Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Pendidikan Agama Islam


Materi : Mengenal Allah Swt

Dosen : Muchammad Zaenny, M.pd

Kelompok 3 : Andika Agung Prasetyo ( 23110110028 )


Ahmad Agil ( 23110110032 )
M. Rizki Alwi H ( 23120110035 )

Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Cipta Karya


Informatika
Kota Administrasi Jakarta Timur
TA. 2023-2024
Daftar Isi

1. Pendahuluan ……………………………………… 1 - 2

2. Pembahasan ………………………………………

 Cara Mengenal Allah SWT …………………….. 3 - 6

 Hal-Hal yang Menghalangi Makrifatullah ……. 7 - 9

 Bukti Kebradaan Allah SWT ………………….. 10 – 13

3. Penutup …………………………………………….. 14
Pendahuluan

BAB 1

A.Latar Belakang

Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengenal Allah,

akan tetapi pernahkah kita mengukur sejauh mana pengetahuan dan pengenalan kita kepada-

Nya? Cukupkah mengenalnya dengan mengetahui dan menghafal nama-nama dan sifat-sifat-

Nya? Mengetahui dan menghafalnya merupakan sebagian dari pengenalan kita kepada Allah,

akan tetapi ada yang lebih penting, yaitu apa dan bagaimana sikap kita terkait dengan nama

dan sifat itu.

Lalu bagaimana kita dapat mengenali Allah dengan sebenar benar nya? Pengenalan yang

sesungguhnya adalah apabila pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu

kemudian di barengi dengan penyikapan yang benar dan proporsional.

Mengenali Allah menjadi sangat penting karena banyak sekali dalil sangat kuat yang telah

membuktikan keberadaan,sifat-sifat, dan nama-nama-Nya, baik dalil naqli, dalil aqli maupun

dalil fitri yang tak terbantahkan. Kalau dalil-dalil yang menunjukan keberadaan dan

kekuasaan-Nya demikian banyak dan kuat, berarti kita ketinggalan informasi bila masih

belum mengenal-Nya.

Dan manfaat yang kita rasakan dengan mengenal Allah itu adalah di akhirat, di mana kita

akan mendapatkan surga dan keridhaan-Nya. Tidak ada suatu kenikmatan yang sebanding

apalagi melebihi kenikmatan di akhirat itu. Yaitu ketika seorang hamba dimasukkan kedalam

surga dan mendapatkan keridhaan Allah swt. Semoga kita termasuk orang-oran yang
mengenal Allah dengan baik, supaya kehidupan kita lebih baik dan pada akhirnya kita

mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat di bawah naungan rahmat dan ridho-Nya, Amin.

Ma’rifatulláh merupakan konsep yang lebih populer dikalangan kaumsūfī, meski tidak

menutup kemungkinan banyak pengertian yang dikonsepkanoleh berbagai bidang keilmuan

Islam di masing-masing disiplin. Baik filsafat,kalam, fiqh, ḥadīṡ , tafsir, maupun tasawuf.

Dalam khazanah keislamanterdapat istilah

ma’rifatulláh, yang secara harfiah memiliki pengertian,mengenal Alláh SWT. Ma’rifatulláh

atau mengenal Alláh adalah subjek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim.

Ma’rifatulláh Bukanlah mengenali zat Alláh, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh

kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas

inimengenali sesuatu yang tidak terbatas?.Menurut Ibn Al Qayyim :

Ma’rifatulláh yang dimaksudkan oleh ahlul ma'rifah (orang- orang yang mengenali Alláh)

adalah ilmu yang membuat

seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi

pengenalannya”. Ma’rifatulláh tidak dimaknai dengan arti harfiahsemata, namun ma'riaftullah

dimaknai dengan pengenalan terhadap jalan yang

mengantarkan manusia dekat dengan Alláh, mengenalkan rintangan dangangguan yang ada

dalam perjalanan mendekatkan diri kepada Alláh.

