Anda di halaman 1dari 6

RIDDAH

Secara bahasa : Arraddatu (riddah) artinya Ar-ruju’u (kembali)


Menurut istilah adalah kufur setelah Islam atau orang yang keluar dari agama Islamyang
kemudian beragama lain atau tidak beragama.

Ada Beberapa devinis tentang riddah :


 Al-Kasani dari mazhab Hanafi berkata, "Adapun rukun Riddah adalah keluarnya
perkataan 'kafir' dari lisan, yang sebelumnya beriman, sebab Riddah adalah rujuk
(berpaling) dari keimanan." 

 Ash-Shawi dari mazhab Maliki berkata, "Riddah adalah kafirnya seorang Muslim
dengan perkataan yang terang-terangan, atau perkataan yang menuntut
kekafirannya, atau perbuatan yang mengandung kekafiran.

 As-Syarbini dari mazhab Syafi'i berkata, "Riddah adalah putus dari Islam dengan niat
atau perbuatan, baik mengatakan tentangnya dalam rangka menghina,
membangkang ataupun meyakini.

 Al-Bahuti dari mazhab Hanbali berkata, "Murtad secara syariat adalah orang yang
kafir setelah keislamannya, baik melalui perkataan, keyakinan, keraguan atau pun
perbuatan." 

Dari beberapa devinisi dari para ulama diatas kita dapat menyimpulkan bahwa
riddah adalah berpaling dari Islam, baik dengan keyakinan, perkataan ataupun perbuatan.
Artinya, definisi ini sesuai dengan definisi iman, yaitu keyakinan dengan hati, perkataan
dengan lisan dan perbuatan dengan anggota badan. Orang yang melakukan perbuatan
riddah disebut murtad. Ad Dimyati, seorang ulama, dalam kitabnya Mafahim Aqidah Fil
Islam menyebutkan bahwa riddah ada tiga macam, yaitu i’tiqod (keyakinan), perbuatan dan
pernyataan.

1|Page
Hukuman Bagi Orang yang Murtad 
Seorang yang murtad menurut syariat Islam harus dibunuh dengan memenggal
batang lehernya. Yang menghalalkan darahnya adalah kekafirannya, yang sebelumnya
beriman. Mengapa hukuman seperti itu yang dijatuhkan atasnya? Syaikhul Islam Ibn
Taimiyah memberikan jawaban, "Sebab bila si Murtad itu tidak dibunuh, maka orang yang
masuk ke dalam agama ini akan keluar lagi darinya. Artinya, membunuhnya merupakan
upaya menjaga pemeluk agama dan menjaga agama itu sendiri. Hal itu dapat mencegahnya
dari pembatalan (keimanannya) dan keluar darinya." Sebagai konsekuensi dari hukuman
tersebut, maka ia pun tidak dimandikan, tidak dishalatkan, tidak dikuburkan di pekuburan
kaum Muslimin, tidak mewariskan ataupun mewarisi, bahkan hartanya menjadi harta Fai`
yang diserahkan ke Baitul Mal kaum Muslimin. Di antara sekian banyak dalil atas hukuman
ini, adalah hadits, "Barangsiapa yang mengganti agamanya, maka bunuhlah ia."
(HR. Al Bukhari)
Bentuk-bentuk melakukan Riddah antara lain :

1. Riddah dengan ucapan


a. Seperti mencaci Allah atau rasulNya shallallahu ‘alaihi wassallam, atau
malaikat-malaikatNya atau salah seorang dari rasulNya 
b. Mengaku mengetahui ilmu ghaib atau mengaku nabi atau membenarkan
orang yang mengaku sebagai nabi 
c. Berdo’a kepada selain Allah atau memohon pertolongan kepadaNya. Dll

2. Riddah dengan perbuatan


a. Seperti sujud kepada patung, pohon, batu, kuburan dan memberikan
sembelihan untuknya 
b. Membuang mushaf Al-Qur’an ditempat-tempat yang kotor 
c. Melakukan sihir, mempelajari dan mengajarkannya 
d. Memutuskan hukum dengan selain apa yang diturunkan Allah dan
meyakini kebolehannya . dll

2|Page
3. Riddah dengan I’tiqad (kepercayaan)
Seperti kepercayaan adanya sekutu bagi Allah atau kepercayaan
bahwa zina, khamr dan riba adalah halal atau hal semisalnya yang telah
disepakati kehalalan, keharaman atau wajibnya secara ijma’ (konsensus) yang
pasti, yang tidak seorangpun tidak mengetahuinya.

4. Riddah dengan keraguan

Berikut ini adalah tanda-tanda Riddah (kemurtadan):


1. Meminta perlindungan, ketaatan dan kekuasaan atau hak untuk membuat hukum
kepada selain Allah. Dengan kata lain seseorang yang meyakini bahwa aturan Islam
tidak layak untuk masa kini atau meyakini aturan lain lebih layak maka berarti ia
telah kufur dan keluar dari Islam. Hal ini sebagaimana firman allah : {Qs.Annisa : 60}

         
         
         


“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah


beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan apa yang diturunkan sebelum
kamu? Mereka hendak berhukum kepada thaghut padahal mereka telah diperintah
mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan
penyesatan yang sejauh-jauhnya. “
2. Membenci sesuatu yang ada dalam Islam. Misalnya ada orang yang menyatakan,
“Saya tidak suka pada sistem ekonomi Islam karena melarang riba, suap,
penimbunan harta, dan sebagainya atau saya benci aturan berjilbab karena
membatasi hak-hak wanita.” Atau mengatakan, “Saya benci aturan pergaulan dalam
Islam karena melarang berpacaran.” Maka orang ini telah melakukan perbuatan
riddah. Sebagaimana firman-Nya : {Qs. Muhammad : 8-9}

3|Page
        
      

”Dan orang-orang yang kafir maka kecelakaanlah bagi mereka dan Alalah
menyesatkan amal-amal mereka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya
mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (yaitu Al-Qur’an) lalu Allah
menghapus pahala amal-amal mereka.”
3. Menertawakan ajaran atau syiar (symbol-simbol) Islam seperti ruku’ dan sujud
dalam sholat atau thawaf di sekitar ka’bah dan sebagainya, yang termasuk dalam
makna istizaa’ (merendahkan, mengejek, menghinakan) misalnya terhadap pakaian
wanita muslimah yang longgar dikatakan mirip tenda atau karung. Menertawakan
hal semacam ini sudah cukup menjadikan seorang muslim keluar dari agamanya,
sebab Allah berfirman, {QS. At-Taubah: 64-66}
        
          
        
       
         
    

“Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.


