Anda di halaman 1dari 26

BAB I

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Di dunia politik kontemporer antara politik dan keyakinan (kepercayaan) adalah hal
yang sama sekali bertolak belakang yang artinya tidak bisa disatukan. Hingga banyak para
ahli menyakini politik dan kepercayaan harus dipisah dan tidak bisa diterapkan dalam
sebuah negara. Namun berbeda sekali kejadian yang terjadi di kawasan Timur Tengah
dimana telah tumbuh gerakan yang kokoh memiliki pengaruh besar yang berdasarkan
kepada tauhid akan Tuhan untuk membangun sebuah negara yang baik. Gerakan Wahhabi
merupakan salah satu kelompok gerakan Islam yang berpengaruh di Saudi Arabia1.
Wahhabi memilki peran penting dalam mengontrol segala sesuatu, termasuk penetuan
kebijakan negara. Wahhabi adalah sebuah gerakan keagamaan yang bertujuan
mengembalikan Islam pada jati dirinya yang sesungguhnya2.
Gerakan Wahhabi dibawa oleh Syikh Muhammad bin Abdul Wahhab. Gerakan
Wahhabi adalah gerakan pembahruan dan pembersihan. Maksudnya ialah pembaharuan
terhadap urusan-urusan Islam yang diabaikan oleh kaum Muslimin dan pembersihan
terahadap segala bentuk kemusyrikan serta bidah yang telah masuk kedalam Islam.3

1 Muhammad bin Saad Asy-Syuwairi, Sebenarnya Siapakah Wahhbi Itu???, Toobagus


Publishing, 2012, hal 74
2Abdullah bin Utsaimin, Kerajaan Arab Saudi: Sejarah, Dakwah dan Politik, Toobagus
Publishing, Bandung, 2012, hal 75

Gerakan

Muhammad

bin

Abdul

Wahab

merupakan

gerakan

kegamaan yang berkembang di Arab Saudi dan memmiliki beberapa


penyebab hingga membuatnya saling berkaitan erat satu sama lain.
Hubungan penguasa Saudi dengan pencetus gerakan Wahhabi telah
membuat dakwah baru dari segi politik. Para sejarahwan menyebutkan
bahwa Emirat Saudi meluas pengaruhnya, bertambah kekuasaannya di
anak Benua Arabia yang wilayahnya menjadi kekuasaan Raja Arab Saudi
semua berkat kerjasama dan keterkaitanya dengan gerakan Muhammad
Bin

Abdul

Wahab,

hingga

membuat

berkelanjutan

sebagai

jalan

pengembangan dari gerakan itu sendiri. Dengan demikian telah


tersedialah kesempatan untuk menerangkan dan meluaskan dakwah
Wahhabi Arab Saudi.
Dari

segi

ekonomi

juga

membawa

pengaruh

besar

bagi

pemerintahan dan gerakan ini, di mana ketika telah dibukanya tambang


sumur minyak di tepi pantai Arab Saudi, yang menjadi batas kerajaan
Arab Saudi sekarang. Hal ini membuat wibawa politik anak benua Arab
Saudi memiliki kekuatan ekonomi yang kuat. Kekuatan ekonomi ini
sangat memberikan manfaat yang besar dalam mendukung gerakan
keagamaan ini (Wahabi), dan dalam membangun kerajaan Saudi. Dari
hal ini juga gerakan Wahabi dapat berdiri kokoh di Arab Saudi.Dari
3Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Hanya Islam Islam Bukan Wahhabi, Darul Falah, Jakarta, 2006,
hal 4

hubungan pemerintahan dan gerakan Wahabi inilah muncul berbagai


dampak bagi negara Arab Saudi.4
Arab Saudi adalah negara Arab yang terletak di Jazirah Arab dan
merupakan negara terbesar di Asia Timu Tengah dengan bentuk negara
monarki absolut.Sistem pemrintahan Arab Saudi yaitu negara Islam yang
berdasarkan syariah Islam dan Al-quran. Kitab suci Al-Quran dan sunnah
Nabi Muhammad SAW merupakan konstitusi Arab Saudi. Pada tahun
1992 ditetapkan basic of law of government yang mengatur sistem
pemerintahan, hak dan kewajiban pemerintah serta warga negara.Arab
Saudi dipimpin oleh seorang Raja yang dipilih berdasarkan garis
keturunan atau orang yang diberi kekuasaan langsung oleh Raja. Hal ini
berdasarakan pasal lima basic of law government yang menyatakan
kekuasaan kerajaan diwariskan kepada anak dan cucu yang paling
mampu dari pendiri arab Saudi, Raja Abdul Aziz bin Abdul Rahman Al
Saud, dimana Raja merangkap dan panglima tinggi angkatan bersenjata
Arab Saudi.
Kerajaan

Arab

Saudi

adalah

negara

Arab

Islam,

memilki

kedaulatan penuh, Islam sebagai agama resemi, undang-undang dasar


Al-quran dan sunnah Rasulullah SAW, bahasa resemi bahasa Arab dan

4Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam. Penerjemah Bambang Saiful Maarif, (Bandung: Risalah
Bandung, 1985), h. 135-143.

Riyadh ibukotanya, hal ini sebagaimana termuat dalam ayat 1 UU


negara

Arab

Saudi.

Dan

ayat

menyebutkan

bahwa

sistem

pemerintahan di Arab Saudi adalah kerajaan atau monarki. Sedang ayatayat lain menyebutkan tentang sendi-sendi yang menjadi landasan bagi
sistem pemerintahan di Arab Saudi, lingkungan resmi mengaturnya,
unsur-unsur fundamental masyarakat Saudi, prinsip-prinsip ekonomi
umum yang dilaksanakan kerajan, jaminan negara terhadap kebebasan
dan kehormatan atas kepemilikan khusus perlindungan atas hak asasi
manusia sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.
Berdirinya Arab Saudi memiliki sejarah yang panjang, ini dimulai
dengan pendirian pemerintahan dinasti Saudi yang pertama. Hal
tersebut terjadi pada 1157 H (1744 M ). Pada waktu itu telah terjadi
pertemuan antara Syikh Muhammad bin Abdil Wahhab (tokoh pendiri
gerakan Wahhabi) dengan Muhammad bin Suud (raja pertama kerajaan
Arab Saudi). Pada awal bangkitnya kerajaan Arab Saudi priode pertama
ini, terjadi sinergi antara Syikh Muhammad dan Ibnu Suud.Syikh
Muhammad membutuhkan Ibnu Suud untuk membelah dakwahnya,
sedangkan Ibnu Suud membutuhkan dakwah Syikh Muhmmad untuk
meraih kekuasaan di Jazirah Arab. Maka keduanya saling berjanji untuk

berjuang demi dakwah perbaikan serta menyebarkan dengan segala


kemampuan dan cara,5
Setelah berhasil mendirikan kerajaan Arab Saudi, ada kesepakatan
antara Syikh Muahmmad dan Raja Ibnu Suud. Keduanya sepakat bahwa
untuk politik akan dipegang oleh Muhmmad bin Suud dan keterunanya
sedangkan untuk urusan agama dipegang oleh Syikh Muhammad bin
Abdil Wahhab dan ketrunannya.
Kerajasama yang dilakukan oleh Syikh Muhammad bin Abdil
Wahhab dengan Muhammad bin Suud telah meperkuat kekuasa dan
memantapkan kedudukan dan posisi kepemimpinan tersebut. Disinilah
letak kejeniusan Syaikh Muhammad dalam upaya politik beliau dengan
menjalin aliansi dengan keluarga Ibnu Saud yang kemudian bisa
memperkuat

posisi

gerakan

Wahhabi

yang

dibawa

oleh

Syikh

Muhammad bin Abdil Wahhab semakin penting dan memiliki fondasi dan
pengaruh yang kuat, dimana gerakan ini didukung oleh institusi negara
Arab Saudi. Dakwah atau ideologi apa saja, kalau didukung secara
penuh oleh Negara, akan susah dikalahkan.
Setiap pemimpin yang menggantikan Muhammad bin Suud pun
merupakan pemimpin yang memiliki garis keturunan sama yang begitu
5 Am. Wakskito, Bersikap Adil Kepada Wahabi : Bantahan Kritis dan Fundamental Terhadap Buku
Propaganda Karya Syaikh Idahram, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta Timur, 2011, hal 189

ahli dan tangkas dibidangnya. Demikian pula terkait dengan urusan


agama dipegang oleh anak-anak Syikh Muhammad bin Abdil Wahhab
sepeninggalnya. Hal ini disebabkan karena dismaping mereka memiliki
kekampuan dalam bidang agama dan juga karena kedudukan ayah
mereka yang merupakan tokoh pemimpin dakwah dan penggerak
terjadinya perubahan dalam berbagai hal yang terkait dengan urusan
pemerintahan.
Namun beberapa dekdade ini telah terjadi perubahan dalam
sistem pemerintahan dan politik Arab Saudi. Pada tanggal 27 Syaban
1412 H bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1992 M, pelayan dua kota
suci, raja Fahd Abdullah Aziz Rahimahullah mengeluarkan undang
tentang sistem pemerintahan, syura (majelis ashura/permusyawaratan).
Majelis ashura adalah dewan konsultatif (legislatif). Anggotanya sekitar 120 orang yang
terdiri dari ulama-ulama senior yang merupakan kalangan kelompok Wahhabi.
Dibentuknya majelis ini adalah untuk mengatur berbagai macam kehidupan
dikerajaan Arab Saudi
Pada

tanggal

20

okteber

2006

Raja

Abdullah

telah

mengamandemenkan pasal dan mengeluarkan undang-undang yang


membentuk lembaga suksesi kerajaan (allegiance institution). Terdiri
dari dari para anak dan cucu Raja Abdul Aziz Al Saud.Dalam kententuan
baru Raja tidak lagi memiliki hak penuh dalam memilih putera mahkota.

Raja dapat menominisasikan calon putera mahkota. Namun komite


suksesi akan memilih melalui pemugutan suara. Selain itu bila Raja atau
putera mahkota berhalangan tetap, komite suksesi akan membentuk
dewan pemerintahan sementara

(transitory ruling council) yang

beranggotakan lima orang. Ketentuan ini berlaku setalah putera


mahkota pangeran sultan naik tahta. Adapun proses kebijakan di Arab
Saudi digambarkan dengan skema berikut
Sources of legitimacy:

ideological
tranditional
personal
democratic
structural

Overal policies and


strategies

The political leadership


The King and
immediate circle
(princes)

Council of minister
and the
administrative
estabilisment (syura)
Policy measures and
implementation

Domestic environment
Civil society grouping
Social stratification
Communal identities :
national, religious and
regional/ethnic
International environment
Regional and arab/ middle
east
Islamic
Global
7

Dalam merumuskan kebijakan luar negeri Raja Abdullah dibantu oleh majelis syura
komisi urusan luar negeri yag dikepalai oleh menteri luar negeri. Majelis syura bertugas
untuk memberikan gambaran kebijakan yang akan diambil oleh Raja. Masukan yang diberi
oleh komisi luar negeri menjadi pertimbangan bagi raja untuk merancang kebijakan luar
negeri.6
Dalam sistem pemerintahan Arab Saudi juga dikenal adanya Dewan Ulama Senior
(Council of Senior Ulama) terdiri dari 30-40 Ulama Senior di lingkungan Kerajaan dengan
kewenangan memberikan fatwa terhadap seluruh permasalahan sosial, politik dan agama
bagi masyarakat maupun kerajaan. Beberapa anggotanya adalah keturunan Muhammad Ibn
Abdul Wahhab yang sangat dihormati sebagai panutan dalam bidang teologi. Dewan ulama
Senior ini juga dikenal dengan lembaga fatwa atau lembaga mufti yang akan memberikan
keputusan hukum atas suatu persoalan yang menyangkut dengan kemaslahatan umum, baik
menyangkut dengan masalah hak kewargaan negara maupun persoalan politik baik dalam
negeri maupun luar negeri. Keputusan hukum lembaga fatwa bersifat mengikat untuk bagi
seluruh warga negara Arab Saudi. Seperti fatwa yang mengizinkan Amerika Serikat
menggunakan pangkalan udara Arab Saudi untuk menyerang Irak.
1.2 Rumusan Masalah
Antara pemerintahan Arab Saudi terdahulu dan pemerintahan Arab Saudi sekarang
terdapat hubungan historis yang sangat erat. Begitu pula pemerintah Arab Saudi dan

6Tim Niblock,2006,SaudiArabia:Power,Legitimasi,and Survival, London,Rouledge,Hal 7.

gerakan Wahhabi. Keduanya memilki hubungan yang erat dalam mendirikan negara Islam
atas dasar syariat. Keduanya saling melangkapi dalam menjalankan roda pemerintahan.
Gerakan pembaharuan bersifat politik dan keagamaan yang yang bertujuan untuk
mendirikan negara Islam sesuai atas dasar syariat ini sampai sekarang masih eksis dan
berpengaruh

di Arab Saudi. Peran gerakan Wahhabi sebagai kekuatan politik dalam

kerajaan Arab Saudi tampak dari aspek keagamaan, sosial dan politik.Kelompok Wahhabi
juga beperan penting dalam mengontrol segala sesuatu, termasuk penetuan kebijakan
negara.
Oleh Sebab itu penulis berupaya memunculkan suatu pertanyaan dalam tulisan ini
sebagai rumusan masalah yang bertujuan mebantu penulis untuk menjawab dan
mempermudah dalam mengkaji permasalahan yang sedang dibahas. Adapun rumusan
masalah yang diangkat penulis adalah Bagaimana Pengaruh Kelompok Wahhabi
Dalam Politik Luar Negeri Arab Saudi?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih luas bagi
mahasiswa khususnya dan masyarakat umumnya tentang hubungan internasional terutama
yang berkaitan dengan aktor-aktor yang nonnegara yang bisa bisa mempengaruhi politik
internasional. Tujuan penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Mejelaskan sistem pemerintahan dan politik Arab Saudi?
2. Menjelaskan munculnya kelompok wahhabi dan hubungan antara kelompok
wahhabi dengan Raja Arab Saudi?
3. Menjelaskan pengaruh kelompok wahhabi dalam politik luar negeri Arab Saudi?
1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pengkaji hubungan


