Anda di halaman 1dari 6

Nama: Indah Nurvita Sari

NIM: 932217618
Kelas/Semester: TBI F / 7
UAS TEOLOGI
Soal
1. Apa persamaan dan perbedaan pemikiran teologi Imam Abu Hasan al-Asy’ari
dengan Imam Abu Mansur al-Maturidi? Apa ciri gerakan Wahabi? Bagaima na
tanda-tanda aliran yang terpapar pemikiran Khawarij?
2. Apa dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Khawarij, Murjiah
dan Ahli Sunnah? Berikan contoh! Apa persamaan dan perbedaan iman bagi
Khawarij, Murjiah, Ahli Sunnah?
3. Bagaimana konsep akidah NU dan Muhamadiyah? Apa persamaan dan
perbedaan gerakan NU dan Muhamadiyah? Kenapa terjadi perbedaan? Apa
manfaat mempelajari Teologi Islam bagi kalian?

Jawaban

1. Persamaan:
a. Kedua aliran ini lahir akibat reaksi terhadap paham aliran Mu’tazilah.
b. Mengenai sifat-sifat Tuhan, kedua aliran ini menyatakan bahwa Tuhan
mempunyai sifat-sifat dan Tuhan mengetahui bukan dengan dzat-Nya tetapi
mengetahui dengan pengetahuan-Nya.
c. Keduanya menentang ajaran Mu’tazilah mengenai al-Salah wal Aslah dan
beranggapan bahwa al-Qur’an adalah kalam Tuhan yang tidak diciptakan,
tetapi bersifat qadim.
d. Al-Asy’ari dan Al-Maturidi juga berkeyakinan bahwa manusia dapat
melihat Allah pada hari kiamat dengan petunjuk Tuhan dan hanya Allah
pula yang tahu bagaimana keadaan sifat dan wujud-Nya.
e. Kedua aliran ini sering menggunakan istilah ahlu sunnah wal jama’ah. Dan
di kalangan mereka kebanyakan mengatakan bahwa madzhab salaf ahlu
sunnah wal jama’ah adalah apa yang dikatakan Al-Asy’ari dan Al-Maturid i.
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa ahlu sunnah wal jama’ah adalah
Asy’ariyah dan Maturidiyah dan salaf.
Perbedaan
a. Menurut aliran Asy’ari mengetahui Tuhan diwajibkan dengan Syara’,
sedangkan aliran Maturidi mengetahui diwajibkan dengan akal.
b. Menurut aliran Asy’ari sesuatu perbuatan tidak mempunyai sifat baik dan
buruk, tetapi baik dan buruk karena diperintahkan oleh Syara’. Sedangkan
menurut aliran Maturidi setiap perbuatan itu sendiri ada sifat-sifat baik dan
sifat-sifat buruk.
Ciri-ciri gerakan Wahabi
a. Menggunakan Tauhid Uluhiyah, Tububiyah dan Asma’ wa al-Shifat.
b. Memahami dalil al-Qur’an ataupun Hadits secara tekstual dan tidak
kontekstual.
c. Mengagungkan Muhammad bin Abdul Wahhab dan Syaikh Ibnu
Taimiyah, dan sering mengutip pendapat Abdullah bin Baz, al-Albani,
al-‘Utsaimin.
d. Anti Takwil, sehingga meyakini Allah Swt. memiliki sifat seperti
layaknya makhluk. Contoh, dengan mengatakan Allah Swt. duduk di atas
‘Arsy.
e. Sering menggunakan slogan Kafir, Musyrik dan Bid’ah Sesat ketika
menanggapi umat Islam di luar golongannya.
f. Mengklaim sebagai seorang Mujtahid, setara dengan ulama salaf,
sehingga mudah mengatakan para Ulama ‘Memiliki Kesalahan’, tanpa
berkaca pada diri sendiri.