Ma’rifatulláh artinya mengenal Alláh, baik zat-Nya, sifat-Nya maupun asmā'- Nya

B.Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara mengenal Allah ?

2.Apa saja hal-hal yang menghalangi makrifatullah ?

3.Apa bukti keberadaan Allah ?


Pembahasan

BAB II

A.Cara Mengenal Allah

Makrifatullah adalah bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Makrifat dan Allah.

Makrifat berarti mengetahui, mengenal. Mengengenal Allah yang di ajarkan kepada Manusia

adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita

memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.

Makrifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus di pahami oleh manusia. Hakikat

ilmua adalah memberikan keyakinan kepada orang yang mendalamiya. Memahami

makrifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan, kebodohan, kepada cahaya

yang terang yaitu keimanan. (Qs : Al-luqman(31):18).

Apabila pengaruh positif dari mengenal Allah diketahui, tentu manusia akan

berlomba-lomba untuk mengenal-Nya lebih jauh. Karena itu, orang yang beriman selalu

berusaha mengenali tuhannya secara baik. Namun Allah itu bersifat gaib dan tidak terjangkau

oleh indra kita, sehingga upaya untuk mengenal-Nya lebih jauh dari itu tidak dapat di lakukan

secara baik, jika hanya mengandalkan pengamatn indrawi. Lantaran kegaiban, kesempurnaan,

dn keagungan-Nya melalui ayat-ayat-Nya. Adapun ayat-ayat atau tanda-tanda keberadaan,

keagungan, dan kekuasaan Allah itu, secara global dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian

yaitu ayat-ayat qauliyah (ucapan), berupa firman-firman-Nya dalam kitab suci yan telah di

wahyukan kepada para nabi dan rosul, dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu tanda-

tanda kekuasaan-Nya yang terbesar di alam semesta ini.


Menurut pendapat Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa setiap yang ada pasti

dapat di kenal, dan hanya yang tidak ada yang tidak bisa di kenal. Karena Allah adalah zat

yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat di kenal, dan

kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah mengenal kepada yang di sembahnya, barulah

ia beruat ibadah sebagai mana sabda nabi:

‫َأَو ُل الِّدْيِن َم ْع ِر َفُة ِهللا‬

Artinya: “Pertama sekali di dalam Aganma adalah mengenal Allah”

Kenalilah dirimu sebagaimana sabda nabi Muhammad:

‫َم ْن َع َر َف َنْفَس ُه َفَقْد َع َر َف َر َّبُه َو َم ْن َع َر َف َر َّبُه َفَس َد َجَس َد ُه‬

Artinya: Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya dan

barang siapa mengenal Tuhannya maka binasalah (fana) dirinya.

Lalu dari mana yang wajib kita kenal? Sesungguhnya diri kita terbagi dua. Sebagai

firman Allah dalam surat Luqman ayat 20:

‫َو َأْس َبَغ َع لْيُك ْم ِنَع َم ُه َظِهَر ًة َو َباِط َنًة‬

Artinya: Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zhahir dan nikmat batin.

Jadi dari berdasarka ayat di atas, diri kita terbagi menjadi dua:

Diri zhahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan bisa diraba oleh tangan.

Diri batin yaitu yang tidak dapat di pandang oleh mata dan tidak dapat di raba oleh tangan,

tetapi dapat di rasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia karena
sedmikian pentingnya peran diri yang batin inidi dalam upaya untuk memperoleh pengenalan

kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita di suruh melihat kedalam diri (introspeksi diri)

sebagaimana firman Allah dalam surat az-zariyat 21:

‫َو ِفى َاْنُفِس ُك ْم َاَفَال ُتْبِص ُرْو َن‬

Artinya: Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak memperhatikannya.

