Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN PADA MASA BANI UMAYYAH

Masa pemerintahan bani Umayyah terkenal sebagai suatu era agresif,


dimana perhatian tertumpu pada usaha perluasan wilayah dan penaklukan, yang
terhenti sejak zaman kedua Khulafaur Rashidin terakhir. Hanya dalam jangka
waktu 90 tahun banyak bangsa di empat penjuru mata angin beramai-ramai masuk
kedalam kekuasaan Islam yang meliputi tanah Spanyol, seluruh wilayah Afrika
Utara, Jazirah Arab, Syiria, Palistina, sebagian daerah Anatolia, Irak, Persia,
Afghanistan dan negeri yang sekarang dinamakan Turkmenistan, Uzbekistan dan
Kirgiztan yang termasuk Soviet Rusia. Penaklukan militer di zaman ‘Umayyah
mencakup tiga front penting yaitu sebagi berikut:
Pertama, front melawan bangsa romawi di Asia kecil dengan sasaran
utama pengepungan ke Ibukota Konstantinopel dan penyerangan ke pulau-pulau
di laut tengah. Kedua, front Afrika Utara, selain menundukkan daerah hitam
Afrika, pasukan muslim juga menyeberangi selat Gibraltar lalu masuk ke Spanyol.
Ketiga, front timur menghadapi wilayah sangat luas sehingga operasi di jalur ini
dibagi menjadi 2 arah, yang satu menuju ke utara ke daerah-daerah seberang
sungai Jihun (Ammu Darya), sedangkan yang lainnya kearah selatan menyusuri
sind wilayah India bagian barat. (Sumartini,1995:31-32)
Saat-saat yang paling mengesankan dalam ekspansi ini ialah pada paruh
pertama dari seluruh masa pemerintahan bani ‘Umayyah yaitu ketika kedaulatan
dipegang oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan tahun-tahun terakhir dari zaman
kekuasaan Abdul Malik. Diluar masa-masa tersebut, usaha-usah penaklukan
mengalami degradasi atau hanya mencapai kemenangan-kemenangan yang sangat
tipis.
Ekspansi ke timur yang telah dirintis oleh Mu’awiyah, lalu disempurnakan
oleh khalifah Abdul Malik. Dibawah komando gubernur Irak, Hajjaj bin Yusuf,
tentara kaum muslimin menyeberangi sungai Ammu Darya dan menundukkan
Balkh, Bukhara, Khawarizm, Farghana dan Samarkand. Pasukan Islam juga
melalui Makran masuk ke Balukhistan, Sind dan Punjab sampai ke Multan, Islam
menginjakkan kakinya untuk pertama kali di bumi India.Kemudian tiba pada
masa kekuasaan Al-Walid I yang disebut-sebut sebagai masa kemenangan yang
luas.
Prestasi yang lebih besar dicapai oleh Al-Walid I adalah di front Afrika
utara dan sekitarnya. Disamping keberhasilan tersebut, Bani ‘Umayyah juga
banyak berjasa dalam pembangunan berbagai bidang, baik politik atau tata
pemerintahan maupun sosial kebudayaan. Dalam bidang politik, Bani ‘Umayyah
menyusun tata pemerintahan yang sama sekali baru.
Kemudian dalam bidang sosial, Bani ‘Umayyah mulai membuka
hubungan dengan bangsa-bangsa lain seperti Persia, Mesir, Eropa dan sebagainya,
yang kemudian melahirkan asimilasi dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan.
Dalam bidang seni, yang berkembang adalah seni arsitektur (bangunan). Salah
satu pencapaiannya yaitu dibangunnya kubah Ash-Shakhra di Yerussalem yang
hingga kini masih ada dan menjadi bukti keemasan zaman Islam. Dalam bidang
seni yang lain yakni seni sastra yang menelurkan sastrawan-sastrawan terkemuka
seperti Al-Ahtal, Farazdaq, Jurair dan lain-lain.
Kemajuan yang lain adalah dalam hal peradaban yang terbagi menjadi
pengembangan bahasa dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam bidang ini,
Bani Umayyah telah menemukan jalur yanng lebih luas dalam kancah
pengembangan bahasa dan ilmu pengetahuan dengan bahsa Arab sebagai
pengantarnya. Berikut ini akan dijelaskan beberapa Perkebangan dinasti bani
umayyah, diantaranya adalah:

1. Sistem Pemerintahan
Karena proses berdirinya pemerintahan Bani Umayyah tidak dilakukan
secara demokratis dimana pemimpinnya dipilih melalui musyawarah, melainkan
dengan cara-cara yang tidak baik dengan mengambil alih kekuasaan dari tangan
Hasan bin Ali (41 H/661M) akibatnya, terjadi beberapa perubahan prinsip dan
berkembangnya corak baru yang sangat mempengaruhi kekuasaan dan
perkembangan umat Islam. Diantaranya pemilihan khalifah dilakukan berdasarkan
menunjuk langsung oleh khalifah sebelumnya dengan cara mengangkat seorang
putra mahkota yang menjadi khalifah berikutnya.(Syukur,2009:72)
Orang yang pertama kali menunjuk putra mahkota adalah Muawiyah bin
Abi Sufyan dengan mengangkat Yazib bin Muawiyah. Sejak Muawiyah bin Abi
Sufyan berkuasa (661 M-681 M), para penguasa Bani Umayyah menunjuk
penggantinya yang akan menggantikan kedudukannya kelak, hal ini terjadi karena
Muawiyah sendiri yang mempelopori proses dan sistem kerajaan dengan
menunjuk Yazid sebagai putra mahkota yang akan menggantikan kedudukannya
kelak. Penunjukan ini dilakukan Muawiyah atas saran Al-Mukhiran bin Sukan,
agar terhindar dari pergolakan dan konflik politik intern umat Islam seperti yang
pernah terjadi pada masa-masa sebelumnya.
Sejak saat itu, sistem pemerintahan Dinasti Bani Umayyah telah
meninggalkan tradisi musyawarah untuk memilih pemimpin umat Islam. Untuk
mendapatkan pengesahan, para penguasa Dinasti Bani Umayyah kemudian
memerintahkan para pemuka agama untuk melakukan sumpah setia (bai’at)
dihadapan sang khalifah. Padahal, sistem pengangkatan para penguasa seperti ini
bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi dan ajaran permusyawaratan Islam
yang dilakukan Khulafaur Rasyidin.
Selain terjadi perubahan dalm sistem pemerintahan, pada masa
pemerintahan Bani Umayyah juga terdapat perubahan lain misalnya masalah
Baitulmal. Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Baitulmal berfungsi
sebagai harta kekayaan rakyat, dimana setiap warga Negara memiliki hak yang
sama terhadap harta tersebut. Akan tetapi sejak pemerintahan Muawiyah bin Abi
Sufyan, Baitulmal beralih kedudukannya menjadi harta kekayaan keluarga raja
seluruh penguasa Dinasti Bani Umayyah kecuali Umar bin Abdul Aziz (717-729
M). Berikut nama-nama ke 14 khalifah Dinasti Bani Umayyah yang berkuasa:
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin Muawiyah (60-64 M/680-683 M)
3. Muawiyah bin Yazid (64-64 H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-717 M)
8. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/717-720 M)
9. Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-745 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/745-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)