Katakanalah,”Apakah kepada Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu
berolok-olok?” Jangan kamu minta maaf karena kamu sungguh telah kafir sesudah
beriman. Jika kami maafkan segolongan dari kamu (lantaran kamu bertaubat)
niscaya Kami akan mengazab golongan yang lain disebabkan mereka adalah orang-
orang yang selalu berbuat dosa”
4. Menghalalkan apa-apa yang diharamkan Allah swt dan mengharamkan apa-apa
yang dihalalkan Allah swt. {QS. An-Nahl 116-117}
        
          
         

4|Page
“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa-apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan
terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengadakan kebohongan
tehadap Allah tiadalah beruntung. (itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi
meeka azab yang pedih”
5. Iman kepada sebagian ajaran Islam dan kufur kepada sebagian lainnya. Seperti
orang yang iman bahwa Islam itu sekadar agama ritual dan ia ingkar bahwa Islam
adalah agama yang mengatur ekonomi, hukum, politik, pengadilan, dan sebagainya.
Atau orang yang mengatakan bahwa Islam tidak erkaitan dengan system sosial,
Islam hanya terkait dengan masjid-masjid, tidak ada kaitannya dengan negara,
interaksi sosial atau sanksi hukum. Juga Islam tidak berkaitan dengan pakaian dan
makanan sehingga laki-laki dan perempuan berpakaian sekehendaknya sendiri.
Allah Berfirman {QS. An-Nisaa’: 150-151}

       


       
        
       

”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan RasulNya dan bermaksud
meperbedakan antara Allah dan RasulNya dengan mengatakan, “Kami beriman
kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain) serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang
demikian (iman atau kufur). Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya.
Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu siksaan yang menghinakan.”
6. Seruan untuk beriman hanya kepada Al-Quran dan mengingkari sunnah (paham
ingkar sunnah). Hal tersebut adalah kufur karena adanya ayat-ayat yang tegas
memerintahkan untuk mengikuti Rasulullah saw. { Al-Hasyr 7}
         
       
        
           
 

”Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia dan apa yang
dilarangnya bagimu, tinggalkanlah”

5|Page
7. Mengejek (menjadikan bahan tertawaan) salah satu perbuatan Rasulullah saw.
Seperti mencela perbuatan rasulullah saw dalam hal jumlah istri, bahwa Rasullullah
mempunyai 9 istri pada satu waktu dengan dasar nafsu semata-mata. Atau
mengatakan bahwa Rasullullah mengharamkan umatnya kawin dengan lebih dari 4
wanita padahal dia mengawini 11 wanita.
8. Seruan sebagian orang yang menyatakan bahwa Al-Quran mempunyai makna batin
(tersembunyi) yang berbeda dengan makna dzahirnya. Atau Al-Quran mempunyai
makna batin yang hanya dapat dipahami sebagian orang dengan perantaraan ilham.
Dengan seruan dan pernyataan itu dijadikan dasar mereka mengatakan Islam belum
sempurna maknanya. Kemudian mereka mencari takwil (pemaknaan) Al-Quran dan
mengubah maknanya yang sesuati dengan keinginan dan kepentingan mereka
sendiri.
9. Meyakini bahwa Allah swt itu menyatu dengan makhluk misalnya pendapat kaum
Nustairiyah yang menyatakan bahwa Allah swt menyatu pada diri Ali bin Abi Thalib.
10. Menyeru kepada paham-paham yang bertentangan dengan Islam. Misalanya
menyeru kepada paham qoumiyah (golongan) dan wathoniyah (kebangsaan). Setiap
orang yang menyeru kepada paham-paham semacam itu dan menjadikannya
sebagai dasar ajaran dan tujuan kemudian melakukan langkah usaha dan upaya kea
rah itu, maka ia berarti melakukan tindakan kekufuran dan oaring yang
melakukannya telah keluar dari Islam. Sebagaiman sabda Rasulullah saw, “Tidak
termasuk golonganku oang yang mengarah pada ashobiyah (golongan) dan tidak
termasuk golonganku orang ynag berperang karena ashobiyah dan tidak termasuk
golonganku orang yang mati karena ashobiya”h (HR. Dawud)
11. Meyakini kebenaran sesuatu yang bertentangan dengan aqidah Islam. Ragu
terhadap aqidah Islam, ragu terhadap yang qothi mengeluarkan ucapan-ucapan
kufur atau berbuat tindakan kufur. Misalnya mengatakan Allah swt mempunyai
sekutu, bahwa Al-Quran itu bukan kalamullah, ingkar terhadap perkara-perkara
yang diatur agama seperti ingkar terhadap sholat, zakat, puasa, haji dan wajibnya
jihad, haramnya minum khamr, judi, zina dan sebagainya. Semoga tanda-tanda
tersebut di atas tidak terdapat pada diri kita, pada orang-orang yang kita sayangi.
Wallahu’alam bishshowab.

6|Page

Anda mungkin juga menyukai