Anda di halaman 1dari 29

Perkembangan

Arsitektur Dinasti
Fatimiyah
KELOMPOK 2
M U K T I M I F TA H U L L A H J A L I L
2
3
4
Pendahuluan
Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu imperium besar sepanjang sejarah Islam. Pada awalnya,
daulah ini hanya berupa dinasti kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan daulah Abbasiyah. Mereka
mampu memerintah lebih dua abad sebelum ditaklukkan oleh dinasti Ayyubiyah dibawah kepemimpinan
Salah al-Din al-Ayyubi. Fatimiyah adalah dinasti Syi’ah yang dipimpin oleh 14 Khilafah atau Imam di Afrika
Utara (909 – 1171). Dinasti ini dibangun berdasarkan konsep Syi’ah keturunan Ali bin Abi Thalib dan
Fatimah (anak Nabi Muhammad saw). Kata fatimiyah dinisbatkan kepada Fatimah, karena pengikutnya
mengambil silsilah keturunan dari Fatimah Az Zahra binti Rasulullah. Dinasti Fatimiyah juga disebut
dengan Daulah Ubaidiyah yang dinisbatkan kepada pendiri dinasti yaitu Abu Muhammad Ubaidillah al
Mahdi (297-322).
kaum Syi’ah yang bertahan sampai sekarang ada tiga kelompok, yaitu: Syi’ah Zaidiyah, Syi’ah Itsna
‘Asyariyah, dan Syi’ah Ismailiyah.2 Mazhab Isma’iliyah menisbahkan dirinya kepada imamiyah dan
menyetujui penentuan keenam orang imam-imam yang pertama diantara kedua belas imam-imam
tersebut. Menurut pendapat mereka, sesudah Ja’far as Shadiq yaitu imam yang keenam, maka imamah
tidak berpindah kepada puteranya Musa al Kazhim, seperti yang dikatakan oleh golongan Itsna Asyariyah,
melainkan berpindah ke puteranya yang lain, bernama Ismail. Itulah sebabnya golongan ini dinamakan
Isma’iliyah.Imam-imam golongan Isma’iliyah ini sesudah Isma’il itu tidak pernah muncul. Yang muncul
hanyalah juru-juru dakwah mereka . Sebab itu imam-imam yang tidak pernah muncul tersebut dinamakan
“Al A’immatul Masturun”. Imam-imam Isma’iliyah barulah muncul kembali setelah keadaan mereka
bertambah kuat di Afrika Utara pada tahun 297H/909M, kemudian mereka berpindah ke Mesir, dimana
mereka mendirikan “Daulah Fatimiyah” pada tahun 356 H.3
Kelahiran Dinasti Fatimiyah
Menurut M. Abdul Karim dalam bukunya Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam yang dikutip oleh
Abdul Gaffar, menyatakan bahwa sekte syi’ah sudah lama mendambakan dan mencita-citakan berdirinya
kekhalifahan yaitu sejak memudarnya kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib, namun mereka selalu mendapatkan
tekanan politik dari dinasti Umayyah dan Abbasiyah sehingga salah satu cara yang dilakukannya
adalah taqiyah, yaitu taat kepada penguasa secara lahiriyah akan tetapi menyusun kekuatan secara diam-
diam.
Gerakan Syi’ah Isma’iliyah ini muncul sejak berdirinya pemerintahan Abbasiyah dengan
menggunakan dua model gerakan.