2. Sistem Sosial
Dalam lapangan sosial, Bani Umayyah telah membuka terjadinya kontak
antara bangsa-bangsa Muslim (Arab) dengan negeri-negeri taklukan yang terkenal
memiliki kebudayaan yang telah maju seperti Persia, Mesir, Eropa dan
sebagainya. Hal tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara Arab
(yang memiliki ciri-ciri Islam) dengan tradisi bangsa-bangsa lain yang bernaung
dibawah kekuasaan Islam.. Hubungan tersebut kemudian melahirkan kreatifitas
baru yang menakjubkan dibidang seni bangunan (arsitektur) dan ilmu
pengetahuan. Seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Walid ibn
Abdul Malik (705-715 M) kekayaan dan kemakmuran melimpah ruah. Ia seorang
yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Oleh
karena itu, ia menyempurnakan gedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-jalan
yang dilengkapi dengan sumur untuk parakabilah yang berlalu lalang dijalan
tersebut. Ia membangun masjid al-Amawi yang terkenalhingga masa kini di
Damaskus.
Disamping itu ia menggunakan kekayaan negerinya untukmenyantuni para
yatim piatu, fakir miskin, dan penderita cacat seperti orang lumpuh, butadan
sebagainya.Akibat lainnya adalah juga banyak orang-orang dari negeri taklukan
yang memelukIslam. Mereka adalah pendatang-pendatang baru dari kalangan
bangsa-bangsa yangdikalahkan, yang kemudian mendapat gelar “al mawali”.
Status tersebut menggambarkaninferioritas di tengah-tengah keangkuhan bangsa
Arab. Mereka tidak mendapat fasilitasdari penguasa Bani Umayyah sebagaimana
yang didapatkan oleh orang-orang musliminArab.
Dalam masa Daulah Bani Umayyah, orang-orang muslimin Arab
memandang dirinyalebih mulia dari segala bangsa bukan Arab (mawali). Orang-
orang Arab memandang dirinya“saiyid” (tuan) atas bangsa bukan Arab, seakan-
akan mereka dijadikan Tuhan untukmemerintah. Sehingga antara bangsa Arab
dengan negeri taklukannya terjadi jurangpemisah dalam hal pemberian hak-hak
bernegara. .Pada saat itu banyak Khalifah Bani Umayyah yang bergaya hidup
mewah yang samasekali berbeda dengan para Khalifah sebelumnya. Meskipun
demikian, mereka tidakpernah melupakan orang-orang lemah, miskin dan cacat.
Pada masa tersebut dibangunberbagai panti untuk menampung dan menyantuni
para yatim piatu, faqir miskin danpenderita cacat. Untuk orang-orang yang terlibat
dalam kegiatan humanis tersebut merekadigaji oleh pemerintah secara tetap.

3. Sistem Politik
Perubahan yang paling menonjol pada masa Bani Umayyah terjadi pada sistem
politik, diantaranya adalah:
a. Politik dalam Negeri
1) Pemindahan pusat pemerintahan dari Madinah ke Damaskus. Keputusan ini
berdasarkan pada pertimbangan politis dan keamanan. Karena letaknya jauh
dari Kufah, pusat kaum Syi’ah (pendukung Ali), dan juga jauh dari Hijaz,
tempat tinggal Bani Hasyim dan Bani Umayyah, sehingga bisa terhindar
dari konflik yang lebih tajam antar dua bani tersebut dalam memperebutkan
kekuasaan. Lebih dari itu, Damaskus yang terletak di wilayah Syam
(Suriah) adalah daerah yang berada di bawah genggaman Muawiyah selama
20 tahun sejak dia diangkat menjadi Gubernur di distrik ini sejak zaman
Khalifah Umar ibn Khattab.
2) Pembentukan lembaga yang sama sekali baru atau pengembangan dari
Khalifah arrasyidin, untuk memenuhi tuntutan perkembangan administrasi
dan wilayahkenegaraan yang semakin komplek. Dalam menjalankan
pemerintahannya Khalifah Bani Umayyah dibantu oleh beberapa al Kuttab

