Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di dunia politik kontemporer antara politik dan keyakinan (kepercayaan) adalah hal
yang sama sekali bertolak belakang yang artinya tidak bisa disatukan. Hingga banyak para
ahli menyakini politik dan kepercayaan harus dipisah dan tidak bisa diterapkan dalam
sebuah negara. Namun berbeda sekali kejadian yang terjadi di kawasan Timur Tengah
dimana telah tumbuh gerakan yang kokoh memiliki pengaruh besar yang berdasarkan
kepada tauhid akan Tuhan untuk membangun sebuah negara yang baik. Gerakan Wahhabi
merupakan salah satu kelompok gerakan Islam yang berpengaruh di Saudi Arabia1.
Wahhabi memilki peran penting dalam mengontrol segala sesuatu, termasuk penetuan
kebijakan negara. Wahhabi adalah sebuah gerakan keagamaan yang bertujuan
mengembalikan Islam pada jati dirinya yang sesungguhnya2.
Gerakan Wahhabi dibawa oleh Syikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Gerakan
Wahhabi adalah gerakan pembahruan dan pembersihan. Maksudnya ialah pembaharuan
terhadap urusan-urusan Islam yang diabaikan oleh kaum Muslimin dan pembersihan
terahadap segala bentuk kemusyrikan serta bidah yang telah masuk kedalam Islam.3
Gerakan
Muhammad
bin
Abdul
Wahab
merupakan
gerakan
Abdul
Wahab,
hingga
membuat
berkelanjutan
sebagai
jalan
segi
ekonomi
juga
membawa
pengaruh
besar
bagi
Arab
Saudi
adalah
negara
Arab
Islam,
memilki
4Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam. Penerjemah Bambang Saiful Maarif, (Bandung: Risalah
Bandung, 1985), h. 135-143.
Arab
Saudi.
Dan
ayat
menyebutkan
bahwa
sistem
pemerintahan di Arab Saudi adalah kerajaan atau monarki. Sedang ayatayat lain menyebutkan tentang sendi-sendi yang menjadi landasan bagi
sistem pemerintahan di Arab Saudi, lingkungan resmi mengaturnya,
unsur-unsur fundamental masyarakat Saudi, prinsip-prinsip ekonomi
umum yang dilaksanakan kerajan, jaminan negara terhadap kebebasan
dan kehormatan atas kepemilikan khusus perlindungan atas hak asasi
manusia sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.
Berdirinya Arab Saudi memiliki sejarah yang panjang, ini dimulai
dengan pendirian pemerintahan dinasti Saudi yang pertama. Hal
tersebut terjadi pada 1157 H (1744 M ). Pada waktu itu telah terjadi
pertemuan antara Syikh Muhammad bin Abdil Wahhab (tokoh pendiri
gerakan Wahhabi) dengan Muhammad bin Suud (raja pertama kerajaan
Arab Saudi). Pada awal bangkitnya kerajaan Arab Saudi priode pertama
ini, terjadi sinergi antara Syikh Muhammad dan Ibnu Suud.Syikh
Muhammad membutuhkan Ibnu Suud untuk membelah dakwahnya,
sedangkan Ibnu Suud membutuhkan dakwah Syikh Muhmmad untuk
meraih kekuasaan di Jazirah Arab. Maka keduanya saling berjanji untuk
posisi
gerakan
Wahhabi
yang
dibawa
oleh
Syikh
Muhammad bin Abdil Wahhab semakin penting dan memiliki fondasi dan
pengaruh yang kuat, dimana gerakan ini didukung oleh institusi negara
Arab Saudi. Dakwah atau ideologi apa saja, kalau didukung secara
penuh oleh Negara, akan susah dikalahkan.