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan kedalam dirinya di sebabkan

karena didalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di

dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya. Sebagaimana sabda nabi dalam hadist hudsi:

‫َبَنْيُت ِفى َج ْو ِف ِاْبِن آَد َم َقْص ًرا َو ِفى اْلَقْص ِر َص ْد ًر َو ِفى الَّص ْد ِر َقْلًبا َو ِفى‬

‫اْلَقْلِب ُفَؤ اًد َو ِفى اْلُفَؤ اِد َش ْغ اًفا َو ِفى الَّش َغ اِف َلًّبا َو ِفى َلِّب ِس ًّر ا َو ِفى الِّسِّر َأَنا‬

)‫(الحديث القدسى‬

Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak adam itu mahligai dan dalam mahligai itu

ada dada dan dalam dada itu ada hati (qolbu) namanya dan dalam hati(qolbu) ada mata hati

(fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan di balik penutup

mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia

(sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.(Hadist Qudsi).

Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada Ahlinya, yaitu ahli zikir,

Sebagaimana firman Allah dalam surat An-nahl ayat 43:

‫َفاَس َئُلْو ا َأْهَل الِّذ ْك ِر ِاْن ُكْنُتْم َالَتْع َلُم ْو َن‬


Artinya: Tanyalah kepada Ahli dzikrullah (Ahlu Sufi) kalau kamu benar-benar tidak tahu.

Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk, perkara yang dilarang untuk

menyampaikannya dan haram pula di paparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam),

sebagaimana dikatakan para sufi:

‫َو ِهَّلِل َم َح اِر ٌم َفَال َتْهَتُك ْو َها‬

Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang di haramkan membukannya kepada

yang bukan Ahlinya.

Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai

pembimbing rohani atau mursyid. Tentang ini Abu Ali ats-Tsaqafi berkata,”Seandainya

seseorang mempelajari jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai

ketingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang

syeikh yang memiliki akhlak luhur dan dapat memberinya nasehat-nasehat.


B.Hal-Hal yang Menghalangi Makrifatullah

Mengenal Allah atau makrifatullah akan sangat menentukan kesalehan dan kebaikan

seseoran di dunia maupun di akhirat. Kebaikan dan kesalehanya berbanding lurus dengan

tingkat pengenalanya kepada Allah itu. Semakin mengenal Allah, semakin ssaleh dan

semakin baik amal seseorang. Sebaliknya, semakin buruk amal seseorang, itu menunjukan

bahwa ia tidak mengenal tuhanya dengan baik.

Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawa’id mengatakan bahwa apabila seoran hamba

telah bertekat untuk mengenal Allah, mendekat kepada-Nya, dan mengikuti kehendaknya, ia

akan digoda dan dihadang oleh berbagai tipu daya dan penghalang, sehingga di awal

perjalanannya, ia akan terhambat dan tertipu oleh berbagai kesenangan, kekuasaan, kelezatan,

pakaian, nafsu, dan sejenisnya. Ulama yan sangat terkenal dengan karya-karya ilmiyah ini

kemudian berkata:

“Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang menghalangi makrifatullah

itu ada dua macam: Pertama, Syahwat, atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit

yang kaitannya dengan hati, seperti nafsu dan kesenangan. Kedua: Syubuhat atau penyakit-

penyakit intelektual, yaitu informasi-informasi yang dan pikiran yan menimbulkan keraguan.

Apabila seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya untuk mengenal

tuhanya.”

Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih dekat dari

urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenalnya, karena di dalam diri

manusia ada dinding yang tebal, dan berikut ada hal-hal yang mengalang-halangi kita

mengenal Allah Antara lain:


Al kibr (Kesombongan), seperti yang telah di sebutkan di dalam Alqur’an yaitu ( Qs : 25 : 21)

Sombong disini adalah sombong yang dapat menghalangi kita dari makrifatullah yaitu ketika

kita menolak kebenaran dan mremehkan orang lain.