b. Politik Luar Negeri


Politik luar negeri Bani Umayyah adalah politik ekspansi yaitu melakukan
perluasandaerah kekuasaan ke negara–negara yang belum tunduk pada kerajaan
Bani Umayyah.Pada zaman Khalifah ar-Rasyidin wilayah Islam sudah demikian
luas, tetapi perluasan tersebut belum mencapai tapal batas yang tetap, sebab di
sana-sini masih selalu terjadi pertikaian dan kontak-kontak pertempuran di daerah
perbatasan. Daerah-daerah yang telah dikuasai oleh Islam masih tetap menjadi
sasaran penyerbuan pihak-pihakdi luar Islam, dari belakang garis perebutan
tersebut. Bahkan musuh diluar wilayah Islam telah berhasil merampas beberapa
wilayah kekuatan Islam ketika terjadi perpecahan-perpecahan dan
permberontakan-pemberontakan dalam negeri kaum muslimin. Berdasarkan
kedaan semacam ini, terjadilah pertempuran-pertempuran antara Bani Umayah
dan negara-negara tetangga yang telah ditaklukkan pada masa khilafaur rasyidin.
Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai Khurasan sampai ke sungai
Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-
serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang
dilakukan Muawiyah dilanjutkan oleh Khalifah Abdul Malik. Dia mengirim
tentara menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukkan Balk, Bukhara,
Khawarizm, Ferghana dan Samarkand. Tentaranya sampai ke India dan dapat
menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan . Ekspansi ke
Barat secara besar-besaran dilanjutkan di zaman Walid bin Abdul Malik. Pada
masa pemerintahannya tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju
wilayah Barat daya, benua Eropa, pada tahun 711 M. Setelah al-Jazair dan
Marokka dapat ditaklukkan, Tariq bin Ziyad, pemimpin pasukan
Islam,menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa,
dan mendapat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar
(Jabal Tariq).
Tentara Spanyol dapat ditaklukkan. Dengan demikian Spanyol menjadi
sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Kordova, dengan cepat dikuasai.
Menyusul kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu
kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Kordova . Pada saat itu, pasukan Islam
memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat
setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Di zaman Umar
bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee.
Perluasan yang dilakukan pada masa Bani Umayyah meliputi tiga front
penting, yaitu daerah-daerah yang telah dicapai dan gerakan Islam terhenti sampai
di situ, ketika masaKhalifah Ustman bin Affan. Ketiga front itu sebagai berikut :
1) Front pertempuran melawan bangsa Romawi di Asia Kecil. Dimasa
pemerintahan Bani Umayyah, pertempuran di front ini telah meluas, sampai
meliputi pengepungan terhadap kota Konstantinopel, dan penyerangan
terhadap beberapa pulau di laut tengah.
2) Front Afrika Utara. Front ini meluas sampai ke pantai Atlantik, kemudian
menyeberangi selat Jabal Thariq dan sampai ke Spanyol.
3) Front Timur. Ini meluas dan terbagi kepada dua cabang, yang satu menuju ke
utara, ke daerah-daerah diseberang sungai Jihun (Amru Dariyah). Dan cabang
yang kedua menuju ke Selatan, meliputi daerah Sind, wilayah India di bagian
Barat (Mufrodi,1997:80).