Tanda-tanda aliran yang terpapar pemikiran Khawarij


a. Mereka keluar (kharij) alias tidak mengakui pemerintah (ulul amri) yang
sah. Sebab, ketaatan hanya kepada pemimpin mereka yang dinila i
memerintah sesuai dengan syariat.
b. Siapa pun pihak yang berbeda pandangan dengan mereka dianggap
sebagai musuh yang harus dilawan karena dipandang sebagai kafir.
c. Khalifah (pemerintah/ulul amri) wajib ditaati hanya bila mereka
bersikap adil dan menjalankan syariat Islam. Tapi, bila mereka
menyeleweng dari ajaran Islam, mereka harus dibunuh.
2. Dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Khawarij
Semua pelaku dosa besar (murtabb al-kabiiah), menurut semua sub sekte
khawarij, kecuali najdah adalah kafir dan akan disiksa di neraka selamanya. Sub
sekte yang sangat ekstrim, azariqah, menggunakan istilah yang lebih
mengerikan dari kafir, yaitu musyrik. Mereka memandang musyrik bagi siapa
saja yang tidak mau bergabung dengan barisan mereka. Adapun pelaku dosa
besar dalam pandangan mereka telah beralih status keimanannya menjadi kafir
millah (agama), dan berarti ia telah keluar dari Islam, mereka kekal di neraka
bersama orang-orang kafir lainnya.

Dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Murji’ah


Pandangan aliran Murji’ah tentang status pelaku dosa besar dapat ditelusuri dari
definisi iman yang dirumuskan oleh mereka. Harun Nasution berpendapat
bahwa sub sekte Murji’ah yang ekstrim dan mereka yang berpandangan bahwa
keimanan terletak di dalam kalbu. Adapun ucapan dan perbuatan tidak
selamanya merupakan refleksi dari apa yang ada di dalam kalbu. Oleh karena
itu, segala ucapan dan perbuatan seseorang yang menyimpang dari kaidah
agama tidak berarti telah menggeser atau merusak keimanannya. Bahkan
keimanannya masih sempurna di mata Tuhan. Adapun Murji’ah moderat ialah
mereka yang berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidaklah menjadi kafir.
Meski disiksa di neraka, ia tidak kekal di dalamnya, bergantung pada ukuran
dosa yang dilakukannya. Masih terbuka kemungkinan bahwa Tuhan akan
mengampuni dosanya sehingga ia bebas dari siksa neraka.

Dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Ahlu Sunnah


Menurut keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, pelaku dosa besar dari
kalangan kaum muslimin adalah seorang muslim fasiq. Kemaksiatannya
tidaklah mengeluarkannya dari Islam dan ia bukanlah mukmin yang sempurna
keimanannya. Ia mukmin dengan imannya dan fasiq dengan dosa besarnya.
Kesepakatan Ahlus Sunnah bahwasanya pelaku dosa besar adalah seorang
muslim fasiq, tidak dikafirkan dengan kemaksiatannya, tidak mencapai
keimanan yang sempurna walaupun masih tetap memiliki iman. Ahlus Sunnah
meyakini bahwa hukum pelaku dosa besar di akhirat berada di bawah kehendak
Allah Swt., jika Allah menghendaki akan menyiksanya dengan keadilan- Nya
dan jika Allah menghendaki akan mengampuninya dengan rahmat dan fadhila h-
Nya.

Contoh dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Khawarij


Contoh dari dampak pelaku dosa besar menurut aliran Khawarij adalah
misalnya ada seseorang yang berbuat zina, maka orang dari golongan Khawarij
akan menghukuminya sebagai kafir dan kekal di dalam neraka selama-lama nya
serta dianggap keluar dari Islam.

Contoh dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Murji’ah


Contoh dari dampak pelaku dosa besar menurut aliran Murji’ah adalah misalnya
ada seseorang yang berbuat zina, maka orang dari golongan Murji’ah akan
menghukuminya tidak kafir dan masih menjadi seorang mukmin apabila masih
ada keimanan di hatinya dan ia tidak kekal di dalam neraka selama-lama nya.
Ada kemungkinan Allah mengampuni dosa orang tersebut sehingga mendapat
kesempatan untuk masuk surga.