Penyakit syahwah (penyakit hati) yang mnghalangi pengenalan kita kepada Allah adalah

Al-fisq (kefasikeran) lawan dari al-adalah (keadilan), al adala dan alfasiq berkaitan dengan

kredibitas moral. Orang yang adil dalam kortek ini adalah orang yang tidak tercela. Orang

fasiq adalah orang yang ternoda kehormatan, harga diri, kewibawaan serta kredibilitas moral

dan sosialnya akibat kemaksiatan yang ia lakukan

Taklid buta (sikap meniru tanpa berpikir), ( Qs :2:166-167)

Keras kepala dan menantang ( Qs: 22:8-9)

Bersandar pada panca indra ( Qs: 2-55)

Dusta ( Qs: 7:176)

Ragu-ragu ( Qs: 6:109-110).

Tanda-tanda dan indikasi penyakit ini adalah apabila seseorang tidak menampakkan identitas

dan kepribadian yang jelas, apakah agama dan keyakinannya, apakah ia muslim atau non-

Muslim, karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keyakinan dan keislaman.

Banyak berbuat maksiat atau (Al-Ma’ashi) lawan dari ketaatan.

Orang yang bermaksiat adalah orang yang tidak melanggar batas-batas hukum Allah. Namun

bagaimana juga, Allah akan mengampuni dosanya sebelum matahari belum terbit dari barat.

Dia Allah swt. Maha pengampu lagi maha penyayang.


Yang terakhir adalah Al-jahl (kebodohan). Karena itu, islam memerangi kebodohan

dan menjunjung tinggi ilmu dan ulama (orang-orang yang berilmu). Bahkan wahyu yang

pertama kali turun adalah perintah untuk melakukan hal yang dapat menghilangkan

kebodohan.

Penyakit-penyakit intelektual bermula dari ketidaktahuan (kebodohan). Karena itu,

penyembuhannya adalah dengan menghilangkan firusnya, yaitu kebodohan. Kalau penyakit-

penyakit hati di berantas dengan jihad (memerangi hawa nafsu) penyakit-penyakit intelektual

di perangi dengan ilmu,membaca, belajar dan mengaji. Semoga kita dapat memerangi nafsu

kita dan tidak bosan untuk belajar dan belajar lagi, membaca dan membaca lagi. Dengan itu

iman kita akan menjadi kuat dan kokoh.[1]


C.Bukti Keberadaan Allah.

Banyak pakar yang memperdebatkan masalah ini, banyak bahkan yang mengkaji

ulang perihal masalah yang satu ini, ilmu sekarang betul-betul telah berkembang dan

digunakan untuk menafsir, memperkirakan bahkan memberi kejelasan tentang bukti adanya

Allah, namun ketahuilah wahai sahabat ku sekalian semua itu bersumber dari dia maha

pencipta, kau kuat karena dia yang maha kuat, kau hidup karena dia yang maha hidup,

bahkan kau cerdas dan intelek semuanya tiada lain bersumber dari-Nya. Nah oleh karena itu

mari sejenak berfikir dan merenung untuk mengingatnya, selanjutnya saya akan memberi

sedikit ilmu pikir dan pengalamannya.

Adanya Allah swt adalah suatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya

telah di akui). Namun, di sini akan kemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya)

Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani wujud Allah swt ,wujud

Allah telah di buktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.

1.Dalil fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak

naluri berketuhanannya itu akan bangkit. Firman Allah:

“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi

mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukanlah

aku ini tuhanmu?”mereka menjawab:”Betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-

A’raf:172). Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, niscaya mereka

menjawab:”Allah”, maka dari manakah mereka dapat dipalingkan (dari penyembah Allah),

(az-Zukhruf:87).
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang

menjadikannya yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari). Ayat dan hadist tersebut

menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai

ketuhanan Islam, karena pengakuannya bahwa Allah swt adalah Tuhan.

2.Dalil Inderawi

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat di jelaskan melalui dua fenomena:

Fenomena pengabulan do’a

Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya do’a orang-orang yan berdo’a serta

memohon pertolongan –Nya yang di berikan kepada orang-orang yang mendapat musibah.

Hal ini menunjukan pasti tentang wujud Allah swt. Allah berfirman;

“Dan (ingatlah kisah Nuh), sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan

do’anya,lalu kita selamatkan dia beserta keluarga dari bencana yang besar.”(Al Anbiya:76).