4. Sistem Ekonomi
Pada masa Bani Umayyah ekonomi mengalami kemajuan yang luar biasa.
Denganwilayah penaklukan yang begitu luas, maka hal itu memungkinkannya
untukmengeksploitasi potensi ekonomi negeri-negeri taklukan. Mereka juga dapat
mengangkutsejumlah besar budak ke Dunia Islam. Penggunaan tenaga kerja ini
membuat bangsa Arabhidup dari negeri taklukan dan menjadikannya kelas
pemungut pajak dan sekaligusmemungkinkannya mengeksploitasi negeri-negeri
tersebut, seperti Mesir, Suriah dan Irak.Tetapi bukan hanya eksplotasi yang
bersifat menguras saja yang dilakukan oleh Bani umayyah, tetapi ada juga usaha
untuk memakmurkan negeri taklukannya. Hal ini terlihat dari kebijakan Gubernur
Irak yang saat itu dijabat oleh al-Hajjaj bin Yusuf. Dia berhasil memperbaiki
saluran-saluran air sungai Euphrat dan Tigris, memajukan perdagangan, dan
memperbaiki sistem ukuran timbang, takaran dan keuangan.
Jadi sumber ekonomi masa Daulah Bani Umayyah berasal dari potensi
ekonomi negeri-negeri yang telah ditaklukan dan sejumlah budak dari negara-
negara yang telah ditaklukkan diangkut ke Dunia Islam. Tetapi kebijakan yang
paling strategis pada masa Daulah Bani Ummayah adalah adanya sistem
penyamaan keuangan. Hal ini terjadi pada masa Khalifah Abdul Malik. Dia
mengubah mata uang asing Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah
yang dikuasai Islam. Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M
dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Mata uang tersebut terbuat dari emas
dan perak sebagai lambang kesamaan kerajaan ini dengan imperium yang ada
sebelumnya.
5. Ilmu Pengatahuan
Menurut Jurji Zaidan (George Zaidan) beberapa kemajuan dalam bidang
pengembangan ilmu pengetahuan antara lain sebagai berikut:
a. Pengembangan bahasa Arab
Bahasa Arab dipakai sebagai bahasa resmi Negara, baik di tanah Arab maupun
di daerah kekuasaan, seperti Romawi dan Persia. Pembukuan/administrasi dan
surat-menyurat memakai bahasa Arab.
b. Marbad kota Pusat Kegiatan Ilmu
Marbad adalah kota kecil yang didirikan oleh Bani ‘Umayyah sebagai pusat
kegiatan ilmu dan kebudayaan. Di kota ini berkumpul para pujangga, filsuf,
ulama’, penyair dan cendikiawan lainnya sehingga disebut ukadz-nya Islam.
c. Ilmu Qiraat
Ilmu Qiraat adalah salah satu ilmu shariat tertua, yakni ilmu seni baca Qur’an
yang telah dibina sejak zaman Khulafaur Rashidin dan kemudian
dikembangluaskan pada masa Bani ‘Umayyah. Pada masa ini, lahir para ahli
Qiraat ternama seperti Abdullah bin Qusair dan Ashim bin Abi Nujud
d. Ilmu Tafsir
Untuk memahami Al-Qur’an sebagai kitab suci diperlukan interpretasi
pemahaman secara komprehensif. Dan pada masa itu, minat menafsirkan Al-
Qur’an bertambah dikalangan Islam. Salah satu ulama’ yang membukukan
ilmu tafsir pada masa perintisannya adalah Mujahid.
e. Ilmu Hadits
Ilmu Hadits adalah ilmu yang mempelajari hadits secara mendalam, mulai dari
pengumpulan, penyelidikan asal-usulnya, dan lain-lain. Ulama’-ulama’ hadits
yang masyhur pada masa itu ialah Al-Auzai Abdurrahman bin Amru, Hasan
Basri, Ibn Abu Malikah dan Asya’bi Amru Amir bin Syurahbil.
f. Ilmu Fiqh
Pada masa ini, fiqh telah menjadi cabang ilmu sendiri. Diantara ulama’-
ulama’nya yang terkenal adalah Sa’ud bin Misib, Abu Bakar bin Abdurrahman,
Qasim Ubaidillah, Urwah dan Kharijah.
g. Ilmu Nahwu
Karena lebih luasnya wilayah Islam pada masa ‘Umayyah dan banyaknya
orang Ajam (non-Arab) yang masuk Islam, maka ilmu nahwu sangat
dibutuhkan baik untuk mempelajari bahasa Arab maupun mempelajari ilmu
Islam.
h. Ilmu Jughrafi dan Tarikh
Ilmu ini adalah salah satu dari ilmu yang lahir pada masa Bani ‘Umayyah,
yakni ilmu Jughrafi (ilmu Goegrafi) dan Tarikh(ilmu sejarah). Pada masa inilah
ilmu tersebut berkembang dan berdiri sendiri.
i. Usaha Penerjemahan
Untuk kepentingan pembinaan dakwah Islamiah, banyak buku-buku dari
bahasa dan literatur lain diterjemahkan. Seperti buku-buku tentang ilmu kimia,
ilmu astronomi, ilmu falak, ilmu fisika, kedokteran dan lain-lain. Salah satu
ahlinya adalah Khalid bin Yazid, sebagai ahli astronomi.

