Anda di halaman 1dari 11

Keanekaragaman dan Kelimpahan Alga Mikroskopis di Bendungan

Sutami, Kecamatan Sumberpucung Kabupaten Malang Jawa Timur

Siti Anifatun Yulianti, Yuni Mahfirohtun Nikmah, Ahmad Engky ASF*


Jurusan Biologi, Fakultas Sains Dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang
Jl. Gajayana No. 50, Malang 65144 telepon: 0341-551354. Fax: 0341-572533 website: www.uin-
malang.ac.id
*aldilayuniap@gmail.com
Abstrak

I. PENDAHULUAN III. Plankton merupakan


suatu organisme yang
II. Waduk adalah
berukuran kecil yang hidupnya
perairan berhenti atau
terombang-ambing oleh arus
menggenang yang terjadi
perairan. Organisme ini terdiri
karena dibuat oleh manusia
dari mikroorganisme yang
dengan cara membendung
hidupnya sebagai hewan
sungai, kemudian airnya
(zooplankton) dan tumbuhan
disimpan. Pembuatan waduk
(fitoplankton) (Sachlan, 1972).
pada umumnya bertujuan
Adapun waduk-waduk yang
untuk sumber air minum, PLTA,
terdapat di Jawa Timur di
pengendali banjir,
antaranya adalah waduk
pengembangan perikanan
Sengguruh, Karangkates,
darat, irigasi dan pariwisata.
Lahor, Wlingi Raya dan
Waduk yang demikian disebut
Wonorejo, dimana waduk-
waduk serbaguna
waduk tersebut merupakan
(Ewusie,1990). Sumber daya
beberapa waduk yang
perairan di waduk selain ikan
menampung aliran sungai
dan tanaman air juga terdapat
Brantas (Yetti, 2011).
biota lain yaitu salah satunya
adalah plankton. Plankton IV. Waduk Karangkates
adalah organisme mengapung merupakan waduk andalan
yang pergerakannya terbesar di DAS Brantas Hulu
tergantung arus (Odum,1993). yang membendung sungai-
sungai dalam kawasan VII. 2. METODE
VIII. 2.1 Waktu dan Tempat
tersebut seperti Sungai
IX. Penelitian ini dilakukan pada
Brantas, Kali Lesti, dan Kali
hari Jumat , 09 September
Metro. Pada dasarnya 2016 pukul 09.00-12.30 WIB di
karakteristik kualitas air Waduk Waduk karangkates , Desa
Karangkates dipengaruhi oleh karangkates, Kecamatan
sumber-sumber air yang Sumber Pucung, Kabupaten
mengalir kedalam waduk Malang, dan pengamatan pada
tersebut, yaitu Kali Metro, Kali pukul 15.00-18.25 WIB di
Brantas, dan Kali Lesti. Hulu Laboratorium Optik, Jurusan
waduk ini juga terdapat Waduk Biologi Fakultas Sains dan
Sengguruh yang membendung Teknologi Universitas Islam
dua sungai, Kali Brantas, dan Negeri Maulana Malik Ibrahim
Kali Lesti. Waduk Sengguruh Malang.
berfungsi sebagai waduk X.
XI. 2.2 Alat dan Bahan
harian dan airnya dikeluarkan XII. Alat yang digunakan adalah
setiap 12 jam (Yetti, 2011). botol aqua 1,5 liter sebanyak 3
buah, tube 15 ml sebanyak 3
V. Menurut Smict (1999) dan
buah, kertas label, sprayer,
Hamahu (2004), materi organik dan
corong , plankton net, PH
anorganik dapat memengaruhi
