َ ٓ ۢ
ْ بنِ ْٓي ٰا َد َم ِمْن ظُه ُْو ِر ِ ْهم ُذ ِّريَّتَه ُْم َوَا ْش َه َد ُْهم َعٰلى انف ِس ِه ْم ال
س ُت َ ۚ ُ ْ َ َ ِ َواِ ْذ َا َخ َذ َرب َُّك
نْ م
ۛ ِ ب َربِّ ُكۗ ْم َ قُال ْوا َ ب ٰل ۛى َش ِه ْدنَا
نه َذا ٰغفِلِ ْيۙ َن ْ َ َ ْان َ ُتق ْولُ ْوا َ ي ْو َم ْالقِ ٰي َم ِة ِانَّا ُكنَّا
ٰ ع
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi (tulang
belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil
kesaksian terhadap roh mereka (seraya berfirman), “Bukankah
Aku ini Rabb-mu?” Mereka menjawab, “Betul
(Engkau Rabb kami), kami bersaksi.” (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lalai terhadap ini.”
(QS 7 : 172)
1. Konsekwensi Perjanjian
2. Memaknai Kata Rabbun
3. Memaknai Kata “Persaksian”
Konsekwensi Sebuah Perjanjian
َ َّط َر الن
ۚ اس َعلَ ْي َها َ َ فأ َ ِق ْم َو ْجهَ َك ِ ل ِّد ِين َحنِ ًيفا ۚ ِ ف ْط َر َت هَّللا ِ اَّلتِي َ ف
ۚ اَل َ ت ْب ِد َيل ِ ل َخ ْل ِق ِهَّللا
ون َ اَل
َ اس َ ي ْعل ُم َّ َ ْ َ َّ َ ٰ َ ْ ُ ِّ َ ٰ
ِ ذلِ َك الدين القيِّ ُم َول ِكن أكث َر الن
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi Kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(QS Ar-Rum [30]: 30).
Allah SWT sebagai asal dan sumber kehidupan bersifat transendent,
yaitu Mahatinggi (ta'ala), sehingga tak ada sesuatu pun serupa atau
menyerupai-Nya. Namun, di sisi lain, Allah SWT bersifat sangat
inmanen, yaitu Mahadekat (qarib) dan Mahahadir (omni-present).