Anda di halaman 1dari 12

Relevansi Sejarah Politik Islam pada Masa Nabi

Muhammad SAW dan Masa Kini

Agung Bayu Saputra

F1D104048

Mata Kuliah Pemikiran Politik Islam

Jurusan Ilmu Politik

UNSOED

2017I
Abstak

In this paper explains the relationship between Islamic politics in the time of

Prophet Muhammad and the present. By understanding the history of Islamic

politics itself. And understand how the power system built and the value of

democracy in Islam can explain the relevance that exists.

Keywords: islamic politics, democracy, history of islamic

I. PENDAHULUAN

Sejak kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Yatsrib, maka seketika itu

juga berubahlahlah namanya kota Yatsrib menjadi Madinnatun Nabawi artinya

kota nabi, selanjutnya disebut Madinah. Kemajemukan komunitas Madinah

membuat rasul melakukan negoisasi dan konsolidasi melalui perjanjian tertulis

yang terkenal dengan “piagam Madinah”. Berawal dari Piagam Madinah inilah

sesungguhnya merupakan rangkaian penting dari proses berdirinya Negara

Madinah. Satu hal lain yang perlu digarisbawahi bahwa Islam pada periode

Madinah adalah Islam yang terus mencari tata sisstem pemerintahan yang cocok.

Bagaimana bentuk dan pemerintahan yang baik yang dilakukan oleh

pemerintahan Nabi Muhammad SAW.

Kemajuan di bidang politik tidak terlepas dari jasa – jasa dan peranan

pelopor pelopor politik dunia yang mayoritas merupakan hasil upaya dunia islam

sejak zaman Rasulullah. Pada awal mula pembentukan sebuah sistem politik yang

berlaku sekarang ini terutama di Negara Negara islam, tentunya berkembang dari
gagasan Rasulullah. Namun tidak memungkiri kemungkinan bahwa sistem politik

dan cara berpolitik zaman sekarang ini sudah tercemar dengan pengaruh pengaruh

kebudayaan lain. Review kembali sejarah kepemimpinan pada masa Rasulullah

merupakan satu jalan yang dapat mencerahkan masa depan politik islam pada

masa Nabi sehingga kita mengetahui relvansinya untuk masa sekarang ini. Oleh

sebab itu dalam makalah ini penulis ingin menjelaskan bagaimana relevansi

politik Islam pada zaman Nabi Muhammad dan masa ini.

II. Permasalahan

A. Bagaimana sejarah Isalam dan bentuk sistem kekuasaan yang

dibangun pada masa Nabi Muhammad?

B. Bagimana relevansi politik Isalam pada zaman Nabi dan sekarang?

III. Pembahasan

A. Sejarah Politik Islam dan Bentuk Kekuasaan

Hubungan antara agama dan politik pada zaman Nabi Muhammad

SAW terwujud dalam masyarakat Madinah. Muhammad selama

sepuluh tahun di kota hijrah itu telah tampil sebagai penerima berita

suci dan seorang pemimpin masyarakat politik. Sistem pemerintahan

yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW adalah bercorak

teodemokratis. Di satu sisi tatanan masyarakat harus berdasarkan

hukum-hukum wahyu yang diturunkan oleh tuhan dalam menyikapi

setiap peristiwa. Di sisi lain bentuk pemerintahan dan tatanan sosial


dirumuskan melalui proses musyawarah yang dilakukan secara

bersama suku-suku yang ada dalam masyarakat Madinah. Apabila

dikontekskan dengan sistem pemerintahan sekarang, bentuk struktur

tatanan pemerintahan terdiri atas eksekutif, yudikatif, dan legislatif.

