Anda di halaman 1dari 3

Nama: Ikromatul Laela

Prodi: Ilmu Al-Quran dan Tafsir


UTS :Tasawuf

Ma’rufatullah, Memahami Allah dalam Perspektif Tasawuf


Istilah Ma`Rifah berasal dari kata “ Al-Ma`rifah”, yang berarti mengetahui atau
mengenal sesuatu. Dan apa bila dihubungkan dengan pengalaman Tasawuf, maka istilah
ma`rifah disini berarti mengenal Allah ketika Sufi mencapai suatu Maqam dalam Tasawuf.
Dari segi bahasa ma’rifah artinya adalah pengetahuan atau pengalaman. maksudnya
pengetahuan tentang Tuhan dari dekat, sehingga hati sanubari dapat melihat Tuhan.Ma’rifah
dapat ditemukan dasarnya dalam hadits dan Al-Qur’an. Ma’rifah juga berarti pengetahuan
tentang hakekat agama, yaitu ilmu yang lebih tinggi daripada ilmu yang biasa didapati oleh
orang-orang pada umumnya. Ma’rifah merupakan pengetahuan yang obyeknya tidak bersifat
zahir, tetapi lebih mendalam terhadap batinnya dengan mengetahui rahasianya.Hal ini
didasarkan bahwa akal manusia dapat mengetahui hakikat ketuhanan.Hakikat itu satu dan
segala yang maujud itu berasal dari yang satu. Definisi Ma’rifah dalam salah satu pandangan
Ulama Tasawuf yang mengatakan:

ِ ‫صفًا بِ َسائِ ِر ْال َك ُماَل‬


‫ت‬ ِ َّ‫ب ْال َموْ جُوْ ِد ُمت‬
ِ ‫ب بِ ُوجُوْ ِد ْال َوا ِج‬
ِ ‫ْرفَةُ َج ْز ُم ْالقَ ْل‬
ِ ‫اَ ْل َمع‬
“Ma`rifah adalah suatu ketetapan hati (dalam mempercayai kahadirannya) wujud
yang wajib adanya ( Allah) yang menggambarkan segala kesempurnaannya.”
Seperti yang ada dalam literatur yang diberikan tentang ma’rifah sebagai yang
dikatakan oleh Harun Nasutian, ma’rifah berarti mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati
sanubari bisa melihat Tuhan. Oleh karena itu orang sufi mengatakan: “Kalau mata yang
terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka, mata kepalanya akan tertutup, ketika itu yang
dilihatnya hanyalah Allah”. Ma’rifah adalah cermin, dan ketika seorang ‘arif bercermin yang
dilihatnya hanyalah Allah. Yang dilihat oleh orang ‘arif baik sewaktu tidur dan sewaktu
bangun hanyalah Allah.
Dari beberapa definisi diatas dapat diketahui, bahwa ma’rifah itu sendiri adalah
mengetahui rahasia-rahasia dengan menggunakan hati sanubari. Dengan demikian, tujuan
yang ingin dicapai oleh ma’rifah ini adalah mengetahui rahasia-rahasia yang terdapat dalam
diri Tuhan.
Alat yang dapat digunakan untuk mencapai ma’rifah telah ada dalam diri manusia,
yaitu qalb (hati), qalb juga menjadi alat untuk berfikir. Bedanya qalb dengan akal adalah
bahwa akal tidak dapat memperoleh pengetahuan yang sebenarnya dengan Tuhan, sedangkan
qalb dapat mengetahui hakikat semuanya dari segala yang ada, dan jika dilimpahi cahaya
Tuhan akan dapat mengetahui rahasia-rahasia Tuhan. Qalb yang telah dibersinkan dari segala
dosa dan maksiat melalui serangkaian dzikir dan wirid secara teraturakan dapat mengetahui
rahasia-rahasia Tuhan, yaitu setelah hati tersebut disinari oleh cahaya Tuhan. Proses
sampainya qalb dengan cahaya Tuhan ini erat kaitannya dengan konsep
takhalli(mengosongkan diri dari akhlak yang tercela dan perbuatan maksiat melalui
taubat),tahalli(menghiasi diri dengan akhlak yang muia dan amal ibadah) dan
tajalli(tersingkapnya hijab, sehingga tampak jelas cahaya Tuhan).
Orang yang mencapai maqam ma`rifah itu disebut `Arif billah. Dan pada tingkat
inilah ia dapat mengenal dan merasakan adanya Tuhan, bukan sekedar mengetahui Tuhan itu
ada. Dalam ucapannya Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa mendekati Tuhan, merasa
adanya Tuhan dari ma`rifatullah hanya dapat dicapai dengan menempuh satu jalan, yaitu
jalan yang ditempuh oleh kaum Sufi.
Kaum Sufi untuk mendapatkan suatu ma`rifah melalui jalan yang ditempuh dengan
mempergunakan suatu alat, menurut Al-Qusyairi ada tiga yaitu:
1) Qalb ‫القلب‬
fungsinya untuk dapat mengetahui
2) Ruh ‫الروح‬
fungsinya untuk dapat mencintai
3) Sir ‫الس ّر‬
fungsinya untuk melihat Tuhan
Tidak semua orang yang menuntut ajaran Tasawuf dapat mencapai ketingkatan
ma`rifah. Karena itu, Sufi yang sudah mendapatkan ma`rifah, memiliki tanda-tanda tertentu,
sebagaimana keterangan Dzun-Nun Al-Mishri yang mengatakan: ada beberapa tanda yang
dimiliki oleh Sufi apabila sudah sampai kepada tingkatan Ma`rifah, antara lain:
1) Selalu memancar cahaya ma`rifah padanya dalam segala sikap dan perilaku, karena
itu, sikap wara` selalu ada pada dirinya.
2) Tidak selalu menjadikan kepada sesuatu yang berdasarkan fakta yang bersifat nyata,
karena hal-hal yang nyata dalam ajaran Tasawuf belum tentu benar.
3) Tidak mengingkan ni`mat yang banyak kepada dirinya, kerana hal itu bisa
membawanya kepada perbuatan yang haram.
Bagi sufi mencapai ma’rifah, maka berarti dia makin dekat dengan Tuhan, dan
akhirnya dapat bersatu dengan Tuhan. Tetapi, sebelum seorang sufi bersatu dengan Tuhan dia
harus lebih dahulu menghancurkan dirinya.
Dari sini lah kita dapat melihat bahwa seorang Sufi tidak membutuhkan kehidupan
yang mewah, kecuali tingkatan kehidupan yang hanya sekedar dapat menunjang kegiatan
ibadahnya kepada Allah SWT. sehingga Asy Syekh Muhammadbin Al-Fadhal mengatakan
bahwa ma`rifah yang dimiliki Sufi cukup dapat memberikan kebahagian bathin kepadanya,
karena merasa selalu bersama-sama dengan Tuhannya.
Disamping ma’rifah merupakan anugerah dari Allah, dapat pula dicapai melalui
syari`at, menempuh thariqat dan memperoleh Haqiqat. Apabila syari`at dan thariqat sudah
dapat dikuasai, maka timbullah haqiqat yang tidak lain daripada perbaikan keadaan dan
ahwal. sedangkan tujuan terakhir ialah Ma`rifah yaitu mengenal Allah dan mencintainya yang
sebenar-benarnya dan sebaik-baiknya.

Anda mungkin juga menyukai