Runtuhnya Bani Umayyah


Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti
bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Muawiyah tidak mentaati isi
perjanjiannya dengan Hasan ibn Ali ketika dia naik tahta, yang menyebutkan
bahwa persoalan penggantian pemimpin setelah Muawiyah diserahkan kepada
pemilihan umat Islam. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putera
mahkota menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi di kalangan rakyat
yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan berkelanjutan.
Ketika Yazid naik tahta, sejumlah tokoh terkemuka di Madinah tidak mau
menyatakan setia kepadanya. Yazid kemudian mengirim surat kepada gubernur
Madinah, memintanya untuk memaksa penduduk mengambil sumpah setia
kepadanya. Dengan cara ini, semua orang terpaksa tunduk, kecuali Husein ibn Ali
dan Abdulah ibn Zubair. Bersamaan dengan itu, Syi'ah (pengikut Ali) melakukan
konsolidasi (penggabungan) kekuatan kembali.
Perlawanan orang-orang Syi'ah tidak padam dengan terbunuhnya Husein.
Gerakan mereka bahkan menjadi lebih keras dan tersebar luas. Yang termashur
diantaranya adalah pemberontakan Mukhtar di Kufah pada tahun 685-687 M.
Mukhtar mendapat banyak pengikut dari kalangan kaum Mawali.. Mukhtar
terbunuh dalam peperangan melawan gerakan oposisi lainnya, yaitu gerakan
Abdullah ibn Zubair.
Kerusuhan terus berlanjut hingga masa pemerintahan Khalifah berikutnya,
Hisyam ibn Abd al-Malik (724-743 M). Bahkan di zaman Hisyam ini muncul satu
kekuatan baru yang menjadi tantangan berat bagi pemerintahan Bani Umayyah.
Kekuatan itu berasal dari kalangan Bani Hasyim yang didukung oleh golongan
mawali dan merupakan ancaman yang sangat serius. Dalam perkembangan
berikutnya kekuatan baru ini, mampu menggulingkan dinasti Umawiyah dan
menggantikannya dengan dinasti baru, Bani Abbas. Sebenarnya Hisyam ibn Abd
al-Malik adalah seorang khalifah yang kuat dan terampil. Akan tetapi, karena
gerakan oposisi terlalu kuat khalifah tidak berdaya mematahkannya.
Sepeninggal Hisyam ibn Abd al-Malik, khalifah-khalifah Bani Umayyah
yang tampil bukan hanya lemah tetapi juga bermoral buruk. Hal ini makin
memperkuat golongan oposisi. Akhirnya, pada tahun 750 M, Daulat Umayyah
digulingkan Bani Abbas yang bersekutu dengan Abu Muslim al-Khurasani.
Marwan bin Muhammad, khalifah terakhir Bani Umayyah, melarikan diri ke
Mesir, ditangkap dan dibunuh di sana.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti bani Umayyah lemah dan
membawa pada kehancuran. Faktor-faktor itu terbagi menjadi dua yaitu:
1. Faktor Internal (berasal dari dalam istana) antara lain:
a. Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan
Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan mengakibatkan
perselisihan antara keluarga khalifah. Diantrara para putra mahkota
yang pertama telah memegang maka ia berusaha untuk
mengasingkan keluarga yang lain dan ingin menggantikan dengan
anaknya sendiri. sehingga sistim pergantian khalifah dari garis
keturunan adalah suatu yang baru bagi tradisi Arab. Yang
mengakibatkan terjadinya persaingan  yang tidak sehat dikalangan