1. Gerakan Militan (sembunyi-sembunyi)


2. Gerakan Frontal (Terang-terangan)
Masa Kejayaan Dinasti Fatimiyah
Puncak kejayaan dinasti Fatimiyah dicapai pada masa pemerintahan Abu al-Manshur Nizar al-Aziz
(975-996) di mana kerajaan diliputi dengan kedamaian dan nama al-Aziz diagungkan dalam setiap
khutbah jum’at sepanjang wilayah kekuasaannya yang membentang dari Atlantik hingga Laut Merah, juga
di masjid-masjid di Yaman, Mekah, Damaskus, bahkan Mosul. Ia adalah khalifah Fathimiyah yang kelima
dan khalifah pertama yang memulai pemerintahan di Mesir. al-Aziz berhasil menempatkan dinasti
Fatimiyah sebagai negara Islam terbesar di kawasan Mediterania Timur, bahkan berhasil menenggelamkan
pamor penguasa Bagdad. al-Aziz rela menghabiskan dua juta dinar untuk membangun istana yang tidak
kalah megah dari istana Abbasiyah. al-Aziz merupakan khalifah yang paling bijaksana dan murah hati
diantara para khalifah Fatimiyah.14
Kejayaan Dinasti Fatimiyah
Kondisi Sosial
Para khalifah Fatimiyah bersikap toleran dan penuh perhatian terhadap urusan agama nonmuslim.
Misalnya para pemeluk agama Kristen Mesir diperlakukan secara bijaksana. Bahkan pada masa al Aziz
mereka ditunjuk menduduki jabatan di istana. Begitu pula pada jaman al-Mustansir dan seterusnya,
sebagian besar jabatan keuangan dipegang oleh orang-orang Kristen. Hanya Khalifah al Hakim yang
bersikap agak keras terhadap mereka.
Sebagian besar khalifah Fatimiyah berpola hidup mewah dan santai. Misalnya al-Mustansir
mendirikan paviliun di istananya, sebagai tempat memuaskan kegemaran berfoya-foya bersama sejumlah
penari rupawan.
Nashir al-Khusraw, seorang pengembara Ismailiyah berkebangsaan Persia, yang mengunjungi
Mesir pada tahun 1046-1049 M, memberikan catatan bahwa kota Kairo sebagai kota makmur dan aman.
Kejayaan Dinasti Fatimiyah
Bidang Administrasi Pemerintahan
Sistem administrasi pemerintahan Dinasti Fatimiyah sebagian besar tidak berbeda dengan
administrasi pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Khalifah menjabat sebagai kepala negara baik dalam urusan
duniawi maupun spiritual. Khalifah berwenang mengangkat dan sekaligus menghentikan jabatan-jabatan
di bawahnya.
Kementerian Negara (wasir) terbagi menjadi dua kelompok yaitu: ahli pedang dan ahli pena. Para
ahli pedang menduduki urusan militer dan keamanan serta pengawal pribadi sang khalifah. Sedang para
ahli pena menduduki beberapa jabatan sebagai berikut:
•Hakim;
•Pejabat Pendidikan sekaligus pengelola lembaga ilmu pengetahuan;
•Inspektur Pasar yang bertugas menertibkan pasar dan jalan;
•Pejabat Keuangan yang menangani segala urusan keuangan negara;
•Regu Pembantu istana;
•Petugas Pembaca al-Quran.
Sedangkan di luar jabatan istana di atas,terdapat berbagai jabatan tingkat daerah, meliputi daerah
Mesir, Siria dan Asia Kecil.
Dalam bidang kemiliteran, terdapat tiga jabatan pokok, yaitu:

• Amir yang terdiri pejabat-pejabat tinggi militer;


• Petugas keamanan;
• Berbagai Resimen.

Pusat-pusat armada laut dibangun di beberapa tempat dan masing-masing dikepalai oleh Admiral Tinggi.
Penyebaran Faham Syi’ah
Ketika al-Mu’iz berhasil menguasai Mesir, di tempat ini berkembang empat madzhab fikih: Maliki,
Hanafi, Syafi’i, dan Hambali. Sedangkan al-Mu’iz menganut faham Syi’ah. Oleh karena itu, al-Mu’iz
mengayomi dua kenyataan ini dengan mengangkat hakim dari kalangan Suni dan hakim dari kalangan
Syi’ah. Akan tetapi, jabatan-jabatan penting diserahkan kepada ulama Syi’ah; dan Sunni hanya menduduki
jabatan-jabatan yang rendahan. Pada tahun 379 M, semua jabatan di berbagai bidang politik, agama, dan
militer diduduki oleh Syi’ah. Oleh karena itu, sebagian pejabat Fatimiah yang Suni beralih ke Syi’ah supaya
jabatannya meningkat.
