perilaku kekerasan dirumah.
1. Observasi
Muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering
pula klien tampak memaksakan kehendak: merampas makanan, memukul jika tidak
senang.
2. Wawancara
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal).
k. Pengangguaran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
m. Konflik interpersonal.
n. Latar belakang keluarga.
o. Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
D. Faktor predisposisi
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulakn frustasi yang kemudian dapat timbul
agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan
ditolak, dihina, dianiaya atau saksi penganiayaan.
2. Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan, sering
mengobservasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi
invidu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan
diterima.
4. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbic, lobus frontal, lobus
temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya
perilaku kekerasan.
E. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang
lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri
yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi
lingkungan yang rebut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan
orang yang dicintai atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain.
F. Pohon masalah

Effect Bunuh diri

Core Problem Risiko bunuh diri

Caused Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis


G. Rencana tindakan keperawatan

Diagnosa Tindakan
No
Keperawatan Pasien Keluarga
Identifikasi beratnya masalah risiko bunuh diri dan cara mengendalikan diri dari dorongan
bunuh diri.
1. Risiko bunuh SP 1 SP 1
diri 1. Identifikasi beratnya 1. Diskusikan masalah yang
masalah resiko bunuh dirasakan keluarga dalam
diri: isyarat ancaman, merawat pasien
percobaan (jika percobaan 2. Jelaskan pengertian, tanda
segera rujuk) dan gejala serta proses
2. Identifikasi benda-benda terjadinya resiko bunuh diri,
berbahaya dan (gunakan booklet)
mengamankannya 3. Jelaskan cara merawat
(lingkungan aman untuk pasien dengan Resiko Bunuh
pasien) Diri
3. Latihan cara 4. Latih cara memberikan
mengendalikan diri dari pujian hal positif pasien,
dorongan bunuh diri : memberi dukungan
buat daftar aspek positif pencapaian masa depan
diri sendiri, latihan 5. Anjurkan membantu pasien
afirmasi / berpikir aspek sesuai jadwal dan
positif yang dimiliki. memberikan pujian
4. Masukan pada jadwal
latihan berpikir positif 5
kali per hari.
2. SP 2 SP 2
1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan keluarga
positif tentang diri dalam memberikan pujian
sendiri. Beri pujian. Kaji dan penghargaan atas
ulang resiko bunuh diri. keberhasilan dan aspek
2. Latih cara mengendalikan positif pasien. Beri pujian.
diri dari dorongan bunuh 2. Latih cara memberi
diri : buat daftar aspek penghargaan pada pasien dan
positif keluarga dan menciptakan suasana positif
lingkungan, latih afirmasi dalam keluarga : tidak
/ berpikir positif keluarga membicarakan keburukan
dan lingkungan. anggota keluarga
3. Masukkan pada jadwal 3. Anjurkan membantu pasien
latihan berpikir positif sesuai jadwal dan
keluarga dan lingkungan. memberikan pujian.
3. SP 3 SP 3
1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan keluarga
positif diri sendiri, dalam memberikan pujian,
keluarga dan lingkungan, penghargaan, menciptakan
beri pujian. Kaji resiko suasana positif dan kegiatan
bunuh diri awal dalam mencapai
2. Diskusikan harapan dan harapan masa depan. Beri
masa depan pujian
3. Diskusikan cara mencapai 2. Bersama keluarga berdiskusi
harapan dan masa depan. tentang langkah dan kegiatan
4. Latih cara-cara mencapai untuk encapai harapan masa
harapan dan masa depan depan.
secara bertahap (setahap 3. Jelaskan follow up ke RSJ /
demi setahap) PKM, tanda kambuh,
5. Masukan pada jadwal rujukan.
latihan berpikir positif diri 4. Anjurkan membantu pasien
sendiri, keluarga dan sesuai jadwal dan
lingkungan, dan tahapan memberikan pujian
kegiatan yang dilatih.
4. SP 4 SP 4
1. Evaluasi kegiatan berpikir 1. Evaluasi kegiatan keluarga
positif diri sendiri, dalam memberikan pujian,
keluarga dan lingkungan, penghargaan, menciptakan
serta kegiatan yang dipilih suasana positif dan
. Beri pujian. kegiatan awal dalam
2. Latih tahap kedua latihan mencapai harapan masa
mencapai masa depan depan. Beri pujian
3. Masukan pada jadwal 2. Bersama keluarga
latihan berpikir positif diri berdiskusi tentang langkah
sendiri, keluarga dan dan kegiatan untuk encapai
lingkungan, serta kegiatan harapan masa depan.
yang dipilih untuk 3. Jelaskan follow up ke RSJ /
persiapan masa depan. PKM, tanda kambuh,
rujukan.
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan
memberikan pujian
5. SP 5 SP 5
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
peningkatan positif diri, dalam memberikan pujian,
keluarga dan lingkungan. penghargaan, menciptakan
beri pujian suasana positif dan
2. Evaluasi tahap kegiatan membimbing langkah-
mencapai harapan dan langkah dalam mencapai
masa depan harapan masa depan. Beri
3. Latih kegiatan harian pujian
4. Nilai apakah resiko bunuh 2. Nilai kemampuan keluarga
diri teratasi merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol RSJ /
PKM
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika
Direja, AHS. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai