1. Pendahuluan ……………………………………… 1 - 2
2. Pembahasan ………………………………………
3. Penutup …………………………………………….. 14
Pendahuluan
BAB 1
A.Latar Belakang
Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak orang mengenal Allah,
akan tetapi pernahkah kita mengukur sejauh mana pengetahuan dan pengenalan kita kepada-
Nya? Cukupkah mengenalnya dengan mengetahui dan menghafal nama-nama dan sifat-sifat-
Nya? Mengetahui dan menghafalnya merupakan sebagian dari pengenalan kita kepada Allah,
akan tetapi ada yang lebih penting, yaitu apa dan bagaimana sikap kita terkait dengan nama
Lalu bagaimana kita dapat mengenali Allah dengan sebenar benar nya? Pengenalan yang
sesungguhnya adalah apabila pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu
Mengenali Allah menjadi sangat penting karena banyak sekali dalil sangat kuat yang telah
membuktikan keberadaan,sifat-sifat, dan nama-nama-Nya, baik dalil naqli, dalil aqli maupun
dalil fitri yang tak terbantahkan. Kalau dalil-dalil yang menunjukan keberadaan dan
kekuasaan-Nya demikian banyak dan kuat, berarti kita ketinggalan informasi bila masih
belum mengenal-Nya.
Dan manfaat yang kita rasakan dengan mengenal Allah itu adalah di akhirat, di mana kita
akan mendapatkan surga dan keridhaan-Nya. Tidak ada suatu kenikmatan yang sebanding
apalagi melebihi kenikmatan di akhirat itu. Yaitu ketika seorang hamba dimasukkan kedalam
surga dan mendapatkan keridhaan Allah swt. Semoga kita termasuk orang-oran yang
mengenal Allah dengan baik, supaya kehidupan kita lebih baik dan pada akhirnya kita
mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat di bawah naungan rahmat dan ridho-Nya, Amin.
Ma’rifatulláh merupakan konsep yang lebih populer dikalangan kaumsūfī, meski tidak
Islam di masing-masing disiplin. Baik filsafat,kalam, fiqh, ḥadīṡ , tafsir, maupun tasawuf.
atau mengenal Alláh adalah subjek utama yang mesti disempurnakan oleh seorang muslim.
Ma’rifatulláh Bukanlah mengenali zat Alláh, karena hal ini tidak mungkin terjangkau oleh
kapasitas manusia yang terbatas. Sebab bagaimana mungkin manusia yang terbatas
Ma’rifatulláh yang dimaksudkan oleh ahlul ma'rifah (orang- orang yang mengenali Alláh)
seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan konsekuensi
mengantarkan manusia dekat dengan Alláh, mengenalkan rintangan dangangguan yang ada
Ma’rifatulláh artinya mengenal Alláh, baik zat-Nya, sifat-Nya maupun asmā'- Nya
B.Rumusan Masalah
BAB II
Makrifatullah adalah bahasa arab yang terdiri dari dua kata, yaitu Makrifat dan Allah.
Makrifat berarti mengetahui, mengenal. Mengengenal Allah yang di ajarkan kepada Manusia
adalah mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah. Karena akal kita
memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.
Makrifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus di pahami oleh manusia. Hakikat
makrifatullah juga akan mengeluarkan manusia dari kegelapan, kebodohan, kepada cahaya
Apabila pengaruh positif dari mengenal Allah diketahui, tentu manusia akan
berlomba-lomba untuk mengenal-Nya lebih jauh. Karena itu, orang yang beriman selalu
berusaha mengenali tuhannya secara baik. Namun Allah itu bersifat gaib dan tidak terjangkau
oleh indra kita, sehingga upaya untuk mengenal-Nya lebih jauh dari itu tidak dapat di lakukan
secara baik, jika hanya mengandalkan pengamatn indrawi. Lantaran kegaiban, kesempurnaan,
keagungan, dan kekuasaan Allah itu, secara global dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu ayat-ayat qauliyah (ucapan), berupa firman-firman-Nya dalam kitab suci yan telah di
wahyukan kepada para nabi dan rosul, dan ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu tanda-
dapat di kenal, dan hanya yang tidak ada yang tidak bisa di kenal. Karena Allah adalah zat
yang wajib al-wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat di kenal, dan
kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah mengenal kepada yang di sembahnya, barulah
Artinya: Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan mengenal Tuhannya dan
Lalu dari mana yang wajib kita kenal? Sesungguhnya diri kita terbagi dua. Sebagai
Artinya: Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zhahir dan nikmat batin.
Jadi dari berdasarka ayat di atas, diri kita terbagi menjadi dua:
Diri zhahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan bisa diraba oleh tangan.
Diri batin yaitu yang tidak dapat di pandang oleh mata dan tidak dapat di raba oleh tangan,
tetapi dapat di rasakan oleh mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia karena
sedmikian pentingnya peran diri yang batin inidi dalam upaya untuk memperoleh pengenalan
kepada Allah, itulah sebabnya kenapa kita di suruh melihat kedalam diri (introspeksi diri)
karena didalam diri manusia itu Allah telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di
dalamnya Allah telah menanamkan rahasia-Nya. Sebagaimana sabda nabi dalam hadist hudsi:
َبَنْيُت ِفى َج ْو ِف ِاْبِن آَد َم َقْص ًرا َو ِفى اْلَقْص ِر َص ْد ًر َو ِفى الَّص ْد ِر َقْلًبا َو ِفى
اْلَقْلِب ُفَؤ اًد َو ِفى اْلُفَؤ اِد َش ْغ اًفا َو ِفى الَّش َغ اِف َلًّبا َو ِفى َلِّب ِس ًّر ا َو ِفى الِّسِّر َأَنا
)(الحديث القدسى
Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak adam itu mahligai dan dalam mahligai itu
ada dada dan dalam dada itu ada hati (qolbu) namanya dan dalam hati(qolbu) ada mata hati
(fuad) dan dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan di balik penutup
mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia
(sirr) dan di dalam rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.(Hadist Qudsi).
Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada Ahlinya, yaitu ahli zikir,
Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk, perkara yang dilarang untuk
menyampaikannya dan haram pula di paparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam),
Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang di haramkan membukannya kepada
Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita harus mempunyai
pembimbing rohani atau mursyid. Tentang ini Abu Ali ats-Tsaqafi berkata,”Seandainya
seseorang mempelajari jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak sampai
ketingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-latihan spiritual bersama seorang
Mengenal Allah atau makrifatullah akan sangat menentukan kesalehan dan kebaikan
seseoran di dunia maupun di akhirat. Kebaikan dan kesalehanya berbanding lurus dengan
tingkat pengenalanya kepada Allah itu. Semakin mengenal Allah, semakin ssaleh dan
semakin baik amal seseorang. Sebaliknya, semakin buruk amal seseorang, itu menunjukan
Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawa’id mengatakan bahwa apabila seoran hamba
telah bertekat untuk mengenal Allah, mendekat kepada-Nya, dan mengikuti kehendaknya, ia
akan digoda dan dihadang oleh berbagai tipu daya dan penghalang, sehingga di awal
perjalanannya, ia akan terhambat dan tertipu oleh berbagai kesenangan, kekuasaan, kelezatan,
pakaian, nafsu, dan sejenisnya. Ulama yan sangat terkenal dengan karya-karya ilmiyah ini
kemudian berkata:
“Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang menghalangi makrifatullah
itu ada dua macam: Pertama, Syahwat, atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit
yang kaitannya dengan hati, seperti nafsu dan kesenangan. Kedua: Syubuhat atau penyakit-
penyakit intelektual, yaitu informasi-informasi yang dan pikiran yan menimbulkan keraguan.
Apabila seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya untuk mengenal
tuhanya.”
Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia, bahkan lebih dekat dari
urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh dan sulit untuk mengenalnya, karena di dalam diri
manusia ada dinding yang tebal, dan berikut ada hal-hal yang mengalang-halangi kita
Sombong disini adalah sombong yang dapat menghalangi kita dari makrifatullah yaitu ketika
Penyakit syahwah (penyakit hati) yang mnghalangi pengenalan kita kepada Allah adalah
Al-fisq (kefasikeran) lawan dari al-adalah (keadilan), al adala dan alfasiq berkaitan dengan
kredibitas moral. Orang yang adil dalam kortek ini adalah orang yang tidak tercela. Orang
fasiq adalah orang yang ternoda kehormatan, harga diri, kewibawaan serta kredibilitas moral
Tanda-tanda dan indikasi penyakit ini adalah apabila seseorang tidak menampakkan identitas
dan kepribadian yang jelas, apakah agama dan keyakinannya, apakah ia muslim atau non-
Muslim, karena tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan keyakinan dan keislaman.
Orang yang bermaksiat adalah orang yang tidak melanggar batas-batas hukum Allah. Namun
bagaimana juga, Allah akan mengampuni dosanya sebelum matahari belum terbit dari barat.
dan menjunjung tinggi ilmu dan ulama (orang-orang yang berilmu). Bahkan wahyu yang
pertama kali turun adalah perintah untuk melakukan hal yang dapat menghilangkan
kebodohan.
penyakit hati di berantas dengan jihad (memerangi hawa nafsu) penyakit-penyakit intelektual
di perangi dengan ilmu,membaca, belajar dan mengaji. Semoga kita dapat memerangi nafsu
kita dan tidak bosan untuk belajar dan belajar lagi, membaca dan membaca lagi. Dengan itu
Banyak pakar yang memperdebatkan masalah ini, banyak bahkan yang mengkaji
ulang perihal masalah yang satu ini, ilmu sekarang betul-betul telah berkembang dan
digunakan untuk menafsir, memperkirakan bahkan memberi kejelasan tentang bukti adanya
Allah, namun ketahuilah wahai sahabat ku sekalian semua itu bersumber dari dia maha
pencipta, kau kuat karena dia yang maha kuat, kau hidup karena dia yang maha hidup,
bahkan kau cerdas dan intelek semuanya tiada lain bersumber dari-Nya. Nah oleh karena itu
mari sejenak berfikir dan merenung untuk mengingatnya, selanjutnya saya akan memberi
Adanya Allah swt adalah suatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu yang kebenarannya
telah di akui). Namun, di sini akan kemukakan dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya)
Allah swt, untuk memberikan pengertian secara rasional. Mengimani wujud Allah swt ,wujud
1.Dalil fitrah
Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga kadangkala disadari atau tidak
“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukanlah
aku ini tuhanmu?”mereka menjawab:”Betul (Engkau tuhan kami), kami menjadi saksi”. (al-
A’raf:172). Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, niscaya mereka
menjawab:”Allah”, maka dari manakah mereka dapat dipalingkan (dari penyembah Allah),
(az-Zukhruf:87).
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang
menjadikannya yahudi, Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari). Ayat dan hadist tersebut
menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini bisa difahami sebagai
2.Dalil Inderawi
Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat di jelaskan melalui dua fenomena:
Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya do’a orang-orang yan berdo’a serta
memohon pertolongan –Nya yang di berikan kepada orang-orang yang mendapat musibah.
Hal ini menunjukan pasti tentang wujud Allah swt. Allah berfirman;
“Dan (ingatlah kisah Nuh), sebelum itu ketika dia berdoa, dan kami memperkenankan
do’anya,lalu kita selamatkan dia beserta keluarga dari bencana yang besar.”(Al Anbiya:76).
Anas bin Malik Ra berkata,”Pernah ada seorang badui datang pada hari jum’at. Pada
waktu nabi saw tengah berkotbah. Lelaki itu berkata “Hai Rasul Allah, harta benda kami
telah habis, seluruh warga telah kelaparan. Oleh karena itu memohonkanlah kepada Allah swt
untuk mengatasi kesulitan kami.” Rosulullah itu mengangkat kedua tangannya dan berdoa.
Dan Tiba-tiba awan mendung bertebaran bagaikan gunung-gunung. Rosulullah belum turun
dari mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada jum’at yang kedua, orang badui atau
orang lain berdiri dan berkata,”Hai Rosul Allah, bangunan kami hancur dan harta bendapun
tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat) kepada Allah.”Rasulullah lalu
kami dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi kami.”Akhirnya beliau tidak
Dalil Naqli adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan merujuk petunjuk kitab
suci. Dengan fitrah manusia bisa mengakui adanya tuhan, dan dengan akal pikiran juga
manusia bisa membuktikannya, namun manusia perlu memerlukan dalil naqli (Alqur’an dan
Sunnah) untuk membimbing manusia kejalan yang sesungguhnya. Dengan segala asma dan
sifatnya, sebab akal dan fitrah tidak bisa menjelaskan siapa tuhan yang sebenarnya itu.
Cukup banyak pembahasan tentang Allah swt dalam Alqur’an dan sunnah, hanya saja
Allah adalah Al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-Nya, dan juga Al-Akhir, yaitu
Artinya:” Dialah yang awal dan yang Akhir, yang zdohir dan yang batin, dan dia yang
Artinya:”Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang maha mendengar lagi
Bukti dan petunjuk yang menunjukan keberadaan Allah adalah petunjuk rasional. Hal
ini dapat di buktikan dengan teori sebab-akibat (kuasatitas). Teori itu mengatakan bahwa
segala apapun yang terjadi pasti ada penyebabnya. Logika mengatakan disana ada penyebab
pertama dan utama yang mulai sebab-sebab akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang
keberadaan nya bukan di sebabkan oleh sesuatu yang lain. Zat yang seperti itulah, Tuhan
dalam akidah islam. Dan Dia-lah Allah yang Maha Esa, yang berdiri sendiri, tidak
bergantung kepada apa dan siapa pu, tidak beranak dan pila di peranakkan. Keyakinan bahwa
Katakanlah ,”Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah tuhan yang bergantung kepada-
Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak pula di peranakan, dan tidak ada seseorang
berkat kerjasama yang baik antar anggota kelompok 3. Walaupun makalah ini telah tersusun,
namun tidak menutup kemungkinan adanya kekurangsempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik
sangat diharapkan, demi lebih sempurnanya makalah yang akan kami susun berikutnya.
Inti dari makalah kami adalah keimanan kita kepada Allah SWT. Kenalilah Allah secara
menyeluruh. InsyaAllah kita termasuk hambanya yang beriman dan beramal sholeh.