Eksekutif, artinya kepala pemerintahan dipegang oleh Nabi

Muhammad SAW begitupun dalam mahkamah konstitusi dan hukum

ditentukan oleh Nabi Muhammad SAW. sebagai pengambil kebijakan

selain dalam masalah menentukan bentuk tatanan masyarakat yang

menyangkut pluralitas warga negara Madinah. Dalam ranah legislatif,

setiap suku yang ada di Madinah mempunyai persamaan hak dalam

menyampaikan pendapat dalam menentukan tatanan sosial masyarakat

seperti dalam menciptakan konstitusi piagam Madinah.

Dalam membiayai pemerintahan, Nabi Muhammad SAW

mengambil zakat (zakat fitrah dan zakat maal) untuk umat muslim

serta mengambil jizyah dari non-muslim yang ada dalam masyarakat

Madinah selain melalui militer konsolidasi pemerintahan yang

dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW juga menggunakan diplomasi

dann melalui perkawinan politik. Cara Nabi Muhammad SAW,

mempraktikkan demokrasi dalam menjalankan roda pemerintahannya

berpedoman pada Al-qur’an dalam memutuskan sesuatu. Akan tetapi,

apabila ada perkara yang belum diatur dalam Al-qur’an Nabi

Muhammad SAW mengajak musyawarah dengan sahabat-sahabatnya.


Pemerintahan Nabi Muhammad SAW di Madinah merupakan

pemerintahan yang toleran. Tentang toleransi ini dapat dibaca dalam

piagam Madinah, antara lain penghormatan pada pemeluk agama yang

berbeda, hidup bertetangga secara damai, kerja sama dalam keamanan,

dan perlindungan bagi pihak-pihak yang teraniaya.

Selama Nabi Muhammad SAW, menjadi pemimpin negara

Madinah, ia menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan

moral bagi rakyatnya. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah

cermin moralitas dan teladan indah bagi umat islam, bahkan umat

manusia. Nabi Muhammad SAW adalah model ideal umat yang karier

hidupnya dapat memunculkan kearifan-kearifan politik umat.

a. Posisi Nabi Muhammad SAW, sebagai kepala negara dan Madinah


sebagai negara
Nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul, bukan hanya penyampai

dan penjelas keseluruhan wahyu Allah, melainkan juga diberi hak

legislatif atau hak menetapkan hukum bagi manusia dan hak

menertibkan kehidupan mayarakat. Oleh karena itu, Nabi Muhammad

SAW disebut contoh teladan yang baik bagi manusia. Pernyataan

tersebut sesuai dengan bukti-bukti historis tentang tugas-tugas yang

beliau lakukan setelah di Madinah, perannnya lebih luas, bukan hanya

sebagai Rasul dan pendakwah yang mengajak manusia beriman kepada

Allah dan sebagai pembimbing spiritual tetapi juga sebagai kepala

negara sekaligus ketika di Madinah.


b. Sistem Pemerintahan dan Politik

1) Peran masjid dalam pemerintahan

Pengaturan sistem pemerintahan dan politik di negara Islam telah

dimulai sejak awal kedatangan Rasulullah SAW di Madinah ketika

mendirikan Masjid Nabawi. Saat itu, Masjid Nabawi tidak hanya

difungsikan sebagai tempat pelaksanaan ibadah ritual seperti shalat,

tetapi juga untuk beberapa hal berikut :

a) Tempat berkumpul untuk melakukan musyawarah

b) Pusat kepemimpinan politik

c) Tempat Rasulullah menerima tamu pemerintahan

d) Mahkamah (pengadilan)

e) Pusat pengembangan ekonomi

2) Piagam Madinah dan Sistem Politik di Negara yang baru

Di Madinah, Rasulullah SAW langsung meletakkan fondasi sistem

politik dengan membuat undang-undang. Hal ini tercermin dalam

piagamMadinah. Piagam tersebut dengan jelas menetapkan kewajiban

semua pihak di Madinah. Di antara teks dan butir-butir piagam Madinah

tersebut adalah :

a) Butir ke-36 ; Tidak ada seorangpun yang boleh keluar dari

Madinah kecuali dengan izin Muhammad SAW.

b) Butir ke-24 ; Suatu peristiwa atau perselisihan yang terjadi

antara pihak-pihak yang menyetujui piagam ini dan dikhawatirkan


akan membahayakan kehidupan bersama harus diselesaikan atas

ajaran Allah dan kepada Muhammad sebagai utusan-Nya.

c) Butir ke-17 ; Perdamaian bagi kaum mukmin adalah satu.