anggota keluarga istana.(Syukur,2009:83)
b. Perilaku khalifah atau gubernur jauh dari aturan islam
kekayaan Bani Umayyah disalah gunakan oleh khalifah ataupun
gubernur untuk hidup berfoya-foya ,bersuka ria dalam
kemewahan ,terutama masa khalifah yazid II naik Tahta ia terpikat
oleh dua biduanitanya ,Sallamah dan Habadah serta suka
meminum minuman keras. Ditambah lagi para wazir dan panglima
bani Umayyah sudah mulai korup dan mengendalikan Negara
karena para khalifah pada saat itu sangat lemah.(Yatim,2004:45)
2. Faktor eksternal istana ,adalah yang berasal dari luar istana
a. Perlawanan dari kaum Khawarij
Sejak berdiri dinasti Bani Umayyah para khalifahnya sering
menghadapi tantangan dari golongan khawarij. Golongan ini
memandang bahwa Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah telah
melakukan dosa besar perbedaan sudut pandang pro Ali dan Pro
Muaiwiyah ini menjadikan khawarij mengangkat pemeimpin dari
kalngan mereka sendiri.
b. Perlawanna dari kalangan Syi`ah
Pada dasarnya kaum Syi`ah tidak perna mengakui pemerintahan
Dinasti bani Umayyah dan tidak perna memaafkan kesalahan
mereka terhadap Ali dan Husain hingga semakin aktid dan
mendapat dukungan public.disisi mereka berkumpul orang-orang
yang merasa tidak puas ,baik dari sisi politik,ekonomi maupun
sosial terhadap pemerintahan Bani Umayyah.
c. Perlawanan dari golongan Mawali
Asal mula kaum Mawali yaitu budak-budak tawanan perang yang
telah dimerdekakan kemudian istilah ini berkembang pada orang
islam bukan arab.ketika bani Umayyah berkuasa orang mawali
dipandang sebagai masyarakat bawahan sehingga terbukalah jurang
dan sekat sosial yang memisahkan ,padahal orang Mawali turut
berjuang memebelah islam dari bani Umayyah, mereka adalah
kaum infantri yang berjalan kaki yang bertempur dengan kaki
telanjang diatas terik panasnya padang pasir.mereka ahkirnya
bergabung dengn gerakan anti pemerintah yakni pihak Bani
Abbasiyah dan Syi`ah.
d. Pertentangan etnis Arab Utara dengan Arab Selatan.
Masa khilafah Bani Umayyah ,pertentangan etnis antara suku
arabia utara (baniQaisy) dan arabia Selatan (bani Qalb) yang sejak
zaman sebelum islam makin meruncing.atas asumsi tersebut
apabila seorang khalifah berasal atau lebih dekat dengan Arab
Selatan, Arab Utara akan iri demikian sebaliknya, perselisihan
tersebut berimplikasi pada kesulitan Bani Umayyah menggalang
persatuan.
e. Perlawanan dari Bani Abbasiyah
Keturunan dari paman Rasulullah Keluarga Abbas,mulai bergerak
aktif dan menegaskan mereka untuk menduduki pemerintahan
dengan cerdik mereka bergabung dengan pendukung Ali dan
menekangkan hak keluarga Hasyim. Dengan memanfaatkan
kekecewaan publik dan menampilkan sebagai pembelah sejati
agama islam, para keturunan abbas segera menjadi pemimpin
gerakan anti Umayyah. (Syukur,2009:83)

Yatim, Badri.2008.Sejarah peradaban  Islam. Jakarta :Raja Grafindo Persada


Soepratignyo & Sri Sumartini. 1995. Sejarah Asia Barat Daya. Malang: IKIP
Malang
https://www.academia.edu/6238171/
PERKEMBANGAN_PADA_MASA_BANI_UMAYYAH

Anda mungkin juga menyukai