Kemajuan Ilmu Pengetahuan
Tokoh dan pelopor perkembangan pendidikan pada Dinasti Fatimiyah di Mesir adalah Ibn Killis.
Beberapa ilmuwan lainnya pada jaman ini yaitu sebagai berikut.
•Muhammad al-Tamim, seorang dokter.
•Muhammad Ibn Yusuf al-Kindi dan Ibnu Salamah al-Qudha’i’, sejarawan.
•Ali ibn Yunus, seorang astronom hebat.
•Abu Ali al-Hasan dan Ibn al-Haitsam, ilmuwan fisika dan optik.
•Ibn Muqlah, ahli kaligrafi.
Militer
Menurut M. Abdul Karim dalam bukunya Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam yang dikutip oleh
Abdul Gaffar menjelaskan bahwa dinasti Fatimiyah dalam bidang militer menggunakan tentara bayaran
sebagai penopang utama pemerintahannya. Hal itu terjadi karena dinasti Fatimiyah penganut Syiah
Ismailiyah yang pada saat itu merupakan kelompok minoritas. Tentara bayaran tersebut direkrut dari
resimen kulit hitam atau Zawila yang dibeli dari pasar budak di Afrika dan dari orang Eropa Sakalaba atau
yang kerap dipanggil dengan sebutan Bangsa Slav yang menjadi bangsa termiskin di Eropa Timur.
Ekonomi
Menurut M. Abdul Karim dalam bukunya Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam yang dikutip oleh
Abdul Gaffar menjelaskan bahwa untuk meningkatkan ekonomi, dinasti Fatimiyah membuat jalan terusan,
jembatan sebagai lintas hasil pertanian agar pendapatan negara dari sektor pajak bisa ditingkatkan,
menambah aturan baru tentang perindustrian dengan membatasi para industriawan dari hidup
bermewah-mewahan. Satuan uang di Mesir digunakan dinar dengan kurs dirham yang ditentukan. Hal itu
dilakukan untuk melindungi para pedagang kecil dari kesewenang-wenangan pedagang besar yang
menggunakan dinar sebagai kurs.
Sementara pendapatan Negara diperoleh dari pertanian, perdagangan dan bea cukai karena Mesir
pada saat menjadi jalur penghubung antara Afrika Asia dan Eropa dan menjadi tempat pertukaran
berbagai komoditas antara Eropa dan Asia.
Di bawah Fatimiyah, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi dan vitalitas kultural yang
mengungguli Irak. Hubungan perdagangan dengan dunia non-Islam dibina, termasuk India dan negeri-
negeri Mediterania yang Kristen. Pada masa ini, dari Mesir dihasilkan sebagian produk seni Islam yang
terbaik.
Seni
Beberapa karya seni dinasti Fatimiyah antara lain papan kayu berukir, yang digambari lukisan
beberapa mahluk hidup seperti rusa yang diserang oleh monster, kelinci yang diterkam oleh elang, dan
beberapa pasang burung yang saling berhadapan. Juga karya dari bahan perunggu dalam bentuk cermin
dan pedupaan. Koleksi perunggu yang yang paling terkenal adalah patung griffin, tingginya 40 inchi, yang
sekarang berada di Pisa.
Periode Fatimiyah juga dikenal dengan keindahan produk tekstilnya, sedangkan produk tenunan
yang berkembang saat itu produk khas bangsa yang bergaya koptik Mesir, kemudian dipengaruhi oleh
gaya Iran dan Sasaniyah. Juga ditemukan produk tekstil bermotif hewan dengan pose konvensional.
Seni keramik mengikuti pola-pola Iran dan bergaya Cina. Juga seni penjilidan buku yang begitu
indah dan menjadi penjilidan paling pertama dalam dunia Islam.
Arsitektur
Salah satu bukti arsitektur pada jaman Fatimiyah adalah berdirinya Masjid al-Azhar yang
dibangun oleh Jendral Jawhar pada 972 M. Gaya arsitektur masjid al-Azhar merupakan gaya masjid Ibnu
Tulun yang memiliki sudut mihrab, dengan menara berbentuk bundar konvensional.
Di masjid al-Aqmar dapat dilihat figur awal, yang kelak menjadi ciri khas arsitektur islam, yaitu
ceruk (muqarnas) stalaktit.
Kemunduran Dinasti Fatimiyah
Dinasti Fatimiyah mengalami masa keemasan sejak ibu kotanya dipindah dari Mahdiah di
Tunisia ke Kairo di Mesir pada jaman al-Muiz pada tahun 973 M hingga periode kekhalifah al-
Aziz (975-996). Jadi dinasti Fatimiyah mengalami kejayaan selama 23 tahun.
Sepeninggal al-Aziz khalifah Fatimiyah dijabat oleh anaknya yang bernama Abu al-Mansur al-
Hakim yang masih berusia sebelas tahun. Selama bertahun-tahun al-Hakim di bawah pengaruh
seorang gubernurnya yang bernama Barjawan. Barjawan terlibat konflik dengan panglima militer Ibnu
Ammar. Setelah berhasil menyingkirkan panglima, Barjawan menjadi pelaku utama pemerintahan al-
Hakim. Di kemudian hari al-Hakim mengambil tindakan menghukum bunuh terhadap Barjawan
lantaran penyalahgunaan kewenangan negara.24
Tindakan-tindakan kejam yang menakutkan dari al-Hakim (996-1021) yang sangat belia
menjadi titik awal kegoncangan dalam dinasti Fatimiyah. al-Hakim membunuh beberapa wasir,
menghancurkan beberapa gereja, menghancurkan kuburan suci umat Kristen (1009 M.), menetapkan
aturan ketat terhadap non-Islam dengan menjadikan Islam eksklusif dari agama lain seperti pakaian
dan identitas agama. Aturan-aturan yang merugikan non-Islam diberlakukan sehingga mulailah timbul
ketidaksenangan.
Pengganti al-Hakim yaitu al-Zahir (1021-1035) berumur enam belas tahun ketika naik
tahta. al-Zahir merestui pembangunan kembali gereja yang di dalamnya terdapat kuburan suci
sehingga namanya disebutkan di masjid-masjid kekuasaan Konstantin VIII.
Pengganti al-Zahir adalah al-Mustanshir (1035-1094), yang berkuasa hampir enam
puluh tahun diangkat pada usia 11 tahun, wilayah yang berada di bawah kekuasaan Fatimiyah
mulai melepaskan diri seperti Suriah, Palestina dan kota-kota di Afrika. Banu Saljuk dari Turki
membayang-bayangi kekuasaannya, Banu Hilal dan Banu Sulaim dari Nejed memberontak dan
bangsa Normandia merongrong hingga di pedalaman Afrika. Sejak masa kekuasaan al-
Mustanshir kekacauan terjadi dimana-mana. Kekuasaan negara lumpuh, kelaparan terjadi selama
tujuh tahun sehingga perekonomian negara juga lumpuh. Pengganti al-Mustanshir terus-menerus
dirundung pertikaian hingga tidak dapat membendung kemunduran dinasi Fatimiyah.