Anas bin Malik Ra berkata,”Pernah ada seorang badui datang pada hari jum’at. Pada

waktu nabi saw tengah berkotbah. Lelaki itu berkata “Hai Rasul Allah, harta benda kami

telah habis, seluruh warga telah kelaparan. Oleh karena itu memohonkanlah kepada Allah swt

untuk mengatasi kesulitan kami.” Rosulullah itu mengangkat kedua tangannya dan berdoa.

Dan Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rosulullah belum turun

dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada jum’at yang kedua, orang badui atau

orang lain berdiri dan berkata,”Hai Rosul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun

tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.”Rasulullah lalu

mengangkat kedua tangan nya, seraya berdoa:’Ya Robbku,turunkanlah hujan di sekeliling

kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.”Akhirnya beliau tidak

mengisyaratkan pada suatu tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).


3.Dalil Naqli

Dalil Naqli adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan merujuk petunjuk kitab

suci. Dengan fitrah manusia bisa mengakui adanya tuhan, dan dengan akal pikiran juga

manusia bisa membuktikannya, namun manusia perlu memerlukan dalil naqli (Alqur’an dan

Sunnah) untuk membimbing manusia kejalan yang sesungguhnya. Dengan segala asma dan

sifatnya, sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa tuhan yang sebenarnya itu.

Cukup banyak pembahasan tentang Allah swt dalam Alqur’an dan sunnah, hanya saja

di sini dikemukakan point tentingnya saja, yaitu:

Allah adalah Al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-Nya, dan juga Al-Akhir, yaitu

tidak ada akhir dari wujudnya:

‫ُهَو اَأْلَّو ُل َو اآْل ِخ ُر َو الَّظاِهُر َو اْلَباِط ُن َو ُهَو ِبُك ِّل َش ْي ٍء َع ِليٌم‬

Artinya:” Dialah yang awal dan yang Akhir, yang zdohir dan yang batin, dan dia yang

mengetahui segala sesuatu.(Qs: Al-Hadid(57)3).

Tidak ada satupun yang menyerupainya

‫َلْيَس َك ِم ْثِلِه َش ْي ٌء َو ُهَو الَّس ِم يُع اْلَبِص يُر‬

Artinya:”Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha mendengar lagi

maha melihat.(Qs: Assyura(42)11).


4.Bukti Rasional

Bukti dan petunjuk yang menunjukan keberadaan Allah adalah petunjuk rasional. Hal

ini dapat di buktikan dengan teori sebab-akibat (kuasatitas). Teori itu mengatakan bahwa

segala apapun yang terjadi pasti ada penyebabnya. Logika mengatakan disana ada penyebab

pertama dan utama yang mulai sebab-sebab akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang

keberadaan nya bukan di sebabkan oleh sesuatu yang lain. Zat yang seperti itulah, Tuhan

dalam akidah islam. Dan Dia-lah Allah yang Maha Esa, yang berdiri sendiri, tidak

bergantung kepada apa dan siapa pu, tidak beranak dan pila di peranakkan. Keyakinan bahwa

tuhan bersifat demikian, di kukuhkan oleh kitab suci,

Katakanlah ,”Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-

Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula di peranakan, dan tidak ada seseorang

pun yang setara dengan Dia.”(Al-Ikhlas[112]:1-4).


PENUTUP
Selesailah pembahasan kita tentang “Cara Mengenal Allah”. Makalah ini tersusun

berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok 3. Walaupun makalah ini telah tersusun,

namun tidak menutup kemungkinan adanya kekurangsempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik

sangat diharapkan, demi lebih sempurnanya makalah yang akan kami susun berikutnya.

Inti dari makalah kami adalah keimanan kita kepada Allah SWT. Kenalilah Allah secara

menyeluruh. InsyaAllah kita termasuk hambanya yang beriman dan beramal sholeh.

Aamiin yaa robbal’aalamiin.

Anda mungkin juga menyukai