Setiap pemimpin yang menggantikan Muhammad bin Suud pun
merupakan pemimpin yang memiliki garis keturunan sama yang begitu
5 Am. Wakskito, Bersikap Adil Kepada Wahabi : Bantahan Kritis dan Fundamental Terhadap Buku
Propaganda Karya Syaikh Idahram, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2011, hal 189
tanggal
20
okteber
2006
Raja
Abdullah
telah
ideological
tranditional
personal
democratic
structural
Council of minister
and the
administrative
estabilisment (syura)
Policy measures and
implementation
Domestic environment
Civil society grouping
Social stratification
Communal identities :
national, religious and
regional/ethnic
International environment
Regional and arab/ middle
east
Islamic
Global
7
Dalam merumuskan kebijakan luar negeri Raja Abdullah dibantu oleh majelis syura
komisi urusan luar negeri yag dikepalai oleh menteri luar negeri. Majelis syura bertugas
untuk memberikan gambaran kebijakan yang akan diambil oleh Raja. Masukan yang diberi
oleh komisi luar negeri menjadi pertimbangan bagi raja untuk merancang kebijakan luar
negeri.6
Dalam sistem pemerintahan Arab Saudi juga dikenal adanya Dewan Ulama Senior
(Council of Senior Ulama) terdiri dari 30-40 Ulama Senior di lingkungan Kerajaan dengan
kewenangan memberikan fatwa terhadap seluruh permasalahan sosial, politik dan agama
bagi masyarakat maupun kerajaan. Beberapa anggotanya adalah keturunan Muhammad Ibn
Abdul Wahhab yang sangat dihormati sebagai panutan dalam bidang teologi. Dewan ulama
Senior ini juga dikenal dengan lembaga fatwa atau lembaga mufti yang akan memberikan
keputusan hukum atas suatu persoalan yang menyangkut dengan kemaslahatan umum, baik
menyangkut dengan masalah hak kewargaan negara maupun persoalan politik baik dalam
negeri maupun luar negeri. Keputusan hukum lembaga fatwa bersifat mengikat untuk bagi
seluruh warga negara Arab Saudi. Seperti fatwa yang mengizinkan Amerika Serikat
menggunakan pangkalan udara Arab Saudi untuk menyerang Irak.
1.2 Rumusan Masalah
Antara pemerintahan Arab Saudi terdahulu dan pemerintahan Arab Saudi sekarang
terdapat hubungan historis yang sangat erat. Begitu pula pemerintah Arab Saudi dan
gerakan Wahhabi. Keduanya memilki hubungan yang erat dalam mendirikan negara Islam
atas dasar syariat. Keduanya saling melangkapi dalam menjalankan roda pemerintahan.
Gerakan pembaharuan bersifat politik dan keagamaan yang yang bertujuan untuk
mendirikan negara Islam sesuai atas dasar syariat ini sampai sekarang masih eksis dan
berpengaruh
kerajaan Arab Saudi tampak dari aspek keagamaan, sosial dan politik.Kelompok Wahhabi
juga beperan penting dalam mengontrol segala sesuatu, termasuk penetuan kebijakan
negara.
Oleh Sebab itu penulis berupaya memunculkan suatu pertanyaan dalam tulisan ini
sebagai rumusan masalah yang bertujuan mebantu penulis untuk menjawab dan
mempermudah dalam mengkaji permasalahan yang sedang dibahas. Adapun rumusan
masalah yang diangkat penulis adalah Bagaimana Pengaruh Kelompok Wahhabi
Dalam Politik Luar Negeri Arab Saudi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi
mahasiswa khususnya dan masyarakat umumnya tentang hubungan internasional terutama
yang berkaitan dengan aktor-aktor yang nonnegara yang bisa bisa mempengaruhi politik
internasional. Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mejelaskan sistem pemerintahan dan politik Arab Saudi?
2. Menjelaskan munculnya kelompok wahhabi dan hubungan antara kelompok
wahhabi dengan Raja Arab Saudi?
3. Menjelaskan pengaruh kelompok wahhabi dalam politik luar negeri Arab Saudi?
1.4 Manfaat Penelitian
10
internasional. Seperti yang dikatakan oleh David Singer, dalam ilmu apapun harus ada
keharusan untuk memilih sasaran analisa tertentu. Dalam setiap bidang kegiatan kegiatan
keilmuwan, selalu terdapat berbagai cara memilah-milah dan mengatur fenomena yang
dipelajari demi analisis yang sistematik. Baik dalam ilmu fisik maupun ilmu sosial,
pengamat harus memilih pusat perhatian pada bagian-bagiannya atau pada keseluruhan
fenomena itu pada komponen atau pada sistemnya.
Teori pertama yang digunakan untuk mejelaskan peran kelompok Wahhabi yang
mempengaruhi politik luar negeri Arab Saudi adalah teori peran (role theory). Peranan
(role) adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh orang yang menduduki suatu
posisi.
Teori peran menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan
peran politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku politik adalah akibat dari
tuntutan atau harapan terhadap peran yang kebetulan dipengang oleh seorang aktor politik.
Sesuai dengan teori ini, Wahhabi merupakan aktor yang memiliki peran politik yang
berpengaruh terhadap politik luar negeri Arab Saudi9.
Kedua, untuk melihat bagaimana peran kelompok wahhabi terhadap politik luar negeri
Arab Saudi penulis akan menggunakan politik luar negeri dari William D. Coplin yang
menyatakan bahwa politik luar negeri ditenetukan oleh konteks internasional, prilaku
pengambilan keputusan, dampak kondisi ekonomi dan militer terhadap suatu negera dan
peran politik dalam negeri. Kebijakan luar negeri memilki aspek yang sangat luas untuk itu
9 Ibid.
11
keputusan
ini
merupakan
kombinasi
dari
kedua
tipe
kombinasi
12
kebijakan umum suatu Negara.Kebijakan tersebut juga bisa memperkuat kebijakan yang
telah ada.
Menurut William D.Coplin, Teori pengambilan keputusan Luar Negeri atau Foreign
Policy
apabila kita akan menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, makakita
harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar
negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin negara (para
pembuat kebijkan luar negeri) bertindak tanpa pertimbangan. Tetapi sebaliknya,
13
tindakan politik luar negeri tersebut dipandang sebagai akibat dari tiga
konsiderasi yang mempengarui para pengambil kebijakan luar negeri11
Kondisi politik dalam negeri yang meliputi keadaan atau situasi di dalam negeri
yang akan membuat keputusan, yaitu situasi politik di dalam negeri yang berkaitan dengan
keputusan tersebut, termasuk faktor budaya mendasari tingkah laku manusianya. Situasi
Ekonomi dan Militer di negara tersebut, termasuk factor geografis yang selalu menjadi
pertimbangan utama dalam pertahanandan keamanan. Konteks Internasional (situasi di
negara yang menjadi tujuan politik luarnegeri), serta pengaruh dari negara-negara lain yang
relavan denganpermasalahan yang dihadapi.
Menurut sekema di atas, politik luar negeri memang dipengaruhi oleh kondisi
politik dalam negeri kemampuan ekonomi dan militer serta konteks internasional akan
tetapi pengambilan keputusan luar negeri dimana dalam konteks ini Raja sebagai
pengemban tugas dan juga bisa disebut sebagai aktor individu dan aktor rasional, dimana
dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai sebagai akibat dari tindakan-tindakan
aktor rasional. Penghitungan secara rasional, untung-rugi dalam pengambil keputusan
dimana terdapat kepentingan baik itu murni kepentinganNegara atau pribadi dari pengambil
keputusan ini.
