Anda di halaman 1dari 2

Fiqih Da’wah

Disusun Kembali Oleh : Siti Khotijah /Farmasi

Dakwah itu adalah suatu kewajiban. Jika sebagian telah menunaikannya, maka gugur
bagi yang lainnya. Kata Ibnu Taimiyah rahimahullah dalam risalah beliau yang penuh
faedah.

Salah satu bentuk penyimpangan manhaj dakwah yang muncul di tengah umat pada
masa kini adalah seruan dan gerakan untuk memprioritaskan penegakan khilafah atau daulah
islamiyah di atas dakwah kepada pemurnian akidah dan pelurusan tauhid.

Hal ini, tentu saja keliru, sebab tujuan pokok dakwah para nabi dan rasul adalah
untuk menegakkan tauhid di tengah umat manusia, bukan kekuasaan. Allah ta’ala berfirman
(yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang
mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. An-Nahl: 36)

Salah satu kaidah dalam agama Islam dan ini juga menjadi kaidah penting dalam hal
dakwah ialah bahwa suatu kemadharatan/bahaya dan kerusakan tidak boleh disingkirkan
dengan cara mendatangkan kemadharatan/bahaya dan kerusakan yang lain. Sebagaimana
halnya kebatilan tidak boleh ditolak dengan kebatilan.

Makna kaidah ini adalah : Kemadharatan wajib untuk dihilangkan, akan tetapi tidak boleh
ia dihilangkan dengan kemadharatan lain yang semisal dengannya. Apalagi dengan
kemadharatan lain yang lebih besar bahayanya.

Dakwah butuh strategi, bukan sekedar asal-asalan dalam berdakwah. Strategi ini bisa
dipraktikkan dalam ruang lingkup kecil di tengah-tengah keluarga, kerabat, hingga
masyarakat secara umum.

1. Dakwah yang pertama adalah dakwah tauhid dan pembinaan akidah.


2. Prioritaskan materi dakwah yang lebih penting: dakwah pada tauhid, baru dakwah
pada amalan yang lebih penting, dan tidak mesti langsung pada perkara parsial
(juz’iyyat).
3. Dakwah mesti dengan cara yang tepat dengan memperhatikan kondisi masyarakat.
4. Dakwah pada dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah, jangan sampai dakwah tanpa dalil,
tanpa mengikuti tuntunan.
5. Dakwah itu mengajak orang melakukan perintah dan menjauhi larangan (amar makruf
nahi mungkar).
6. Berdakwah sesuai kemampuan.
7. Kemungkaran yang nampak wajib diingkari.
8. Mengingkari dalam hati lalu lisan didahulukan daripada mengingkari dengan tangan.
9. Mengingkari kemungkaran hanya boleh dengan hujjah (dalil) yang jelas.
10. Tidak boleh mengingkari kemungkaran dengan hal yang lebih mungkar.
11. Siapa yang menghadiri suatu acara kemungkaran dengan pilihan hatinya, maka ia
dihukumi seperti melakukan kemungkaran tersebut.
12. Melarang sesuatu kemungkaran hendaklah mengarahkan juga pada hal yang manfaat
lainnya, bukan sekedar melarang.
13. Hendaklah yang berdakwah menyelamatkan bahaya dirinya sebelum bahaya pada
orang lain.
14. Itu kaedah atau strategi umum yang kami himpun dari bahasan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah. Semoga bisa berlanjut perinciannya di kesempatan lainnya.

Salah satu alasan yang semakin memperjelas betapa pentingnya -bahkan wajib-
memprioritaskan dakwah kepada manusia untuk beribadah kepada Allah (baca: dakwah
tauhid) adalah karena inilah tujuan utama dakwah, yaitu untuk mengentaskan manusia dari
penghambaan kepada selain Allah menuju penghambaan kepada Allah semata. Selain itu,
tidaklah ada kerusakan dalam urusan dunia yang dialami umat manusia melainkan sebab
utamanya adalah kerusakan yang mereka lakukan dalam hal ibadah mereka kepada Rabbjalla
wa ‘ala.

Sumber :

1. https://rumaysho.com/2389-berdakwahlah-sesuai-kemampuan.html
2. https://rumaysho.com/12184-strategi-dakwah-1.html
3. https://muslim.or.id/12212-kepada-apa-kita-berdakwah.html
4. https://kajianmahasiswa.wordpress.com/2014/01/09/fikih-dakwah-kerusakan-tidak-
dilenyapkan-dengan-kerusakan/

Anda mungkin juga menyukai