internasional khususnya berkaitan dengan isu-isu yang terjadi di kawasan Timur Tengah.
Penelitian ini secara khusus diharapkan pula memberikan khasanah pengetahuan dan
menjadi tambahan referensi bagi mahasiswa yang berminat untuk melakukan penelitian
dengan objek yang sama terutama mahasiswa-mahasiswa ilmu hubungan internasional.
1.5 Kerangka Teori
Dalam menjelaskan dan memaparkan guna menghantarkan pada penjelasan yang
sistematis mengenai permasalahan yang dibahas ini maka dibutuhkan sebuah acuan untuk
membatasi permasalahan ini sehingga menuju sebuah hipotesa yaitu teori yang relevan.
Teori adalah bentuk penjelasan yang paling umum untuk menjelaskan mengapa sesuatu itu
terjadi dan kapan terjadi, dan teori juga menggabungkan serangkaian konsep menjadi satu
penjelasan yang menunjukkan bagaimana konsep-konsep itu berhubungan.
Teori merupakan pernyataan yang menjelaskan generalisasi sehingga sebagai sarana
eksplanasi teori adalah sarana yang paling efektif. Dan dalam proses eksplanasi itu, teori
membantu kita mengorganisasikan dan menata fakta yang diteliti. 7 Untuk mempermudah
dalam menjelaskan permasalahan yang sedang dibahas, maka perlu ditetapkan apa yang
harus ditelaah atau diamati dalam mempelajari hubungan internasional, yaitu apa yang
harus dipakai sebagai unit eksplanasi dan pada tingkat mana analisa harus ditekankan.8
Secara fisik satu hal yang tidak mungkin dalam menelaah semua segi dalam hubungan
7 Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990,hal 184
8Ibid hal 185

10

internasional. Seperti yang dikatakan oleh David Singer, dalam ilmu apapun harus ada
keharusan untuk memilih sasaran analisa tertentu. Dalam setiap bidang kegiatan kegiatan
keilmuwan, selalu terdapat berbagai cara memilah-milah dan mengatur fenomena yang
dipelajari demi analisis yang sistematik. Baik dalam ilmu fisik maupun ilmu sosial,
pengamat harus memilih pusat perhatian pada bagian-bagiannya atau pada keseluruhan
fenomena itu pada komponen atau pada sistemnya.
Teori pertama yang digunakan untuk mejelaskan peran kelompok Wahhabi yang
mempengaruhi politik luar negeri Arab Saudi adalah teori peran (role theory). Peranan
(role) adalah perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh orang yang menduduki suatu
posisi.
Teori peran menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam menjalankan
peran politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku politik adalah akibat dari
tuntutan atau harapan terhadap peran yang kebetulan dipengang oleh seorang aktor politik.
Sesuai dengan teori ini, Wahhabi merupakan aktor yang memiliki peran politik yang
berpengaruh terhadap politik luar negeri Arab Saudi9.
Kedua, untuk melihat bagaimana peran kelompok wahhabi terhadap politik luar negeri
Arab Saudi penulis akan menggunakan politik luar negeri dari William D. Coplin yang
menyatakan bahwa politik luar negeri ditenetukan oleh konteks internasional, prilaku
pengambilan keputusan, dampak kondisi ekonomi dan militer terhadap suatu negera dan
peran politik dalam negeri. Kebijakan luar negeri memilki aspek yang sangat luas untuk itu
9 Ibid.

11

penulis akan mengelompokannya berdasarkan sifatnya William D. Coplin menjelaskan tiga


jenis keputusan luar negeri, yaitu:
1. Keputusan yang sifatnya umum
Keputusan ini merupakan serangkaian keputusan yang diekspresikan melalui
pernyataan-pernyataan kebijakan dan tindakan langsung. Berbeda dengan keputusankeputusan politik dalam negeri yang menerapkan bentuk program atau rancangan badan
legislative atau pengalokasian sumber-sumber financial, politik luar negeri hanya hanya
menyangkut pernyataan-pernyataan umum serta rancangan-rancangan yang bersifat
contingency (menjaga kemungkinan)
2. Keputusan bersifat administratif
Tipe keputusan ini dibuat oleh anggota-anggota birokrasi pemerintah yang bertugas
melaksanakan hubungan luar negerinya. Kebijakan ini dibuat oleh pejabat-pejabat pada
tingkat yang lebih rendah. Biasanya keputusan pada level ini dibatasi ruang lingkup dan
waktu. Namun kebijakan-kebijakn ini cenderung menuruti kebijakn umumyang seandainya
kebijakan admnistratif tersebut bersangkutan dengan kebijakn umum daapat dikatakan
bahwa keputusan administrative juga ditentukan oleh kebijakan umum.
3. Keputusan yang bersifat kritis
Tipe

keputusan

ini

merupakan

kombinasi

dari

kedua

tipe

kombinasi

sebelumnya.Keputusan-keputusan yang bersifat kritis bisa berdampak luas terhadap

12

kebijakan umum suatu Negara.Kebijakan tersebut juga bisa memperkuat kebijakan yang
telah ada.