Contoh dampak seseorang yang berdosa besar menurut aliran Ahlu Sunnah
Contoh dari dampak pelaku dosa besar menurut aliran Ahlu Sunnah adalah
misanya ada seseorang yang berbuat zina, maka orang dari golongan Ahlu
Sunnah akan menghukuminya tidak keluar dari Islam namun ia bukanlah
seorang mukmin yang sempurna keimanannya. Allah dapat menyiksa orang
tersebut di dalam neraka sesuai berat dosa yang dipikulnya dengan adil dan
terdapat kemungkinan pula Allah mengampuni orang tersebut sehingga dapat
masuk surga.

Persamaan dan perbedaan iman bagi Khawarij, Murjiah, Ahli Sunnah


Bagi Khawarij mengatakan pengertian iman itu ialah beriktikad dalam hati dan
berikrar dengan lidah serta menjauhkan diri dari segala dosa. Pengertian yang
diberikan oleh Khawarij tersebut sama dengan Mu’tazilah pada unsur al-tasdiq
bin al-qalb dan al-iqrar bi al-lisan, tetapi berbeda pada unsur al-‘amal bi al-
jawarih di dalam hal menjauhkan diri dari segala dosa kecil. Bagi Murji’ah pula,
menurut al-Bazdawi mayoritas mereka berpendapat bahwa iman itu hanyalah
ma’rifah kepada Allah semata. Sedangkan bagi Asy’ariyyah, iman ialah
membenarkan dengan hati, dan itulah iktikad. Di sini terdapat persamaan antara
konsep Murji’ah dan Asy’ariah yang menekankan tugas hati bagi iman atas
pengakuan. Namun Murji’ah menggunakan perkataan ma’rifah, sementara
Asy’ariah menggunakan al-tasdiq. Sementara itu di dalam Ahlu Sunnah wal
Jama’ah menurut Harun Nasution, iman yang membuat orang keluar dari
golongan kafir dan tidak kekal dalam neraka, yaitu: Mengakui Tuhan, kitab,
para Rasul, qadar baik dan jahat, sifat-sifat Tuhan dan segala keyakinan lain
yang diakui dalam syari’at. Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan
menghilangkan nama fasiq dari seseorang serta yang melepaskan dari neraka
yaitu dengan mengerjakan segala yang diwaiibkan dan menjauhi segala dosa
besar. Iman yang menjadikan seseorang itu memperoleh prioritas untuk
langsung masuk ke surga tanpa perhitungan, yaitu mengerjakan segala yang
wajib serta yang sunanah dan menjauhi segala dosa.
3. Konsep aqidah NU
Aqidah NU dalam sifat-sifat Allah mengikuti Aqidah Asy’ariyah yang
dinisbatkan kepada Imam Abu Hasan al-Asy’ari. Prinsip penting dalam aqidah
Asy’ariyah: Allah ada tanpa tempat dan tanpa arah serta tidak boleh disifati
dengan sifat-sifat makhluk-Nya. Rasulullah bersabda: “Allah ada pada azal
(keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya” (HR. Al
Bukhari, al Bayhaqy dan Ibn al Jarud). Dapat kita pahami dari hadits tersebut
bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu
(selain-Nya) bersama-Nya. Allah ada sebelum terciptanya tempat dan arah,
maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula,
yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah tanda yang
menunjukkan bahwa sesuatu itu baru.

Konsep aqidah Muhammadiyah


Aqidah Muhammadiyah adalah Aqidah Salaf. Prinsip penting dalam aqidah ini:
Mengimani ayat-ayat mutasyabihat, dan menyerahkan maknanya kepada Allah
tanpa menyerupakan dengan sifat-sifat makhluk-Nya dan meninggalkan makna
tersurat (dhohir). Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah terkait
Iman kepada Allah dan Iman kepada Kitab, dijelaskan sebagai berikut:
a. Muhammadiyah menisbikan akal (mengakui kelemahan akal) dalam
mencapai hakekat & sifat-sifat Allah.
b. Muhammadiyah mengimani bahwa Allah berbeda dengan makhluk. Aqidah
Muhammadiyah adalah tanzih (mensucikan Allah dari penyerupaan
terhadap makhluk-Nya). muhammadiyah menghimbau tidak membicaraka n
dan memikirkan zat Allah serta mendorong mukmin untuk memikir ka n
makhluk untuk membuktikan kebenaran Allah.
c. Muhammadiyah tidak berani menduga-duga tentang zat-zat Allah termasuk
sifat-sifat yang ada pada-Nya. Dengan kata lain menolak pemahaman jisim
ang menetapkan dan menjelaskan sifat-sifat Allah. Karena secara prinsip
akal manusia tidak mampu mengkajinya kecuali manusia yang suka
menduga-duga. Inilah yang dimaksud kenisbian akal.
d. Muhammadiyah memegang teguh kepercayaan bahwa Allah berbeda
dengan makhluk. Muhammadiyah juga mencela adanya pemikiran atau
sesuatu yang dapat mengurangi keagungan Allah. Sebab Allah Maha
Sempurna. Allah tidak membutuhkan makhluk. Muhammadiyah juga
menegaskan untuk meninggalkan makna dhohir ataupun makna tersurat
dalam ayat mutasyabihat di Al-Qur’an maupun hadits sekalipun mutawatir.
Muhammadiyah justru menerima takwil yang sesuai dengan keagungan dan
kesempurnaan Zat Allah.