meter, Termometer dan cecidis.
kelimpahaan keanekaragaman
Bahan yang digunakan,
plankton. Berdasarkan urauian tersebut
aquades 100 ml, dan sampel air
maka dilakukan penelitian tentang
waduk Karangkates 3 botol.
keanekaragaman jenis fitoplankton di XIII.
Waduk Karangkates serta pelestarian XIV. 2.3 Prosedur Penelitian
XV. Pengambilan sampel
fitoplankton sebagai bioindikator
dilakukan di 3 stasiun dengan
perairan. Tujuan dari penelitian ini
metode penyaringan melalui
adalah untuk mengetahui
plankton net. Sampel air diambil
keanekaragaman jenis fitoplankton di
mulai pukul .10.00 WIB-selesai.
Waduk Karangkates, Kecamatan
Pengambilan sampel pada stasiun 1
Sumberpucung Malang.
dilakukan di pinggiran waduk
VI. Karangkates, pada stasiun 2
dilakukan di bagian air dekat perairan. Terutama pada
perahu atau pada bagian hampir pertumbuhan fitoplankton.
XXII.
tengah waduk. penelitian ini adalah
XXIII. 3.1.2 Warna Perairan
untuk mengetahui keanekaragaman XXIV. Berdasarkan hasil
jenis mikroalga di Waduk , pengamatan, warna air di waduk
Kecamatan Ngantang Kabupaten Karangkates selama penelitian
Malang Jawa Timur. yang dilakukan secara visual maka
XVI. sekitar pinggiran waduk
warna air pada tiap stasiun
Karangkates, dan pada stasiun
pengambilan sampel yang paling
3 dilakukan di daerah gelap
dominan adalah coklat keruh.
yakni bawah batu yang tidak
Warna air tersebut sangat
terkena sinar matahari. Setiap
tergantung pada plankton yang
stasiun dilakukan 1 perlakuan.
mendominasi.
Parameter pendukung fisika XXV.
XXVI. 3.1.3 Nilai PH
adalah suhu, dan PH. Hasil
XXVII. Berdasarkan hasil
pengukuran suhu di waduk
pengukuran pH di perairan
Karangkates adalah 28 C, ,
waduk Karangkates
dan nilai PH adalah antara 7
mempunyai kisaran nilai pH
sampai 8.
yang cukup stabil yaitu 7
XVII.
XVIII. 3. HASIL DAN sampai 8. Menurut Effendi
PEMBAHASAN (2003), sebagian besar biota
XIX. 3.1 Analisis Kualitas Air
akuatik sensitif terhadap
XX. 3.1.1 Suhu
XXI. Suhu di waduk Karangkates perubahan pH dan menyukai
berkisar antara 28 C. Menurut nilai pH sekitar 7-8,5. Dengan
Haslan (1995) dalam Effendi demikian nilai pH dengan
(2003), kisaran suhu optimal kisaran antara 7 sampai 8
bagi pertumbuhan fitoplankton menunjukkan bahwa perairan
adalah 20C- 30C. Suhu waduk pada Karangkates masih
dengan kisaran 28C pada sangat mendukung untuk biota
perairan waduk Karangkates perairan. Terutama pada
berarti dapat mendukung bagi pertumbuhan mikroalga.
pertumbuhan organisme
XXVIII. 4. HASIL PENGAMATAN
XXIX. Tabel 1. Spesies plankton yang ditemukan di waduk Karangkates
XXX. XXXI. Nama XXXII. Gambar XXXIII. Gambar
N Spesies pengamatan literatur
menggunakan
mikroskop
XXXIV.
XXXV. Ceratiu XXXVI. XXXVII.
1 m furca