Berikut adalah skema bagaimana Empat determinan Mempengaruhi Tindakan


politik Luar Negeri10

Menurut William D.Coplin, Teori pengambilan keputusan Luar Negeri atau Foreign
Policy
apabila kita akan menganalisa kebijakan luar negeri suatu negara, makakita
harus mempertanyakan para pemimpin negara dalam membuat kebijakan luar
negeri. Dan salah besar jika menganggap bahwa para pemimpin negara (para
pembuat kebijkan luar negeri) bertindak tanpa pertimbangan. Tetapi sebaliknya,

10 William D. Coplin., 2003. Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah dan


Teoritis,Terjemahan oleh Marcedes Marbun Edisi Kedua, PT. Sinar Baru Algresindo, Bandung,
2003. Hal 30

13

tindakan politik luar negeri tersebut dipandang sebagai akibat dari tiga
konsiderasi yang mempengarui para pengambil kebijakan luar negeri11
Kondisi politik dalam negeri yang meliputi keadaan atau situasi di dalam negeri
yang akan membuat keputusan, yaitu situasi politik di dalam negeri yang berkaitan dengan
keputusan tersebut, termasuk faktor budaya mendasari tingkah laku manusianya. Situasi
Ekonomi dan Militer di negara tersebut, termasuk factor geografis yang selalu menjadi
pertimbangan utama dalam pertahanandan keamanan. Konteks Internasional (situasi di
negara yang menjadi tujuan politik luarnegeri), serta pengaruh dari negara-negara lain yang
relavan denganpermasalahan yang dihadapi.
Menurut sekema di atas, politik luar negeri memang dipengaruhi oleh kondisi
politik dalam negeri kemampuan ekonomi dan militer serta konteks internasional akan
tetapi pengambilan keputusan luar negeri dimana dalam konteks ini Raja sebagai
pengemban tugas dan juga bisa disebut sebagai aktor individu dan aktor rasional, dimana
dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai sebagai akibat dari tindakan-tindakan
aktor rasional. Penghitungan secara rasional, untung-rugi dalam pengambil keputusan
dimana terdapat kepentingan baik itu murni kepentinganNegara atau pribadi dari pengambil
keputusan ini.
Dalam menelaah kajian ini penulis menggunakan tingkat analisa perilaku kelompok
yaitu

tingkat

analisa

yang

memiliki

asumsi

bahwa

individu

pada

umumnya

melakukantindakan internasional dalam kelompok. Pada dasarnya hubungan internasional


ditentukanbukan oleh individu akan tetapi ditentukan oleh kelompok kecil, seperti kabinet,
11 Ibid.

14

dewanpenasehat

militer, organisasi,

partai

politik,

kelompok-kelompok

penekan,

departemen, danlain sebagainya. Dalam kajian ini, penulis berasumsi bahwa pemerintahan
Arab

Saudi

merupakan

bagian

dari

tindakan

kelompok

Wahhabi

sebagai

kelompokpemegang kekuasaan.
Sudut pandang atau perspektif yang penulis gunakan dalam menjelaskan fenomenasini
adalah perspektif konstruktivisme. Prinsip utama dari konstruktivisme adalah keyakinan
bahwa "Politik internasional dibentuk oleh ide-ide persuasif, nilai-nilai kolektif, budaya ,
danidentitas sosial". Konstruktivisme berpendapat bahwa realitas internasional secara social
dikonstruksi oleh struktur kognitif yang memberikan makna terhadap dunia material.
Manusia adalah makhluk individual yang dikonstruksikan melalui realitas sosial.
Konstruksiatas manusia akan melahirkan paham intersubyektivitas. Konstruktivis
memandang bahwa shared ideas dan values membentuk identitas (ideational identity) yang
pada gilirannya mempengaruhi kepentingan. Ideational identitiy dan interests inilah yang
pada akhirnya turut menentukan aksi politis12.
Hanya dalam proses interaksi sosial, manusia akan saling memahaminya. Dalam
melihat hubungan antar sesama individu, nilai-nilai relasi tersebut bukanlah diberikan atau
disodorkan oleh salah satu pihak, melainkankesepakatan untuk berinteraksi itu perlu
diciptakan di atas kesepakatan antar kedua belahpihak. Dalam proses ini, faktor identitas
individu sangat penting dalam menjelaskankepentingannya. Interaksi sosial antar individu
akan menciptakan lingkungan atau realitassosial yang diinginkan. Dengan kata lain,
12 Andrew Linklater. Theories of International Relations 3rd Ed. 2004.(London: Palgrave
Macmillan), hlm. 188

15

sesungguhnya realitas sosial merupakan hasilkonstruksi atau bentukan dari proses interaksi
tersebut.
Konstruktivisme adalah teori struktural dari sistem internasional yang memiliki
argumen inti diantaranya: (1) negara merupakan unit prinsipal dalam menganalisis teori
politik internasional; (2) struktur dalam sistem negara lebih bersifat intersubjektif
dibandingkan bersifat materialistik; dan (3) identitas dan kepentingan negara adalah bagian
penting yang terkonstruksi oleh struktur-strutktur sosial, tidak seperti (neo)realis yang
menganggap bahwa kepentingan nasional diberikan secara eksogen oleh negara sebagai
bentuk peraihan power atau politik domestik negara layaknya para (neo)liberalis13.
1.6 Hipotesa
Penulis dapat menetapkan kesimpulan sementara atau disebut juga dengan hipotesa
berdasarkan pada penjelasan diatas dengan dikuatkan oleh data-data yang telah diperoleh,
maka penulis merumuskan bahwa pengaruh kelompok wahhabi terhadap sistem
pemerintahan Arab Saudi yaitu:
Gerakan Wahhabi memiliki fondasi dan pengaruh yang kuat, gerakan ini
didukung oleh negara Arab Saudi dengan perangkat-perangkatnya. Sehingga
kelompok wahhabi memiliki posisi penting dalam merancang dan mengontrol
kebijakan negara Arab Saudi dengan variabel sebagai berikut:
13 Alexander Wendt, Collective Identity Formation and the International State, American
Political Science Review 88 (1994): 385; Also for a critical explanation of Neoliberals emphasis on
domestic politics in theorizing state interests, see Alexander Wendt, Social Theory of International
Politics (Cambridge: Cambridge University Press, 1999), 35.