Dalam menelaah kajian ini penulis menggunakan tingkat analisa perilaku kelompok
yaitu
tingkat
analisa
yang
memiliki
asumsi
bahwa
individu
pada
umumnya
14
dewanpenasehat
militer, organisasi,
partai
politik,
kelompok-kelompok
penekan,
departemen, danlain sebagainya. Dalam kajian ini, penulis berasumsi bahwa pemerintahan
Arab
Saudi
merupakan
bagian
dari
tindakan
kelompok
Wahhabi
sebagai
kelompokpemegang kekuasaan.
Sudut pandang atau perspektif yang penulis gunakan dalam menjelaskan fenomenasini
adalah perspektif konstruktivisme. Prinsip utama dari konstruktivisme adalah keyakinan
bahwa "Politik internasional dibentuk oleh ide-ide persuasif, nilai-nilai kolektif, budaya ,
danidentitas sosial". Konstruktivisme berpendapat bahwa realitas internasional secara social
dikonstruksi oleh struktur kognitif yang memberikan makna terhadap dunia material.
Manusia adalah makhluk individual yang dikonstruksikan melalui realitas sosial.
Konstruksiatas manusia akan melahirkan paham intersubyektivitas. Konstruktivis
memandang bahwa shared ideas dan values membentuk identitas (ideational identity) yang
pada gilirannya mempengaruhi kepentingan. Ideational identitiy dan interests inilah yang
pada akhirnya turut menentukan aksi politis12.
Hanya dalam proses interaksi sosial, manusia akan saling memahaminya. Dalam
melihat hubungan antar sesama individu, nilai-nilai relasi tersebut bukanlah diberikan atau
disodorkan oleh salah satu pihak, melainkankesepakatan untuk berinteraksi itu perlu
diciptakan di atas kesepakatan antar kedua belahpihak. Dalam proses ini, faktor identitas
individu sangat penting dalam menjelaskankepentingannya. Interaksi sosial antar individu
akan menciptakan lingkungan atau realitassosial yang diinginkan. Dengan kata lain,
12 Andrew Linklater. Theories of International Relations 3rd Ed. 2004.(London: Palgrave
Macmillan), hlm. 188
15
sesungguhnya realitas sosial merupakan hasilkonstruksi atau bentukan dari proses interaksi
tersebut.
Konstruktivisme adalah teori struktural dari sistem internasional yang memiliki
argumen inti diantaranya: (1) negara merupakan unit prinsipal dalam menganalisis teori
politik internasional; (2) struktur dalam sistem negara lebih bersifat intersubjektif
dibandingkan bersifat materialistik; dan (3) identitas dan kepentingan negara adalah bagian
penting yang terkonstruksi oleh struktur-strutktur sosial, tidak seperti (neo)realis yang
menganggap bahwa kepentingan nasional diberikan secara eksogen oleh negara sebagai
bentuk peraihan power atau politik domestik negara layaknya para (neo)liberalis13.
1.6 Hipotesa
Penulis dapat menetapkan kesimpulan sementara atau disebut juga dengan hipotesa
berdasarkan pada penjelasan diatas dengan dikuatkan oleh data-data yang telah diperoleh,
maka penulis merumuskan bahwa pengaruh kelompok wahhabi terhadap sistem
pemerintahan Arab Saudi yaitu:
Gerakan Wahhabi memiliki fondasi dan pengaruh yang kuat, gerakan ini
didukung oleh negara Arab Saudi dengan perangkat-perangkatnya. Sehingga
kelompok wahhabi memiliki posisi penting dalam merancang dan mengontrol
kebijakan negara Arab Saudi dengan variabel sebagai berikut:
13 Alexander Wendt, Collective Identity Formation and the International State, American
Political Science Review 88 (1994): 385; Also for a critical explanation of Neoliberals emphasis on
domestic politics in theorizing state interests, see Alexander Wendt, Social Theory of International
Politics (Cambridge: Cambridge University Press, 1999), 35.