Seorang mukmin tidak boleh mengadakan perdamaian dengan

pihak luar dalam perjuangannya menegakkan agama Allah, kecuali

atas dasar persamaan dan keadilan.

3) Pusat Pemerintahan adalah Madinah

Seluruh kebijakan dan tugas politik ataupun pemerintahan berada

sepenuhnya di tangan Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut disebabkan,

urusan-urusan umum yang berkaitan dengan urusan politik yang bertujuan

menata urusan umat dan menjaga kemaslahatan mereka, pengerahan

pasukan, pembagian rampasan perang, pengadaan perjanjian,

penandatanganan perdamaian, pemanfaatan anggaran, pembagian wilayah,

pemberlakuan hukuman (sanksi), penugasan hakim dan lain-lain yang

merupakan bagian dari tugas sebuah pemerintah tertinggi.

Model pemerintahan Rasulullah SAW. dapat disebut sebagai

pemerintahan sentralistik. Walaupun demikian, ada banyak hal yang

menuntut diberlakukannya model pemerintahan seperti itu, diantaranya

sebagai berikut :

Pertama, tuntutan kondisi sebuah negara islam yang baru tumbuh.

Kedua, kekuasaan perintah (intruistik) Rasulullah SAW dalam

tugas-tugas kenegaraan dan kepada para pejabatnya memiliki ciri

khas tersendiri.
a. Habisnya masa pemerintahan sentralistik

Sejak tahun kesembilan hijrah, tepatnya setelah utusan dari

kabilah-kabikah Arab silih berganti yang menjumpai Rasullah dan

menyatakan keislamannya, negara islam pun mulai meninggalkan

model pemerintahan sentralistik dan berpindah ke model

desentralistik. Rasulullah SAW mulai mengangkat seseorang dari

setiap delegasi yang datang menyatakan masuk islam untuk

menjadi wakil pemerintahan di dalam kabilahnya. Penunjukan

seperti ini dalam rangka menautkan hati mereka kepada islam.

b. Pengawasan Pemerintahan

Pengawasan kontrol merupakan unsur terpenting untuk

mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan bertanggung

jawab. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW sangat

menekankan pentingnya pengawasan terhadap para pejabat

pemerintah. Pada sisi lain, sistem pemerintahan Islam dalam

periode Madinah juga sangat memperhatikan pentingnya

pengawasan penguasa atau pimpinan terhadap para aparat dan

pejabat-pejabatnya. Tujuannya adalah untuk menjamin

terlaksananya kewajiban dan tugas mereka dengan baik. Rasulullah

SAW senantiasa mengawasi seluruh pejabat dan mengevaluasi

pekerjaan mereka.
B. Relevansi Politik Isalam Zaman Nabi dan Sekarang

Ketika melihat relevansi dari politik islam yang dilakukan pada

zaman Nabi dan sekarang atau pasca reformasi terdapat banyak

hubungan yang saling terkait. Misalnya ketika kita melihat relevansi

ini dari segi nilai-nilai demokrasi dalam Islam. Jika demokrasi dengan

sistem pengambilan keputusan diserahkan kepada rakyat demi

kepentingan bersama dengan menjamin eksistensi hak-hak dasar

manusia, maka demokrasi tidak ada masalah degan Islam. Demokrasi

kompatibel dengan Islam, sebagaimana islam adalah agama rahmatan

lil alamin, dalam bernegara. Tujuan pokoknya adalah

menyelenggarakan kebaikan dan mencegah keburukan dengan

senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai dasar kemanusiaan.