16

Variabel indenpendennya adalah Pengaruh Kelompok Wahhabi Terhadap Politik Luar


Negeri Arab Saudi, dengan indikator :
1. Masuknya kelompok Wahhabi dalam Proses Pengambilan Kebijakan Arab Saudi
yaitu Council Of Minister And The Administrative Estabilisment ( Majelis
Syura)
2. Masuknya kelompok Wahhabi dalam Dewan Ulama Senior (Council of Senior
Ulama) di lingkungan Kerajaan dengan kewenangan memberikan fatwa
terhadap seluruh permasalahan sosial, politik dan agama bagi masyarakat
maupun kerajaan.
Variabel dependenya adalah Bentuk Politik Luar Negeri Arab Saudi terhadap Mesir,
dengan indikator :
1. Dibentuknya dewan menteri syura yang terdiri dari 12 komisi untuk merancang
dan mengontrol serta membantu Raja dalam pengambilan dan merumuskan
Kebijakan Luar Negari Arab Saudi.
1.7 Defenisi Konsepsional
Penelitian ini menggunakan beberapa konsep untuk memudahkan
dalam memahami permasalahan ini. Defenisi konsepsional adalah
defenisi yang menggambarkan dengan menggunakan konsep-konsep
lain.
Kelompok

menjadi jembatan penting antara individu dengan pihak

pemerintah. Pengaruh kelompok terhadap public policy dipengaruhi oleh

17

besarnya jumlah, kesejateraan, kekuatan organisasi, kepemimpinan,


akses terhadap pengambilan keputusan serta kohesi internal.
Kelompok Wahhabi adalah sebuahGerakan Wahhabi merupakan
salah satu kelompok gerakan islam yang berpengaruh di saudi arabia.
Wahhabi

adalah

sebuah

gerakan

keagamaan

yang

bertujuan

mengembalikan islam pada jati dirinya yang sesungguhnya. Gerakan


wahhabi dibawa oleh Syikh Muhammad Bin Abdul Wahhab. Gerakan
Wahhabi adalah gerakan pembahruan dan pembersihan.Maksudnya
ialah pembaharuan terhadap urusan-urusan Islam yang diabaikan oleh
kaum Muslimin dan pembersihan terahadap segala bentuk kemusyrikan
serta bidah yang telah masuk kedalam Islam.
Gerakan dakwah Syikh Muhammad Bin Abdul Wahhab bukanlah
sebuah teori atau sebuah buku yang ditulis agar dibaca oleh manusia.
Tetapi sebuah manhaj resmi yang bertujuan untuk diamalkan.Pertamatama dengan menggunakan nasihat, selanjutnya dengan menggunakan
kekuatan negara Islam yang didirikan hanya atas dasar syariat saja.
Lahirnya dakwahh reformasi Muhammad Bin Abdul Wahhab di
Saudi Arabia terutama di Najd di dukung oleh Muhammad Bin Saud
yang merupakan pemimpin dinasti Saudi pada 1157 H (1824).Pada
waktu itu sedang terjadi krisis keagamaan dalam segala bidang
kehidpan. Banyak alasan atau faktor yang mendorong bangkitnya
dakwah syari ini diantaranya adalah masalah tahuid dan menjauhi
18

kemusyrikan, menyebarluaskan sunnah Nabi dan membasmi bidah,


melakasanakan kewajiban-kewajiban agama secara umum, menghukumi
berdasarkan

syariat

menyebarluaskan
beakangan,

ilmu

ssperti
dan

memwujudkan

memwujudkan

keamanan

yang

diperintahkan

memerangi
jamaah
dan

dan

oleh

Allah,

kebodohan

serta

keter

membuang

perpecahan,

kekuasaan,

dan

memberantas

keterbelakangan dan pengangguran.


Dalam perkembangannya gerakan Wahhabi semakin menjadi kuat
setelah

mendapat

dukungan

politik

dari

Muhammad

Bin

Saud.