Berakhirnya dinasti Fatimiyah terjadi pada khalifah Fatimiyah yang keempat belas yaitu
al-Adhid, berumur sembilan tahun ketika naik tahta. Pada masa ini kehidupan masyarakat yang
sangat sulit, sumber kehidupan tinggal aliran sungai Nil, kelaparan dan wabah penyakit yang
sering terjadi, akhirnya berimplikasi pada pajak yang tinggi dan pemerasan untuk memuaskan
kebutuhan khalifah dan angkatan bersenjatanya yang rakus. Keadaan semakin parah dan rumit
dengan datangnya pasukan perang Salib dan serangan dari Almaric, Raja Yerusalem pada tahun
1167 M telah berdiri di pintu gerbang Kairo. Akhirnya Shalahuddin al-Ayyubi pada tahun 1171
menurunkan khalifah Fatimiyah yang terakhir dari tahtanya.27 Setelah menaklukkan khalifah
Fatimiyah terakhir Shalahuddin Yusuf al-Ayyubi mendirikan Dinasti Ayyubiyah yang berpusat di
Kairo Mesir dari tahun 1174-1252 M.
Perkembangan Arsitektur Dinasti
Fatimiyah
Arsitektur Fatimiyah (Arab: ‫) عمارة الفاطيمية‬adalah suatu gaya arsitektur yang berkembang
dalam kekhalifahan Fatimiyah (909–1167 M) di Afrika Utara yang menggabungkan unsur-unsur
arsitektur Timur dan Barat, yaitu antara gaya-gaya arsitektur Abbasiyah, Bizantium, Mesir Kuno,
Koptik, dan tradisi Afrika Utara. Arsitektur Fatimiyah menjembatani gaya Arsitektur Islam Awal
dengan gaya abad pertengahan Arsitektur Mamluk di Mesir, yang memperkenalkan banyak
inovasi.
Kekayaan arsitektur Fatimiyah ditemukan di kota-kota utama Mahdia (921–948), Al-
Mansuriya (948–973) dan Kairo (973–1169). Daerah inti dari aktivitas dan ekspresi arsitektural
masa pemerintahan Fatimiyah berada di al-Qahira, bagian kota tua dari Kairo yang terletak di sisi
timur Sungai Nil, di mana banyak terdapat bangunan istana, masjid, dan bangunan-bangunan
lainnya.[1] Al-Aziz Billah (berkuasa 975–996) umumnya dianggap sebagai pembangun Fatimiyah
yang paling giat, yang setidaknya dipercaya telah membangun tiga belas tengaran utama, antara
lain termasuk Istana Emas, Masjid Kairo, benteng, menara pemantau, jembatan, dan pemandian
umum.
Para khalifah Fatimiyah bersaing dengan para penguasa Abbasiyah dan Bizantium, dalam hal
pembangunan istana mewah. Istana-istana mereka, yang merupakan prestasi arsitektur terbesar
mereka, sayangnya hanya diketahui melalui deskripsi tertulis. Beberapa kuburan, masjid, gerbang, dan
dinding yang masih tersisa, terutama di Kairo, masih memiliki unsur-unsur asli gaya arsitektur tersebut,
walaupun telah dimodifikasi atau dibangun kembali secara ekstensif pada periode-periode
selanjutnya. Contoh arsitektur Fatimiyah yang menonjol antara lain adalah Masjid Agung Mahdiya,
Masjid Al-Azhar, Masjid Al-Hakim, Juyushi, dan Lulua dari Kairo.
Meski sangat terpengaruh oleh arsitektur Mesopotamia dan Byzantium, Fatimiyyah telah
memperkenalkan atau mengembangkan fitur unik seperti lengkungan kurawal yang berpusat pada
empat dan kubah sudut, yang menghubungkan volume interior persegi ke kubah. Masjid mereka
mengikuti rencana ruang lorong, di mana halaman tengah dikelilingi oleh arkade dengan atapnya yang
biasanya didukung oleh lengkungan kurawal, awalnya bertumpu pada kolom dengan ibu kota Korintus
yang rimbun. Mereka biasanya memiliki fitur seperti portal yang menonjol dari dinding, kubah di atas
mihrab dan kiblat, dan hiasan fasad dengan prasasti ikonografi, dan dekorasi plesteran. Kayu pintu dan
interior bangunan sering diukir dengan halus. Fatimiyah juga membuat perkembangan yang cukup
besar menuju bangunan makam. Mashad, sebuah kuil yang memperingati keturunan Nabi
Muhammad S.A.W, adalah tipe karakteristik arsitektur Fatimiyah.