Persamaan dan perbedaan gerakan NU dan Muhamadiyah


a. Muhammadiyah berdiri pada 1912 di Yogyakarta. Sedangkan NU didirikan
pada tahun 1926 di Surabaya.
b. Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan di Kampung Kauman
Yogyakarta pada 18 November 1912. NU yang berarti Kebangkitan Ulama
didirikan oleh KH Hasyim Asyari pada 31 Januari 1926 di Surabaya.
c. Baik pendiri NU atau Muhammadiyah berasal dari garis keturunan Maulana
Ainul Yakin bin Maulana Ishak (Sunan Giri).
d. Pendiri NU dan Muhammadiyah, yakni KH Hasyim Asyari dan KH Ahmad
Dahlan memiliki guru yang sama. Keduanya merupakan murid dari KH
Sholeh Darat.
e. Baik NU dan Muhammadiyah sama-sama memiliki fokus di bidang
pendidikan di Indonesia. Muhammadiyah lebih menekankan pada lembaga
pendidikan formal seperti sekolah dan universitas. Sedangkan NU, selain
mendirikan sekolah dan universitas, juga bergerak memperkuat pendidikan
Islam melalui Pondok Pesantren.
f. NU lebih cenderung mengikuti mazhab Imam Syafi’i dan mengakui tiga
mazhab lain, yaitu Imam Hanafi, Imam Maliki, dan Imam Hambali.
Sedangkan Muhammadiyah menegaskan bahwa tidak condong ke satu
mazhab dan tidak anti mazhab.

Mengapa terjadi perbedaan antara NU dan Muhammadiyah?


Secara doktrinal, NU dan Muhammadiyah mempunyai beberapa perbedaan atau
distingsi terutama dalam pengalaman ibadah yang bersifat Furuiyah (cabang-
cabang) dalam Islam. Karena perbedaan sudut pandang dan metode ijtihad yang
dikembangkan oleh dua organisasi Islam itu, efeknya sangat terasa, misalnya
ketika menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal, Zulhijjah dan sebagainya.
Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah bisa dilacak berdasarkan
proses polarisasi pemikiran dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri
organisasi tersebut, yaitu KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy’ari. Keduanya
merupakan representasi ulama nusantara yang hidup pada abad ke 19 dan ke 20.
Perbedaan pendidikan dan pengalaman itulah yang menyebabkan NU dan
Muhammadiyah menjadi dua organisasi yang berbeda, meski hal tersebut tidak
bersifat prinsipil. Sehingga, perbedaan NU dan Muhammadiyah ini masih berada
dalam koridor toleransi dan tidak sampai menimbulkan konflik.

Manfaat mempelajari Teologi Islam


a. Memperkuat dasar pengetahuan tentang Islam.
b. Tidak mudah melenceng dari ajaran agama.
c. Dapat menerapkan secara konsisten amalan Islam.
d. Menguatkan keimanan.
e. Memberikan jawaban atas penyimpangan ajaran.
f. Memberikan fondasi keimanan.
g. Memberikan arahan dan petunjuk kepada orang-orang yang membutuhka n
nasihat.
h. Mengarahkan ke jalan yang benar.

Anda mungkin juga menyukai