Muhammad bin abdul wahhab memperoleh baik dukungan prestise,


moral maupun materil. Begitu juga dengan Muhammad bin saud telah
banyak mendapat bantuan dari Muhammad bin abdul wahhab terkait
dalam bidang agama, sosial dan politik. Antara Muhammad Bin Abdul
Wahhab dan Muhammad bin Saud saling berjanji untuk berjuang demi
dakwah perbaikan serta menyebarkannya dengan segala kemampuan
dan cara. Hal tersebut terjadi pada 1157 H (1744 M).Di atas dasar inilah
berdirilah pemerintahan baru pemerintahan Dinasti Saudi pertama.
Kesepakatan antara Muhammad bin Saud dan Syikh muhammad
bin Abdul Wahhab adalah keduanya sepakat bahwa urusan politik akan
oleh Muhammad bin Saud dan keturunanya sedangkan urusan agama
akan

diipegang

oleh

Syikh

Muhammad

bin

Abdul

Wahhab

dan

keturunannya.
19

Majelis syura memiliki arti majelis permusyawaratan atau badan


legislatif.Istilah syura berhasal dari kata kerja syaawara-yusyawiru yang
berarti menjelaskan, menyatakan atau mengajukan dan mengambil
sesuatu.
Dasar Arab Saudi membentuk mejelis Syura dan memasukannya
kedalam system pemerintahan Negara adalah Sebagai pengamalan
firman Allah Ta'ala : "Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka" (QS. 42:38), dan mencontoh Rasulullah
Shallallaahu Alaihi wa Sallam dalam bermusyawarah dengan sahabatsahabat

beliau

serta

anjuran

beliau

kepada

ummatnya

untuk

bermusyawarah, maka Sistem Majelis Syura (Permusyawaratan) adalah


untuk memberikan pendapat tentang Kebijakan-kebijakan Umum Negara
yang dilimpahkan kepadanya dari Perdana Menteri. Majelis ini secara
khusus berhak mendiskusikan tentang rancangan umum pembangunan
ekonomi dan sosial, serta memberikan pendapat terhadapnya; mengkaji
undang-undang, peraturan, perjanjian, kesepakatan internasional, dan
berbagai konsesi, serta mengajukan usulan berkenaan dengannya. Juga
memberikan penafsiran terhadap perundang-undangan, mendiskusikan
berbagai laporan tahunan yang disampaikan oleh Kementerian dan
Lembaga Pemerintah lainnya serta memberikan usulan-usulan yang
dipandang perlu.

20

1.8 Defenisi Operasional


Definisi

operasional

mendeskripsikan

kegiatan

adalah
yang

serangkaian

harus

prosedur

dilakukan

kalau

yang
hendak

menetahui eksistensi empiris suatu konsep.Melalui defenisi seprti itu,


maka suatu konsep dijabarkan. Defenisi operasional berarti juga
menjabarkan prosedur pengujian

yang memberikan kreteria bagi

penerapan konsep itu secara empiris14. Definsi operasional merupakan


jembatan

antara

tingkat

konseptual-teoritis

dengan

tingkat

observasional-empiris.
Gerakan-gerakan pemikiran Islam di Timur Tengah muncul dan
berkembang dari latar belakang situasi sosio-politik seperti tergambar di
atas. Gerakan-gerakan itu dalam tataran idealisme, berada dalam aras
persepsional yang sama antara gerakan pemikiran satu dengan yang
lain, tetapi dalam tataran corak atau aksentuasi intelektualitas dan
orientasi mereka berbeda, bahkan dalam banyak kasus bertolak
belakang.
Issa J. Boullata membagi pemikiran Islam Timur Tengah menjadi
dua

kecenderungan,

yaitu

progresif-modernis

dan

konservatif-

tradisionalis. Menurutnya, kelompok progresif-modernis adalah gerakan


14Mohtar Masoed, op.cit, hal.5

21

pemikiran yang mengidealkan tatanan masyarakat Arab yang modern,


dengan kata lain, gerakan pemikiran yang berorientasi ke masa depan
(future oriented). Pola berfikir mereka tidak keluar dari frame metodologi
Barat

yang

mereka

klaim

sebagai

satu-satunya

alternatif

untuk

membangun peradaban Arab modern. Gerakan pemikiran ini secara


mayoritas diwakili oleh kalangan yang pernah belajar dan berinteraksi
dengan pemikiran Barat. Adapun kelompom konservatif-tradisional
adalah gerakan pemikiran yang memiliki pola pikir dengan frame klasik
(salaf). Mereka sangat membanggakan kemajuan dan kejayaan Islam
masa

lampau,

dan

untuk

membangun

kamajuan

dan

kejayaan

peradaban Islam masa mendatang, pemikiran Islam harus berbasis


metodologi pemikiran Islam klasik (past oriente).15
Di Arab Saudi kelompok Wahhabi

merupakan gerakan yang

sangat berpengaruh, kelompok ini memiliki hubungan yang erat dengan


Raja. Sebagaimana tokoh dari Wahhabi Muhammad bin Abdul Wahhab
telah memberi kontribusi dan peran yang besar terhadap berdirinya
kerajaan Arab Saudi baik itu dibidang keagamaan, social dan politik.
1.9 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif yang
bersifat eksplanatif yakni

suatu penelitian yang berusaha untuk

15Issa J. Boullata, Dekonstruksi Tradisi, Gelegar Pemikiran Arab Islam (Yogyakarta : LKIS, 2001),
hlm. 23

