Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PKN

“MENGENAL TUHAN (ALLAH)”

KELOMPOK 1 :
RISKY HERMAWAN PRATAMA (STB F551 15 016)
MUH.NURAHMAT (STB F551 15 013)
JULIAN(STB F551 15 029)
RIZKQI ( STB F551 15 015 )
YUSUF MUSTAMAN (STB F551 15 012)
TRIANSYAH (STB F551 15 004)
SAIFULLAH (STB F551 15 )
MOH.FADHIL (STB F551 14 )
NOVRI MAMALU(STB F551 12 )
MUHAMMAD SUDARSONO (STB F551 15 017 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA S1


JURUSAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
2016/2017
BAB I

 Latar Belakang

Tak kenal maka tak sayang, demikian bunyi pepatah. Banyak


orang mengenal Allah, akan tetapi pernahkah kita mengukur sejauh
mana pengetahuan dan pengenalan kita kepada-Nya? Cukupkah
mengenalnya dengan mengetahui dan menghafal nama-nama dan
sifat-sifat-Nya? Mengetahui dan menghafalnya merupakan sebagian
dari pengenalan kita kepada Allah, akan tetapi ada yang lebih
penting, yaitu apa dan bagaimana sikap kita terkait dengan nama
dan sifat itu.

Lalu bagaimana kita dapat mengenali Allah dengan sebenar


benar nya? Pengenalan yang sesungguhnya adalah apabila
pengetahuan kita tentang sifat-sifat dan nama-nama Allah itu
kemudian di barengi dengan penyikapan yang benar dan
proporsional.

Mengenali Allah menjadi sangat penting karena banyak sekali


dalil sangat kuat yang telah membuktikan keberadaan,sifat-sifat,
dan nama-nama-Nya, baik dalil naqli, dalil aqli maupun dalil fitri
yang tak terbantahkan. Kalau dalil-dalil yang menunjukan
keberadaan dan kekuasaan-Nya demikian banyak dan kuat, berarti
kita ketinggalan informasi bila masih belum mengenal-Nya.

Dan manfaat yang kita rasakan dengan mengenal Allah itu


adalah di akhirat, di mana kita akan mendapatkan surga dan
keridhaan-Nya. Tidak ada suatu kenikmatan yang sebanding apalagi
melebihi kenikmatan di akhirat itu. Yaitu ketika seorang hamba
dimasukkan kedalam surga dan mendapatkan keridhaan Allah swt.
Semoga kita termasuk orang-oran yang mengenal Allah dengan
baik, supaya kehidupan kita lebih baik dan pada akhirnya kita
mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat di bawah naungan
rahmat dan ridho-Nya, Amin

 . Rumusan Masalah

1.Bagaimana cara mengenal Allah ?

2.Apa saja hal-hal yang menghalangi makrifatullah ?

3.Apa bukti keberadaan Allah ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Cara Mengenal Allah

Makrifatullah adalah bahasa arab yang terdiri dari dua kata,


yaitu Makrifat dan Allah. Makrifat berarti mengetahui, mengenal.
Mengengenal Allah yang di ajarkan kepada Manusia adalah
mengenal melalui hasil penciptaannya bukan melalui zat Allah.
Karena akal kita memiliki keterbatasan untuk memahami seluruh
ilmu yang ada di dunia ini, apalagi zat Allah.
Makrifatullah merupakan ilmu tertinggi yang harus di pahami
oleh manusia. Hakikat ilmua adalah memberikan keyakinan kepada
orang yang mendalamiya. Memahami makrifatullah juga akan
mengeluarkan manusia dari kegelapan, kebodohan, kepada cahaya
yang terang yaitu keimanan. (Qs : Al-luqman(31):18).

Apabila pengaruh positif dari mengenal Allah diketahui, tentu


manusia akan berlomba-lomba untuk mengenal-Nya lebih jauh.
Karena itu, orang yang beriman selalu berusaha mengenali
tuhannya secara baik. Namun Allah itu bersifat gaib dan tidak
terjangkau oleh indra kita, sehingga upaya untuk mengenal-Nya
lebih jauh dari itu tidak dapat di lakukan secara baik, jika hanya
mengandalkan pengamatn indrawi. Lantaran kegaiban,
kesempurnaan, dn keagungan-Nya melalui ayat-ayat-Nya. Adapun
ayat-ayat atau tanda-tanda keberadaan, keagungan, dan kekuasaan
Allah itu, secara global dapat di klasifikasikan menjadi dua bagian
yaitu ayat-ayat qauliyah (ucapan), berupa firman-firman-Nya dalam
kitab suci yan telah di wahyukan kepada para nabi dan rosul, dan
ayat-ayat kauniyah (fenomena alam), yaitu tanda-tanda kekuasaan-
Nya yang terbesar di alam semesta ini.

Menurut pendapat Syeikh Ahmad Arifin berpendapat bahwa


setiap yang ada pasti dapat di kenal, dan hanya yang tidak ada
yang tidak bisa di kenal. Karena Allah adalah zat yang wajib al-
wujud yaitu zat yang wajib adanya, tentulah Allah dapat di kenal,
dan kewajiban pertama bagi setiap muslim adalah mengenal
kepada yang di sembahnya, barulah ia beruat ibadah sebagai mana
sabda nabi:

‫أففوةل الددعيلن فمععلرففةة ا ل‬


‫ل‬
Artinya: “Pertama sekali di dalam Aganma adalah mengenal
Allah”

Kenalilah dirimu sebagaimana sabda nabi Muhammad:

‫فمعن فعفرفف فنعففسةه فففقعد فعفرفف فربةه فوفمعن فعفرفف فربةه فففسفد فجفسفدةه‬
Artinya: Barang siapa yang mengenal dirinya, maka ia akan
mengenal Tuhannya dan barang siapa mengenal Tuhannya maka
binasalah (fana) dirinya.

Lalu dari mana yang wajib kita kenal? Sesungguhnya diri kita
terbagi dua. Sebagai firman Allah dalam surat Luqman ayat 20:

‫فوأفعسفبفغ فعيلعيةكعم لنفعفمةه فظلهفر ة فوفبطالطفنةة‬


Artinya: Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat
zhahir dan nikmat batin.

Jadi dari berdasarka ayat di atas, diri kita terbagi menjadi dua:

1. Diri zhahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan bisa
diraba oleh tangan.

2. Diri batin yaitu yang tidak dapat di pandang oleh mata dan
tidak dapat di raba oleh tangan, tetapi dapat di rasakan oleh
mata hati. Adapun dalil mengenai terbaginya diri manusia
karena sedmikian pentingnya peran diri yang batin inidi
dalam upaya untuk memperoleh pengenalan kepada Allah,
itulah sebabnya kenapa kita di suruh melihat kedalam diri
(introspeksi diri) sebagaimana firman Allah dalam surat az-
zariyat 21:

‫فولف ى فاعنةفلسةكعم فافف ف‬


‫ل ةتعبلصةرعوفن‬

Artinya: Dan di dalam diri kamu apakah kamu tidak


memperhatikannya.

Allah memerintahkan kepada manusia untuk memperhatikan


kedalam dirinya di sebabkan karena didalam diri manusia itu Allah
telah menciptakan sebuah mahligai yang mana di dalamnya Allah
telah menanamkan rahasia-Nya. Sebagaimana sabda nabi dalam
hadist hudsi:

‫فبفنعيةت لف ى فجعولف لاعبلن آفدفم فقعصةرا فولف ى اعلفقعصلر فصعدةر فولف ى البصعدلر فقعيلةبطا فولف ى‬
‫اعلفقعيللب ةففؤاةد فولف ى اعلةففؤالد فشعغطاةفطا فولف ى البشفغطالف فلربطا فولف ى فلدب لسررا فولف ى الدسدر أففنطا‬
(‫)الحديث القدس ى‬
Artinya: “Aku jadikan dalam rongga anak adam itu mahligai
dan dalam mahligai itu ada dada dan dalam dada itu ada hati
(qolbu) namanya dan dalam hati(qolbu) ada mata hati (fuad) dan
dalam mata hati (fuad) itu ada penutup mata hati (saghaf) dan di
balik penutup mata hati (saghaf) itu ada nur/cahaya (labban), dan
di dalam nur/cahaya (labban) ada rahasia (sirr) dan di dalam
rahasia (sirr) itulah Aku kata Allah”.(Hadist Qudsi).

Bagaimanakah maksud hadis ini? Tanyalah kepada Ahlinya,


yaitu ahli zikir, Sebagaimana firman Allah dalam surat An-nahl ayat
43:
‫ففطافسفئةيلعوا أفعهفل الدذعكلر لاعن ةكعنةتعم فلفتععفيلةمعوفن‬
Artinya: Tanyalah kepada Ahli dzikrullah (Ahlu Sufi) kalau
kamu benar-benar tidak tahu.