Menurut Ira M. Lapidus, arsitektur publik di bawah Fatimiyah adalah "perpanjangan
aspek seremonial istana kerajaan", dan juga dibuat secara rumit. [15] Arsitektur Fatimiyah
menggabungkan elemen dekoratif dan arsitektural dari timur dan barat, dan membentang dari
periode awal Islam sampai Abad Pertengahan, sehingga sulit untuk dikategorikan. [16] Arsitektur
yang dikembangkan sebagai bentuk asli di bawah unsur-unsur yang tergabung dalam Fatimiyah
dari Samarra, tempat kekuasaan Abbasiyah, serta ciri-ciri Koptik dan Bizantium. [17] Sebagian
besar bangunan awal periode Fatimiyah adalah dari batu bata, meskipun dari abad ke-12 dan
seterusnya batu secara bertahap menjadi bahan bangunan utama. [18] Fatimiyah
menggabungkan unsur arsitektur timur dan barat, dengan memanfaatkan tradisi Koptik
Abbasiyah, Afrika Utara, Yunani dan asli, dan menjembatani antara gaya Islam awal dan arsitektur
Abad Pertengahan Mamluk.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Masjid Al- Azhar
Masjid Al-Azhar dibangun oleh Panglima perang Jauhar Assiqilli
di Kairo antara tahun 359-361 Hijriyah atau 970-972 Masehi atas
perintah khalifah Muiz Lidinillah.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Masjid Hakim
Masjid Hakim Bi Amrillah dibangun oleh khalifah Al-Aziz Billah
pada tahun 381 H / 990 M dan diselesaikan putranya yaitu
khalifah Hakim Bi Amrillah pada tahun 393 H / 1002 M, oleh
karena itu nama masjid di nisbahkan kepada khalifah Hakim bi
Amrillah.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Masjid Jayusyi
Masjid Al-Juyushi dibangun oleh panglima perang dinasti
fatimiyah yaitu Badr al-Jamali. Masjid selesai pada tahun 478
H/1085 M di bawah perlindungan Khalifah dan Imam al-Ma'ad
Mustansir Billah. berada puncak bukit Mokattam.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Bab Zuweila
Bab Zuweila adalah pintu gerbang kota Kairo Lama Mesir bagian
selatan.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Bab Al-Futuh
Bab Al-Futuh adalah pintu gerbang kota Kairo Lama Mesir,
mengadap keutara, ia berdiri di ujung utara jalan Muiz lidinillah.
Dibangun oleh panglima perang Badr Al-Jamali dan baru selesai
pada tahun 1087 dibawah komando Khalifah Mustansir.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Bab An-Nasr
Bab An-Nasr pintu gerbang Kairo lama yang didirikan pertama
kali oleh Panglima perang Jauhar Assiqilli atas perintah khalifah
Muiz Lidinillah.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Masjid Al-Shalih Tala’i
Masjid al-Shalih Tala'i ', dibangun oleh menteri al-Salih Tala'i' ibn
Ruzzik tahun 554 H (1160 M) selama kekhalifahan al-Fa'iz.
Contoh Arsitektur Dinasti Fatimiyah
Masjid Aqmar
Masjid Aqmar dibangun oleh menteri Maamoun bin Abataihy
pada tahun 519 H (1125 M),atas perintah Khalifah Amir bi
Ahkamillah.

Anda mungkin juga menyukai