22

menjelaskan

tentang

faktor-faktor

yang

menyebabkan

terjadinya

berbagai fenomena.Penelitan yang bersifat eksplanasi adalah sebuah


penelitian yang memberikan pemaparan terhadap suatu permasalahan,
keadaan,

gejala,

dan

kebijakan

serta

tindakan.Penelitian

secara

eksplanasi lebih memaparkan secara rinci suatu fenomena dengan


fakta-fakta yang dilengkapi dengan data dan analisa. Fenomena yang
dijadikan objek dalam penelitian ini adalah strategi keamanan Iran
menghadapiancaman serangan Amerika Serikat.
Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah multi case
study. Pemilihan strategi ini berimplikasi pada teknik pengumpulan
data.Teknik yang digunakan adalah menghubungkan teori dengan datadata yang didapatkan melalui riset perpustakaan (library research).
Data-data tersebut didapatkan dari buku-buku, jurnal, majalah, surat
kabar dan sumber lainnya (document analysis). Selain itu, penulis juga
menggunakan sarana internet dalam penelitian ini.

1.10 Teknik Pengumpulan Data


Teknik

yang

digunakan

dalam

penelitian

ini

adalah

studi

kepustakaan (library research), dengan merujuk pada buku-buku , jurnal,


artikel, bulletin, surat kabar, dan berita-berita dari media lain yang
relevan. Dalam mengumpul data-data tersebut

peneliti juga banyak

23

menggunakan

media

internet

sebagai

source

of

data

karena

keterbatasan peneliti untuk mencari data-data primer.

1.11 Ruang Lingkup Penelitian


Penulis memberikan batasan pada fenomena-fenomena yang hendak diteliti
difokuskan kepada:
a.

Sejarah munculnya kelompok Wahhabi dan Hubungan antara kelompok Wahhabi

dengan pemerintah Arab Saudi


b. Pengaruh kelompok Wahhabi dalam politik luar negeri Arab Saudi
c. Kurun waktu yang digunakan adalah dari tahun 2006 sampai 2011. Namun
penelitian ini tidak bersifat kaku terutama terhadap data-data, kondisi yang
mendukung penelitian ini.

1.12 Sistematika Penulisan


BAB I
Bagian ini akan memaparkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan kegunanaan
penelitian, kerangka teori, hipotesa, metode dan teknik penelitian, ruang lingkup penelitian,
dan sistematika penulisan Sebagai pengangantar untuk memasuki BAB II
BAB II
Pada bab ini, di bahas sistem pemerintahan dan politik luar negeri Arab Saudi
BAB III

24

Bagian bab ini, dibahas sejarah munculnya kelompok Wahhabi dan hubungan antara
kelompok Wahhabi dengan Raja Arab Saudi
BAB IV
Bab ini, berisi pengaruh kelompok Wahhabi dalam politik luar negeri Arab Saudi
BAB V
Akan membahaskesimpulan dari permasalahn di atas.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah bin Utsaimin, Kerajaan Arab Saudi: Sejarah, Dakwah dan Politik, Toobagus
Publishing, Bandung, 2012
Alexander Wendt, Collective Identity Formation and the International State, American
Political Science Review 88 (1994): 385; Also for a critical explanation of
Neoliberals emphasis on domestic politics in theorizing state interests, see
Alexander Wendt, Social Theory of International Politics (Cambridge: Cambridge
University Press, 1999)

25

Am. Wakskito, Bersikap Adil Kepada Wahabi : Bantahan Kritis dan Fundamental
Terhadap Buku Propaganda Karya Syaikh Idahram, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta
Timur, 2011
Andrew Linklater. Theories of International Relations 3rd Ed. 2004.(London: Palgrave
Macmillan)
Issa J. Boullata, Dekonstruksi Tradisi, Gelegar Pemikiran Arab Islam (Yogyakarta : LKIS,
2001)
Mohtar Masoed, Ilmu Hubungan Internasional dan Metodologi, LP3ES, Jakarta, 1990
Muhammad Al-Bahiy, Pemikiran Islam. Penerjemah Bambang Saiful Maarif, (Bandung:
Risalah Bandung, 1985)
Muhammad bin Saad Asy-Syuwairi, Sebenarnya Siapakah Wahhbi Itu???, Toobagus
Publishing, 2012
Nashir bin Abdul Karim Al-Aql, Hanya Islam Islam Bukan Wahhabi, Darul Falah, Jakarta,
2006
Tim Niblock,2006,SaudiArabia:Power,Legitimasi,and Survival, London,Rouledge
William D. Coplin., 2003. Pengantar Politik Internasional : Suatu Telaah dan
Teoritis,Terjemahan oleh Marcedes Marbun Edisi Kedua, PT. Sinar Baru
Algresindo, Bandung, 2003.

26

Anda mungkin juga menyukai