Karena Allah itu ghaib, maka perkara ini termasuk, perkara


yang dilarang untuk menyampaikannya dan haram pula di
paparkan kepada yang bukan ahlinya (orang awam), sebagaimana
dikatakan para sufi:

‫فو لبل‬
‫ل فمفحطالرم فف ف‬
‫ل فتعهفتةكعوفهطا‬
Artinya: Bagi Allah itu ada beberapa rahasia yang di
haramkan membukannya kepada yang bukan Ahlinya.

Oleh karena itu, agar kita dapat mengenal Allah, maka kita
harus mempunyai pembimbing rohani atau mursyid. Tentang ini
Abu Ali ats-Tsaqafi berkata,”Seandainya seseorang mempelajari
jenis ilmu dan berguru kepada banyak ulama, maka dia tidak
sampai ketingkat para sufi kecuali dengan melakukan latihan-
latihan spiritual bersama seorang syeikh yang memiliki akhlak luhur
dan dapat memberinya nasehat-nasehat.

B. Hal-Hal yang Menghalangi Makrifatullah


Mengenal Allah atau makrifatullah akan sangat menentukan
kesalehan dan kebaikan seseoran di dunia maupun di akhirat.
Kebaikan dan kesalehanya berbanding lurus dengan tingkat
pengenalanya kepada Allah itu. Semakin mengenal Allah, semakin
ssaleh dan semakin baik amal seseorang. Sebaliknya, semakin
buruk amal seseorang, itu menunjukan bahwa ia tidak mengenal
tuhanya dengan baik.

Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawa’id mengatakan bahwa


apabila seoran hamba telah bertekat untuk mengenal Allah,
mendekat kepada-Nya, dan mengikuti kehendaknya, ia akan digoda
dan dihadang oleh berbagai tipu daya dan penghalang, sehingga di
awal perjalanannya, ia akan terhambat dan tertipu oleh berbagai
kesenangan, kekuasaan, kelezatan, pakaian, nafsu, dan sejenisnya.
Ulama yan sangat terkenal dengan karya-karya ilmiyah ini
kemudian berkata:

“Bila dilihat dari sumber dan penyebabnya, hal-hal yang


menghalangi makrifatullah itu ada dua macam: Pertama, Syahwat,
atau penyakit-penyakit nafsu, yaitu penyakit-penyakit yang
kaitannya dengan hati, seperti nafsu dan kesenangan. Kedua:
Syubuhat atau penyakit-penyakit intelektual, yaitu informasi-
informasi yang dan pikiran yan menimbulkan keraguan. Apabila
seseorang terjangkiti oleh penyakit-penyakit itu, akan sulit baginya
untuk mengenal tuhanya.”

Sesungguhnya Allah swt, sangat dekat dengan diri manusia,


bahkan lebih dekat dari urat lehernya, tetapi kenapa terasa jauh
dan sulit untuk mengenalnya, karena di dalam diri manusia ada
dinding yang tebal, dan berikut ada hal-hal yang mengalang-halangi
kita mengenal Allah Antara lain:

1. Al kibr (Kesombongan), seperti yang telah di sebutkan di


dalam Alqur’an yaitu ( Qs : 25 : 21 )

 Sombong disini adalah sombong yang dapat menghalangi kita


dari makrifatullah yaitu ketika kita menolak kebenaran dan
mremehkan orang lain.

1. Penyakit syahwah (penyakit hati) yang mnghalangi


pengenalan kita kepada Allah adalah

Al-fisq (kefasikeran) lawan dari al-adalah (keadilan), al adala


dan alfasiq berkaitan dengan kredibitas moral. Orang yang
adil dalam kortek ini adalah orang yang tidak tercela. Orang
fasiq adalah orang yang ternoda kehormatan,
harga diri, kewibawaan serta kredibilitas moral dan sosialnya
akibat kemaksiatan yang ia lakukan

1. Taklid buta (sikap meniru tanpa berpikir), ( Qs :2:166-167)

2. Keras kepala dan menantang ( Qs: 22:8-9)

3. Bersandar pada panca indra ( Qs: 2-55)

4. Dusta ( Qs: 7:176)

5. Ragu-ragu ( Qs: 6:109-110).

 Tanda-tanda dan indikasi penyakit ini adalah apabila


seseorang tidak menampakkan identitas dan kepribadian
yang jelas, apakah agama dan keyakinannya, apakah ia
muslim atau non-Muslim, karena tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan keyakinan dan keislaman.

1. Banyak berbuat maksiat atau (Al-Ma’ashi) lawan dari


ketaatan.

 Orang yang bermaksiat adalah orang yang tidak melanggar


batas-batas hukum Allah. Namun bagaimana juga, Allah akan
mengampuni dosanya sebelum matahari belum terbit dari
barat. Dia Allah swt. Maha pengampu lagi maha
penyayang.