XXXVIII.
XXXIX. Pedi XL. XLI.
2 astrum
simplex

XLII. XLV. Pediastr XLVI. XLVII.


3 um
duplex
XLIII.
XLIV.
XLVIII.
LII. Bacillari LIII. LIV.
XLIX. a
4 paxilefer
a
L.
LI.

LV. LVIII. Gertlerin LIX. LX.


LVI. ema
5 spleridiu
m
LVII.

LXI. LXII. Straurast LXIII. LXIV.


6 rum
curralum

LXV. LXVI. Navicula LXVII. LXVIII.


7
LXIX.4.1 Pembahasan

LXX. Waduk Ir. Sutami, 4. Pariwisata dan perikanan


disebut juga Bendungan Sutami, darat.
Waduk Karangkates, atau
LXXII. Pariwisata di waduk Ir
Bendungan Karangkates,
Sutami saat ini dikelola oleh PJB
merupakan bendungan yang
(PT Pembangkitan Jawa-Bali)
menciptakan suatu waduk karena
setelah sebelumnya dikelola oleh
tertahannya aliran Sungai
Perum Jasa Tirta I.
Brantas. Waduk ini terletak di
Kecamatan Sumberpucung,
LXXIII. Perikanan disini
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa
dilakukan oleh warga setempat
Timur, Indonesia. Bendungan ini
dengan menggunakan jaring
dikelola oleh Perum Jasa Tirta I.
terampung yang biasa disebut
Air waduk ini berasal dari mata air
kerramba (warga menyebut
di Gunung Arjuno dan ditambah
kerambak). Pemeliharaan ikan
air hujan.
dengan memanfaatkan perairan
di waduk Ir Sutami ini terjadi
LXXI. Waduk Ir. Sutami
semenjak era reformasi, yang
mempunyai fungsi
sebelumnya menangkap dan
sebagai:
memelihara ikan di perairan ini
1. Pengendali banjir dengan dilarang oleh pihak pemilik
kala ulang 50 tahun setara bendungan.
1.650 m3/detik,
LXXIV. Selain manfaat
2. Pembangkit listrik dengan sebagai sarana pariwisata dan
daya 3 x 35.000 kWh (488 perikanan, Bendungan Sutami
juta kWh/tahun), yang juga biasa disebut "dam"
oleh masyarakat setempat ini
3. Penyediaan air irigasi 24
juga memiliki manfaat lain, yaitu
m/dt pada musim kemarau
digunakan sebagai akses oleh
(seluas 34.000 ha) melalui
para pengentara motor untuk
pengaliran ke hilir,
melintas pada siang hari dengan
membayar karcis. Mereka yang
sering melintas mayoritas adalah Kalipare dan
warga yang tinggal di wilayah Donomulyo(wikipedia.com).
selatan waduk, seperti warga

LXXV.

LXXVI. 4.1.1 Ceratium furca

LXXVII. Ceratium furca juga LXXVIII. Berikut ini klasifikasi


merupakan penyebab red tide dari Ceratium furca:
dari kelompok Dinoflagellata,
LXXIX. Kingdom :
yang ditemukan di seluruh
Protozoa
stasiun. Spesies tersebut
merupakan organisme heterotof LXXX.Filum :
yang mampu melakukan migrasi Dinoflagelata
vertikal dari permukaan ke kolom
LXXXI. Kelas :
air di bawahnya dan sebaliknya,
Dinophyceae
dan bersifat kosmopolit (Okachi,
2003; Tomas, 1997). Ceratium LXXXII. Ordo :
furca mampu berkompetisi Gonyaualcales
dengan spesies fitoplankton lain,
LXXXIII. Family :
terutama dalam hal ketersediaan
Ceritiaceae
nutrisi, cahaya matahari, dan
faktor lingkungan lain. Ceratium LXXXIV. Genus :

furca sering ditemukan dalam Ceratium

jumlah melimpah dan


LXXXV. Spesies :
mendominasi spesies lain. Oleh
Ceratium furca
karena itu, C. furca lebih sering
blooming, yang mengakibatkan LXXXVI. Alga mikro ini