16
17
adalah
sebuah
gerakan
keagamaan
yang
bertujuan
syariat
menyebarluaskan
beakangan,
ilmu
ssperti
dan
memwujudkan
memwujudkan
keamanan
yang
diperintahkan
memerangi
jamaah
dan
dan
oleh
Allah,
kebodohan
serta
keter
membuang
perpecahan,
kekuasaan,
dan
memberantas
mendapat
dukungan
politik
dari
Muhammad
Bin
Saud.
diipegang
oleh
Syikh
Muhammad
bin
Abdul
Wahhab
dan
keturunannya.
19
beliau
serta
anjuran
beliau
kepada
ummatnya
untuk
20
operasional
mendeskripsikan
kegiatan
adalah
yang
serangkaian
harus
prosedur
dilakukan
kalau
yang
hendak
antara
tingkat
konseptual-teoritis
dengan
tingkat
observasional-empiris.
Gerakan-gerakan pemikiran Islam di Timur Tengah muncul dan
berkembang dari latar belakang situasi sosio-politik seperti tergambar di
atas. Gerakan-gerakan itu dalam tataran idealisme, berada dalam aras
persepsional yang sama antara gerakan pemikiran satu dengan yang
lain, tetapi dalam tataran corak atau aksentuasi intelektualitas dan
orientasi mereka berbeda, bahkan dalam banyak kasus bertolak
belakang.
Issa J. Boullata membagi pemikiran Islam Timur Tengah menjadi
dua
kecenderungan,
yaitu
progresif-modernis
dan
konservatif-
21
yang
mereka
klaim
sebagai
satu-satunya
alternatif
untuk
lampau,
dan
untuk
membangun
kamajuan
dan
kejayaan
15Issa J. Boullata, Dekonstruksi Tradisi, Gelegar Pemikiran Arab Islam (Yogyakarta : LKIS, 2001),
hlm. 23
22
menjelaskan
tentang
faktor-faktor
yang
menyebabkan
terjadinya
gejala,
dan
kebijakan
serta
tindakan.Penelitian
secara
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
studi
23
menggunakan
media
internet
sebagai
source
of
data
karena
24
Bagian bab ini, dibahas sejarah munculnya kelompok Wahhabi dan hubungan antara
kelompok Wahhabi dengan Raja Arab Saudi
BAB IV
Bab ini, berisi pengaruh kelompok Wahhabi dalam politik luar negeri Arab Saudi
BAB V
Akan membahaskesimpulan dari permasalahn di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Utsaimin, Kerajaan Arab Saudi: Sejarah, Dakwah dan Politik, Toobagus
Publishing, Bandung, 2012
Alexander Wendt, Collective Identity Formation and the International State, American
Political Science Review 88 (1994): 385; Also for a critical explanation of
Neoliberals emphasis on domestic politics in theorizing state interests, see
Alexander Wendt, Social Theory of International Politics (Cambridge: Cambridge
University Press, 1999)
25
Am. Wakskito, Bersikap Adil Kepada Wahabi : Bantahan Kritis dan Fundamental
Terhadap Buku Propaganda Karya Syaikh Idahram, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Timur, 2011
Andrew Linklater. Theories of International Relations 3rd Ed. 2004.(London: Palgrave
Macmillan)
Issa J. Boullata, Dekonstruksi Tradisi, Gelegar Pemikiran Arab Islam (Yogyakarta : LKIS,
2001)
Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990
Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam. Penerjemah Bambang Saiful Maarif, (Bandung:
Risalah Bandung, 1985)
Muhammad bin Saad Asy-Syuwairi, Sebenarnya Siapakah Wahhbi Itu???, Toobagus
Publishing, 2012
Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Hanya Islam Islam Bukan Wahhabi, Darul Falah, Jakarta,
2006
Tim Niblock,2006,SaudiArabia:Power,Legitimasi,and Survival, London,Rouledge
William D. Coplin., 2003. Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah dan
Teoritis,Terjemahan oleh Marcedes Marbun Edisi Kedua, PT. Sinar Baru
Algresindo, Bandung, 2003.
26