1. Yang terakhir adalah Al-jahl (kebodohan). Karena itu, islam


memerangi kebodohan dan menjunjung tinggi ilmu dan ulama
(orang-orang yang berilmu). Bahkan wahyu yang pertama kali
turun adalah perintah untuk melakukan hal yang dapat
menghilangkan kebodohan.

Penyakit-penyakit intelektual bermula dari ketidaktahuan


(kebodohan). Karena itu, penyembuhannya adalah dengan
menghilangkan firusnya, yaitu kebodohan. Kalau penyakit-penyakit
hati di berantas dengan jihad (memerangi hawa nafsu) penyakit-
penyakit intelektual di perangi dengan ilmu,membaca, belajar dan
mengaji. Semoga kita dapat memerangi nafsu kita dan tidak bosan
untuk belajar dan belajar lagi, membaca dan membaca lagi.
Dengan itu iman kita akan menjadi kuat dan kokoh.1[1]

1
Adanya Allah swt adalah suatu yang bersifat aksiomatik (sesuatu
yang kebenarannya telah di akui). Namun, di sini akan kemukakan
dalil-dalil yang menyatakan wujud (adanya) Allah swt, untuk
memberikan pengertian secara rasional. Mengimani wujud Allah swt
,wujud Allah telah di buktikan oleh fitrah, akal, syara’ dan indera.

1.Dalil fitrah

Manusia diciptakan dengan fitrah bertuhan, sehingga


kadangkala disadari atau tidak naluri berketuhanannya itu akan
bangkit. Firman Allah:

“Dan (ingatlah), ketika tuhanmu mengeluarkan keturunan


anak-anak adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian
terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukanlah aku ini
tuhanmu?”mereka menjawab:”Betul (Engkau tuhan kami), kami
menjadi saksi”. (al-A’raf:172). Dan sungguh jika kamu bertanya
kepada mereka, niscaya mereka menjawab:”Allah”, maka dari
manakah mereka dapat dipalingkan (dari penyembah Allah), (az-
Zukhruf:87).

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan


sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi,
Nasrani atau Majusi (HR. Al Bukhari). Ayat dan hadist tersebut
menjelaskan kondisi fitrah manusia yang bertuhan. Ketuhanan ini
bisa difahami sebagai ketuhanan Islam, karena pengakuannya
bahwa Allah swt adalah Tuhan.
2.Dalil Inderawi

Bukti inderawi tentang wujud Allah swt dapat di jelaskan


melalui dua fenomena:

a. Fenomena pengabulan do’a

Kita dapat mendengar dan menyaksikan terkabulnya do’a


orang-orang yan berdo’a serta memohon pertolongan –Nya
yang di berikan kepada orang-orang yang mendapat musibah.
Hal ini menunjukan pasti tentang wujud Allah swt. Allah
berfirman;

“Dan (ingatlah kisah Nuh), sebelum itu ketika dia berdoa, dan
kami memperkenankan do’anya,lalu kita selamatkan dia
beserta keluarga dari bencana yang besar.”(Al Anbiya:76).

Anas bin Malik Ra berkata,”Pernah ada seorang badui


datang pada hari jum’at. Pada waktu nabi saw tengah
berkotbah. Lelaki itu berkata “Hai Rasul Allah, harta benda
kami telah habis, seluruh warga telah kelaparan. Oleh karena
itu memohonkanlah kepada Allah swt untuk mengatasi
kesulitan kami.” Rosulullah itu mengangkat kedua tangannya
dan berdoa. Dan Tiba-tiba awan mendung bertebaran
bagaikan gunung-gunung. Rosulullah belum turun dari
mimbar, hujan turun membasahi jenggotnya. Pada jum’at
yang kedua, orang badui atau orang lain berdiri dan
berkata,”Hai Rosul Allah, bangunan kami hancur dan harta
bendapun tenggelam, doakanlah akan kami ini (agar selamat)
kepada Allah.”Rasulullah lalu mengangkat kedua tangan nya,
seraya berdoa:’Ya Robbku,turunkanlah hujan di sekeliling kami
dan jangan Engkau turunkan sebagai bencana bagi
kami.”Akhirnya beliau tidak mengisyaratkan pada suatu
tempat kecuali menjadi terang (tanpa hujan).