kematian massal organisme laut termasuk golongan koloni yang

karena dapat terjadi deplesi melingkar, datar, elips, dan satu

oksigen pada perairan dan sel tebal. Panjang selnya 7-24 nm,

mempengaruhi kultur atau dan diameter 6-22 nm. Panjang

sumber daya lain (Mulyani, 2012). sel yang di dalamnya 5-24 nm


dan diameter 5-27 nm. Koloninya
terdiri dari 16-64 sel. Dinding yaitu pembelahan sel
selnya adalah butiran halus dan (mendapat sebagian dinding
padat. Reproduksinya dengan dari sel induk)dan Generatif
membentuk zoospore, secara anisogami dan zoogami,
aplanospora, isogamete dan sedangkan Siklus hidupnya
zigot. Reproduksi secara adalah P ergiliran keturunan
vegetatif dengan zoospora dan secara seksual dan aseksual.
generatif dengan isogami. Seksual dengan adanya
Menurut (Rameshprabu, 2015). ceratium jantan dan betina.
Aseksual dengan pembelahan
LXXXVII. Ceratium sp.
mitosis dari sel induk.
Memiliki Reproduksi Vegetatif
LXXXVIII.
LXXXIX. 4.1.2 Pediastrum simplex

XC. 4.13 Pediastrum duplex

XCI.
XCII. Pediastrum duplex, dinding sel garanulated,
memiliki cirri-ciri berkerut atau berlekuk,
morfologi membentuk koloni kloroplas seperti pelat atau
dengan jumlah sel yang tetap. reticular, reproduksi aseksual
Koloni ini membentuk suatu dengan zoospore, reproduksi
lingkaran atau sirkuler dengan seksual oleh isogametes.
mengandung 8 sampai 32 sel, XCIII. klasifikasi Pediastrum
serta terdapat ruang kosongdi duplex Adalah sebagai berikut:
dalamnya. Perkembangbiakan XCIV. Kingdom : Protista
alga ini secara aseksual dan XCV. Divisi : Chlorophyta
akan membentuk suatu koloni . XCVI. Kelas : Chlorophyceae
hal ini sesuai dengan XCVII. Ordo : Chlorococales
pernyataan Prasetyo (1967): XCVIII. Family : Hydrodictya
Koloni tetap jumlah sel, datar, ceae
berbentuk lingkaran sel tubuh XCIX. Genus : Pediastrum
poligonal dalam bentuk, dengan C. Spesies
proyeksi tanduk seperti ; :Pediastrum duplex
CI. Pediastrum banyak merupakan daerah perairan yang kaya
ditemukan pada kolam-kolam yang ikan. Pediastrum merupakan produser
permanen atau semipermanent. Pediastrum primer, yaitu sebagai penyedia bahan
koloninya mengapung, berisi 2-128 organic dan oksigen bagihewan-hewan air,
(biasanya 4-64) selpoligonal (bersudut seperti ikan, udang, dan serangga air.
banyak) yang tersusun dari satu bidang Keberadaan produsermengundang
pipih setebal selnya (Prasetyo, 1967). kehadiran konsumen, predator, dan
CII. Senobium mungkin padat organisme lain yang membentuk ekosistem
atau berlubang. Jika jumlah sel senobium perairan.
ada 16 atau lebih, cenderung membentuk CIII.
lingkaran-lingkaran yang ke arah dalam
CIV. 4.1.4 Bacillaria paxilefera
makin kecil.Pada setiap lingkaran berisi sel
dengan jumlah yang tertentu. Terjadi atau CV. 4.1.5 Gertlerinema
tidak terjadinya keteraturan ini ditentukan spleridium
oleh faktor-faktor yang mempengaruhi
CVI. 4.1.6 Straurastrum curralum
zoosporapada saat mulai membentuk
koloni. Sel-sel lingkaran tepi (perifer) CVII. Di seluruh dunia
sering berbeda bentuknya dengan sel-sel sekarang ada 7.000
bagian dalam dan sel perifer mungkin taxa dibagi-bagi spesies,
punya satu, dua, atau tiga tuju atau sub-spesies, varietas dan
penonjolan (prosesus) yang tidak dimiliki formas. Jika menemukan
sel-sel bagian dalam.Dinding sel mungkin penonjolan baru ada
mulus, berongga atau retikularis. Sel muda suatu varietas, dengan
memiliki kloroplasparietal bentuk cakram sistematikus yang
dengan satu pirenoid. Sel tua memiliki satu menyelidikinya, pada
kloroplas yangdifuse (meluas) dan nama latinnya yang
mungkin memiliki lebih dari satu pirenoid. sudah ada di beri
Sel dewasa mungkinmemiliki satu, dua, tambahan forma a
empat, atau delapan nukleus (14 spiro). atau forma b (Sachlan
Perkembangbiakan aseksual dengan 1982).
membentuk zoospore. Sedangkan secara seksual
CVIII. Desmidiacae (dalam
dengan isogami. Pediastrum merupakan
bahasa Inggris = desmids) juga
fitoplankton yang berfungsi sebagai
dilihat dari sudut Limnologi
makanan ikan. Daerah yang kaya plankton
desmid ini agak intersant, tidak CXIX. Berdasarkan
saja karena bentuknya pengamatan pada 3 titik stasiun
beranekaragam, tetapi dapat ditemukan sebuah spesies
digunakan sebagai indikator dengan ciri-ciri morfologi bagian
perairan tawar yang agak asam tengah Navicula sekilas seperti
sifatnya dengan pH diantaranya 5 garis-garis lurus dan cekung di
dan 7. Pada umumnya ditemukan bagian tengah. Navicula sp
di rawa atau danau terdapat adalah suatu spesies yang paling
banyak desmidiacae termasuk sederhana bentuknya (dari
Staurastrum sp (Ambarwati, perkataan naval-navy = bentuk
2014). perahu). Ada kira-kira 100
spesies karena tiap spesies ini
CIX. Berikut ini klasifikasi
ditentukan oleh faktor-faktor:
dari Straurastrum curralum:
panjang lebar dan macam-macam
CX. Kingdom : Plantae garis yang ada pada tutupnya
(raphe-side) atau sculptur yang
CXI. Filum :
ada disisinya, (lateral-side atau
Charophyta
girdle-side). Berhubung dengan
CXII. Kelas : Charophyta bentuknya pennatae maka jika
ada substrat, misal jika di lihat
CXIII. Ordo :
dengan mikroskop setelah atau
Zygnematales
sebagian besar terlihat dengan
CXIV. Famili : dari raphe sidenya atau terlihat
Desmidiaceae dari bentuk tutup atau wadahnya