Nilai-niiai demokrasi yang bisa digali dari sumber Islam yang

kompatibel dengan nilai-nilai demokrasi seperti dikemukakan oleh

Huwaydi dan Muhammad Dhiya al-Din Rais adalah, 1) keadilan dan

musyawarah; 2) kekuasaan di pegang penuh oleh rakyat; 3) kebebasan

adalah hak penuh bagi semua warga Negara; 4) persamaan di antara

sesama manusia khususnya persamaan di depan hukum; 5) keadilan

untuk kelompok minoritas; 6) undang-undang di atas segala-galanya;

7) pertanggung jawaban penguasa kepada rakyat.

Jauh sebelum adanya Declaration of Human Right yang di

terapkan oleh PBB sebagai dasar bersama penghormatan terhadap

manusia, Islam sejak 15 abad yang lalu telah memuat nilai-nilai


kemanusiaan universal baik yang tertera dalam al-Qur’an maupun

dalam Sunnah Rasulullah. Nilai-nilai universal kemanusiaan, secara

tegas dinyatakan dalam pidato Rasulullah yang terkenal ketika Beliau

melakukan haji wada. Islam adalah agama yang sangat menghormati

nilai-nilai kemanusiaan. Islam menegaskan bahwa manusia sebagai

manusia tidak di lihat dari ras, etnis, bahasa, dll. Melainkan dilihat dari

ketakwaannya. Karena itulah Islam adalah rahmat bagi seluruh alam

(rahmatan lil ‘alamin). Karena tingginya pengormatan Islam terhadap

nilai-nilai kemanusiaan, maka hak-hak dasar manusia yang suci

dilindungi oleh Islam. Hak-hak itu meliputi hak hidup, hak milik, hak

kehormatan, hak persamaan, dan hak kebebasan. Semua hal itu masih

relevan hingga sekarang. Kita dapat mengambil contoh dalam Islam

sangat dianjurkan dalam pengambilan keputusan dengan musyawarah,

hal ini juga dilakukan oleh kebanyakan warga Indonesia dalam

mengambil keputusan dengan musyawarah dan mufakat. Dapat dilihat

dari nilai-nilai dasar demokrasi yang ada pada zaman Nabi

Muhammad SAW masih dipakai hingga sekarang dan hal ini

menunjukkan adanya relevansi pada politik islam pada zaman Nabi

dan sekarang ini.

IV. Kesimpulan

Hubungan antara agama dan politik pada zaman Nabi Muhammad

SAW terwujud dalam masyarakat Madinah. Sistem pemerintahan yang

dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW adalah bercorak teodemokratis.


Selama Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin negara Madinah, ia

menjadi pemimpin yang adil dan menerapkan keagungan moral bagi

rakyatnya. Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW adalah cermin

moralitas dan teladan indah bagi umat islam, bahkan umat manusia.

Bahkan relevansi politik pada zaman Nabi dapat dilihat dari nilai-nilai

demokrasi dalam islam, dimana dalam Islam sangat dianjurkan dalam

pengambilan keputusan dengan musyawarah, hal ini juga dilakukan oleh

kebanyakan warga Indonesia dalam mengambil keputusan dengan

musyawarah dan mufakat. Dapat dilihat dari nilai-nilai dasar demokrasi

yang ada pada zaman Nabi Muhammad SAW masih dipakai hingga

sekarang dan hal ini menunjukkan adanya relevansi pada politik islam

pada zaman Nabi dan sekarang ini.


Daftar Pustaka

Armstrong, Karen. 2008. Sejarah Islam Singkat. Yogyakarta.

Elbanin Media

Iqbal, Muhammad. 2010. Fiqh Siyasah. Jakarta. Gaya Media

Pratama,

Mufti, Muslim M.SI. 2015. Politik Islam. Bandung. CV Pustaka

Setia

http://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/qanun/article/view/139/124

Anda mungkin juga menyukai