3.Dalil Naqli

Dalil Naqli adalah dalil pembuktian akan keberadaan dengan


merujuk petunjuk kitab suci. Dengan fitrah manusia bisa mengakui
adanya tuhan, dan dengan akal pikiran juga manusia bisa
membuktikannya, namun manusia perlu memerlukan dalil naqli
(Alqur’an dan Sunnah) untuk membimbing manusia kejalan yang
sesungguhnya. Dengan segala asma dan sifatnya, sebab akal dan
fitrah tidak bisa menjelaskan siapa tuhan yang sebenarnya itu.

Cukup banyak pembahasan tentang Allah swt dalam Alqur’an


dan sunnah, hanya saja di sini dikemukakan point tentingnya saja,
yaitu:

a. Allah adalah Al-Awwal, yaitu tidak ada permulaan bagi wujud-


Nya, dan juga Al-Akhir, yaitu tidak ada akhir dari wujudnya:
‫م‬
‫يءٍء ع عللمي م‬
‫ش ي‬ ‫ظطاه لكر عولال يعبطاط ل ك‬
‫ن وعهكوع ب لك ك ل‬
‫ل ع‬ ‫خكر عولال ظ‬ ‫هكوع لايل عوظ ك‬
‫ل عولايل ل‬
Artinya:” Dialah yang awal dan yang Akhir, yang zdohir dan
yang batin, dan dia yang mengetahui segala sesuatu.(Qs: Al-
Hadid(57)3).
b. Tidak ada satupun yang menyerupainya
‫مميعك لال يب ع ل‬
‫صميكر‬ ‫س ل‬
‫يءم وعهكوع لال ظ‬
‫ش ي‬ ‫ل عمي ي ع‬
‫س كع ل‬
‫مث يل لهل ع‬
Artinya:”Tidak ada satupun yang serupa dengan Dia, dan
Dialah yang maha mendengar lagi maha melihat.(Qs:
Assyura(42)11).
4.Bukti Rasional

Bukti dan petunjuk yang menunjukan keberadaan Allah


adalah petunjuk rasional. Hal ini dapat di buktikan dengan teori
sebab-akibat (kuasatitas). Teori itu mengatakan bahwa segala
apapun yang terjadi pasti ada penyebabnya. Logika mengatakan
disana ada penyebab pertama dan utama yang mulai sebab-sebab
akibat (causa prima) itu. Ia adalah sesuatu yang keberadaan nya
bukan di sebabkan oleh sesuatu yang lain. Zat yang seperti itulah,
Tuhan dalam akidah islam. Dan Dia-lah Allah yang Maha Esa, yang
berdiri sendiri, tidak bergantung kepada apa dan siapa pu, tidak
beranak dan pila di peranakkan. Keyakinan bahwa tuhan bersifat
demikian, di kukuhkan oleh kitab suci,

Katakanlah ,”Dia-lah Allah, yang Maha Esa, Allah adalah tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tidak beranak dan
tidak pula di peranakan, dan tidak ada seseorang pun yang setara
dengan Dia.”(Al-Ikhlas[112]:1-4).
BAB III

Penutup

A.Kesimpulan

Kita bisa mengambil kesimpulan materi diatas, bahwa dalam


mengenal Allah, kita di tuntut menjadi seorang yang beramal
sholeh. Allah sangat menyayangi hambanya yang senantiasa selalu
mengingat-Nya, Allah menjanjikan surga, keridhoan, keberkahan,
kemerekaan serta kemulyaan di dalam hidup kita.

Mengenal Allah yang benar adalah dengan menimbulkan rasa


malu, cinta dan rasa takut kepada-Nya. Yang disebut malu karena
merasa membawa beban dosa. Cinta yaitu rindu untuk menghadap
Allah dan senang memperoleh pahala-Nya. Dan takut kepada Allah
adalah takut terkena siksa-Nya. Jika hal tersebut telah timbul di
dalam hati kita. Insya Allah kita telah mampu mengenal Allah
dengan cinta.

Untuk itu sebelum kita mengenal Allah alangkah baiknya


kalau kita membersihkan hati kita dari berbagai penyakit, yang
membuat hati kita menjadi petang atau gelap. Hanya dengan cara
itulah kita bisa mengerti apa rahasia-rahasia yang selama ini tidak
kita ketahui, .
Daftar Pustaka

Jasiman, Lc.2002,Mengenal dan Memahami Islam,PT Era Adicitra


Intermedia.

Ali Muakhir,2008,Mengenal Allah,PT Tiga Serangkai.

Gazalba,sidi,1972,Ilmu Islam l.Bulan Bintang.

http://sammaniyah.blogspot.co.id/2016/03/09bagaimanakah-cara-
mengenal-allah.html,

Anda mungkin juga menyukai