CXV. Genus : dari Navicula selalu mirip dengan

Straurastrum bentuk perahu (Ambarwati, 2014).

CXVI. Spesies : Straurastrum CXX. Berikut ini klasifikasi

curralum dari Naviculs:

CXVII. CXXI.

CXVIII. 4.1.7 Navicula CXXII.Kingdom :


CXXIII.

CXXIV.

CXXV.

CXXVI. DAFTAR PUSTAKA

CXXVII. Yetti, Elvi, Dedi Soedharma, Sigid Haryadi. 2011. Evaluasi


Kualitas Air Sungai-sungai Di Kawasan DAS Brantas Hulu Malang
dalam Kaitannya Dengan Tata Guna Lahan dan Aktivitas Masyarakat
Di Sekitarnya. JPSL. 1.

CXXVIII. Loveless, A.R. 1998. Prinsip - Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik.

CXXIX. Jakarta : PT. Gramedia.


CXXX. Odum, E.P, 1971. Fundamental of Ecology. Tokyo : WB
Sounders Co. Ltd Japan Company.
CXXXI. Ewusie,1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: Institut
Teknologi Bandung.

CXXXII. Sachlan, M. 1972. Planktonologi. Jakarta: Correspodence


Course Centre.
CXXXIII.

CXXXIV. Mulyani, Riani Widiarti, dan Wisnu Wardhana. 2012. Sebaran


Spasial Spesies Penyebab Harmful Algal Bloom (HAB) di Lokasi
Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis) Kamal Muara, Jakarta Utara,
pada Bulan Mei 2011. Jurnal Akuatika. Vol. III No. 1.

CXXXV.
CXXXVI.

CXXXVII.

CXXXVIII.

CXXXIX.

CXL.

Anda mungkin juga menyukai